Anda di halaman 1dari 17

PRASANGKA SOSIAL

• Pertama kali diperkenalkan oleh psikolog dari Universitas Harvard,


Gordon Allport, yang menulis konsep itu dalam bukunya, The Nature of
Prejudice pada 1954. Istilah itu berasal dari kata praejudicium, yakni
pernyataan atau kesimpulan tentang sesuatu berdasarkan perasaan atau
pengalaman yang dangkal terhadap seseorang atau sekelompok orang
tertentu.
• Allport (dalam Zanden, 1984) menguraikan bahwa prasangka sosial
merupakan suatu sikap yang membenci kelompok lain tanpa adanya
alasan yang objektif untuk membenci kelompok tersebut.
• Prasangka mengandung sikap, pikiran dan keyakinan,
kepercayaan, dan bukan tindakan. Jadi, prasangka tetap ada di
pikiran, sedangkan diskriminasi mengarah ke tindakan sistematis.

• Karena prasangka merupakan sejenis sikap, maka prasangka pun


memiliki tiga komponen utama seperti sikap pada umumnya.
Komponen itu adalah komponen kognitif, afektif, dan
kecenderungan perilaku (Myers, 2002).
1. Stereotip
Adanya prasangka sosial itu bersamaan dengan adanya stereotip, yang
merupakan tanggapan atau gambaran tertentu mengenai sikap dan watak
pribadi orang lain yang bercorak negatif. Stereotip ini bertindak berdasarkan
keterangan-keterangan yang kurang lengkap dan subyektif.

• Psila. Dalam hal ini peranan stereotip pada orang yang berprasangka itu sangat
besar dan dalam pengalaman sosialnya, maka stereotip menentukan sikapnya.
Terhadap semua orang Negro itu terlepas dari pendidikan atau dari tingkat
kebudayaan pada umumnya.
TEORI-TEORI
Tentang Penyebab Timbulnya
Prasangka

Konflik antar Ancaman terhadap


kelompok harga diri

Kategori Sosial Proses Kognisi

Pengalaman belajar
di masa awal
TEORI-TEORI
Tentang Penyebab Timbulnya
Prasangka
5 faktor yang menjadi penyebab utama timbulnya prasangka dalam
diri seseorang.
1. Konflik antar kelompok, dimana berdasarkan teori konflik dijelaskan bahwa konflik
antar kelompok terjadi akibat dari kompetisi antarkelompok yang dilakukan
menguasai komoditi-komoditi yang dipandang memiliki nilai yang berharga.

Sebagai contoh para supporter sepak bola akan mendukung team yang mereka dengan
tujuan memberikan dukungan agar team mereka dapat memenangkan pertanding.
Akan tetapi mereka juga akan memberikan pandangan negatif, seperti prasangka negatif
dan diskriminasi, terhadap team dan para supporter lawan. Meski awalnya hanya sebatas
ejekan verbal, bukan berarti tidak dapat berakhir menjadi kekerasan fisik antar kelompok.
TEORI-TEORI
Tentang Penyebab Timbulnya
Prasangka
2. Kategori sosial, dalam teorinya, mengemukakan bahwa individu-individu
membagi dunia sosial menjadi dua kategori ekstrem yang saling terpisah satu
sama lain. Dua kategori tersebut adalah “kelompok dalam” (ingroup) dan
“kelompok luar” (outgroup).

John Turner dan Henry Tajfel (Myers 2002) menjelakan bahwa sering :
a. “Kita” mengelompokkan orang-orang, termasuk dirinya sendiri, ke dalam kategori-
kategori tertentu. Orang-orang diseluruh dunia sering menciptakan label kepada orang
lain sebagai orang Islam, orang Nasrani, orang Cina, orang batak, orang sunda dan
sebagainya, sebagai cara paling sederhana untuk menjelaskan keberadaan orang lain.
TEORI-TEORI
Tentang Penyebab Timbulnya
Prasangka
b. “Kita” mengidentifikasi diri kita ke dalam kelompok tertentu (sebagai kelompok
dalam) dan membuat semacam penilaian diri berdasarkan identifikasi itu.
Contoh dari keadaan semacam itu adalah : Eko mengidentifikasi dirinya
sebagai anggota kelompok penggemar klub sepak bola Aremania yang
berpredikat sebagai suporter teladan di indonesia.

c. “Kita” membandingkan diri kita dengan kelompok lain (Kelompok luar)


berpijak pada penilaian positif yang bersifat bias kepada kelompok sendiri.
TEORI-TEORI
Tentang Penyebab Timbulnya
Prasangka
3. Pengalaman belajar di masa awal juga merupakan salah satu faktor penyebab munculnya prasangka.

Menurut teori belajar sosial anak mempelajari sikap negatif terhadap terhadap suatu kelompok sosial

tertentu sering kali karena mereka dikenalkan dengan pendangan-pendangan semacam itu oleh

lingkungannya atau mereka sering mendapat ganjaran apabila memperlihatkan perilaku itu.

4. Proses kognisi sosial merupakan cara individu untuk berpikir tentang orang lain. Proses tersebut dapat

memberikan kontribusi bagi perkembangan prasangka. Beberapa gejala kognisi sosial yang dapat

dikategorikan memberikan kontribusi bagi timbulnya prasangka adalah korelasi ilusif, ilusi tentang

keseragaman kelompok luar, dan stereotip.


TEORI-TEORI
Tentang Penyebab Timbulnya
Prasangka
Berikut untuk penjelasan lebih lanjut dari korelasi ilusif, ilusi tentang keseragaman kelompok luar, dan
stereotip.

a. Korelasi ilusif adalah kecenderungan individu untuk membuat kesimpulan tentang adanya hubungan antarvariabel,

meskipun dalam kenyataan hubungan itu sebenarnya tidak ada.

Sebagai contoh, berita tentang tindak kekerasan yang dilakukan warga minoritas kulit hitam akan lebih cepat menjadi
berita yang menonjol bagi banyak orang, terutama warga mayoritas kulit putih. Peristiwa itu akan mudah diingat dalam
benak warga kulit putih karena hubungan dengan kelompok minoritas kulit hitam.

b. Ilusi tentang keseragaman kelompok luar adalah kecenderungan individu untuk mempersepsi kesimpulan bahwa

anggota-anggota suatu kelompok tertentu memiliki banyak kesamaan, ketimbang apabila ia mempersepsi

kelompoknya sendiri secara negatif (Esses, Semenya, & Stelz, 2004).


TEORI-TEORI
Tentang Penyebab Timbulnya
Prasangka
c. Stereotip adalah pengetahuan dan keyakinan tentang ciri-ciri anggota
suatu olompok sosial yang sering kali bersifat negatif (Esses, Semenya, &
Stelz, 2004).
5. Ancaman terhadap harga diri dimana harga diri yang dimaksud
adalah harga diri kita terhadap kelompok kita.
STRATEGI
Pemecahan Masalah Prasangka
• Strategi pertama yang • Strategi kedua adalah
konsisten dengan teori belajar meningkatkan kontak antara
sosial yaitu strategi pengubahan kelompok secara langsung (Esses,
praktik-praktik pengasuhan anak. Semenya, Stelz, 2004). Beberapa
manfat dapat diperoleh dari
Strategi ini menjelaskan strategi ini, yaitu :
masyarakat perlu mengubah
praktik pengasuhan anak dengan 1. Kontak langsung dapat
memberikan kesadaran bagi
pengasuhan yang lebih kondusif individu-individu anggota
yang menghargai kelompok lain kelompok yang berbeda bahwa
dalam sudut pandang yang sesungguhnya mereka lebih
objektif. memiliki banyak kesamaan.
STRATEGI
Pemecahan Masalah Prasangka
2. Melalui hubungan timbal balik terhadap individu yang berasal dari
kelompok lain, maka masing-masing dapat saling mengenal satu
dengan yang lain secara lebih baik. Perubahan tersebut dapat
merubah skemata awal yang negatif atau bahkan hilangnya
skemata itu.
3. Peningkatan kontak antar individu dapat membantu mengubah
ilusi keseragaman kelopok luar.
STRATEGI
Pemecahan Masalah Prasangka
• Strategi ketiga adalah melalui strategi kategorisasi. Strategi ini
meliputi rekategorasi dan dekategorasi (Esses, Semenya, & Stelz, 2004).
1. Rekategorasi dapat dilakukan dengan cara mengembangkan suatu
identitas bersama (one common identity) dalam kelompok kekitaan (us)
ketimbang memecah suatu kelompok besar menjadi beberapa bagian yang
menghasilkan perasaan ingroup dan outgrup. Eksistensi identitas bersama akan
mengurangi menonjolnya perbedaan yang ada diantara dua kelompok.
2. Dekategorisasi adalah upaya-upaya yang menonjolkan eliminasi
kategorisasi kelompok.
Sebagai hasil dekategorisasi tentang pemahaman bahwa setiap individu memiliki
ciri unik yang tidak bergantung pada ciri stereotip suatu kelompok tertentu maka
itu dapat mengurangi prasangka dan mengurangi kemugkinan terjadinya
perilaku diskriminasi.
STRATEGI
Pemecahan Masalah Prasangka

• Teknik yang telah dikembangkan oleh psikolog sosial dalam upaya untuk
mengurangi prasangka :
1. Belajar tidak benci. Menurut pandangan pembelajaran sosial, anak-anak
memperoleh sikap negatif terhadap berbagai kelompok sosial karena mereka
mendengar pandangan seperti itu diungkapkan oleh orang lain.
2. Kontak antara kelompok yang berbeda. Meningkatkan kontak di antara orang-
orang dari berbagai kelompok dapat mengarah pada mengetahuin
banyaknya persamaan antarah mereka.
STRATEGI
Pemecahan Masalah Prasangka

3. Pengategorian ualang dalam mengubah batasan. Seperti merubah status “kami”


dan “mereka” untuk kelompok yang berbeda. Ketika “mereka” berubah menjadi
“kami” maka prasangka tersebut akan hilang, karena ketika orang-orang dari
berbeda kelompok bekerjasama mereka akan menjadi kelompok tunggal.

4. Rasa bersalah. Rasa bersalah akan tindakan dapat mengurangi prasangka. Dalam
sebuah kelompok meskipun ada satu anggota yang memiliki sebuah kesalahan
kepada kelompok lain, maka anggota lain dapat merasakan perasaan bersalah
kolektif berdasarkan kesalahan salahsatu anggota mereka.
CONTOH KASUS
PRASANGKA
• Seperti prasangka sebagian masyarakat dunia tentang
pengeboman WTC 11 September 2001. Prasangka itu terjadi ketika
diketahui bahwa pelaku peristiwa tersebut beragama islam
sehingga orang beranggapan bahwa agama tersebut yang
menyebabkan mereka menjadi teroris.

Anda mungkin juga menyukai