Anda di halaman 1dari 5

Identitas Sosial

Kelompok 1 – X8
1. Sheilla Anggita
2. Vera Pebrina
3. Zia Maulida
4. Elsa Salsabila
5. Retno Rahayu
6. Dikri Paizal Abadi
7. Nazwar Maulana

Tahun Ajaran 2022/2023


Identitas Sosial

A. Pengertian Identitas Sosial


Identitas sosial (social identity) adalah bagian dari konsep diri seseorang yang berasal
dari pengetahuan atas keanggotaannya dalam kelompok sosial tertentu yang di dalamnya
disertai dengan nilai-nilai, emosi, tingkat keterlibatan, rasa peduli, dan juga rasa bangga
terhadap keanggotaannya dalam kelompok tersebut. Konsep ini awalnya dirumuskan oleh
Henri Taijfel dan John Turner di tahun 1970-an dan 1980-an. Teori identitas sosial
memperkenalkan konsep identitas sosial sebagai cara untuk menjelaskan perilaku
antarkelompok.

B. Dimensi Identitas Sosial


Menurut Jackson dan Smith (1999), identitas sosial dapat dikonseptualisasikan paling
baik dalam empat dimensi: persepsi dalam konteks antar kelompok, daya tarik in-group,
keyakinan yang saling terkait, dan dipersonalisasi
1. Persepsi dalam konteks antar kelompok
Persepsi dalam konteks antarkelompok dengan mengidentifikasikan diri pada sebuah
kelompok, maka status yang dimiliki oleh kelompok tersebut akan memengaruhi
persepsi setiap individu di dalamnya. Persepsi tersebut kemudian menuntut individu
untuk memberikan penilaian, baik terhadap kelompoknya maupun kelompok yang lain.
2. Daya tarik in-group
Daya tarik in-group maksudnya, in group diartikan sebagai suatu kelompok di mana
seseorang mempunyai perasaan memiliki dan “common identity” (identitas umum).
Adapun out group adalah suatu kelompok yang dipersepsikan jelas berbeda dengan "in
group". Adanya perasaan "in group" sering menimbulkan “in group bias”, yaitu
kecenderungan untuk menganggap baik kelompoknya sendiri.
3. Keyakinan yang saling terkait
Keyakinan saling terkait social identity merupakan keseluruhan aspek konsep diri
seseorang yang berasal dari kelompok sosial mereka atau kategori keanggotaan
bersama secara emosional dan hasil evaluasi yang bermakna. Artinya, seseorang
memiliki kelekatan emosional terhadap kelompok sosialnya. Kelekatan itu sendiri
muncul setelah menyadari keberadaannya sebagai anggota kelompok tertentu. Orang
memakai identitas sosialnya sebagai sumber dari kebanggaan diri dan harga diri.
4. Dipersonalisasi
Depersonalisasi ketika individu dalam kelompok merasa menjadi bagian dalam sebuah
kelompok, maka individu tersebut akan cenderung mengurangi nilai-nilai yang ada
dalam dirinya, sesuai dengan nilai yang ada dalam kelompoknya tersebut. Namun, hal
ini juga dapat disebabkan oleh perasaan takut tidak 'dianggap' dalam kelompoknya
karena telah mengabaikan nilai atau kekhasan yang ada dalam kelompok tersebut.
C. Motivasi Identitas Sosial
Robert A Baron dan Don Byrne (2003), Identitas sosial tidak datang dengan
sendirinya. Dalam pembentukan suatu identitas ada proses motivasi-motivasi. Hogg
(2004), memberikan penjelasan bahwa dalam proses pembentukan identitas, individu
memiliki dua motivasi, yaitu self enhacement dan uncertainly reduction yang
menyebabkan individu untuk berusaha lebih baik dibandingkan kelompok lain. Motivasi
ketiga yang juga berperan adalah optimal distinctiveness.
1. Self Enhancement (pengembangan diri)
Self-enhancement dan positive distinctiveness mencakup keyakinan bahwa “kelompok
kita” lebih baik dibandingkan “kelompok mereka”. Kelompok dan anggota yang berada
di dalamnya akan berusaha untuk mempertahankan positive distinctiveness tersebut
karena hal itu menyangkut dengan martabat, status, dan kelekatan dengan
kelompoknya. Positive distinctiveness seringkali dimotivasi oleh harga diri anggota
kelompok.
2. Uncertainty Reduction (reduksi yang tak menentu)
Uncertainty Reduction motif secara langsung berhubungan dengan kategori sosial.
Individu berusaha mengurangi ketidakpastian subjektif mengenai dunia sosial dan
posisi mereka dalam dunia sosial. Individu suka untuk mengetahui siapa mereka dan
bagaimana seharusnya mereka berperilaku. Selain mengetahui dirinya, mereka juga
tertarik untuk mengetahui siapa orang lain dan bagaimana seharusnya mereka orang
lain tersebut berperilaku. Kategorisasi sosial dapat menghasilkan uncertainty reduction
karena memberikan group prototype yang menggambarkan bagaimana orang (termasuk
dirinya) seharusnya berperilaku dan berinteraksi dengan orang lain.
3. Optimal Distinctiveness (keistimewaan yang optimal)
Optimal Distinctiveness maksudnya adalah individu berusaha menyeimbangkan dua
motif yang saling berkonflik (sebagai anggota kelompok atau sebagai individu).
Individu berusaha untuk menyeimbangkan kebutuhan mempertahankan perasaan
individualitas dengan kebutuhan menjadi bagian dalam kelompok yang akan
menghasilkan definisi dirinya sebagai anggota kelompok.

D. Fungsi Identitas Sosial


Pada dasarnya setiap individu selalu berlomba memiliki identitas yang positif di mata
kelompok lain untuk mendapatkan pengakuan dari pihak lain sehingga nantinya
mendapatkan suatu persamaan sosial (social equality).
Turner dan Tajfel mengamati bahwa orang berjuang untuk mendapatkan atau
mempertahankan identitas sosial yang positif dan ketika identitas sosial dipandang tidak
memuaskan, mereka akan bergabung dengan kelompok di mana mereka merasa lebih
nyaman atau membuat kelompok di mana mereka sedang tergabung sebagai tempat yang
lebih menyenangkan. Hal ini mengartikan bahwa fungsi identitas sosial seseorang atau
kelompok orang adalah untuk membantu menemukan jati diri dan rasa percaya diri yang
lebih tinggi, efisien, efektif dan dialektif. Dialektif yang dimaksudkan dalah menyangkut
dialog atau pembahasan penemuan jati diri identitas sosial. Sehingga identitas sosial juga
membantu seseorang untuk mengenali dirinya darimana ia berasal melalui cara berpikir
dan bertindak. Hal ini kemudian membentuk seseorang menjadi agen sosial, artinya
menandakan bahwa seseorang tidak sendirian, tetapi ada orang di sekelilingnya, dengan
dukungan dan solidaritas dari pihak lain dan kelompoknya sendiri.
E. Proses Terbentuknya Identitas Sosial
Michael A. Hogg mengatakan proses identitas sosial terjadi dalam 3 tahapan yakni:
social categorization, depersonalization, dan prototype. Untuk memahami apa yang
dimaksud oleh Hogg diatas, berikut adalah penjelasan dari setiap tahapan:
1. Social Categorization (kategori sosial)
Kategori sosial berdampak pada definisi diri dan perilaku, persepsi pada prototype yang
menjelaskan dan menentukan perilaku. Ketika ketidakmenentuan identitas ini terjadi,
maka konsepsi tentang diri dan sosialnya juga tidak jelas.
2. Depersonalization (depersonalisasi)
Depersonalisasi adalah proses dimana individu menginternalisasikan bahwa orang lain
adalah bagian dari dirinya atau memandang dirinya sendiri sebagai contoh dari kategori
sosial yang dapat digantikan dan bukannya individu yang unik.
3. Prototype (prototipe)
Prototype adalah konstruksi sosial yang terbentuk secara kognitif yang disesuaikan
dengan pemaksimalan perbedaan yang dimiliki oleh kelompok dengan kelompok
lainnya. Hal ini dilakukan untukmenonjolkan keunggulan kelompoknya. Kepentingan
dari kelompok untuk membuat prototype adalah untuk mempresentasikan kelompoknya
di wilayah sosial yang lebih luas.
Daftar Pustaka

Abadillah, A. 2012. Pengantar Ilmu Sejarah. Bandung: Pustaka Setia.

Afrizal. 2014. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers.

Ahyar, Anwar. 2012. Teori Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Ombak. Press. Jakarta.

Priyad, S. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

Setiadi, Elly M. dan Usman Kolip 2011. Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala
Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.

Sjamsudin, H. 2012. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

Michael, A. H. 2004. Intergroup Relation, Self-Conception, and Small Group, Sall Group Research.
The Social Identity Perspective, 35, 254.

Lynn H. Turner dan Richard West. 2008. Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi. Jakarta:
Salemba Humanika.

Susteyo, B. 2007. Krisis Identitas Cina di Indonesia. Kupang: Unika.

Anda mungkin juga menyukai