b. Perbedaan Individu
Salah satu pandangan yang cukup mengakar, khususnya di Amerika Serikat
adalah bahwa self-esteem yang rendah bertanggung jawab atas berbagai masalah
pribadi maupun masalah sosial seperti kejahatan, kenakalan, penyalahgunaan
narkoba, kehamilan yang tidak direncanakan, dan prestasi yang rendah di sekolah
(Hogg & Vaughan, 2018). Pandangan ini telah melahirkan industri besar untuk
meningkatkan self-esteem individu, terutama dalam konteks pengasuhan anak dan
sekolah. Namun, kritikus berpendapat bahwa self-esteem yang rendah mungkin
merupakan hasil dari kondisi stres.
Penelitian menunjukkan bahwa self-esteem individu cenderung bervariasi antara
sedang dan sangat tinggi, bukan antara rendah dan tinggi. Kebanyakan individu
merasa relatif positif tentang diri mereka sendiri. Bahkan jika kita berfokus pada
individu yang memiliki self-esteem rendah, hanya ada sedikit bukti bahwa self-esteem
yang rendah menyebabkan penyakit sosial. Misalnya, Baumeister, Smart dan Boden
(dalam Hogg & Vaughan, 2018) mencari literatur untuk bukti bahwa self-esteem yang
rendah dapat menyebabkan individu melakukan kekerasan, namun mereka
menemukan hal yang sebaliknya. Kekerasan dikaitkan dengan self-esteem yang
tinggi. Namun, yang perlu diingat, kita tidak boleh menyamakan semua individu
dengan self-esteem yang tinggi sebagai individu yang suka melakukan kekerasan.
Menurut Kernis, Granneman, & Barclay (dalam Hogg & Vaughan, 2018),
beberapa individu dengan self-esteem yang tinggi itu percaya diri dan cenderung tidak
bermusuhan dengan orang lain, sedangkan yang lain mudah tersinggung, sombong,
angkuh dan terlalu tegas. Orang-orang yang terakhir ini juga merasa 'istimewa' dan
lebih unggul dari yang lain. Mereka sebenarnya memiliki self-esteem yang relatif
tidak stabil, dan dapat disebut bahwa mereka narsis. Colvin, Block dan Funder (dalam
Hogg & Vaughan, 2018) menemukan bahwa tipe terakhir dari individu dengan self-
esteem yang tinggi inilah yang kemungkinan besar akan salah menyesuaikan diri
dalam hal masalah interpersonal. Individu narsistik juga mungkin lebih rentan
terhadap agresi, khususnya jika mereka merasa bahwa ego mereka telah terancam.
Bushman dan Baumeister (dalam Hogg & Vaughan, 2018) melakukan eksperimen
laboratorium untuk menguji ide ini. Hasilnya adalah self-esteem tidak memprediksi
agresi, tetapi narsismelah yang melakukannya. Individu narsistik lebih agresif
terhadap orang-orang yang mereka rasa telah memprovokasi dan menyinggung
mereka.
References
Abrams, D., Hogg, M. A., Sabine, O., & Hinkle, S. (2004). The Social Identity
Perspective Intergroup Relations, Self-Conception, and Small Group.
Hogg, M. A., & Vaughan, G. M. (2018). Social Psychology (8th ed.). United
Kingdom: Pearson.