Abstract. The number of negative impacts caused by CSA makes it still need serious
treatment. Mother as the closest environment of early childhood should be able to be a
preventive agent of CSA. In fact, there was still many mothers who do not have knowledge
dan skill regarding CSA prevention on children. Therefore, a program was needed to
improve the knowledge and skills of parents through the “PILAR” program (Skilled-Taught
Self Protection Skill). This study aimed to validate the “PILAR”program through content
validation with professional judgement and empirical validation with training using the one
pretest and posttest group design. The result showed that knowledge about CSA prevention
improves significantly after being given training with Z = -2.952, p = 0.003 (p < 0.01) and CSA
prevention skills improve significantly with Z = -2.952, p = 0.003 (p < 0.01). It meant that the
program of “PILAR” was able to improve the knowledge and skills of mothers in
performing prevention of CSA.
Abstrak. Banyaknya dampak negatif yang ditimbulkan kekerasan seksual anak (KSA)
menjadikan KSA masih membutuhkan penanganan yang serius. Sebagai orang terdekat
anak, ibu seharusnya dapat menjadi agen pencegahan KSA. Faktanya, masih banyak ibu
yang belum memiliki pengetahuan dan keterampilan terkait prevensi KSA pada anak. Oleh
karena itu, dibutuhkan program untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
orangtua melalui program “PILAR” (Terampil Ajari Perlindungan Diri). Penelitian ini
bertujuan untuk memvalidasi program “PILAR” dengan validasi isi melalui professional
judgement dan validasi empirik melalui pelatihan dengan menggunakan desain the one group
pretest and posttest. Partisipan yang dilibatkan terdiri dari ibu yang mempunyai anak usia 4-6
tahun, pendidikan minimal SMA, berdomisili Malang dan belum pernah mengikuti
pelatihan pencegahan KSA. Partisipan sebanyak 11 orang. Pengetahuan terkait prevensi
KSA meningkat secara signifikan setelah diberi pelatihan yakni Z = -2,952, p = 0,003 (p < 0,01)
dan keterampilan menyampaikan prevensi KSA juga meningkat secara signifikan dengan Z
= -2,952, p = 0,003 (p < 0,01). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa program “PILAR”
terbukti dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu dalam menyampaikan
prevensi KSA.
Kasus kekerasan seksual anak (KSA) ka KSA yang tetap tinggi tiap tahunnya.
masih menjadi masalah yang serius di Data yang diperoleh dari Komisi
Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan ang- Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)
1Korespondensi
menunjukkan bahwa selama tahun 2011
mengenai artikel ini dapat dilakukan
melalui nurhuzaifahamini@gmail.com hingga tahun 2016, perbedaan jumlah
2atau melalui ira_paramastri@ugm.ac.id+
kasus tiap tahunnya cenderung tipis.
Sepanjang tahun 2011 hingga 2016, Cashmore & Shackel, 2014; Scimeca, et al.,
pertahunnya terdapat 5.327 kasus KSA 2014).
yang terlaporkan (KPAI, 2016). Finkelhor, Shattuck, Turner, dan
Kota Malang merupakan salah satu Hamby (2014) yang menyatakan bahwa
kota dengan angka KSA tertinggi anak dalam rentan usia berapapun
beberapa tahun terakhir di Indonesia. berisiko mengalami kekerasan seksual,
Data yang diperoleh dari Polres Malang termasuk anak usia dini. Anak usia dini
(Noval, 2018) menunjukkan bahwa jumlah masih dalam proses perkembangan yaitu
kasus KSA di kota Malang dalam dua anak memiliki ketergantungan yang
tahun terakhir mengalami peningkatan. tinggi pada orang dewasa dan belum
Sepanjang tahun 2017 ditemukan memiliki pengertian yang kompleks
sebanyak 277 kasus KSA, awal 2018 tentang segala bentuk perlakuan yang
khususnya pada bulan pertama dan mampu mengancam dirinya (Komalasari,
kedua ditemukan 37 kasus KSA. 2016). Oleh karena itu, ibu yang memiliki
KSA merupakan kegiatan seksual anak usia dini memiliki tanggung jawab
yang melibatkan anak yang usianya dan kewajiban melindungi anak yang
belum cukup dewasa dengan orang yang sangat besar. Hal ini didukung oleh Yafie
usianya lebih tua (Odhayani, Watson & (2017) yang menyatakan bahwa
Watson, 2013). Anak dijadikan alat untuk lingkungan keluarga merupakan menjadi
mendapatkan sensasi senang dalam pendidik utama terkait seks bagi anak,
aktivitas seksual (Olafson, 2011). Bentuk sedangkan pihak lain seperti sekolah
kekerasan seksual terdiri atas dua jenis hanya sebagai pelengkap dalam mendidik
yakni yang melibatkan kontak fisik dan anak.
yang tidak melibatkan kontak fisik. Realitanya masih banyak ibu yang
Tindakan kontak meliputi menyentuh tidak memiliki pengetahuan dan
secara seksual berbagai area tubuh sensitif keterampilan dalam mengajarkan anak
anak seperti payudara dan alat kelamin prevensi KSA. Hal ini ditunjukkan dengan
serta seks oral, anal hingga penetrasi. adanya temuan bahwa kebanyakan ibu
Adapun yang tidak melibatkan kontak saat ini masih minim pengetahuan terkait
mengacu pada tindakan seperti anak yang prevensi KSA. Chalya, Mlekwa,
dipaksa berpose telanjang, memper- Nyamhanga dan Urassa (2016)
lihatkan ketika masturbasi, memperli- menyatakan bahwa pengetahuan ibu
hatkan anak materi pornografi dan terkait prevensi KSA sangat buruk.
melihat orang lain berhubungan (Kisanga, Salah satu program yang telah
2012). terbukti efektif dapat meningkatkan
Dampak yang ditimbulkan oleh pengetahuan serta keterampilan orangtua
KSA terbagi atas dua kategori yakni fisik dalam menyampaikan prevensi KSA
dan psikologis. Dampak fisik diantaranya adalah program “Lingkaran” (Mardhiyah,
adalah sakit pada vagina atau penis, luka 2017). Program “Lingkaran” merupakan
memar, eritema, disuria kronis, enuresis, hasil modifikasi dari program “Jari Peri”
konstipasi atau enkopresis (Indriati, 2001). oleh Islawati dan Paramastri (2015) yang
Sedangkan dampak psikologis akibat KSA ditujukan untuk guru, kemudian
diantaranya stres, depresi, post traumatic dimodifikasi dengan menyesuaikan pada
stress disorder (PTSD), rasa takut dan kebutuhan orang tua. Namun, dari hasil
cemas yang tinggi, dan perubahan emosi analisis penelitian Mardhiyah (2017)
yang tidak stabil (Berhane, et al., 2011; diketahui bahwa ternyata masih ada
beberapa orang tua yang belum
informasi atau menunjukkan perilaku KSA, d) sesi III prevensi KSA untuk anak
benar sehingga anak memperoleh usia dini, d) sesi IV ibu terampil
pengetahuan dan belajar cara berperilaku sampaikan prevensi KSA, dan e) penutup.
yang tepat dengan mengamati dan Penelitian ini bertujuan untuk
mencontoh dari model. Instruction menguji pengaruh program “PILAR”
merupakan cara untuk digunakan untuk pada peningkatan pengetahuan dan
menjelaskan petunjuk atau langkah yang keterampilan ibu dalam menyampaikan
perlu dilakukan agar dapat menguasai prevensi KSA kepada anak usia dini.
dan melakukan keterampilan atau Hipotesis penelitian ini adalah program
perilaku tertentu secara tepat. Instruksi “PILAR” dapat meningkatkan
dapat diberikan secara tertulis maupun pengetahuan dan keterampilan dalam
verbal. Instruksi yang efektif bersifat menyampaikan prevensi KSA kepada
spesifik dan deskriptif. Dalam hal ini, anak. Hasil penelitian diharapkan dapat
instruksi yang diberikan pada anak memberikan kontribusi bagi masyarakat,
bertujuan agar anak memahami dengan instansi kesehatan dan pendidikan
jelas hal situasi berbahaya yang sebagai salah satu bentuk program
mengancam dirinya dan hal yang harus preventif tahap primer untuk
dilakukan oleh anak untuk melindungi permasalahan KSA. Manfaat lainnya
dirinya. dalam penelitian adalah untuk
Rehearsal merupakan upaya meningkatnya pengetahuan dan
memberikan kesempatan kepada anak keterampilan ibu dalam menyampaikan
untuk berlatih mempraktikkan perilaku prevensi KSA kepada anak.
target sesuai contoh dan instruksi dari
model. Feedback atau pemberian umpan Metode
balik dilakukan oleh orang tua setelah
anak mempraktikkan perilaku target. Variabel tergantung dalam penelitian ini
Umpan balik yang diberikan dapat adalah pengetahuan dan keterampilan ibu
berupa penguatan atau koreksi. menyampaikan prevensi KSA, sedangkan
Penguatan yang diberikan merupakan variabel bebasnya adalah program
sesuatu yang disukai oleh anak. “PILAR” (Terampil Ajari Perlindungan
Proses pengembangan program Diri). Pengetahuan prevensi KSA
“PILAR” dilakukan berdasarkan alur merupakan merupakan informasi terkait
sistematis penyusunan modul menurut pengetahuan prevensi KSA dan cara
Russell & Johanningsmeier & (1981). perlindungan diri pada anak usia dini
Menurut Russell & Johanningsmeier yang diperoleh dari proses belajar
(1981), proses penyusunan modul mengamati. Adapun keterampilan
melibatkan enam langkah, mulai dari menyampaikan prevensi KSA yang
penentuan tujuan spesifik, penyusunan dimaksudkan adalah kemampuan yang
tes atau instrumen evaluasi, analisis terbentuk dari proses pembelajaran
karakteristik pembelajar, penentuan observasional, yang diwujudkan dalam
media dan aktivitas belajar, pelaksanaan beberapa bentuk perilaku.
uji coba (try out) modul dan evaluasi. Partisipan yang terlibat berjumlah
Adapun program “PILAR” terdiri dari 11 ibu yang mempunyai anak usia dini di
beberapa sesi yakni: a) sesi pengenalan Kota Malang dengan menggunakan
program, b) sesi I pengetahuan kekerasan teknik purposive sampling. Adapun
seksual terhadap anak (KSA), c) sesi II karakteristik partisipan yang digunakan
peran orang tua sebagai agen prevensi adalah ibu yang memiliki anak usia 4-6
tahun, pendidikan minimal SMA, domisili 0,75 hingga 0,93. Azwar (2017)
di Malang, bersedia untuk mengikuti menyatakan bahwa skor Aiken’s V yang
seluruh rangkaian program “PILAR”, lebih dari 0,5 memiliki validitas isi yang
belum pernah mengikuti pelatihan baik dengan konten yang dapat diterima
pencegahan KSA dan memiliki skor dan memuaskan. Hal ini menunjukkan
pengetahuan terkait prevensi KSA berada bahwa program “PILAR” memiliki
pada kategori sedang berdasarkan skala validitas isi yang baik.
tes pengetahuan. Proses selanjutnya adalah uji
Pengukuran pengetahuan dalam validasi empirik yang bertujuan untuk
validitas empirik program “PILAR” mengetahui kemampuan modul dapat
menggunakan tes pengetahuan oleh berfungsi aplikatif dan berguna dengan
Mardhiyah (2017) yang terdiri dari 34 baik sesuai dengan kebutuhan peserta
aitem pengetahuan tentang prevensi KSA (Azwar, 2017). Analisis Wilcoxon signed
dengan nilai content validity ratio sebesar rank test bertujuan untuk mengetahui
0,52 sampai 0,92 dan Koefisien alpha perbedaan skor pengetahuan dan
Cronbach 0,918. Adapun pengukuran keterampilan menyampaikan prevensi
keterampilan menggunakan lembar KSA.
observasi behavioral skills training oleh Hasil analisis skor pengetahuan
Yandu (2017) yang terdiri dari 18 menggunakan Wilcoxon signed rank test
indikator perilaku dengan validitas aitem menunjukkan perolehan nilai Z yang
0,865 sampai 0,927 dan nilai intraclass diperoleh sebesar -2.952 dengan p (0,003) <
correlation coefficient r sebesar 0,899. Selain 0,01. Hal ini membuktikan bahwa
kedua alat ukur tersebut, digunakan juga terdapat perbedaan yang signifikan skor
lembar observasi pembelajaran tiap pengetahuan ibu terkait kekerasan seksual
partisipan, lembar evaluasi pelatihan dari anak setelah diberikan pelatihan dengan
partisipan dan observer, self report serta sebelum diberi pelatihan. Skor
wawancara sebagai instrumen pengetahuan setelah diberi pelatihan lebih
pendukung. tinggi dibanding skor pengetahan
sebelum pelatihan. Adapun pengaruh
Hasil effect size pelatihan terhadap pengetahuan
sebesar 0,89. Hal ini menunjukkan besar
Proses validasi program “PILAR” melalui pengaruh pelatihan terhadap peningkatan
dua tahap yakni validasi isi dan validasi pengetahuan ibu terkait prevensi KSA
empirik (Russel & Johanningsmeier, 1981). sebesar 89 %.
Validasi isi program melibatkan empat Selain skor pengetahuan,
orang ahli untuk memberikan penilaian perubahan juga terjadi pada variabel
terhadap kesesuaian isi modul dengan keterampilan. Hasil analisis skor
tujuan yang ingin dicapai oleh modul. keterampilan menggunakan Wilcoxon
Para ahli yang dilibatkan terdiri dari signed rank test menunjukkan perolehan
praktisi dan akademisi yang memiliki nilai Z sebesar - 2,952 dengan p(0,003) <
ketertarikan dan pengalaman terhadap 0,01. Hal ini menunjukkan bahwa
masalah kekerasan seksual anak serta terdapat perbedaan skor yang signifikan
perkembangan anak usia dini. Hasil pada skor keterampilan ibu dalam
penilaian dari para ahli terhadap program menyampaikan materi prevensi KSA
“PILAR” dianalisis menggunakan Aiken’s setelah diberikan pelatihan dengan
V (Azwar, 2017). Skor Aiken’s V untuk sebelum diberi pelatihan. Pengaruh effect
modul “PILAR” diperoleh dari rentang size pelatihan terhadap keterampilan
Tabel 2.
Hasil Gain Score Keterampilan Menyampaikan Prevensi KSA
proses modelling, instruction, rehearsal dan Selain itu, program “PILAR” yang
feedback. Pada sesi 4, partisipan melakukan menggunakan media flashcard dan boneka
roleplay dengan ada yang berperan sebagai terbukti dapat memengaruhi atensi dan
ibu dan anak untuk mempraktikkan cara retensi partisipan sehingga dapat
menyampaikan prevensi KSA. Modelling meningkatkan pengetahuan dan
terjadi pada partisipan ibu menunjukkan keterampilan partisipan dalam
cara yang tepat untuk melindungi diri menyampaikan prevensi KSA. Hal ini
kepada anak, instruction terjadi pada saat sesuai penelitian Karadag, Dereobah, dan
partisipan menjelaskan bagian tubuh yang Sonmez (2014) dan Zhang et al. (2014)
perlu dilindungi beserta cara yang perlu yang menyatakan bahwa program
dilakukan untuk melindungi diri pada menggunakan berbagai media seperti
anak, rehearsal terjadi pada saat ibu boneka, kartu bergambar, dan roleplay
meminta anak mengulangi penjelasan yang diberikan pada anak usia dini
yang ibu sampaikan dan feedback terjadi mampu meningkatkan pengetahuan dan
pada saat ibu memberikan apresiasi atau keterampilan melindungi diri dari KSA.
masukan terhadap usaha anak. Teknik Penyusunan program “PILAR”
behavioral skill training sudah terbukti yang mengikuti aturan penyusunan
efektif untuk meningkatkan keterampilan modul menurut Russel dan
guru dan anak dalam ranah pencegahan Johanningsmeier (1981) menjadi salah
KSA pada saat diberi pelatihan (Egemo- satu faktor yang memengaruhi
Helm et al., 2006). keberhasilan program. Di antaranya
Proses terakhir adalah motivasi. adalah pemilihan partisipan yang
Proses ini merupakan faktor yang didasarkan pada karakteristik tertentu
membuat perilaku yang sudah terbentuk untuk memperkuat alasan bahwa
dapat bertahan sehingga menjadi perubahan yang terjadi pada partisipan
keterampilan. Dalam pelatihan ini, proses disebabkan oleh pemberian perlakuan.
motivasi terjadi pada saat fasilitator dan Selain itu, bahasa yang digunakan dalam
partisipan saling memberi apresiasi pelatihan adalah bahasa yang mudah
berupa pujian dan tepuk tangan untuk diterima oleh usia ibu. Pemilihan media
partisipan yang telah mempraktikkan cara pendukung juga didasarkan pada
menyampaikan prevensi KSA, serta karakteristik partisipan yang mudah
memberikan koreksi dengan bahasa yang didapatkan oleh partisipan ibu-ibu.
baik untuk partisipan yang masih kurang Faktor lain yang memengaruhi
tepat dalam mempraktikkan cara keberhasilan program adalah pemilihan
menyampaikan prevensi KSA. Pemberian metode pembelajaran. Metode
umpan balik hanya dilakukan oleh pembelajaran observasional yang
fasilitator, sedangkan pemberian umpan digunakan dalam pelatihan telah terbukti
balik antar partisipan tidak dilakukan efektif diterapkan pada proses belajar baik
oleh semua partisipan karena waktu yang anak maupun dewasa (Miltenberger,
terbatas dan kesulitan partisipan 2012). Metode belajar observasional
memberikan umpan balik ke partisipan melalui modelling salah satu metode yang
lainnya. Dari hasil self report, partisipan dinilai efektif untuk diterapkan dalam
tampak merasakan banyak manfaat meningkatkan pengetahuan (Salisu &
selama mengikuti pelatihan. Hal ini Ransom, 2014).
menjadi salah satu faktor yang Selain itu, faktor lain yang
memotivasi partisipan sehingga efektif memengaruhi efektivitas program
dalam pembelajaran. pelatihan pada peningkatan pengetahuan
dan keterampilan adalah pemilihan model ibu dengan karakteristik anak yang
yang sudah sesuai dengan karakteristik berbeda. c) perlunya memperhatikan hal-
ideal. Fasilitator yang berperan sebagai hal teknis pada pelaksanaan pelatihan
model dapat memberi stimulus bagi sebagai pengembangan program “PILAR”
partisipan untuk belajar membentuk selanjutnya guna meminimalisasi faktor-
perilaku baru (Bandura, 1986). Fasilitator faktor yang dapat memengaruhi hasil
yang dipilih merupakan psikolog yang penelitian.
memiliki banyak pengalaman dalam
memberikan pelatihan terkait KSA serta Kepustakaan
memiliki pengalaman dalam memberikan
pelatihan pada ibu-ibu. Bandura (1986) Azwar, S. (2017). Metode penelitian.
menyatakan bahwa model yang memiliki Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
kemampuan dan kompetensi yang baik Bandura, A. (1986). The explanatory and
cenderung lebih mudah ditiru oleh orang predictive scope of self-efficacy
lain dalam proses pembelajaran. theory. Journal of Social and Clinical
Psychology, 4(3), 359-373. doi:
Kesimpulan 10.1521/jscp.1986.4.3.359
Bartholomew, L. K., Gottlieb, N., Kok, G.,
Program “PILAR” terbukti mampu & Parcel, G. S., (2006). Planning
meningkatkan pengetahuan dan kete- health promotion programs: An
rampilan ibu menyampaikan prevensi intervention mapping approach (Edisi
KSA. Program “PILAR” dinilai memiliki kedua). San Francisco: Jossey-Bass.
validitas isi dan empirik yang baik. Hal ini Berhane Y., Devries K., Deyessa N.,
menunjukkan bahwa program “PILAR” Durand, J., Ellsberg, M., Garcia-
mempunyai kesesuaian materi, mudah Moreno C., Heise, L., Jansen H., Kiss
dipahami dan aplikatif sebagai sebuah L, Mbwambo, J., Schraiber,
program yang bertujuan untuk me- LB.,Watts, C, & Yoshihama, M.
ningkatkan pengetahuan dan ke- (2011). Violence against women is
terampilan ibu yang memiliki anak usia 4- strongly associated with suicide
6 tahun dalam menyampaikan prevensi attempts: Evidence from the WHO
KSA. multi-country study on women’s
health and domestic violence against
Saran women. Social Science & Medicine,
Terdapat beberapa saran dari Program 73(1), 79-86. doi:
“PILAR”, yaitu a) program “PILAR” 10.1016/j.socscimed.2011.05.006
dapat dijadikan sebagai bahan rujukan Brown, H. D. (1973). Prinsiples of languaege
untuk proses sosialisasi kepada ibu yang learning and teaching. New Jersey:
memiliki anak usia dini melalui sekolah, Prentice Hall, Englewood Cliff
instansi kesehatan atau masyarakat guna Byers, E. S., Sears, H. A., & Weaver, A. D.
meningkatkan pengetahuan keterampilan (2008). Parents' reports of sexual
ibu menyampaikan prevensi KSA pada communication with children in
anak. b) pengembangan program kindergarten to grade 8. Journal of
“PILAR” selanjutnya dapat dilakukan Marriage and Family, 70(1), 86-96. doi:
dengan cara uji efektivitas pada variabel 10.1111/j.1741-3737.2007.00463.x
lain dengan jumlah partisipan yang Cashmore, J & Shackel, R. (2014). Gender
banyak desain penelitian yang berbeda, differences in the context and
kota yang berbeda atau dengan partisipan consequences of child sexual abuse.