Anda di halaman 1dari 5

Nama : Ananda Putri H

Nim : B11.2020.06393

QUIZ PO
Menurut Tajfel, social identity (identitas social) adalah bagian dari konsep diri
seseorang yang berasal dari pengetahuan mereka tentang keanggotaan dalam suatu
kelompok sosial bersamaan dengan signifikansi nilai dan emosional dari keanggotaan
tersebut. Social identity berkaitan dengan keterlibatan, rasa peduli dan juga rasa bangga
dari keanggotaan dalam suatu kelompok tertentu. Berikan penjelasan mengenai social
identity lebih dalam menurut perilaku organisasi, bentuk-bentuk identitas, proses
identitas, komponen identitas dan berikan contoh identitas sosial dalam penerapannya.

Note: submitted on Sunday 12PM


(Times new roman, 12, space 1.5)
Jawab :
1. Penjelasan social identity lebih dalam menurut perilaku organisasi
Social identity adalah atribut yang dimiliki oleh seorang individu dimana
individu tersebut merupakan bagian dari suatu kelompok sosial, atribut tersebut
kemudian digunakan untuk memperkenalkan adanya kelompok sosialnya dan
membedakan kelompok sosialnya tersebut dengan kelompok sosial lain. Sesama
anggota dalam suatu kelompok sosial memiliki rasa kedekatan dan beberapa ciri
atau karakteristik yang berbeda dengan kelompok sosial lain. Kedekatan yang
dibangun dalam kelompok ini tidak hanya dalam bentuk kedekatan fisik misalnya
intensitas dalam pertemuan, namun juga kedekatan psikologis dimana sesama
anggota dalam suatu kelompok memiliki tujuan dan pemikiran yang sama.
2. Bentuk-bentuk identitas
a. Identitas Budaya
Identitas budaya merupakan ciri yang muncul karena seseorang itu
merupakan anggota dari sebuah kelompok etnik tertentu, itu meliputi
pembelajaran tentang dan penerimaan tradisi, sifat bawaan, bahasa,
agama, dan keturunan dari suatu kebudayaan.
b. Identitas Sosial
Identitas sosial adalah persamaan dan perbedaan, soal personal dan sosial,
soal apa yang kamu miliki secara bersama-sama dengan beberapa orang
dan apa yang membedakanmu dengan orang lain.
c. Identitas Diri
Identitas umumnya dimengerti sebagai suatu kesadaran akan kesatuan dan
kesinambungan pribadi, suatu kesatuan unik, kesatuan dan kesinambungan
yang mengintegrasikan semua gambaran diri, baik yang diterima dari
orang lain maupun yang diimajinasikan sendiri tentang apa dan siapa
dirinya serta apa yang dapat dibuatnya dalam hubungan dengan diri
sendiri dan orang lain. Identitas diri seseorang juga dapat dipahami
sebagai keseluruhan ciri-ciri fisik, disposisi yang dianut dan diyakininya
serta daya-daya kemampuan yang dimilikinya. Semuanya merupakan
kekhasan yang membedakan orang tersebut dari orang lain dan sekaligus
merupakanintegrasi tahap-tahap perkembangan yang telah dilalui
sebelumnya.
3. Proses identitas
Turner (dalam Tajfel, 1982) dan Ellemers dkk., (2002) mengungkapkan
kategori sosial sebagai pembagian individu berdasarkan ras, kelas, pekerjaan,
jenis kelamin, agama, dan lain-lain. Kategori sosial berkaitan dengan kelompok
sosial yang diartikan sebagai dua orang atau lebih yang mempersepsikan diri atau
menganggap diri mereka sebagai bagian satu kategori sosial yang sama. Seorang
individu pada saat yang sama merupakan anggota dari berbagai kategori dan
kelompok sosial (Hogg dan Abrams, 1990).
Kategorisasi adalah suatu proses kognitif untuk mengklasifikasikan objek-
objek dan peristiwa ke dalam kategori-kategori tertentu yang bermakna (Turner
dan Giles, 1985; Branscombe dkk., 1993).
Pada umumnya, individu-individu membagi dunia sosial ke dalamdua
kategori yang berbeda yakni kita dan mereka. Kita adalah ingroup, sedangkan
mereka adalah outgroup. Maka kelompok lain sebagai outgroup dipersepsikan
sebagai musuh atau yang mengancam (Sear., dkk.,1994).
Banyaknya kategori yang menyusun identitas sosial terkait dengan dunia
inter personal mengindikasikan sejauh mana kita serupa dan tidak serupa dengan
orang lain di sekitar kita. Dalam banyak kasus, setiap kelompok berusaha untuk
menjadikan anggotanya memiliki identitas sosial yang kuat dan inheren terhadap
kelompoknya. ketika seseorang telah memiliki identitas yang kuat terhadap
kelompoknya, maka secara psikologis, ia akan sangat terikat dan pada akhirnya
aka melahirkan solidaritas dan komitmen terhadap kelompok (Zillmann, dkk.,
dalam Jacobson, 2003).
Hal senada juga disampaikan oleh Vugt dan Hart (2004), yang
menyatakan bahwa identitas sosial akan mempengaruhi loyati dan intergritas
anggota kelompok. Beberapa kasus menunjukkan bahwa solidaritas terhadap
kelompoknya terkadang membawa individu ke arah perilaku yang melanggar
norma-norma.
4. Komponen identitas
a. Identifikasi
Ellemers (1993) menvatakan bahwa identifikasi sosial, mengacu pada
sejauh mana seseorang mendefinisikan diri mereka (dan dilihat oleh orang
lain) sebagai anggota kategori sosial tertentu. Posisi seseorang dalam
lingkungan, dapat didefinisikan sesuai dengan "categorization" yang
ditawarkan. Sebagai hasilnya, kelompok sosial memberikan sebuah
identification pada anggota kelompok mereka, dalam sebuah lingkungan
sosial. Ketika seseorang teridentifikasi kuat dengan kelompok sosial
mereka, mereka mungkin merasa terdorong untuk bertindak sebagai
anggota kelompok. Misalnya dengan menampilkan perilaku anar
kelompok yang diskriminatif. Aspek terpenting dalam proses
identification ialah, seseorang mendefinisikan dirinya sebagai anggota
kelompok tertentu. Selanjutnya Ellemers. Kortekaas & Ouwerkerk (1999)
menambahkan bahwa identification terutama digunakan untuk merujuk
kepada perasaan komitmen afektif kepada kelompok (vaitu komponen
emosional). daripada kemungkinan untuk membedakan antara anggota
pada kategori sosial yang berbeda (komponen kognitif).
b. Pengelompokan
Kategorisasi dalam identitas sosial memungkinkan individu menilai
persamaan pada hal-hal yang terasa sama dalam suatu kelompok (Tajfel &
Turner. dalam Hogg & Vaughan. 2002). Adanya social categorization
menyebabkan adanya self categorization. Self categorization merupakan
asosiasi kognitif diri dengan kategori sosial (Burke & Stets. 1998) yang
merupakan keikutsertaan diri individu secara spontan sebagai seorang
anggota kelompok. Oleh karena itu dalam melakukan kategorisasi
terciptalah conformity, karena memungkinkan individu untuk
mempertahankan identitas sosialnya dan mempertahankan
keanggotaannya (Tajfel & Turner, dalam Hogg & Abrams, 1990).
c. Social Comparison
Ketika sebuah kelompok merasa lebih baik dibandingkan dengan
kelompok lain. ini dapat menyebabkan identitas sosial yang positif
Ellemers (1993). Identitas sosial dibentuk melalui perbandingan sosial.
Perbandingan sosial merupakan proses yang kita butuhkan untuk
membentuk identitas sosial dengan memakai orang lain sebagai sumber
perbandingan. untuk menilai sika dan kemampuan kita. Melalui
perbandingan sosial identitas sosial terbentuk melalui penekanan
perbedaan pada hal-hal yang terasa berbeda pada ingroup dan outgroup
(Tajfel & Turner, dalam Hogg & Abrams. 1990).
5. Contoh identitas sosial dalam penerapannya.
a. Ikatan mahasiswa Kalimantan di Jakarta, berarti yang melekat pada dir
seseorang adalah anggota kelompok tersebut berasal dari provinsi
Kalimantan.
b. Individu yang tergabung dalam kelompok pecinta alam. berarti anggota
kelompok tersebut gemar mendaki gunung atau melakukan aktivitas yang
langsung ke alam.
c. Individu yang bergabung dalam kelompok pecinta kucing. artinya anggota
kelompok gemar memelihara kucing. saling bertukar informasi cara
merawatya dan hal lain yang berkaitan dengan kucing.

Anda mungkin juga menyukai