Anda di halaman 1dari 15

SOSIOLOGI

KELOMPOK
06
www.reallygreatsite.com
GROUP IDENTITY

IKIMAHARDIKA TAHTIA PINA RISKI

AOLIA JUWITADEWI DEK RINA


PEND
AHU
LUAN
IDENTITAS SOSIAL
M ATER
I
Identitas sosial (social identity) adalah keterkaitan,
keterlibatan, peduli dan rasa bangga yang bersumber
dari pengetahuan seseorang tentang keanggotaan
IN THE BOOK dalam suatu kelompok sosial sehingga timbul rasa

kebersamaan, signifikasi nilai dan emosional dari


keanggotaan tersebut yang membedakan dengan
kelompok lain

Identitas sosial :bagian dari konsep diri sebuah individu


dari akibat persepsi yg sesuai dengan keanggotaan
dalam suatu kelompok sosial
WE THINK SINGKATNYA :identitas sosial akan menentukan
bagaimna kita di dalam masyarakat ,pandangan
masyarakat akan tetep menyamaratakan sebuah
individu sesuai kelompok sosialnya
PROSES TERBENTUKNYA
IDENTITAS SOSIAL

KATAGORI SOSIAL PROTOTIPE DEPERSONALISASI


FUNGSI IDENTITAS
SOSIAL
Secara umum, fungsi identitas
sosial bagi individu maupun
kelompok, diantaranya:
* Membentuk identitas positif dimata kelompok lain
agar mendapatkan pengakuan dari pihak lain.

* Untuk membantu menemukan jati diri dari mana dia


berasal melalui cara berpikir dan bertindak.

* Untuk membentuk rasa percaya diri yang lebih


tinggi.

* Memudahkan terbentuknya kerja sama dan


solidaritas dalam kelompok sosial.
Individu yang tergabung
dalam kelompok pecinta
alam, berartianggota
CONTOH kelompok tersebut gemar
mendaki gunung atau
IDENTITAS SOSIAL melakukanaktivitas yang
langsung ke alam.

Ikatan siswa SMA N 1


TEGALLALANG DI GIANYAR, Individu yang bergabung
berarti yang melekat padadiri dalam kelompok pecinta
seorang adalah anggota kucing, artinyaanggota
kelompok tersebut berasal kelompok gemar memelihara
dari provinsi BAL kucing, saling
bertukarinformasi cara
merawatnya dan hal lain yang
berkaitan dengan kucing
MATERI INTI
TEBING TINGGI DI ATAS GUNUNG MERAPI

HATI HATI BILA SEDANG MENDAKI

HIDUP TIDAK BISA DI ULANGI

MARI KITA MULAI SAJA MATERI INI


.................................
LET'S GET IT...
Persepsi dalam konteks
antar kelompok
DIMENSI DALAM Dengan mengidentifikasikan diri pada sebuah
MENGKONSEPTUALISA kelompok, maka status dan gengsi yang
SIKAN SOCIAL dimiliki oleh kelompok tersebut akan
IDENTITY mempengaruhi persepsi setiap individu
didalamnya. Persepsi tersebut kemudian
menuntut individu untuk memberikan
penilaian, baik terhadap kelompoknya
Menurut Jackson and Smith maupun kelompok yang lain
(dalam Barron and Donn, 1991) ada

empat dimensi dalam


mengkonseptualisasikan social Daya tarik in-group
identity, yaitu: tSecara umum, in group dapat diartikan sebagai suatu kelompok dimana
seseorang mempunyai perasaan memiliki dan “common identity” (identitas
umum). Sedangkan out group adalah suatu kelompok yang dipersepsikan jelas
berbeda dengan “in group”. Adanya perasaan “in group” sering menimbulkan “in
group bias”, yaitu kecenderungan untuk menganggap baik kelompoknya sendiri.
Menurut Henry Tajfel (1974) dan Michael Billig (1982) in group bias merupakan
refleksi perasaan tidak suka pada out group dan perasaan suka pada in group.
Hal tersebut terjadi kemungkinan karena loyalitas terhadap kelompok yang
dimilikinya yang pada umumnya disertai devaluasi kelompok lain.
Keyakinan saling terkait
Social identity merupakan keseluruhan aspek konsep diri seseorang yang
berasal dari kelompok sosial mereka atau kategori keanggotaan bersama
secara emosional dan hasil evaluasi yang bermakna. Artinya, seseorang
memiliki kelekatan emosional terhadap kelompok sosialnya. Kelekatan itu
sendiri muncul setelah menyadari keberadaannya sebagai anggota suatu
kelompok tertentu. Orang memakai identitas sosialnya sebagai sumber dari
kebanggaan diri dan harga diri. Semakin positif kelompok dinilai maka
semakin kuat identitas kelompok yang dimiliki dan akan memperkuat harga
diri. Sebaliknya jika kelompok yang dimiliki dinilai memiliki prestise yang
rendah maka hal itu juga akan menimbulkan identifikasi yang rendah
terhadap kelompok. Dan apabila terjadi sesuatu yang mengancam harga diri
maka kelekatan terhadap kelompok akan meningkat dan perasaan tidak
suka terhadap kelompok lain juga meningkat.

Depersonalisasi
Ketika individu dalam kelompok merasa menjadi bagian dalam sebuah
kelompok, maka individu tersebut akan cenderung mengurangi nilai-nilai yang
ada dalam dirinya, sesuai dengan nilai yang ada dalam kelompoknya tersebut.
Namun, hal ini juga dapat disebabkan oleh perasaan takut tidak ‘dianggap’
dalam kelompoknya karena telah mengabaikan nilai ataupun kekhasan yang
READ MORE
ada dalam kelompok tersebut. Keempat dimensi tersebut cenderung muncul
ketika individu berada ditengah-tengah kelompok dan ketika berinteraksi
dengan anggota kelompok lainnya.
Komponen Identitas Sosial
Tajfel (1978) mengembangkan social identity theory sehingga terdiri dari tiga komponen yaitu cognitive component
(self categorization), evaluative component (group self esteem), dan emotional component (affective component)
yaitu:
a. Cognitive component
Kesadaran kognitif akan keanggotaannya dalam kelompok, seperti self categorization. Individu mengkategorisasikan
dirinya dengan kelompok tertentu yang akan menentukan kecenderungan mereka untuk berperilaku sesuai dengan
keanggotaan kelompoknya. (dalam Ellemers, 1999). Komponen ini juga berhubungan dengan self stereotyping yang
menghasilkan identitas pada diri individu dan anggota kelompok lain yang satu kelompok dengannya. Self
stereotyping dapat memunculkan perilaku kelompok (Hogg, 2001).
b. Evaluative component
Merupakan nilai positif atau negatif yang dimiliki oleh individu terhadap keanggotaannya dalam kelompok, seperti
group self esteem. Evaluative component ini menekankan pada nilai-nilai yang dimiliki individu terhadap
keanggotaan kelompoknya (dalam Ellemers, 1999).
c. Emotional component
Merupakan perasaan keterlibatan emosional terhadap kelompok, seperti affective commitment. Emotional
component ini lebih menekankan pada seberapa besar perasaan emosional yang dimiliki individu terhadap
kelompoknya (affective commitment). Komitmen afektif cenderung lebih kuat dalam kelompok yang dievaluasi
secara positif karena kelompok lebih berkontribusi terhadap social identity yang positif. Hal ini menunjukkan bahwa
identitas individu sebagai anggota kelompok sangat penting dalam menunjukkan keterlibatan emosionalnya yang
kuat terhadap kelompoknya walaupun kelompoknya diberikan karakteristik negatif (dalam Ellemers, 1999).
Self-enhancement dan positive distinctiveness

Motivasi Melakukan Positive distinctiveness mencakup keyakinan bahwa ”kelompok


Social Identity kita” lebih baik dibandingkan “kelompok mereka”. Kelompok dan
anggota yang berada di dalamnya akan berusaha untuk
Social identity dimotivasi oleh mempertahankan positive distinctiveness tersebut karena hal itu
dua proses yaitu self- menyangkut dengan martabat, status, dan kelekatan dengan
enhacement dan uncertainty kelompoknya. Positive distinctiveness seringkali dimotivasi oleh
reduction yang menyebabkan
harga diri anggota kelompok. Ini berarti bahwa harga diri yang
individu untuk berusaha lebih
rendah akan mendorong terjadinya identifikasi kelompok dan
baik dibandingkan kelompok
perilaku antar kelompok. Dengan adanya identifikasi kelompok,
lain. Motivasi ketiga yang juga
berperan adalah optimal
harga diri pun akan mengalami peningkatan. Self-enhancement
distinctiveness. Ketiga motivasi tak dapat disangkal juga terlibat dalam proses identitas sosial.
ini akan dijelaskan sebagai Karena motif individu untuk melakukan social identity adalah
berikut (Burke, 2006): untuk memberikan aspek positif bagi dirinya, misalnya
meningkatkan harga dirinya, yang berhubungan dengan self
enhancement (Burke, 2006).
Uncertainty Reduction
Motif social identity yang lain adalah uncertainty reduction. Motif ini secara
langsung berhubungan dengan kategorisasi sosial. Individu berusaha
mengurangi ketidakpastian subjektif mengenai dunia sosial dan posisi mereka
dalam dunia sosial. Individu suka untuk mengetahui siapa mereka dan
bagaimana seharusnya mereka berperilaku. Selain mengetahui dirinya, mereka
juga tertarik untuk mengetahui siapa orang lain dan bagaimana seharusnya
orang lain tersebut berperilaku. Kategorisasi sosial dapat menghasilkan
uncertainty reduction karena memberikan group prototype yang
menggambarkan bagaimana orang (termasuk dirinya) akan/dan seharusnya
berperilaku dan berinteraksi dengan orang lain. Dalam uncertainty reduction,
anggota kelompok terkadang langsung menyetujui status keanggotaan mereka
karena menentang status kelompok berarti meningkatkan ketidakpastian self-
conceptualnya. Individu yang memiliki ketidakpastian self-conceptual akan
termotivasi untuk mengurangi ketidakpastian dengan cara mengidentifikasikan
dirinya dengan kelompok yang statusnya tinggi atau rendah. Kelompok yang
telah memiliki kepastian self-conceptual akan dimotivasi oleh self-enhancement
untuk mengidentifikasi dirinya lebih baik terhadap kelompoknya (Burke, 2006).
Optimal Distinctiveness

Motif ketiga yang terlibat dalam proses social identity adalah


optimal distinctiveness. Menurut Brewer (1991), individu
berusaha menyeimbangkan dua motif yang saling berkonflik
(sebagai anggota kelompok atau sebagai individu) dalam
meraih optimal distinctiveness (dalam Burke, 2006). Individu
berusaha untuk menyeimbangkan kebutuhan
mempertahankan perasaan individualitas dengan kebutuhan
menjadi bagian dalam kelompok yang akan menghasilkan
definisi dirinya sebagai anggota kelompok (Ellemers, 1999).
KESIMPULAN
Dari materi ini kita dapat memperoleh banyak pembelajaran bahwa
kita harus bisa memilah kelompok sosial yang sama halnya dengan
pergaulan yang tepat bagi diri kita. Karena hal ini mempengaruhi
persepsi masyarakat terhadap impression masyarakat terhadap diri
kita. Tentunya kelompok sosial tidak dapat

kita tafsir membawa


dampak positif dan negatif, maka dari itu bijaklah dalam menentukan
arah pijak yang menguntungkan bagi kita.t

"PENDIDIKAN BUKANLAH PROSES MENGISI WADAH YANG KOSONG


PENDIDIKAN ADALAH PROSES MENYALAKAN PIKIRAN"

BE SMART FRIEND.........
THANKS
FOR WATCHING

+123-456-7890 hello@reallygreatsite.com www.reallygreatsite.com

Anda mungkin juga menyukai