Anda di halaman 1dari 3

Psikologi Sosial

2021E
21010664198/Dina Zukhrufi Najma
21010664199/Annisa Rahmania Putri
7 Maret 2022

Identitas Sosial

Sosial merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia. Pada awalnya, setiap
manusia akan mempunyai pendapat tentang “who i’m?”, termasuk ketika manusia layak
melabeli dirinya sebagai seorang “pria” atau “wanita”. Identitas sosial (social identity) tentu
akan dibangun oleh setiap manusia, sebagai definisi diri untuk mengarahkan bagaimana ia
membentuk serta menilai dirinya sendiri. (Baron & Byrne, 2016). Identitas sosial juga bagian
dari konsep diri seseorang hasil persepsi yang serasi dengan kedudukannya dalam sebuah
kelompok sosial (Wibisono & Sasia, 2020). Teori identitas sosial merupakan evolusi teori
kategorisasi sosial. Teori ini menggabungkan konsep identitas sosial berdasarkan identifikasi
dengan bangsa, etnis, jenis kelamin, dan afiliasi sosial lainnya untuk menyampaikan perasaan
bahwa individu memiliki status sosial. Henri Tajfel dan John Turner merumuskan konsep
identitas sosial ini sekitar tahun 1970 sampai 1980-an.

Pada tahun 1979, Tajfel dan Turner membedakan tiga proses dasar pembentukan
identitas sosial, yakni identifikasi sosial, kategorisasi sosial, dan perbandingan sosial.
(Wibisono & Sasia, 2020). Pertama, identifikasi sosial (social identification), yaitu sejauh
mana seorang individu mengidentifikasi dirinya sendiri dan diakui oleh orang lain sebagai
anggota dari kelompok sosial tertentu. Dalam identifikasinya, individu didorong untuk
mencapai identitas positif terhadap kelompoknya. Akibatnya, harga diri individu sebagai
anggota kelompok meningkat. Kedua, kategorisasi sosial (social categorization), yaitu
individu akan cenderung mengatur lingkungan sosialnya dengan membentuk kelompok atau
golongan yang bermakna bagi individu tersebut. Pada tahap ini, memungkinkan individu
untuk menentukan kesamaan dengan hal-hal serupa dalam suatu kelompoknya. Ketiga,
perbandingan sosial (social comparison), yaitu terjadi saat kelompok merasa lebih baik
dibandingkan dengan kelompok lainnya. Pada tahap ini, identitas sosial dapat mengarah pada
hal positif. Keinginan akan identitas positif ini merupakan gerakan psikologis dari perilaku
individu dalam suatu kelompok.
Supaya memahami lebih jelas tentang identitas sosial dibentuk, kita bisa mengamati
contoh kasus berikut ini. Saya merupakan anak perempuan yang lahir dan besar di keluarga
sederhana dalam lingkungan masyarakat yang didominasi suku Melayu, menjadikan saya
berpikir serta berperilaku selayaknya orang melayu. Pada tahap ini, saya mengidentifikasikan
diri saya dalam suatu kelompok tertentu, dan saya cenderung akan mengevaluasi dan
meningkatkan kualitas diri. Di sisi lain, saya juga memiliki identitas sebagai mahasiswa
jurusan psikologi di Universitas Negeri Surabaya, membuat saya memiliki pemikiran dan
berperilaku selayaknya mahasiswa psikologi. Ada pengetahuan dan nilai intrinsik bagi saya
sebagai anggota dalam kelompok tertentu pada tahap identifikasi ini. Setelah mengalami
banyak perubahan, identitas sosial pun dapat berlanjut bahkan berubah. Meskipun saya
melanjutkan pendidikan di Jawa, tetapi saya sadar saya orang Melayu dan bukan orang Jawa,
inilah yang dimaksud kategorisasi dalam identitas sosial. Pada tahap ini, terciptalah
konformitas agar saya dapat mempertahankan identitas sosial dan mempertahankan
keanggotaannya. Kemudian, dalam perbandingan sosial, saya akan berusaha mencapai
identitas positif dengan bergabung dalam in group, yaitu ketika saya seorang bersuku Melayu
sedang menempuh pendidikan psikologi di sebuah universitas.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan mempelajari identitas sosial
kita dapat mengetahui konsep diri seseorang dari hasil persepsi yang serasi dengan
kedudukannya dalam sebuah kelompok sosial. Dalam hal ini, individu akan didorong untuk
mencapai identitas positif terhadap kelompoknya, lalu individu akan menentukan kesamaan
dengan hal-hal serupa dalam suatu kelompoknya, kemudian kelompok akan merasa lebih baik
dibandingkan dengan kelompok lainnya, keinginan akan identitas positif ini merupakan
gerakan psikologis dari perilaku individu dalam suatu kelompok. Jadi, kita akan lebih
memahami bahwa identitas sosial tentu akan dibangun oleh setiap individu, sebagai definisi
diri untuk mengarahkan bagaimana ia membentuk serta menilai dirinya sendiri.
Daftar Pustaka
Baron, R. A., & Byrne, D. (2016). Psikologi sosial. (R. Djuwita, Trans. 10th ed. vol.1).
Erlangga
Wibisono, M. D., & Sasia, M. (2020). Pengembangan Skala Identitas Sosial : Validitas, Dan
Analisis Faktor Eksploratori. Proyeksi, 15(1), 58. https://doi.org/10.30659/jp.15.1.58-67

Anda mungkin juga menyukai