Stereotip secara lebih spesifik dapat dijelaskan sebagai generalisasi mengenai suatu ciri
kelompok sosial, yang mana karakteristik tertentu diberlakukan pada seluruh anggota
kelompok tersebut, tanpa mengindahkan adanya variasi yang ada pada anggota-anggotanya.
Pembahasan lebih lanjut pada artikel ini contoh stereotip gender, pekerjaan, dan etnis dalam
keseharian.
Stereotip
Pada dasarnya stereotip merupakan konsepsi yang memberikan bahasan mengenai beragam
sifat-sifat suatu golongan berdasar pada prasangka yang subjektif dan tidak tepat. Sehingga
kondisi ini dinilai memiliki dampak negatif dalam kehidupan masyarakat.
Pengertian Stereotip
Definisi stereotip adalah seputar pandangan yang ada di dalam kehidupan masyarakat
mengenai penggolongan suatu kelompok terhadap suatu simbol dengan sangkaan bahwa
semua hal tersebut adalah sama, sehingga ia memandang negatif pada masyarakat lainnya.
1. Miller, Stereotip mengandung dua konotasi, yaitu kekakuan (rigidity) dan salinan
atau kesamaan (duplication or sameness), dan ketika diaplikasikan kepada orang,
stereotip merupakan sesuatu yang kaku, dan stereotip tersebut menunjuk atau
mengecap kepada semua orang yang dituju dengan karakteristik yang sama.
2. Warnaen, Stereotip merupakan kategori khusus tentang keyakinan yang mengaitkan
golongan-golongan etnis dengan atribut- atribut pribadi.
Jenis Stereotip
Adapun jenis-jenis stereotipe adalah sebagai berikut:
Stereotip Gender
1.
1. Petugas humas suatu perusahaan akan diberikan kepada perempuan karena
memiliki fisik yang menarik dan mampu berprilaku lemah lembut. Dua
potensi ini cukup mumpuni dan dianggap menjadi senjata ampuh dalam upaya
menjalin kerja sama, khususnya melobi klien.
2. Perempuan yang bekerja pada sektor pariwisata akan memiliki stereotipe tidak
baik di masyarakat, khususnya akan dikaitkan dengan dunia malam pariwisata
yang hingar bingar.
3. Perempuan yang terlihat tidak feminim akan mendapatkan stereotip yang tidak
baik di mata masyarakat umum. Perempuan harus berambut panjang, memakai
rok, berada di dapur.
4. Masih banyak stereotip masyarakat konservatif yang berpikir bahwa
perempuan tidak perlu belajar tinggi-tinggi, menikah saja.
5. Stereotip dalam keluarga tradisional juga masih mengagungkan keberadaan
anak laki-laki sebagai ahli waris, buka anak perempuan.
Stereotip Pekerjaan
1. Sosok seorang guru dalam masyarakat dipercaya sebagai sosok yang bijak dan dapat
dijadikan panutan. Padahal belum tentu semua guru mampu menjadi sosok teladan
bagi orang lain.
2. Oknum polisi lalu lintas yang menerima uang sogokan ketika masyarakat terkena
tilang melahirkan stereotip baru di masyarakat bahwa semua polisi beragama sama
jika melihat persoalan uang.
3. Banyaknya kasus korupsi yang menjerat wakil-wakil rakyat di eksekutif maupun
legislatif membuat stereotip masyarakat menyamakan semua tabiat para pemimpinnya
sebelum benar-benar melihat rekam jejak yang bersih.
4. Penyanyi club malam selalu mendapatkan stereotip buruk dari masyarakat umum.
5. Stereotip yang berkembang di masyarakat ialah menjadi pegawai kantor adalah
pekerjaan/profesi yang paling mapan, nyatanya setiap orang memiliki hak memilih
pekerjaan yang membuatnya tidak hanya mapan, tapi juga bahagia lahir batin.
Stereotipe Etnis
1. Stereotip masyarakat Indonesia yang awam melihat orang-orang Timur ialah orang-
orang yang kasar, keras, dan kejam.
2. Orang-orang etnis asli Bali selalu menampakkan kesan yang sangat ramah, sangat
baik hati kepada pendatang, begitu pula stereotip yang dipandang wisatawan dunia.
Nyatanya, orang-orang Bali sendiri sangat fasih dengan ilmu-ilmu sakral yang
terkadang juga dapat membahayakan orang lain.
3. Orang-orang pedalaman masih dipandang sebagai orang-orang yang kurang
berpendidikan padahal tidak menutup kemungkinan orang pedalaman juga memiliki
tekad dan daya juang yang sama dengan orang-orang di kota
4. Etnis Tionghoa sampai saat ini masih memiliki stereotip yang paling unggul apabila
memiliki usaha dagang.
Gender dapat menjadi sebuah faktor penting yang membentuk konteks dan mempengaruhi
hasil akhir temperamen (Blakemore, Barenbaum & Liben, 2009). Gender sudah mewarnai
kehidupan manusia, bahkan sebelum manusia tersebut dilahirkan. Siapapun tidak pernah
meminta untuk dibesarkan dengan identitas gender tertentu, lingkunganlah yang
membesarkan dan membentuk manusia untuk dapat berlaku dan berkarakter sesuai dengan
tuntutan gender yang sudah dikonstruksikan sejak sebelum dilahirkan.
Kontrol sosial yang bersifat menentukan preferensi sikap maupun perilaku terhadap kedua
gender yang dianggap ideal dan dapat diterima oleh masyarakat, dan disertai dengan
konsekuensi tertentu jika seseorang bersikap atau berperilaku di luar preferensi tersebut
disebut dengan stereotip gender. Stereotip juga dapat didefinisikan sebagai pelabelan atau
penandaan terhadap suatu kelompok tertentu.
Stereotip dapat dilukiskan seperti "gambaran dalam kepala seseorang" dan terdiri dari
sejumlah sifat dan harapan yang berlaku bagi suatu kelompok. Padahal, bisa saja gambaran-
gambaran tersebut sebenarnya tidak akurat, karena stereotip merupakan suatu generalisasi
tentang sifat-sifat yang dianggap dimiliki oleh orang-orang tertentu tanpa perlu didukung
oleh fakta objektif.
Stereotip gender cukup luas karena anak-anak kecil belum memahami variasi individual
dalam hal maskulin dan feminin. Ketika seorang anak berusia 5 tahun, baik anak laki-laki
maupun anak perempuan memberikan stereotip pada laki-laki sebagai penguasa dan istilah
negatif lainnya, seperti kejam. Sedangkan, untuk anka perempuan istilahnya lebih positif,
misalnya ramah, lemah lembut,dll. Dari contoh ini, sekaligus menjelaskan bahwa stereotip
sudah mulai ada sejak masa anak-anak.
Anak laki-laki dan perempuan didorong untuk mengekspresikan emosi mereka dengan cara
yang berbeda. Seperti anak laki-laki tidak boleh cepat menangis, sedangkan untuk anak
perempuan pada usia yang sama dikatakan biasa jika menangis. Pandangan tentang laki-laki
seperti bersuara keras, bertubuh atletis, agresif, kasar an kurang berperasaan. Anka laki-laki
juga diharapkan lebih pintar dari anak perempuan. Sebaliknya, anka perempuan diharapkan
menjadi makhluk yang patuh atau mau mengalah, emosional, rapi dan bersih. Mereka tidak
dibenarkan untuk mengekspresikan pendapatnya. Anak perempuan lebih didorong untuk
memilih seni dan bahasa serta diharapkan lebih menyukai aktivitas-aktivitas yang berkaitan
dengan peran sebagai ibu.
Stereotip yang banyak sekali kita jumpai misalnya anak laki-laki dicap lebih kuat dan anak
perempuan lebih lemah. Atau laki-laki menyukai sifat maskulin dan anak perempuan
menyukai sifat feminin. Stereotip bisa merugikan dan menimbulkan ketidakadilan. Tentu saja
karena bersifat negatif, stereotip gender menjadi sesuatu yang dapat memberatkan baik bagi
laki-laki maupun perempuan. Dan jelas hal ini merupakan sebuah hak manusia yang tidak
seharusnya terjadi.
Jawaban:
Penjelasan:
1. Kekerasan terhadap perempuan karena sebuah pergerakan fisik maksudnya disini adalah
ketika para perempuan memposting suatu foto yang sedang memonyongkan bibirnya dengan
maksud tertentu yang disalahartikan oleh pria.
2. Indonesia merupakaan kebudayaan yang tidak bisa lepas dari kata kepemimpinan. negara
kita ini tidak bisa menerima begitu saja kehadiran perempuan untuk mencalonkan dirinya
sebagai pemimpin suatu daerah desa, maupun sebuah negara. sehingga ketika suatu negara
dipimpin oleh seorang wanita, masyarakat tertentu akan memvisualisasikannya sebagai hal
yang tabu dan tak pantas.
Pengertian gender
Menurut World Health Organization (WHO), gender adalah sifat perempuan dan laki-laki,
seperti norma, peran, dan hubungan antara kelompok pria dan wanita, yang dikonstruksi
secara sosial. Gender dapat berbeda antara satu kelompok masyarakat dengan masyarakat
lainnya, serta dapat berubah sering waktu.Dari pengertian gender di atas, gender adalah
sesuatu yang terbentuk secara sosial dan bukan dari bentuk tubuh laki-laki maupun
perempuan. Gender cenderung merujuk pada peran sosial dan budaya dari perempuan dan
laki-laki dalam masyarakat tertentu.Dalam konsep gender, terdapat istilah yang disebut
dengan identitas gender dan ekspresi gender. Identitas gender adalah cara pandang seseorang
dalam melihat dirinya, entah sebagai perempuan atau laki-laki. Sedangkan ekspresi gender
adalah cara seseorang mengekspresikan gendernya (manifestasi), melalui cara berpakaian,
potongan rambut, suara, hingga perilaku.Gender umumnya dideskripsikan dengan feminim
dan maskulin. Anda mungkin diajarkan bahwa laki-laki harus perkasa, kuat, dan tidak boleh
cengeng. Sementara itu, perempuan cenderung diajarkan untuk bersifat lemah lembut dan
keibuan. Sifat ini bisa dipertukarkan, bahwa laki-laki boleh bersifat lembut, dan perempuan
bersifat tegas.Peran gender dan stereotip gender juga bersifat sangat cair dan dapat berubah
dari waktu ke waktu.
2. Warna pink
Warna pink atau merah jambu menjadi warna yang feminim dan dianggap hanya pantas
diperuntukkan bagi perempuan. Ini juga menjadi salah satu perubahan stereotip gender,
karena awalnya warna pink dianggap cocok untuk laki-laki.
Apakah gender selalu beriringan dengan jenis kelamin perempuan dan laki-laki?
Beberapa orang percaya bahwa sifat maskulin harus dimiliki seorang laki-laki, dan feminim
harus ada perempuan. Walau begitu WHO menyebutkan bahwa gender dan seks (jenis
kelamin) memang tidak selalu beriringan. Misalnya, ada perempuan dengan sifat maskulin
yang dominan.Tak hanya itu, banyak memiliki identitas gender yang tidak sejalan dengan
jenis kelamin mereka. Individu ini disebut dengan transgender yang merupakan bagian
dari kelompok LGBT. Misalnya, seseorang merasa dirinya perempuan walau ia memiliki alat
kelamin berupa penis.Beberapa individu yang merasa identitas gendernya tidak sejalan
dengan jenis kelamin (seks) yang ia memiliki, berisiko mengalami gangguan psikologis yang
disebut dengan gender dysphoria. Bantuan ahli kejiwaan diperlukan untuk membantu
individu bersangkutan dalam menyelesaikan tekanan batin yang ia miliki.
Stereotip
1. Pengertian Stereotip
Ada beberapa pengertian stereotip, diantaranya :
1. Menurut Baron, Branscombe dan Byrne (2008 : 188), stereotip adalah kepercayaan
tentang sifat atau ciri-ciri kelompok sosial yang dipercayai untuk berbagi
2. Franzoi (2008 : 199) Stereotip adalah kepercayaan tentang orang yang
menempatkan mereka kedalam satu kategori dan tidak mengizinkan bagi berbagai
(variation) individual. Kepercayaan sosial ini dipelajari dari orang lain dan
dipelihara melalui aturan-aturan dalam interaksi sosial
Stereotipe adalah penilaian terhadap seseorang hanya berdasarkan persepsi terhadap
kelompok di mana orang tersebut dapat dikategorikan. Stereotipe merupakan jalan pintas
pemikiran yang dilakukan secara intuitif oleh manusia untuk menyederhanakan hal-hal yang
kompleks dan membantu dalam pengambilan keputusan secara cepat
Stereotip sering diartikan sebagai ejekan, juga merupakan gambaran-gambaran atau angan-
angan atau tanggapan tertentu terhadap individu atau kelompok yang dikenai prasangka.
Individu yang stereotip terhadap suatu kelompok atau golongan, sikap stereotip ini sukar
berubah, meskipun apa yang menjadi stereotip berbeda dengan kenyataan. Misalnya :
Stereotip mengatakan bahwa orang Yahudi itu lintah darat, penipu. Padahal banyak orang
yahudi yang ramah dan jujur.
1. Macam-macam Stereotip
Stereotip yang paling umum dimasyarakat kita berbasis pada gender dan keanggotaan di
kelompok etnik atau pekerjaan. Stereotip gender adalah kepercayaan tentang perbedaan ciri-
ciri atau atribut yang dimiliki oleh laki-laki dan perempuan. Orang lebih respek kepada laki-
laki daripada perempuan dan faktor ini memainkan peran penting pada diskriminasi di tempat
kerja bagi wanita. Kadang-kadang terjadi perempuan yang memiliki prestasi kerja yang tinggi
tidak mendapatkan posisi yang sesuai prestasinya karena dia seorang perempuan. Stereotip
gender cenderung mengatakan bahwa perempuan emosional, penurut, tidak logis, pasif,
sebaliknya pria cenderung tidak emosional, dominan, logis dan agresif.
Stereotip atas pekerjaan, misalnya guru bijak, artis glamor, polisi tegas dan sebagainya.
Stereotip cenderung menggeneralisasikan yang terlalu luas yang tak kenal perbedaan dalam
satu kelompok dan persepsi yang kurang akurat pada seseorang. Tidak semua polisi tegas,
tidak semua wanita emosional, tidak semua laki-laki dominan, dan tidak semua guru bijak.
1. Timbulnya Stereotip
Orang tua dan orang dewaa lainnya secara tidak langsung menanamkan stereotip sejak dini.
Anak-anak sejak lahir sudah diberi label oleh masyarakat menggunakan nama anak laki-laki
untuk anak laki-laki dan perempuan untuk anak perempuan. Demikian juga dengan model
dan warna pakaian untuk mereka.
Menurut Franzoi (2009 : 199) orang memperlihatkan sikap stereotip dengan maksud :
1. Berpikir cepat : memberikan informasi dasar untuk tindakan segera dalam suasana
tidak tentu, informasi yang kaya dan berbeda tentang individu yang kita tahu secara
pribadi, menampakkan berfikir sangat bebas untuk tugas lain.
2. Efisien dan memberi peluang kepada orang lain bergabung secara kognitif dalam
aktivitas kebutuhan lain.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi dan mendorong timbulnya stereotip, yaitu :
1. Keluarga perlakuan ayah dan ibu terhadap anak laki-laki dan perempuan yang
berbeda. Orang tua mempersiapkan kelahiran bayi yang berbeda atas laki-laki dan
perempuan. Mereka juga menganggap bahwa bayi laki-laki kuat, keras tangisannya,
sementara bayi perempuan lembut dan tangisannya tidak keras.
2. Teman sebaya : teman sebaya memiliki pengaruh yang besar pada stereotip anak
sejak masa prasekolah dan menjadi sangat penting ketika anak di Sekolah
Menengah Pertama maupun Sekolah Menengah atas. Teman sebaya mendorong
anak laki-laki bermain dengan permainan laki-laki seperti sepak bola, sementara
anak perempuan bermain dengan permainan perempuan seperti bermain boneka.
3. Sekolah : Sekolah memberikan sejumlah pesan gender kepada anak-anak. Sekolah
memberikan perlakuan yang berbeda diantara mereka.
4. Masyarakat : Masyarakat mempengaruhi stereotip anak melalui sikap mereka
dalam memandang apa yang telah disediakan untuk anak laki-laki dan perempuan
mengidentifikasi dirinya. Perempuan cenderung perlu bantuan dan laki-laki
pemecah masalah.
5. Media massa : melalui penampilan pria dan wanita yang sering terlihat di iklan-
iklan TV maupun koran. Tidak hanya frequensi yang lebih banyak pada laki-laki
daripada perempuan tetapi juga pada jenis-jenis pekerjaan yang ditampilkan laki-
laki lebih banyak dan lebih bergengsi daripada perempuan.
Dalam kenyataan, stereotip adalah “cepat berfikir” yang memberikan kita informasi yang
kaya dan berbeda tentang individu yang kita tidak tahu secara pribadi.