Anda di halaman 1dari 8

Ada banyak perbedaan antara pria dan wanita.

 Sampai batas tertentu, ini ditangkap dalam


gambar stereotip kelompok ini. Stereotip tentang cara pria dan wanita berpikir dan
berperilaku dibagikan secara luas, menunjukkan inti kebenaran. Namun, ekspektasi stereotip
tidak hanya mencerminkan perbedaan yang ada, tetapi juga memengaruhi cara pria dan
wanita mendefinisikan diri mereka sendiri dan diperlakukan oleh orang lain.

Stereotip secara lebih spesifik dapat dijelaskan sebagai generalisasi mengenai suatu ciri
kelompok sosial, yang mana karakteristik tertentu diberlakukan pada seluruh anggota
kelompok tersebut, tanpa mengindahkan adanya variasi yang ada pada anggota-anggotanya.
Pembahasan lebih lanjut pada artikel ini contoh stereotip gender, pekerjaan, dan etnis dalam
keseharian.

Stereotip
Pada dasarnya stereotip merupakan konsepsi yang memberikan bahasan mengenai beragam
sifat-sifat suatu golongan berdasar pada prasangka yang subjektif dan tidak tepat. Sehingga
kondisi ini dinilai memiliki dampak negatif dalam kehidupan masyarakat.

Pengertian Stereotip
Definisi stereotip adalah seputar pandangan yang ada di dalam kehidupan masyarakat
mengenai penggolongan suatu kelompok terhadap suatu simbol dengan sangkaan bahwa
semua hal tersebut adalah sama, sehingga ia memandang negatif pada masyarakat lainnya.

Pengertian Stereotip Menurut Para Ahli


Adapun pengertian stereotip menurut para ahli adalah sebagai berikut:

1. Miller, Stereotip mengandung dua konotasi, yaitu kekakuan (rigidity) dan salinan
atau kesamaan (duplication or sameness), dan ketika diaplikasikan kepada orang,
stereotip merupakan sesuatu yang kaku, dan stereotip tersebut menunjuk atau
mengecap kepada semua orang yang dituju dengan karakteristik yang sama.
2. Warnaen, Stereotip merupakan kategori khusus tentang keyakinan yang mengaitkan
golongan-golongan etnis dengan atribut- atribut pribadi.

Jenis Stereotip
Adapun jenis-jenis stereotipe adalah sebagai berikut:

1. Stereotip Gender, Stereotipe gender merupakan kepercayaan akan adanya perbedaan


ciri-ciri, atribut atau peran yang dimiliki laki-laki dan perempuan. Stereotipe jenis ini
seringkali menjadi faktor penyebab masalah sosial berupa diskriminasi antara laki-
laki dan perempuan.
2. Stereotip Pekerjaan, Stereotipe pekerjaan ialah kepercayaan atas perbedaan jenis
pekerjaan yang ditekuni. Setiap pekerjaan dipercaya akan identik dengan sifat-sifat
tertentu yang akan mewarnai proses terjadinya interaksi sosial dalam keberlangsungan
hidup.
3. Stereotip Etnis, Stereotipe satu ini dapat dikatakan sebagai jenis stereotipe yang
paling populer dari dua jenis stereotipe lainnya. Stereotipe etnis merupakan
kepercayaan atas adanya perbedaan kelompok suku (etnis) satu dengan lainnya.
Contoh Stereotip
Adapun untuk beragam contoh-contoh stereotip gender, pekerjaan, etnis yang ada di dalam
kehidupan masyarakat dalam keseharian, antara lain adalah sebagai berikut:

Stereotip Gender

1.
1. Petugas humas suatu perusahaan akan diberikan kepada perempuan karena
memiliki fisik yang menarik dan mampu berprilaku lemah lembut. Dua
potensi ini cukup mumpuni dan dianggap menjadi senjata ampuh dalam upaya
menjalin kerja sama, khususnya melobi klien.
2. Perempuan yang bekerja pada sektor pariwisata akan memiliki stereotipe tidak
baik di masyarakat, khususnya akan dikaitkan dengan dunia malam pariwisata
yang hingar bingar.
3. Perempuan yang terlihat tidak feminim akan mendapatkan stereotip yang tidak
baik di mata masyarakat umum. Perempuan harus berambut panjang, memakai
rok, berada di dapur.
4. Masih banyak stereotip masyarakat konservatif yang berpikir bahwa
perempuan tidak perlu belajar tinggi-tinggi, menikah saja.
5. Stereotip dalam keluarga tradisional juga masih mengagungkan keberadaan
anak laki-laki sebagai ahli waris, buka anak perempuan.

Stereotip Pekerjaan 

1. Sosok seorang guru dalam masyarakat dipercaya sebagai sosok yang bijak dan dapat
dijadikan panutan. Padahal belum tentu semua guru mampu menjadi sosok teladan
bagi orang lain.
2. Oknum polisi lalu lintas yang menerima uang sogokan ketika masyarakat terkena
tilang melahirkan stereotip baru di masyarakat bahwa semua polisi beragama sama
jika melihat persoalan uang.
3. Banyaknya kasus korupsi yang menjerat wakil-wakil rakyat di eksekutif maupun
legislatif membuat stereotip masyarakat menyamakan semua tabiat para pemimpinnya
sebelum benar-benar melihat rekam jejak yang bersih.
4. Penyanyi club malam selalu mendapatkan stereotip buruk dari masyarakat umum.
5. Stereotip yang berkembang di masyarakat ialah menjadi pegawai kantor adalah
pekerjaan/profesi yang paling mapan, nyatanya setiap orang memiliki hak memilih
pekerjaan yang membuatnya tidak hanya mapan, tapi juga bahagia lahir batin.

Stereotipe Etnis

1. Stereotip masyarakat Indonesia yang awam melihat orang-orang Timur ialah orang-
orang yang kasar, keras, dan kejam.
2. Orang-orang etnis asli Bali selalu menampakkan kesan yang sangat ramah, sangat
baik hati kepada pendatang, begitu pula stereotip yang dipandang wisatawan dunia.
Nyatanya, orang-orang Bali sendiri sangat fasih dengan ilmu-ilmu sakral yang
terkadang juga dapat membahayakan orang lain.
3. Orang-orang pedalaman masih dipandang sebagai orang-orang yang kurang
berpendidikan padahal tidak menutup kemungkinan orang pedalaman juga memiliki
tekad dan daya juang yang sama dengan orang-orang di kota
4. Etnis Tionghoa sampai saat ini masih memiliki stereotip yang paling unggul apabila
memiliki usaha dagang.

Apakah Stereotip Gender itu?


18 Maret 2019   00:14 Diperbarui: 18 Maret 2019   00:56  5169  0 0
STEREOTIP GENDER

Gender dapat menjadi sebuah faktor penting yang membentuk konteks dan mempengaruhi
hasil akhir temperamen (Blakemore, Barenbaum & Liben, 2009). Gender sudah mewarnai
kehidupan manusia, bahkan sebelum manusia tersebut dilahirkan. Siapapun tidak pernah
meminta untuk dibesarkan dengan identitas gender tertentu, lingkunganlah yang
membesarkan dan membentuk manusia untuk dapat berlaku dan berkarakter sesuai dengan
tuntutan gender yang sudah dikonstruksikan sejak sebelum dilahirkan.

Kontrol sosial yang bersifat menentukan preferensi sikap maupun perilaku terhadap kedua
gender yang dianggap ideal dan dapat diterima oleh masyarakat, dan disertai dengan
konsekuensi tertentu jika seseorang bersikap atau berperilaku di luar preferensi tersebut
disebut dengan stereotip gender. Stereotip juga dapat didefinisikan sebagai pelabelan atau
penandaan terhadap suatu kelompok tertentu.

Stereotip dapat dilukiskan seperti "gambaran dalam kepala seseorang" dan terdiri dari
sejumlah sifat dan harapan yang berlaku bagi suatu kelompok. Padahal, bisa saja gambaran-
gambaran tersebut sebenarnya tidak akurat, karena stereotip merupakan suatu generalisasi
tentang sifat-sifat yang dianggap dimiliki oleh orang-orang tertentu tanpa perlu didukung
oleh fakta objektif. 

Misalnya, perempuan cenderung cerewet, sedangkan laki-laki bersifat rasional. Sebenarnya,


hal tersebut dapat dikatakan benar, tetapi justru menyesatkan karena stereotip menjadi tidak
perlu konsisten. Ini pula yang menyebabkan stereotip tidak mudah untuk diubah. Stereotip
memberikan arah pada perilaku seseorang karena sering kali menentukan cara seseorang
memandang suatu kelompok atau cara seseorang berinteraksi dengan orang lain.

Stereotip gender cukup luas karena anak-anak kecil belum memahami variasi individual
dalam hal maskulin dan feminin. Ketika seorang anak berusia 5 tahun, baik anak laki-laki
maupun anak perempuan memberikan stereotip pada laki-laki sebagai penguasa dan istilah
negatif lainnya, seperti kejam. Sedangkan, untuk anka perempuan istilahnya lebih positif,
misalnya ramah, lemah lembut,dll. Dari contoh ini, sekaligus menjelaskan bahwa stereotip
sudah mulai ada sejak masa anak-anak.
Anak laki-laki dan perempuan didorong untuk mengekspresikan emosi mereka dengan cara
yang berbeda. Seperti anak laki-laki tidak boleh cepat menangis, sedangkan untuk anak
perempuan pada usia yang sama dikatakan biasa jika menangis. Pandangan tentang laki-laki
seperti bersuara keras, bertubuh atletis, agresif, kasar an kurang berperasaan. Anka laki-laki
juga diharapkan lebih pintar dari anak perempuan. Sebaliknya, anka perempuan diharapkan
menjadi makhluk yang patuh atau mau mengalah, emosional, rapi dan bersih. Mereka tidak
dibenarkan untuk mengekspresikan pendapatnya. Anak perempuan lebih didorong untuk
memilih seni dan bahasa serta diharapkan lebih menyukai aktivitas-aktivitas yang berkaitan
dengan peran sebagai ibu.

Stereotip yang banyak sekali kita jumpai misalnya anak laki-laki dicap lebih kuat dan anak
perempuan lebih lemah. Atau laki-laki menyukai sifat maskulin dan anak perempuan
menyukai sifat feminin. Stereotip bisa merugikan dan menimbulkan ketidakadilan. Tentu saja
karena bersifat negatif, stereotip gender menjadi sesuatu yang dapat memberatkan baik bagi
laki-laki maupun perempuan. Dan jelas hal ini merupakan sebuah hak manusia yang tidak
seharusnya terjadi.

Jawaban:

1. Kekerasan terhadap perempuan dikarenakan salah     mengartikan sebuah


pergerakan fisik.

2. Lebih mengutamakan kultur patriarki ketimbang matriarki.

Penjelasan:

1. Kekerasan terhadap perempuan karena sebuah pergerakan fisik maksudnya disini adalah
ketika para perempuan memposting suatu foto yang sedang memonyongkan bibirnya dengan
maksud tertentu yang disalahartikan oleh pria.

2. Indonesia merupakaan kebudayaan yang tidak bisa lepas dari kata  kepemimpinan. negara
kita ini tidak bisa menerima begitu saja kehadiran perempuan untuk mencalonkan dirinya
sebagai pemimpin suatu daerah desa, maupun sebuah negara. sehingga ketika suatu negara
dipimpin oleh seorang wanita, masyarakat tertentu akan memvisualisasikannya sebagai hal
yang tabu dan tak pantas.

Pengertian Gender Menurut WHO, Ternyata Beda dengan Seks


(13)
08 Dec 2019|Arif Putra
Ditinjau olehdr. Karlina Lestari
Anggapan pink untuk perempuan dan biru untuk laki-laki ternyata berkebalikan di masa lalu
Dalam praktik awam, istilah “seks” dan “gender” sering disamaartikan. Padahal, keduanya
memiliki pengertian yang berbeda. Seperti apa pengertian gender menurut institusi
terpercaya? Apa perbedaannya dengan seks?

Pengertian gender
Menurut World Health Organization (WHO), gender adalah sifat perempuan dan laki-laki,
seperti norma, peran, dan hubungan antara kelompok pria dan wanita, yang dikonstruksi
secara sosial. Gender dapat berbeda antara satu kelompok masyarakat dengan masyarakat
lainnya, serta dapat berubah sering waktu.Dari pengertian gender di atas, gender adalah
sesuatu yang terbentuk secara sosial dan bukan dari bentuk tubuh laki-laki maupun
perempuan. Gender cenderung merujuk pada peran sosial dan budaya dari perempuan dan
laki-laki dalam masyarakat tertentu.Dalam konsep gender, terdapat istilah yang disebut
dengan identitas gender dan ekspresi gender. Identitas gender adalah cara pandang seseorang
dalam melihat dirinya, entah sebagai perempuan atau laki-laki. Sedangkan ekspresi gender
adalah cara seseorang mengekspresikan gendernya (manifestasi), melalui cara berpakaian,
potongan rambut, suara, hingga perilaku.Gender umumnya dideskripsikan dengan feminim
dan maskulin. Anda mungkin diajarkan bahwa laki-laki harus perkasa, kuat, dan tidak boleh
cengeng. Sementara itu, perempuan cenderung diajarkan untuk bersifat lemah lembut dan
keibuan. Sifat ini bisa dipertukarkan, bahwa laki-laki boleh bersifat lembut, dan perempuan
bersifat tegas.Peran gender dan stereotip gender juga bersifat sangat cair dan dapat berubah
dari waktu ke waktu.

Apa perbedaan seks dan gender?


Gender adalah karakteristik pria dan wanita yang terbentuk dalam masyarakat. Sementara itu,
seks atau jenis kelamin adalah perbedaan biologis antara pria dan wanita. Perbedaan biologis
tersebut dapat dilihat dari alat kelamin serta perbedaan genetik.Seseorang memiliki seks atau
jenis kelamin sebagai perempuan, apabila ia memiliki vagina dengan 46 kromosom XX.
Sedangkan pria memiliki organ reproduksi berupa penis dengan 46 kromosom XY.Gender
terbenduk dengan alami, dapat dilihat sejak seorang individu lahir. Sedangkan gender
dibentuk oleh sosial dan budaya.Seks cenderung tidak bisa dipertukarkan, bahwa penis
adalah milik laki-laki dan vagina milik perempuan. Sementara itu, gender bisa dipertukarkan.
Misalnya, perempuan bisa bersifat maskulin dan laki-laki ada yang bersifat feminim.
Contoh stereotip gender yang berubah seiring perubahan zaman
Seperti yang diungkapkan di atas, gender merupakan konstruksi sosial dan dapat berubah
seiring waktu. Beberapa kasus perubahan stereotip gender, yaitu:

1. Penggunaan sepatu hak tinggi


Saat ini, Anda mungkin setuju bahwa sepatu hak tinggi merupakan sepatu yang identik
dengan perempuan. Namun ternyata, sepatu hak tinggi pada awalnya dirancang untuk pria
agar bisa digunakan saat berburu menunggang kuda.Konstruksi sosial telah membentuk
stereotip sepatu hak tinggi sebagai barang yang feminim.

2. Warna pink
Warna pink atau merah jambu menjadi warna yang feminim dan dianggap hanya pantas
diperuntukkan bagi perempuan. Ini juga menjadi salah satu perubahan stereotip gender,
karena awalnya warna pink dianggap cocok untuk laki-laki.

Apakah gender selalu beriringan dengan jenis kelamin perempuan dan laki-laki?
Beberapa orang percaya bahwa sifat maskulin harus dimiliki seorang laki-laki, dan feminim
harus ada perempuan. Walau begitu WHO menyebutkan bahwa gender dan seks (jenis
kelamin) memang tidak selalu beriringan. Misalnya, ada perempuan dengan sifat maskulin
yang dominan.Tak hanya itu, banyak memiliki identitas gender yang tidak sejalan dengan
jenis kelamin mereka. Individu ini disebut dengan transgender yang merupakan bagian
dari kelompok LGBT. Misalnya, seseorang merasa dirinya perempuan walau ia memiliki alat
kelamin berupa penis.Beberapa individu yang merasa identitas gendernya tidak sejalan
dengan jenis kelamin (seks) yang ia memiliki, berisiko mengalami gangguan psikologis yang
disebut dengan gender dysphoria. Bantuan ahli kejiwaan diperlukan untuk membantu
individu bersangkutan dalam menyelesaikan tekanan batin yang ia miliki.
Stereotip
1. Pengertian Stereotip
Ada beberapa pengertian stereotip, diantaranya :

1. Menurut Baron, Branscombe dan Byrne (2008 : 188), stereotip adalah kepercayaan
tentang sifat atau ciri-ciri kelompok sosial yang dipercayai untuk berbagi
2. Franzoi (2008 : 199) Stereotip adalah kepercayaan tentang orang yang
menempatkan mereka kedalam satu kategori dan tidak mengizinkan bagi berbagai
(variation) individual. Kepercayaan sosial ini dipelajari dari orang lain dan
dipelihara melalui aturan-aturan dalam interaksi sosial
Stereotipe adalah penilaian terhadap seseorang hanya berdasarkan persepsi terhadap
kelompok di mana orang tersebut dapat dikategorikan. Stereotipe merupakan jalan pintas
pemikiran yang dilakukan secara intuitif oleh manusia untuk menyederhanakan hal-hal yang
kompleks dan membantu dalam pengambilan keputusan secara cepat

Stereotip merupakan komponen kognitif dari pertentangan kelompok, kepercayaan tentang


atribut pribadi yang diakui oleh orang dalam satu kelompok atau kategori social. Stereotip
tentang kelompok adalah keyakinan dan harapan bahwa kita fokus akan seperti apa anggota
kelompok itu.

Stereotip mempengaruhi bagaimana seseorang memproses dan menginterprestasikan


informasi. Stereotip dapat membawa orang untuk melihat apa yang mereka harapkan untuk
melihat dan memperkirakan bagaaimana sering melihatnya.

Stereotip sering diartikan sebagai ejekan, juga merupakan gambaran-gambaran atau angan-
angan atau tanggapan tertentu terhadap individu atau kelompok yang dikenai prasangka.
Individu yang stereotip terhadap suatu kelompok atau golongan, sikap stereotip ini sukar
berubah, meskipun apa yang menjadi stereotip berbeda dengan kenyataan. Misalnya :
Stereotip mengatakan bahwa orang Yahudi itu lintah darat, penipu. Padahal banyak orang
yahudi yang ramah dan jujur.

1. Macam-macam Stereotip
Stereotip yang paling umum dimasyarakat kita berbasis pada gender dan keanggotaan di
kelompok etnik atau pekerjaan. Stereotip gender adalah kepercayaan tentang perbedaan ciri-
ciri atau atribut yang dimiliki oleh laki-laki dan perempuan. Orang lebih respek kepada laki-
laki daripada perempuan dan faktor ini memainkan peran penting pada diskriminasi di tempat
kerja bagi wanita. Kadang-kadang terjadi perempuan yang memiliki prestasi kerja yang tinggi
tidak mendapatkan posisi yang sesuai prestasinya karena dia seorang perempuan. Stereotip
gender cenderung mengatakan bahwa perempuan emosional, penurut, tidak logis, pasif,
sebaliknya pria cenderung tidak emosional, dominan, logis dan agresif.

Stereotip atas pekerjaan, misalnya guru bijak, artis glamor, polisi tegas dan sebagainya.
Stereotip cenderung menggeneralisasikan yang terlalu luas yang tak kenal perbedaan dalam
satu kelompok dan persepsi yang kurang akurat pada seseorang. Tidak semua polisi tegas,
tidak semua wanita emosional, tidak semua laki-laki dominan, dan tidak semua guru bijak.

1. Timbulnya Stereotip
Orang tua dan orang dewaa lainnya secara tidak langsung menanamkan stereotip sejak dini.
Anak-anak sejak lahir sudah diberi label oleh masyarakat menggunakan nama anak laki-laki
untuk anak laki-laki dan perempuan untuk anak perempuan. Demikian juga dengan model
dan warna pakaian untuk mereka.
Menurut Franzoi (2009 : 199) orang memperlihatkan sikap stereotip dengan maksud :

1. Berpikir cepat : memberikan informasi dasar untuk tindakan segera dalam suasana
tidak tentu, informasi yang kaya dan berbeda tentang individu yang kita tahu secara
pribadi, menampakkan berfikir sangat bebas untuk tugas lain.
2. Efisien dan memberi peluang kepada orang lain bergabung secara kognitif dalam
aktivitas kebutuhan lain.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi dan mendorong timbulnya stereotip, yaitu :

1. Keluarga perlakuan ayah dan ibu terhadap anak laki-laki dan perempuan yang
berbeda. Orang tua mempersiapkan kelahiran bayi yang berbeda atas laki-laki dan
perempuan. Mereka juga menganggap bahwa bayi laki-laki kuat, keras tangisannya,
sementara bayi perempuan lembut dan tangisannya tidak keras.
2. Teman sebaya : teman sebaya memiliki pengaruh yang besar pada stereotip anak
sejak masa prasekolah dan menjadi sangat penting ketika anak di Sekolah
Menengah Pertama maupun Sekolah Menengah atas. Teman sebaya mendorong
anak laki-laki bermain dengan permainan laki-laki seperti sepak bola, sementara
anak perempuan bermain dengan permainan perempuan seperti bermain boneka.
3. Sekolah : Sekolah memberikan sejumlah pesan gender kepada anak-anak. Sekolah
memberikan perlakuan yang berbeda diantara mereka.
4. Masyarakat : Masyarakat mempengaruhi stereotip anak melalui sikap mereka
dalam memandang apa yang telah disediakan untuk anak laki-laki dan perempuan
mengidentifikasi dirinya. Perempuan cenderung perlu bantuan dan laki-laki
pemecah masalah.
5. Media massa : melalui penampilan pria dan wanita yang sering terlihat di iklan-
iklan TV maupun koran. Tidak hanya frequensi yang lebih banyak pada laki-laki
daripada perempuan tetapi juga pada jenis-jenis pekerjaan yang ditampilkan laki-
laki lebih banyak dan lebih bergengsi daripada perempuan.
Dalam kenyataan, stereotip adalah “cepat berfikir” yang memberikan kita informasi yang
kaya dan berbeda tentang individu yang kita tidak tahu secara pribadi.

1. Cara Meminimalisir Stereotipe


Jangan hanya memandang suatu kelompok atau individu dari satu sisi saja dan mengabaikan
sisi lainnya yang merupakan sebuah kelengkapan dalam diri objek dan dilewatkan. Kita harus
menyadari bahwa setiap individu terlahir dengan keunikan tersendiri sehingga tidak perlu
disamakan dengan individu yang lain apalagi kelompok.Menumbuhkan rasa saling
menghargai terhadap perbedaan pada suatu kelompok. Maka dari itu sudah saatnya
masyarakat lebih objektif dalam menerima sebuah stereotipe yang hadir di tengah kehidupan
bermasyarakat. Di antaranya menanamkan rasa toleransi dalam merajut sebuah keberagaman
yang dimulai sejak dini, hal ini perlu dilakukan mengingat stereotipe dapat terus-menerus
dilestarikan melalui komunikasi yang beredar di kalangan masyarakat, dan dapat diturunkan
ke generasi berikutnya

Anda mungkin juga menyukai