Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
SEMESTER 6
2023
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT,karena berkat limpahan rahmat, taufik serta
hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Prasangka Sebagai
Sumber Konflik” ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada
junjungan kita Nabi agung Muhammad SAW, yang telah membimbing kami dari jalan kegelapan
menuju jalan yang terang yakni agama islam.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Khaerul Umam, S.HI, M.Ud
Karena,beliau telah memberikan dukungan dan bimbingannya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Manajemen Resolusi Konflik.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat
kekurangan, oleh karena itu kami sebagai penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
positiv dari para pembaca sehingga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan sebagai
pembelajaran.
Penyusun.
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 9
3
BAB I
PENDAHULUAN
1
Faturochman, “Prasangka Dab Permusuhan Antar Kelompok”, 1993, hal. 5
2
Lisa chairani,”Hubungan Antara Konflik Dengan Prasangka Pada Siswa Pesantren Mawaridussalam, Batang Kuis,
Kab. Deli Serdang”. Universitas medan, 2016. Hal 6
4
prasangka ialah diskriminasi, kelompok yang berprasangka akan menganggap kelompok
lain sebagai musuh, memandang rendah dan menjaga jarak kelompok lain, dan memandang
kelompoknya sendiri superior. Sehingga tidak dapat dipungkiri prasangka akan
menimbulkan konflik antar kelompok. Konflik dalam kancah ilmu sosiologi adalah suatu
proses sosial antar dua individu atau kelompok, yang mana antar satu kelompok dengan
kelompok lain berusaha menyingkirkan kelompok lain.
Melihat pentingnya konteks prasangka dalam memicu konflik sosial dalam suatu
masyarakat. Maka dalam makalah ini akan membahas mengenai pengertian, dan analisis
masalah berdasarkan Teori Belajar Sosial Milik Albert Bandura.
B. Fokus Pembahasan
1. Bagaimana hubungan prasangka dengan konflik sosial?
2. Bagaimana analisis masalah mengenai prasangka menggunakan Teori Belajar
Sosial Albert Bandura?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui korelasi antara prasangka dengan konflik sosial.
2. Mengetahui contoh masalah yang bersinggungan dengan prasangka dan
dianalisi menggunakan Teori Belajar Sosial Albert Bandura
5
BAB II
PEMBAHASAN
3
Lisa Chairini, “Definisi Prasangka”, Universitas Medan Area, 2017, hal. 9
4
Nilam Widyarini, “Prasangka, Penyebab, dan Cara Mengatasinya”, 2018, hal. 4
6
1. Munculnya prasangka karena adanya kategorisasi sosial dalam diri individu. Faktor ini
merupakan basis psikologis dari munculnya prasangka, kategorisasi sosial mencakup
kesukuan sehingga menjaga jarak terhadap orang-orang yang dianggap outgroup.
2. Adanya berbagai jenis kepribadian seperti otoriter, dan orientasi dominasi sosial. menurut
Adorno prasangka memiliki korelasi yang kuat dengan pola kepribadian seseorang,
individunyang memiliki nilai prasangka yang tinggi biasanya memiliki kepribadian
otoriterisme atau keakuan dan berkeinginan untuk mendominasi sehingga menunjukkan
sikap negative kepada kelompok yang dianggap rendah atau minoritas.
3. Prasangka adalah hasil proses belajar. Menurut Albert bandura tokoh yang diambil pada
makalah ini, ia berpandangan bahwa prasangka pada dasarnya dipelajari oleh individu yang
didapati dari pola perilaku indivodu lain disekitarnya dan norma-norma sosial yang
melingkupi kehidupannya. Yang memiliki andil besar dalam proses belajar individu ialah
orang tua damn faktor keluarga, jikalau orang tua dalam kehidupannya lebih banyak
berprasangka atau memperlihatkan tindakan negative kepada orang atau kelompok lain
yang dianggap minoritas, kemungkinan besar anak akan mewarisi hal tersebut yang ia
peroleh dari proses belajarnya.5
B. Analisis Masalah Berdasarkan Teori Belajar Sosial Albert Bandura
Prasangka seringkali tumbuh dari status dan sumber sosial yang tidak seimbang.
Pengaruh dari sosialisasi keluarga rupanya juga berdampak besar terhadap pembentukan
prasangka terhadap anak yang sering kali meniru prasangka yang mereka persepsikan dari
orang tuanya. Hal ini yang dikemukakan oleh Albert Bandura yang mengatakan bahwa
perilaku belajar adalah hasil dari kemampuan individu memaknai suatu pengetahuan atau
informasi dengan cara mengamati lalu menentukan tindakan sesuai tujuan yang
dikehendaki yang dicetuskan dengan Teori Belajar Sosial Albert Bandura.
Teori belajar sosial Albert bandura menyatakan bahwa sebuah perilaku dipelajari
melalui proses pembelajaran secara visual atau observasional. Bandura berkeyakinan
bahwa suatu perilaku belajar adalah hasil dari kemampuan individu memaknai suatu
pengetahuan atau informasi, memaknai pola perilaku yang ditiru, kemudian menentukan
tindalan sesuai tujuan yang dikehendaki. Dalam proses tersebut peran orang tua, pengaruh
5
Dede Rahmat Hidayat, “Faktor-Faktpr Penyebab Kemunculan Prasangka Sosial (Social Prejudice), Jurnal
Universitas jember, 2012, hal. 41-44
7
orang terdekat, dan faktpr sosial memiliki andil besar dalam pembentukan pola pikir dan
karakter anak. Anak dapat belajar marah, menyerang orang lain, mereka juga dapat
memepelajari prasangka melalui pengamatan yang ia rekam dalam setiap kesehariannya,6
Diera modern ini sering kali kita menemukan anak-anak atau remaja yang telah
memiliki rasa superior terhadap iden titas sosialnya. Contohnya pada masyarakat
menengah atas anak-anak menganggap bahwa masyarakat yang tidak selevel dengan
kelompok atau keluarganya akan memandangnya sebagai masyarakat inferior, rendah, dan
kotor. Prasangka negatif tersebut mampu terbentuk dikarenakan ia mengamati perilaku
orang tuanya yang kemudian diimplementasikan dalam tindakannya sehari-hari. Dalam
teori belajar sosial, prasangka adalah sesuatu yang mampu dipelajari seperti halnya
individu belajar akan norma dan nilai. Prasangka biasanya diperoleh anak-anak melalui
proses sosialisasi. Anak-anak banyak meniru norma-norma, prasangka, stereotip, dan
periku antar kelompok yang ditetapkan oleh keluarga,teman, dan terkhusus adalah orang
tua.7
Contoh kasus prasangka anak sehingga menimbulakn konflik sering terjadi dalam
dunia pendidikan yakni pembulian terhadap temannya sendiri. Anak yang proses
belajarnya sedari dini melihat pola perilaku atau karakter orang tua maupun orang terdekat
cenderung negative terhadap orang lain yang dianggap tidak sepadan dengan level
keluarganya. Pun akan memberikan perilaku yang sama ketika sang anak melihat temannya
ada yang tidak selaras dengan dirinya baik dari segi kekonomi,suku, fisik atau yang
lainnya. Prsangka butuk tersebut menghasilkan sebuah tindakan negative seperti
diskriminasi, pembulian baik verbal maupun noin verbal yang sering terjadi dilingkungan
sekolah atau pendidikan.
Menyikapi hal tersebut faktor pola asuh orang tua harus diperhatikan, sebagai
upaya dalam meningkatkan kesadarn dan empati anak terhadap orang lain, bukan hanya itu
elemen-elemen pendidikan baik dari guru, staff, ataupun yang lain harus memiliki model
pembelajaran serta sanksi dalam menyikapi kasus pembulian yang sering terjadi didunia
pendidikan.
6
Herly Janet Lesilolo, “Penerapan teori Belajar Sosial Albert Bandura”, KENOSIS, Vol.4 No. 2, 2018, hal. 187-190
7
Muhammad Afandi, “Prasangka : Potensi Pemicu Konflik Internal Umat Islam”, Vol. 21, No. 1, 2013, Hal. 10
8
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Prasangka ialah Penilian negatif atau ketidaksesuaian bahkan cenderung memicu
kebencian terhadap suatu kelompok atau individu yang diwujudkan oleh berbagai sikap
seperti diskriminasi, menganggap kelompoknya superior, intimidasi, dan lain sebagainya.
konflik menurut sosiologis adalah suatu proses sosial antara dua orang atau lebih
(atau juga kelompok) yang berusaha menyingkirkan pihak lain dengan cara
menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya.
Hubungan prasangka dengan konflik sangat erat, karena konflik terbentuk dari
prasangka yang buruk terhadap personal atau kelompok. Bentuk konflik langsung antar
kelompok tergambar pada kompetisi antar kelompok sosial untuk memperoleh kesempatan
berharga yang berkembang menjadi kebencian, prasangka dan dasar emosi.
Dalam teori belajar sosial yang dikemukakan oleh Albert Bandura, prasangka
adalah sesuatu yang mampu dipelajari seperti halnya individu belajar akan norma dan nilai.
Prasangka biasanya diperoleh anak-anak melalui proses sosialisasi. Anak-anak banyak
meniru norma-norma, prasangka, stereotip, dan periku antar kelompok yang ditetapkan
oleh keluarga,teman, dan terkhusus adalah orang tua
9
DAFTAR PUSTAKA
Chairani,Lisa. 2016, ”Hubungan Antara Konflik Dengan Prasangka Pada Siswa Pesantren
Mawaridussalam, Batang Kuis, Kab. Deli Serdang”. Universitas medan.
Faturochman,,2016, “Prasangka Dab Permusuhan Antar Kelompok”, hal. 5
Widyarini, Nilam, 2014, “Prasangka, Penyebab, dan Cara Mengatasinya”, hal. 4
Afandi, Muhammad, 2013, “Prasangka : Potensi Pemicu Konflik Internal Umat Islam”, Vol. 21,
No. 1, Hal. 10
Widyarini, Nilam , 2020, “Prasangka, Penyebab, dan Cara Mengatasinya”, hal. 4
Janet Lesilolo, Herley, 2018, “Penerapan teori Belajar Sosial Albert Bandura”, KENOSIS,
Vol.4 No. 2, hal. 187-190
10