Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

“PRASANGKA SEBAGAI SUMBER KONFLIK”

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Resolusi Konflik

Dosen Pengampu :

Dr. Khaerul Umam, S.HI, M.Ud

Disusun Oleh :

1. Ima Ferdilla 20105020


2. Muhammad Kurniawan 20105046
3. Rizky Saputro 20105016
4. Akhmad Rayendiyofani 20105088
5. Farid Abdul Aziz 20105058

SEMESTER 6

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KEDIRI

2023
1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuuh.

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT,karena berkat limpahan rahmat, taufik serta
hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Prasangka Sebagai
Sumber Konflik” ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada
junjungan kita Nabi agung Muhammad SAW, yang telah membimbing kami dari jalan kegelapan
menuju jalan yang terang yakni agama islam.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Khaerul Umam, S.HI, M.Ud
Karena,beliau telah memberikan dukungan dan bimbingannya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Manajemen Resolusi Konflik.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat
kekurangan, oleh karena itu kami sebagai penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
positiv dari para pembaca sehingga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan sebagai
pembelajaran.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuuh.

Kediri, 27 Februari 2023

Penyusun.

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................................. 2

Daftar Isi ...................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................................................... 4


B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN

A. Hubungan Prasangka Dengan Konflik Sosial ........................................................ 6


B. Analisis Masalah Berdasarkan Teori Belajar Sosial Albert Bandura .................... 7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................................ 9

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 10

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kompleksitas diera modern ini menuntut masyarakat untuk mampu memahami dan
hidup berdampingan dengan keanekaragaman budaya, suku, agama, dan lain sebagianya.
Khususnya di Indonesia, negara yang notabene adalah negara dengan tingkat heterogenitas
budaya yang tinggi secara otomatis akan mempengaruhi perilaku masyarakat atau individu
di suatu daerah dengan kebudayaan tertentu. Lalu bagimana proses interaksi dan
komunikasi antar inividu atau kelompok yang memiliki latar belakang kebudayaan yang
berbeda?
Secara ideologis, yang terangkum dalam dasar negara yakni Pancasila. Indonesia
menghargai adanya perbedaan, sebagai wujud masyarakatnya menjaga persatuan dan
kesatuan antar elemennya. Menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah
tanggung jawab sosial semua masyarakat Indonesia, tidak memperdulikan darimana
mereka berasal. Sehingga apapun bentuk permusuhan yang didasari oleh latar belakang
kebudayaan sangat tidak dibenarkan.1
Namun pada realitanya konflik yang bersinggungan dengan SARA (suku, agama,
ras, antar golongan) sangat sulit dihindari. Mengapa hal tersebut dapat terjadi? Melekatnya
identitas diri sedari kecil memicu mereka sulit menerima perbedaan dari orang lain baik itu
agama, bahasa, suku, budaya atau yang lainnya. Perasaan sukuisme yang dimiliki oleh
masyarakat atau individu tertentu dilatar belakangi oleh nilai-nilai yang berkaitan dengan
system keyakinan, misalnya nilai-nilai keagamaan serta ideologi tertentu sebagai upaya
mempertahankan kesatuan dan eksistensi kelompoknya dari ancaman dari luar.2
Anggapan tersebut dipicu oleh prasangka (prejudice) terhadap tempat bahkan
kelompok yang baru dikenal, dan setelah beradaptasi mereka akan percaya oleh anggota
sekolompoknya sendiri. Menurut Baron dan Byne prasangka (prejudice) adalah sebuah
sikap biasanya negative terhadap anggota kelompok tertentu. Salah satu wujud konkrit dari

1
Faturochman, “Prasangka Dab Permusuhan Antar Kelompok”, 1993, hal. 5
2
Lisa chairani,”Hubungan Antara Konflik Dengan Prasangka Pada Siswa Pesantren Mawaridussalam, Batang Kuis,
Kab. Deli Serdang”. Universitas medan, 2016. Hal 6

4
prasangka ialah diskriminasi, kelompok yang berprasangka akan menganggap kelompok
lain sebagai musuh, memandang rendah dan menjaga jarak kelompok lain, dan memandang
kelompoknya sendiri superior. Sehingga tidak dapat dipungkiri prasangka akan
menimbulkan konflik antar kelompok. Konflik dalam kancah ilmu sosiologi adalah suatu
proses sosial antar dua individu atau kelompok, yang mana antar satu kelompok dengan
kelompok lain berusaha menyingkirkan kelompok lain.
Melihat pentingnya konteks prasangka dalam memicu konflik sosial dalam suatu
masyarakat. Maka dalam makalah ini akan membahas mengenai pengertian, dan analisis
masalah berdasarkan Teori Belajar Sosial Milik Albert Bandura.

B. Fokus Pembahasan
1. Bagaimana hubungan prasangka dengan konflik sosial?
2. Bagaimana analisis masalah mengenai prasangka menggunakan Teori Belajar
Sosial Albert Bandura?

C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui korelasi antara prasangka dengan konflik sosial.
2. Mengetahui contoh masalah yang bersinggungan dengan prasangka dan
dianalisi menggunakan Teori Belajar Sosial Albert Bandura

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hubungan Prasangka Dengan Konflik Sosial


Sebelum mengetahui hubungan antara prasangka dengan konflik sosial, terlebih
dahulu kita mengetahui definisi dari prasangka dan konflik sosial. menurut Baron dan Byne
prasangka ialah sikap yang cenderung negative terhadap anggota keompok atau suku
tertentu, yang memicu kebencian terhadap suatu kelompok yang diwujudkan dalam
berbagai sikpa seperti diskriminasi, rasisme, menganggap kelompoknya superior,
intimidasi, dan lainj sebagainya. Kesimpulan yang perlu digaris bawahi bahwa prasangka
atau praduga sendiri yakni penilaian negative mengenai suatu kelompok, baik individu
maupun anggotanya.3
Sesuai penjelasan diatas bahwa prsangka akan memicu konflik sosial karena
beberapa sikap yang ditunjukkan oleh anggota atau kelompok yang berprsangka. Lalu apa
itu konflik sosial? konflik sosial ialah kondisi yang terjadi oleh dua pihak atau lebih yang
beranggapan posis dan pandangan mereka tidak selaras, adanya tindakan oleh salah satu
pihak menghalangi, mencampuri, menantang, bahkan mengancam pihak lain, yang
memicu adanya kekerasan.
Prasangka sosial dipicu oleh adanya persaingan antar kelompok, perbedaan ras,
proses belajar sehingga menimbulkan stereotip sedari dini, dan perbedaan pendapat yang
memicu konflik antar individu maupun kelompok4. Prasangka sosial membuat individu
ataupun anggota kelompok menghindari adanya keselarasan dan persamaan hak, mereka
akan memandang buruk orang lain secara tidak rasional karena didasari oleh peniulaian
subyektif. Prasangka dianggap sebagai sebuah opsi untuk berperspekif, berfikir, dan
bertindak dengan cara menentang, menjauhi dan bukan mendukung, atau ,mendekati orang
atau kelompok lain. Dengan demikian prasangka menyangkut kecenderungan menjauhi,
orang atau kelompok lain dengan membatasi jarak dan tidak berhubungan dekat serta
kecenderungan merugikan dan tidak peduli terhadap orang atau kelompok lain. Adapun
beberapa faktor penyebab munculnya prasangka, yakni :

3
Lisa Chairini, “Definisi Prasangka”, Universitas Medan Area, 2017, hal. 9
4
Nilam Widyarini, “Prasangka, Penyebab, dan Cara Mengatasinya”, 2018, hal. 4

6
1. Munculnya prasangka karena adanya kategorisasi sosial dalam diri individu. Faktor ini
merupakan basis psikologis dari munculnya prasangka, kategorisasi sosial mencakup
kesukuan sehingga menjaga jarak terhadap orang-orang yang dianggap outgroup.
2. Adanya berbagai jenis kepribadian seperti otoriter, dan orientasi dominasi sosial. menurut
Adorno prasangka memiliki korelasi yang kuat dengan pola kepribadian seseorang,
individunyang memiliki nilai prasangka yang tinggi biasanya memiliki kepribadian
otoriterisme atau keakuan dan berkeinginan untuk mendominasi sehingga menunjukkan
sikap negative kepada kelompok yang dianggap rendah atau minoritas.
3. Prasangka adalah hasil proses belajar. Menurut Albert bandura tokoh yang diambil pada
makalah ini, ia berpandangan bahwa prasangka pada dasarnya dipelajari oleh individu yang
didapati dari pola perilaku indivodu lain disekitarnya dan norma-norma sosial yang
melingkupi kehidupannya. Yang memiliki andil besar dalam proses belajar individu ialah
orang tua damn faktor keluarga, jikalau orang tua dalam kehidupannya lebih banyak
berprasangka atau memperlihatkan tindakan negative kepada orang atau kelompok lain
yang dianggap minoritas, kemungkinan besar anak akan mewarisi hal tersebut yang ia
peroleh dari proses belajarnya.5
B. Analisis Masalah Berdasarkan Teori Belajar Sosial Albert Bandura
Prasangka seringkali tumbuh dari status dan sumber sosial yang tidak seimbang.
Pengaruh dari sosialisasi keluarga rupanya juga berdampak besar terhadap pembentukan
prasangka terhadap anak yang sering kali meniru prasangka yang mereka persepsikan dari
orang tuanya. Hal ini yang dikemukakan oleh Albert Bandura yang mengatakan bahwa
perilaku belajar adalah hasil dari kemampuan individu memaknai suatu pengetahuan atau
informasi dengan cara mengamati lalu menentukan tindakan sesuai tujuan yang
dikehendaki yang dicetuskan dengan Teori Belajar Sosial Albert Bandura.
Teori belajar sosial Albert bandura menyatakan bahwa sebuah perilaku dipelajari
melalui proses pembelajaran secara visual atau observasional. Bandura berkeyakinan
bahwa suatu perilaku belajar adalah hasil dari kemampuan individu memaknai suatu
pengetahuan atau informasi, memaknai pola perilaku yang ditiru, kemudian menentukan
tindalan sesuai tujuan yang dikehendaki. Dalam proses tersebut peran orang tua, pengaruh

5
Dede Rahmat Hidayat, “Faktor-Faktpr Penyebab Kemunculan Prasangka Sosial (Social Prejudice), Jurnal
Universitas jember, 2012, hal. 41-44

7
orang terdekat, dan faktpr sosial memiliki andil besar dalam pembentukan pola pikir dan
karakter anak. Anak dapat belajar marah, menyerang orang lain, mereka juga dapat
memepelajari prasangka melalui pengamatan yang ia rekam dalam setiap kesehariannya,6
Diera modern ini sering kali kita menemukan anak-anak atau remaja yang telah
memiliki rasa superior terhadap iden titas sosialnya. Contohnya pada masyarakat
menengah atas anak-anak menganggap bahwa masyarakat yang tidak selevel dengan
kelompok atau keluarganya akan memandangnya sebagai masyarakat inferior, rendah, dan
kotor. Prasangka negatif tersebut mampu terbentuk dikarenakan ia mengamati perilaku
orang tuanya yang kemudian diimplementasikan dalam tindakannya sehari-hari. Dalam
teori belajar sosial, prasangka adalah sesuatu yang mampu dipelajari seperti halnya
individu belajar akan norma dan nilai. Prasangka biasanya diperoleh anak-anak melalui
proses sosialisasi. Anak-anak banyak meniru norma-norma, prasangka, stereotip, dan
periku antar kelompok yang ditetapkan oleh keluarga,teman, dan terkhusus adalah orang
tua.7
Contoh kasus prasangka anak sehingga menimbulakn konflik sering terjadi dalam
dunia pendidikan yakni pembulian terhadap temannya sendiri. Anak yang proses
belajarnya sedari dini melihat pola perilaku atau karakter orang tua maupun orang terdekat
cenderung negative terhadap orang lain yang dianggap tidak sepadan dengan level
keluarganya. Pun akan memberikan perilaku yang sama ketika sang anak melihat temannya
ada yang tidak selaras dengan dirinya baik dari segi kekonomi,suku, fisik atau yang
lainnya. Prsangka butuk tersebut menghasilkan sebuah tindakan negative seperti
diskriminasi, pembulian baik verbal maupun noin verbal yang sering terjadi dilingkungan
sekolah atau pendidikan.
Menyikapi hal tersebut faktor pola asuh orang tua harus diperhatikan, sebagai
upaya dalam meningkatkan kesadarn dan empati anak terhadap orang lain, bukan hanya itu
elemen-elemen pendidikan baik dari guru, staff, ataupun yang lain harus memiliki model
pembelajaran serta sanksi dalam menyikapi kasus pembulian yang sering terjadi didunia
pendidikan.

6
Herly Janet Lesilolo, “Penerapan teori Belajar Sosial Albert Bandura”, KENOSIS, Vol.4 No. 2, 2018, hal. 187-190
7
Muhammad Afandi, “Prasangka : Potensi Pemicu Konflik Internal Umat Islam”, Vol. 21, No. 1, 2013, Hal. 10

8
BAB III
PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Prasangka ialah Penilian negatif atau ketidaksesuaian bahkan cenderung memicu
kebencian terhadap suatu kelompok atau individu yang diwujudkan oleh berbagai sikap
seperti diskriminasi, menganggap kelompoknya superior, intimidasi, dan lain sebagainya.
konflik menurut sosiologis adalah suatu proses sosial antara dua orang atau lebih
(atau juga kelompok) yang berusaha menyingkirkan pihak lain dengan cara
menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya.
Hubungan prasangka dengan konflik sangat erat, karena konflik terbentuk dari
prasangka yang buruk terhadap personal atau kelompok. Bentuk konflik langsung antar
kelompok tergambar pada kompetisi antar kelompok sosial untuk memperoleh kesempatan
berharga yang berkembang menjadi kebencian, prasangka dan dasar emosi.
Dalam teori belajar sosial yang dikemukakan oleh Albert Bandura, prasangka
adalah sesuatu yang mampu dipelajari seperti halnya individu belajar akan norma dan nilai.
Prasangka biasanya diperoleh anak-anak melalui proses sosialisasi. Anak-anak banyak
meniru norma-norma, prasangka, stereotip, dan periku antar kelompok yang ditetapkan
oleh keluarga,teman, dan terkhusus adalah orang tua

9
DAFTAR PUSTAKA

Chairani,Lisa. 2016, ”Hubungan Antara Konflik Dengan Prasangka Pada Siswa Pesantren
Mawaridussalam, Batang Kuis, Kab. Deli Serdang”. Universitas medan.
Faturochman,,2016, “Prasangka Dab Permusuhan Antar Kelompok”, hal. 5
Widyarini, Nilam, 2014, “Prasangka, Penyebab, dan Cara Mengatasinya”, hal. 4
Afandi, Muhammad, 2013, “Prasangka : Potensi Pemicu Konflik Internal Umat Islam”, Vol. 21,
No. 1, Hal. 10
Widyarini, Nilam , 2020, “Prasangka, Penyebab, dan Cara Mengatasinya”, hal. 4
Janet Lesilolo, Herley, 2018, “Penerapan teori Belajar Sosial Albert Bandura”, KENOSIS,
Vol.4 No. 2, hal. 187-190

10

Anda mungkin juga menyukai