Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH DINAMIKA KELOMPOK

Komunikasi dan Prasangka

Dosen pengampu : M. Iksan, MA

Disusun oleh:

1. Cut Rizka Putri Gusmawi 200401110032


2. Muhammad Nurul Huda 200401110064
3. Farida Kustanti 200401110180
4. Endy Susilo 200401110197

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2023
DAFTAR ISI
BAB I.........................................................................................................................................3
Latar belakang........................................................................................................................3
Rumusan masalah...................................................................................................................3
Tujuan.....................................................................................................................................3
BAB II........................................................................................................................................4
Kajian teori.............................................................................................................................4
A. Pengertian Komunikasi Kelompok.................................................................................4
B. Definisi dan Konsep Teori Prasangka.............................................................................4
C. Hubungan komunikasi kelompok dengan prasangka......................................................5
D. Penelitian terkait komunikasi dan prasangka..................................................................6
BAB III.....................................................................................................................................10
KESIMPULAN....................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................11

2
BAB I
Latar belakang
Komunikasi adalah suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan bersosialisasi sejak
manusia diciptakan oleh Sang Penciptanya. Komunikasi menjadikan apa yang diamksut oleh
seseorang dapat di mengerti oleh orang lain. Bahkan terciptanya suatu kesepakatan
dikarenakan adanya komunikasi. Individu-individu bisa menjadi satu yakni mengerti apa
yang disampaikan oleh individu yang lain. Adanya kelompok menjadikan individu-individu
itu menjadi kuat karena mereka mempunyai tujuan yang sama. Kelompok yang baik adalah
kelompok yang mampu memberikan kesempatan pada individu-individu yang ada
didalamnya untuk mengaktualisasikan diri, sehingga kelompok merupakan perwujudtan dari
individu - individu yang ada didalamnya. Begitupun dengan komunikasi yang dilakukan oleh
kelompok- kelompok yang ada didalamnya, harus terjadi dengan seimbang tidak ada yang
mendominasi atau terdominasi.
Dalam kehidupan bermasyarakat tentu tidak dapat dipisahkan dari interaksi sosial, dalam
hubungan tersebut terkadang terdapat kekurangpahaman antar satu sama lain baik dari
individu maupun kelompok, sehingga muncul persepsi masing-masing yang akhirnya akan
menimbulkan prasangka masing- masing. Prasangka adalah suatu konsep yang sangat dekat
dengan stereotip dan persepsi, kekeliruan persepsi terhadap orang lain di sebut dengan
prasangka, sikap yang tidak adil terhadap seseorang atupun suatu kelompok. Oleh karena itu
komunikasi dan prasangka memiliki kaitan yang erat.

Rumusan masalah
Dari latar belakang di atas, masalah yang dapat kami kaji dalam makalah ini diantaranya:
1. Apa pengertian komunikasi kelompok?
2. Apa definisi dan konsep teori prasangka?
3. Bagaimana hubungan komunikasi kelompok dengan prasangka?

Tujuan
Adapun tujuan dibentuknya makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian komunikasi kelompok
2. Mengatahui definisi dan konsep teori prasangka
3. Mengetahui hubungan komunikasi kelompok dengan prasangka

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Komunikasi Kelompok


Menurut Mulyana (2002: 54) mengatakan bahwa komunikasi sebagai “situasi-situasi yang
memungkinkan suatu sumber mentransmisikan suatu pesan kepada soerang penerima dengan
didasari untuk mempengaruhi prilaku penerima. Sedangkan menurut dari Effendy (2003 :
308) menyatakan bahwa komunikasi sebagai konsekuensi hubungan sosial (socialrelations).
Masyarakat paling sedikit terdiri dari dua orang yang saling berhubungan satu sama lain yang
karena hubungan menimbulkan interkasi sosial (social intreraction).
Sedangkan komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa
orang dalam suatu kelompok “kecil” seperti dalam rapat, pertemuan, konferensi dan
sebagainya (Wiryanto, 2005). Didalam komunikasi kelompok melibatkan minimal 3 orang
atau lebih yang memiliki tujuan yang sama untuk saling berkomunikasi satu dengan yang
lain. Michael Burgoon (dalam Wiryanto, 2005) mendefinisikan komunikasi kelompok
sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah
diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggota-
anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat.
Dari pengertian komunikasi dan komunikasi kelompok yang telah dipaparkan diatas, dapat
disimpulkan bahwa komunikasi kelompok merupakan proses komuniaksi yang memiliki
karakteristik yang khusus yaitu adanya pelaku yang terdiri dari minimal 3 orang, adanya
tujuan, dan ada proses bertemu antar pelaku.

B. Definisi dan Konsep Teori Prasangka


Prasangka atau prejudice merupakan perilaku negatif yang mengarahkan kelompok pada
individualis berdasarkan pada keterbatasan atau kesalahan informasi tentang kelompok.
Prasangka juga dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang bersifat emosional, yang akan
mudah sekali menjadi motivator munculnya ledakan sosial.
Brehm & Kassin (dalam Sarwono, 2006) mengemukakan prasangka dapat berarti sikap,
emosi, atau perilaku negatif terhadap seseorang atau sekelompok orang karena
keanggotannya dalam kelompok tertentu, hal ini disebabkan karena adanya penilaian tanpa
melihat karakterirtik unik dari seseorang atau sekelompok orang yang dinilai, tetapi penilaian
dilakukan berdasarkan karakteristik kelompoknya yang menonjol. Prasangka menurut Brown
(2005) dapat berupa keyakinan kognitif yang bersifat merendahkan, pengekpresian perasaan
negatif, tindakan permusuhan dan tindakan diskriminatif.
Adapun terori-teori prasangka adalah sebagai berikut :
1) Teori Konflik Realistik

4
Teori ini memandang bahwa terjadinya kompetisi (persaingan) dan konflik antar
kelompok dapat menimbulkan kecenderungan untuk berprasangka dan
mendiskriminasikan anggota out grup. Persaingan di antara kelompok – kelompok
sosial tersebut karena memperebutkan komoditas atau kesempatan berharga.
Kompetisi yang terjadi akan saling mengancam dan menimbulkan permusuhan dan
menciptakan penilaian yang negatif dan bersifat timbal balik.

2) Teori Kategorisasi Sosial


Teori ini menyatakan bahwa seseorang memiliki kecenderungan untuk membagi
dunia sosial menjadi dua kategori terpisah, yaitu kelompok kita sendiri (kita) dan
kelompok-kelompok lain (mereka). Kategorisasi tersebut biasa didasarkan pada
persamaan atau perbedaan, yaitu persamaan dan perbedaan yang berkaitan dengan
tempat tinggal, garis keturunan, warna kulit, pekerjaan dan sebagiannya.

3) Teori Deprivasi Relatif


Teori ini menyatakaan bahwa keadaan psikologis dimana seseorang merasakan
ketidakpuasan atas kesenjangan atau kekurangan subjektif yang dirasakan pada saat
keadaan diri dan kelompoknya dibandingkan dengan orang lain atau kelompok lain.
Keadaan ini biasa menimbulkan persepsi adanya suatu ketidakadilan sehingga
menimbulkan terjadinya prasangka.

4) Teori Identitas Sosial


Teori ini menyatakan bahwa prasangka biasanya terjadi disebabkan oleh in grup dan
favoritism yaitu kecenderungan untuk mendiskriminasikan dalam perlakuan yang
lebih baik atau menguntungkan in grup di atas out grup. Orang memakai identitas
sosialnya sebagai sumber dari kebanggan diri dan harga diri. Semakin positif
kelompok dinilai maka semakin kuat identitas kelompok yang dimiliki dan akan
memperkuat harga diri individu tersebut.

C. Hubungan Komunikasi Kelompok dengan Prasangka


Hubungan antara komunikasi kelompok dengan prasangka adalah topik yang banyak diteliti
dalam ilmu komunikasi. Komunikasi kelompok yang terbuka dan inklusif dapat membantu
mengurangi prasangka antar anggota kelompok, sementara komunikasi kelompok yang
tertutup dan eksklusif dapat memperkuat prasangka.
Beberapa faktor yang mempengaruhi hubungan antara komunikasi kelompok dengan
prasangka antara lain adalah:
1. Norma Kelompok
Norma kelompok adalah aturan yang ditetapkan oleh kelompok untuk mengatur
perilaku anggotanya. Norma kelompok yang inklusif dapat membantu mengurangi
prasangka antar anggota kelompok, sementara norma kelompok yang eksklusif dapat
memperkuat prasangka.

5
2. Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal antar anggota kelompok juga dapat mempengaruhi
hubungan antara komunikasi kelompok dan prasangka. Komunikasi yang terbuka dan
inklusif dapat membantu mengurangi prasangka antar anggota kelompok.

3. Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan juga dapat mempengaruhi hubungan antara komunikasi
kelompok dan prasangka. Kepemimpinan yang inklusif dan memperhatikan semua
anggota kelompok dapat membantu mengurangi prasangka antar anggota kelompok.

4. Diversitas Kelompok
Diversitas kelompok, seperti perbedaan agama, ras, atau budaya, dapat memperkuat
prasangka jika tidak dihadapi dengan komunikasi yang terbuka dan inklusif.

D. Penelitian terkait Komunikasi dan Prasangka

1) PRASANGKA SOSIAL DALAM PLURALITAS KEBERAGAMAAN DI KECAMATAN


CIGUGUR KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT
Latar belakang
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang dibangun dalam pluralitas keberagamaan, yang
selain merupakan unsur kekayaan rohaniah yang dapat memperkokoh kehidupan nasional
(faktor integratif), sekaligus menyimpan potensi konflik (faktor disintegratif) yang sangat
dalam akibatnya dan sangat luas implikasinya. Dalam pluralitas keberagamaan tentu tidak
terlepas dari penilaian atau persepsi antar agama segingga hal ini dapat memicu timbulnya
prasangka. Prasangka yang ditimbulkan dari keanekaragaman budaya dalam suatu daerah
akan menciptakan berbagai persepsi yang muncul dari informasi-informasi yang di peroleh
melalui proses komunikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap lebih jelas mengenai
prasangka sosial dalam pluralitas beragam upaya untuk mengurangi prasangka (buruk) untuk
mencapai keharmonisan internal pluralisme agama.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian dengan menggunakan
pendekatan kualitatif berupaya memusatkan perhatian studinya pada realita sebagai produk
pikir manusia dengan segala bentuk subyektivitas, emosi dan nilai-nilai yang dianutnya.
Melalui pendekatan kualitatif, diharapkan dapat terungkap gambaran mengenai aktualitas,
realitas sosial dan persepsi sasaran penelitian yakni prasangka sosial dalam pluralitas
keberagamaan. Penelitian kualitatif menuntut peneliti berhubungan secara langsung dengan
sumber data dan menelaah dengan cermat dan seksama perilaku, tempat dan waktu mereka
berperilaku. Dalam penelitian ini penentuan informan pada prinsipnya adalah mereka yang
berdomisili di desa-desa yang memiliki heterogenitas pemelukan keagamaan di Kecamatan
Cigugur, yakni Kelurahan Cigugur, Desa Cisantana, dan Kelurahan Sukamulya.
Kehidupan beragama di wilayah Cigugur, konflik di banyak agama terjadi karena kurangnya
informasi masyarakat atau kolektif dalam memahami berbagai kegiatan keagamaan yang
terjadi di wilayah tersebut. Prasangka sosial antar kelompok agama lebih diutamakan

6
daripada prasangka dari individu dan individu tersebut membawa prasangka ini kepada
kelompoknya. Adanya persaingan antar kelompok agama sehingga memicu keresahan sosial
hal ini terjadi karena ada kekhawatiran satu kelompok agama mendominasi agama lain
melalui:
1) Penguasaan lahan-lahan yang dipandang strategis
2) Pembangunan tempat ibadah
3) Pengembangan pendidikan berlatar belakang agama.
4) Penguasaan sektor perekonomian
5) Mempertahankan kedudukan atau jabatan tertentu dalam masyarakat.
6) Perpindahan agama.
Prasangka sosial yang berkembang dalam kelompok agama dapat dikurangi terhadap orang
lain dengan menanamkan rasa saling menghargai/toleransi, pengendalian diri, dukungan
kelompok, dan partisipasi dalam kegiatan sosial dengan bekerja sama untuk menyelesaikan
konflik antar kelompok agama di Kecamatan Cigugur dapat dihindarkan.

2) EFEKTIVITAS TEKNIK SOSIODRAMA MELALUI LAYANAN BIMBINGAN


KELOMPOK UNTUK MENGURANGI PRASANGKA SOSIAL PADA SISWA KELAS XI
IPS DI SMA NEGERI 7 BANJARMASIN

Setiap diri individu dalam lingkungan sekolah tentu memiliki perbedaan latar belakang
sehingga menjadi rentan terhadap perpecahan. Dalam sekolah seringkali muncul kelompok-
kelompok pertemanan yang senantiasa menjunjung integritas kelompoknya. prasangka sosial
antar siswa atau orang disekolah karena adanya perbedaan kepribadian itu yang dapat
menimbulan konflik bahkan perkelahian yang berawal dari prasangka terhadap seuatu
individu maupun suatu kelompok sosial dengan kelmpok sosial lainnya. Prasangka sosial
sangat mudah memicu konflik mana kala terdapat kelompok-kelompok yang menunjukkan
eksistensi berlebih. Merasa kelompoknya lebih unggul dibanding kelompok lainnya. Melihat
dari komposisi suku, agama, ras dan antar golongan, provinsi Kalimantan Selatan yang kaya
akan suku pendatang dari berbagai daerah di Indonesia sangat berpotensimembentuk
kelompok-kelompok yang berbau sara. Begitu pula di SMA Negeri 7 Banjarmasin yang
terdiri dari siswa-siswa dengan beragam latar belakang suku, agama, ras antar golongan. Jika
prasangka sosial dibiarkan meluas maka konflik antar umat skala besar tidak dapat dielakkan
karena individu telah memiliki benih-benih permusuhan sejak usia sekolah.
Strategi layanan yang dapat diterapkan dalam mengatasi prasangka sosial ialah bimbingan
kelompok, dalam layanan bimbingan kelompok terdapat beberapa teknik yang dapat
digunakan dalam membantu permasalahan yang dialami siswa salah satunya adalah teknik
sosiodrama. Penggunaan teknik sosiodrama melalui layanan bimbingan kelompok untuk
mengurangi prasangka sosial terhadap teman - teman disekolahdigunakan karena masalah
yangdialami siswa dalam tingginyasosial yang dimiliki, yaitu suka menduga-duga sesuatu

7
hal, tidak memiliki rasa toleran, merasa paling benar diantara yang lain, dan suka berfikiran
negatif serta sulit berkerja sama. Usaha dari sekolah bekum maksimal sehingga adanya teknik
sosiodrama melalui layanan bimbingan kelompok dapat membantu sekolah untuk
mengurangi prasangka sosial tersebut.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah kuantitatif menggunakan jenis penelitian
eksperimen, dengan menggunakan rancangan pra-experimental (pre-experimental designs)
berbentuk intac-group comparison. Sebelum menggunakan teknik sosiodrama melalui
layanan bimbingan kelompok ini. Peneliti membagikan angket prasangka sosial kepada siswa
kelas XI IPS SMA Negeri 7 Banjarmasin. Setelah dibagikan angket prasangka sosial tersebut
dan dihitung hasilnya peneliti menemukan 10 siswa yang terindikasi prasangka sosial yang
sedang. Kemudian sampel dibagi menjadi dua kelompok yaitu, kelompok treatment ada 5
siswa dan kelompok kontrol 5 siswa. Penentuan kelompok tersebut dilakukan secara acak
yang tidak diketahui. Kelompok treatment merupakan kelompok yang diberikan perlakuan
berupa teknik sosiodrama melalui layanan bimbingan kelompok dan juga mendapatkan tugas
rumah untuk menunjang teknik dan layanan yang sudah diberikan yang kemudian akan
dipelajari hasilnya. Siswa pada kelompok treatment yang berjumlah 5 orang. Kemudian
kelompok kontrol merupakan kelompok yang dijadikan perbandingan dengan kelompok
treatment, yang jugadiberikan tugas rumah akan tetapi tidak menerima perlakuan.
Hasil penelitian menunjukan perubahan yang signifikan setelah dilakukan treatment
sosiodrama pada kelompok treatment yakni turunya potensi prasangka sosial yang
sebelumnya berada di intensitas sedang manjadi rendah. Secara keseluruhan siswa yang telah
menerima perlakuan teknik sosiodrama melalui layanan bimbingan kelompok ini telah
mengalami perubahan yang cukup signifikan khususnya kelompok treatment, yaitu mereka
sudah mulai mengurangi prasangka sosial seperti siswa tidak mudah terpengerauh pendapat
orang lain, siswa pun lebih berfikiran positif terhadap sesuatu, siswa juga mengurangi
penilaian yang buruk terhadap kelompok lain.

2) PRASANGKA DAN UJARAN KEBENCIAN SIBER: PERAN POLA KOMUNIKASI


DARING DAN ALGORITMA MEDIA SOSIAL (Ruang Gema dan Gelembung Informasi)

Kehadiran media sosial telah membawa perubahan besar terhadap perilaku dan pola
komunikasi individu, dimana keberadaannya menggantikan fungsi surat, telepon dan
komunikasi langsung tatap muka dengan menciptakan jejaring kemonikasi antar individu
melalui media berupa aplikasi yang diinstalkan pada peralatan eletronik. Berdasarkan data
yang diperoleh, di Indonesia pengguna internet mencapai 132,7 juta orang. dari angka
tersebut, 97 persennya menggunakan internet untuk mengakses jejaring sosial. Sedangkan
situs jejaring sosial yang paling banyak diakses adalah facebook dan twitter. Indonesia
menempati peringkat 4 pengguna facebook terbesar setelah Brazil, dan India dan USA.
Berdasarkan data temuan penelii tersebut dapat dikatakan bahwa internet bisa menjadi
pengaruh yang besar dalam dinamika perilaku penggunanya baik melalui interaksi dan
komunikasi yang dibanggun dalam jejaring sosial tersebut, maupun pengaruh persuasif dari
setiap berita dan informasi yang dikirim atau yang diakses melalui blog, wiki, podcast, forum

8
online lainnya. Beberapa penelitian bahkan menemukan bahwa kadang perilaku komunikasi
dan respon individu di media sosial jauh berbeda dari perilaku komunikasi kesehariannya
seperti dalam interaksi lansung tatap muka. Individu lebih bebas berekspresi, dan
berpendapat.
Dalam terkesan tidak asertif, narsis, dan arogan, karena merasa tidak dibebani oleh ketrikatan
norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam interaksi langsung tatap muka. Selain itu layanan
media sosial yang tidak membatasi penggunanya, baik dari segi usia dan jenis kelamin, status
sosial dan pendidikan mengakibatkan para netizen bebas mengekspresikan perasaannya di
akun pribadinya masing masing.
Dengan demikian pengguna media sosial semakin marak dan rentan dalam melakukan
tindakan yang dapat memicu konflik soisial yang diakibatkan oleh komunikasi yang
melahirkan emosi permusuhan atau propokatif yang tendensius kebencian terhadap satu
individu atau kelompok lain. Ujaran kebencian adalah istilah untuk menjelaskan perilaku
pada golongan pembenci di dunia cyber yang pada dasarnya mengacu pada pesan kebencian
secara online, dimana penggunaan teknologi informasi untuk menyebarkan pesan anti
terhadap suku, agama dan ras tertentu, yang bersifat fanatik, ekstrimis bahkan mengarah pada
tindakan menteror individu atau kelompok lain. Kemudian, berprasangka merupakan berpikir
buruk tanpa adanya landasan atau informasi yang cukup mendukung. Prasangka juga
dikatakan sebagai sikap negatif terhadap kelompok yang didefinisikan secara sosial dan
terhadap setiap orang yang dianggap sebagai anggota kelompok.
Metode penulisan artikel ini menggunakan pendekatan kepustakaan atau kajian literatur
dengan mengeksprolasi berbagai teori, prinsip, atau gagasan yang digunakan untuk
menganalisis dan memecahkan permasalahan yang dirumuskan.
Diketahui dari hasil penelitian bahwa prasangka kelompok dan perilaku ujaran kebencian di
media sosial adalah akibat dari paparan informasi yang bersifat propokatif dan berulang ulang
dalam gelembung informasi masing masing individu yang diperolehnya selama berselancar di
dunia maya. Selain itu juga diakibatkan oleh keterbatasan pola komunikasi di media sosial.
Berdasarkan hasil kajian dari beberapa teori, disebutkan bahwa perkembangan media sosial
memberi perubahan besar pada pola komunikasi antar individu maupun antar kelompok.
Perubahan yang terjadi menjadikan ranah dunia kehidupan sebagai dasar pembentukan ruang
publik dengan tindakan komunikatifnya yang bersifat virtual dan perbedaan karakteristik
komunikasi langsung dengan komunikasi yang berbasis daring seringkali terjadi hambatan
karena fasilitas algoritma dari media sosial. Keberadaan algoritma dalam layanan media
sosial justru membuat polarisasi ditengah tengah masyakat pengguna yang berdampak pada
konflik dan prasangka. Pada akhirnya kehadiran internet dan web yang awalnya merupakan
alat untuk menghilangkan perbedaan dari ruang lingkup individu, namun karena algoritma
yang dibangun justru akan cenderung memperbesar dan memperkuat prasangka sosial yang
kadang terekspresikan pada prilaku ujaran kebencian antar kelompok yang diakibatkan oleh
pola komunikasi dari dan ruang gema serta gelombung informasi masing-masing individu
pengguna media sosial.

9
BAB III
KESIMPULAN

Komunikasi kelompok merupakan proses komuniaksi yang memiliki karakteristik yang


khusus yaitu adanya pelaku yang terdiri dari minimal 3 orang, adanya tujuan, dan ada proses
bertemu antar pelaku. Prasangka atau prejudice merupakan perilaku negatif yang
mengarahkan kelompok pada individualis berdasarkan pada keterbatasan atau kesalahan
informasi tentang kelompok. Komunikasi dan prasangka memiliki keterkaitan yang erat,
prasangka saling mempengaruhi komunikasi kelompok. Komunikasi kelompok yang terbuka
dan inklusif dapat membantu mengurangi prasangka antar anggota kelompok, sementara
komunikasi kelompok yang tertutup dan eksklusif dapat memperkuat prasangka.
   

10
DAFTAR PUSTAKA

Habib, I., Hairul, S., & Dalimunthe, A. (2018). Jurnal Diversita. 4(2), 84–89.

Hernawan, W. (2017). Prasangka Sosial Dalam Pluralitas Keberagamaan Di Kecamatan


Cigugur Kabupaten Kuningan Jawa Barat. Sosiohumaniora, 19(1), 77–85.
https://doi.org/10.24198/sosiohumaniora.v19i1.9543

Lutfiasin, L. (2018). Prasangka sosial. Pembentukan Anak Usia Dini : Keluarga, Sekolah,
Dan Komunitas, 2, 62–70. http://digilib.uinsby.ac.id/13709/3/Daftar Isi.pdf

Mardianto. (2019). Prasangka dan Ujaran Kebencian Siber: Peran Pola Komunikasi Daring
dan Algoritma Media Sosial (Ruang Gema dan Gelembung Informasi ). Prosiding
Seminar Nasional & Call Paper Psikologi Sosial 2019 PSIKOLOGI SOSIAL DI ERA
REVOLUSI INDUSTRI 4.0: PELUANG & TANTANGAN, 74–85.

Romli, K., & Maulia, A. (2014). Prasangka Sosial dalam Komunikasi Antaretnis (Studi
Antara Suku Bali dengan Suku Lampung di Kecamatan Sidomulyo Kabupaten Lampung
Selatan Provinsi Lampung). Jurnal Kom & Realitas Sosial, 4(2), 127–151.
http://jurnal.ubl.ac.id/index.php/JIK/article/download/451/431

Sihabudin, A. (2008). Prasangka Sosial dan Efektivitas Komunikasi Antarkelompok.


Mediator: Jurnal Komunikasi, 9(1), 201–220.
https://doi.org/10.29313/mediator.v9i1.1134

Tisa, M. (2017). Prasangka Sosial Dalam Perspektif Komunikasi Antar Budaya dan Agama.
At-Tanzir: Jurnal Ilmiah Prodi Komunikasi …, 75–86.
http://ejournal.staindirundeng.ac.id/index.php/tanzir/article/view/66

11

Anda mungkin juga menyukai