MAKALAH
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2023
BAB I
PENDAHULUAN
2.4. Jaringan
Menurut Mitchell (1969) jaringan sosial merupakan seperangkat hubungan khusus
atau spesifik yang terbentuk diantara sekelompok orang, karakteristik hubungan-hubungan
tersebut dipergunakan menginterpretasi motif-motif perilaku sosial dari orang-orang yang
terlibat termasuk dimensi-dimensi terselubung (hidden dimensions) didalamnya.
Jaringan sosial merupakan pengelompokan yang terdiri sejumlah orang, sedikitnya
tiga orang yang mempunyai identitas dan dihubungkan satu dengan lain melalui
hubungan-hubungan sosial, sehingga hubungan-hubungan sosial itu dapat dikelompokkan
sebagai kesatuan sosial. Hubungan-hubungan sosial dalam jaringan sosial tidak terjadi secara
acak tapi menunjukkan suatu keteraturan yang jelas (Mitchel, 1969).
Dalam sosiologi, jaringan sosial juga digunakan untuk mempelajari hubungan
antarindividu dan kelompok dalam masyarakat, serta memahami bagaimana jaringan sosial
mempengaruhi perilaku sosial. Jaringan sosial merupakan salah satu dimensi kapital sosial.
Jaringan sosial adalah sumber penting informasi. Melalui jaringan sosial, kita dapat berbagi
pengetahuan, pengalaman, dan pandangan dengan orang lain. Informasi yang diperoleh dari
jaringan ini dapat membantu kita mengambil keputusan yang lebih baik.
3.2 Analisis
3.2.1 Kelompok dan Konformitas Kelompok
Suatu kelompok mempengaruhi perilaku dari suatu individu. Disini individu akan
mengikuti apa yang dilakukan kelompoknya, seperti norma - norma yang dianut oleh suatu
kelompok tertentu. Dalam konteks ini, rombongan persija atau persib cenderung mengikuti
norma - norma atau perilaku yang dilakukan kelompoknya. Selama mengawal persib, mereka
persija akan melakukan hal - hal yang dapat diterima kelompok mereka. Seperti, mendukung
dengan cara berteriak, berbaris dengan tertib, dll.
Contoh kedua merupakan kelompok penggemar K-POP yang sering bertindak dan
berperilaku sesuai dengan kelompoknya. Mereka dapat mengikuti trend yang dianut dalam
komunitas kelompok mereka. Konformitas kelompok juga menekankan adanya dukungan
dan aturan dalam kelompok.
Konsep konformitas kelompok juga dapat diterapkan pada kelompok biksu. Para
biksu mengikuti aturan dan norma - norma yang diadopsi oleh komunitas atau kelompok
mereka. Dalam hal ini seperti, gaya berpakaian, mengikuti ritual atau ibadah, menjalani
praktik keagamaan seperti contoh yang sudah dijelaskan (ritual thudong). Hal inilah yang
merupakan bentuk konformitas terhadap kelompok mereka.
3.2.2 Kelompok Referensi, In Group, Out Group
Kelompok penggemar seperti The Jakmania, sebutan untuk penggemar Persija
mungkin saja menganggap Persija sebagai kelompok referensi mereka. Dalam konteks ini,
The Jak mengidentifikasikan diri dengan fokus kepada minat mereka terhadap Persija dan
menjadikan Persija sebagai standar mereka dalam sepak bola.
Kelompok referensi utama bagi penggemar K-Pop tentu saja pada kelompok musik dan
idola - idola mereka. Penggemar mengidentifikasi diri dengan idola mereka sehingga mereka
selalu mencari pandangan yang sama ke sesama penggemar.
Bagi kelompok biksu, tentu saja referensi kelompok mereka adalah komunitas biksu dan
ajaran agama Buddha. Mereka menjadikan ajaran tersebut sebagai referensi norma dan
pandangan hidup mereka.
Bagi ketiga kelompok ini membentuk in group yang kuat berdasarkan minat,
pandangan, dan kepercayaan mereka yang sama. Disisi lain, individu yang bukan bagian
kelompok mereka, yang tidak memiliki minat, ketertarikan, pandangan, atau bahkan
kepercayaan yang sama termasuk ke dalam out group. Dalam konteks ini outgroup adalah
Persib, Non fans K-Pop, dan penganut agama selain Buddha.
https://www.metrotvnews.com/play/kqYCE55p-rombongan-biksu-thailand-tiba-di-ca
ndi-borobudur
https://drive.google.com/file/d/1sGeogm4lKRF9DLH-xcDipdHW7cnEH6N4/view