MODUL 4
KELOMPOK-KELOMPOK SOSIAL
Pokok Bahasan :
Kelompok-Kelompok Sosial
Capaian Pembelajaran :
Setelah menempuh matakuliah ini mahasiswa semester ganjil akan mampu menjelaskan
dengan baik mengenai :
Kemampuan Akhir :
Setelah menyelesaikan bahan kajian ini mahasiswa akan mampu menjelaskan makna
kelompok sosial, tipe-tipe kelompok sosial, serta masyarakat perkotaan dan perdesaan.
Hampir semua manusia pada awalnya merupakan anggota kelompok sosial yang
dinamakan keluarga. Walaupun anggota-anggota keluarga tadi selalu menyebar, pada waktu-
waktu tertentu mereka pasti akan berkumpul misalnya pada makan pagi, siang dan malam.
Setiap anggota mempunyai pengalaman-pengalaman masing-masing dalam hubungannya
dengan kelompok-kelompok sosial lainnya, jika mereka berkumpul terjadilah tukar-menukar
pengalaman diantara mereka. Pada saat-saat demikian yang terjadi bukanlah pertukaran
pengalaman semata, tetapi para anggota-anggota keluarga tersebut mungkin telah
mengalamai perubahan-perubahan, walaupun sama sekali tidak disadari. Saling tukar
menukar pengalaman, yang disebut social experience di dalam kehidupan berkelompok
mempunyai pengaruh yang besar di dalam pembentukan kepribadian orang-orang yang
bersangkutan. Penelitian terhadap social experience tersebut sangat penting untuk
mengetahui sampai sejauh mana pengaruh kelompok terhadap individu dan bagaimana reaksi
kelompok dan bagaimana pula reaksi individu terhadap pengaruh tadi dalam proses
pembentukan kepribadian.
Suatu kelompok sosial cenderung untuk tidak menjadi kelompok yang statis, tetapi
selalu berkembang serta mengalami perubahan-perubahan, baik dalam aktivitas maupun
bentuknya. Kelompok tadi menambahkan alat-alat perlengkapan untuk dapat melaksanakan
fungsi-fungsinya yang baru dalam rangka perubahan-perubahan yang dialaminya, atau
bahkan sebaliknya dapat mempersempit ruang lingkupnya.
Manusia mempunyai naluri untuk senantiasa berhubungan dengan sesamanya.
Hubungan yang sinambung tersebut menghasilkan pola pergaulan yang dinamakan pola
interaksi sosial. Pergaulan tersebut menghasilkan pandangan-pandangan mengenai kebaikan
dan keburukan. Pandangan-pandangan tersebut merupakan nilai-nilai manusia, yang
kemudian sangat berpengaruh terhadap cara dan pola berpikirnya. Kalau misalnya seseorang
memberikan tekanan yang kuat kepada faktor kebendaan, pola berpikirnya cenderung bersifat
materialistis.
Kelompok sosial atau social group menurut Soekanto adalah himpunan atau kesatuan
manusia yang hidup bersama, karena adanya hubungan di antara mereka. Hubungan tersebut
antar lain menyangkut hubungan timbal balik yang saling memengaruhi dan juga suatu
kesadaran untuk saling menolong.
mempunyai kedudukan sosial yang sama. Identitas sosial seseorang biasanya tenggelam
apabila orang yang bersangkutan ikut serta dalam kerumunan.
Dengan demikian, secara garis besar dapat dibedakan antara, kerumunan yang
berguna bagi organisasi sosial masyarakat, serta timbul dengan sendirinya tanpa diduga
sebelumnya; serta pembedaan antara kerumunan yang dikendalikan oleh keinginan-keinginan
pribadi. Atas dasar pembedaan-pembedaan tersebut dapat ditarik suatu garis perihal bentuk-
bentuk umum kerumunan, yaitu sebagai berikut.
a. Kerumunan yang berartikulasi dengan struktur sosial.
1. Formal Audiences
Khalayak penonton atau pendengar yang formal (formal audience) merupakan
kerumunan-kerumunan yang mempunyai pusat perhatian dan persamaan tujuan, tetapi
sifatnya pasif. Contohnya adalah penonton film, orang-orang yang menghadiri
khotbah keagamaan.
2. Planned Expressive Group
Kelompok ekspresif yang telah direncanakan (planned expressive group) adalah
kerumunan yang pusat perhatianya tak begitu penting, tetapi mempunyai persamaan
tujuan yang tersimpul dalam aktivitas kerumunan tersebut serta kepuasan yang
dihasilkannya. Fungsinya adalah sebagai penyalur ketegangan-ketegangan yang
dialami orang karena pekerjaan sehari-hari. Contoh orang yang berpesta, berdansa,
dan sebagainya.
b. Kerumunan yang bersifat sementara (casual crowds)
1. Inconvenient Aggregations
Kumpulan yang kurang menyenangkan (inconvenient aggregations) adalah orang-
orang yang antri karcis, orang-orang yang menunggu bis, dan sebagainya. Dalam
kerumunan itu kehadiran orang-orang lain merupakan halangan terhadap tercapainya
maksud seseorang.
2. Panic Crowds
Kerumunan orang-orang yang sedang dalam keadaan panik (panic crowds), yaitu
orang-orang yang bersma-sama berusaha menyelamatkan diri dari suatu bahaya.
Dorongan dalam diri individu-individu dalam kerumunan tersebut mempunyai
kecenderungan untuk mempertinggi rasa panik.
3. Spectator Crowds
Kerumunan penonton (spectator crowds) terjadi karena ingin melihat suatu kejadian
tertentu. Kerumunan semacam ini hampir sama dengan khalayak penonton, tetapi
2. Publik
Berbeda dengan kerumunan, publik lebih merupakan kelompok yang tidak merupakan
kesatuan. Interaksi terjadi secara tidak langsung melalui alat-alat komunikasi seperti misalnya
pembicaraan pribadi yang berantai, desas-desus, surat kabar, radio, televisi, film, dan lain
sebagainya. Apalagi di era digital sekarang ini yang diwarnai oleh kehadiran berbagai sarana
komunikasi yang makin memudahkan komunikasi lewat dunia maya termasuk media sosial
seperti facebook dan twitter. Alat-alat penghubung semacam ini lebih memungkinkan suatu
publik mempunyai pengikut-pengikut yang lebih luas dan lebih besar. Akan tetapi, karena
jumlahnya yang sangat besar, tak ada pusat perhatian yang tajam sehingga kesatuan juga tak
ada.
seseorang tidak mungkin secara keseluruhan terpenuhi apabila dia hidup bersama-sama rekan
lainnya yang sesuku.
Suatu masyarakat setempat pasti mempunyai lokalitas atau tempat tinggal (wilayah)
tertentu. Walaupun sekelompok manusia merupakan masyarakat pengembara, pada saat-saat
tertentu anggota-anggotanya pasti berkumpul pada suatu tempat tertentu, misalnya bila
mengadakan upacara-upacara tradisional.
Unsur-unsur perasaan komuniti (community sentiment) menurut R. M. Maclver dan
Charles H. Pages dalam bukunya Society, An Introductory Analysis, yang dikutip oleh
Soekanto, antara lain sebagai berikut:
a. Seperasaan
Unsur seperasaan timbul akibat seseorang berusaha untuk mengidentifikasikan dirinya
dengan sebanyak mungkin orang dalam selompok tersebut sehingga kesemuanya dapat
menyebutkan dirinya sebagai “kelompok kami”, “perasaan kami” dan lain sebagainya.
b. Sepenanggunagan
Setiap individu sadar akan peranannya dalam kelompok dan keadaan masyarakat
sendiri memungkinkan peranannya dalam kelompok dijalankan sehingga dia mempunyai
kedudukan yang pasti dalam darah dagingnya sendiri.
c. Saling memerlukan
Individu yang tergabung dalam masyarakat setempat merasakan dirinya tergantung
pada “komuniti”-nya yang meliputi kebutuhan fisik maupun kebutuhan-kebutuhan
psikologis. Kelompok yang tergabung dalam masyarakat setempat tadi memenuhi kebutuhan-
kebutuhan fisik seseorang, misalnya atas makanan dan perumahan.
Warga pedesaan, suatu masyarakat mempunyai hubungan yang lebih erat dan lebih
mendalam ketimbang hubungan mereka dengan warga masyarakat pedesaan lainnya, sistem
kehidupan biasanya berkelompok atas dasar sistem kekeluargaan. Penduduk masyarakat
pedesaan pada umumya hidup dari pertanian. Walaupun terlihat adanya tukang kayu, tukang
genteng dan bata, tukang membuat gula, dan bahkan tukang catut (ingat sistem “ijon”), inti
pekerjaan penduduk adalah pertanian.
Golongan orang-orang tua pada masyarakat pedesaan umumnya memegang peranan
penting. Orang akan selalu meminta nasihat kepada mereka apabila ada kesulitan-kesulitan
yang dihadapi. Kesukarannya adalah golongan orang-orang tua itu mempunyai pandangan
yang didasarkan pada tradisi yang kuat sehingga sukar untuk mengadakan perubahan-
perubahan yang nyata. Apabila ditinjau dari sudur pandang pemerintahan, hubungan antara
penguasa dengan rakyat berlangsung secara tidak resmi. Segala sesuatu dijalankan atas dasar
musyawarah. Di samping itu, karena tidak adanya pembagian kerja yang tegas, seorang
penguasa sekaligus mempunyai beberapa kedudukan dan peranan yang sama sekali tidak
dapat dipisah-pisahkan atau paling tidak sukar untuk dibeda-bedakan. Apalagi di desa yang
terpencil, sukar sekali untuk memisahkan antara kedudukan dengan peranan seorang kepala
desa sebagi orang tua yang nasihat-nasihatnya patut dijadikan pegangan, sebagai seorang
pemimpin upacara adat dan lain sebaginya. Pendeknya segala sesuatu disentralisasikan pada
diri kepala desa tersebut.
Masyarakat perkotaan atau urban community adalah masyarakat kota yang tidak
tertentu jumlah penduduknya. Tekanan pengertian “kota” terletak pada sifat serta ciri
kehudupan yang berbeda dengan masyarakat pedesaan.
Ada beberapa ciri lagi yang menonjol pada masyarakat kota, sebagai berikut:
a. Kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan agama di desa. Ini
disebabkan cara berpikir yang rasional, yang didasarkan pada perhitungan eksak yang
berhubungan dengan realita masyarakat.
b. Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada
orang lain. Hal yang penting di sini adalah manusia perseorangan atau individu. Di desa
orang lebih mementingkan kelompok atau keluarga. Di kota, kehidupan keluarga sering
sukar untuk disatukan karena perbedaan kepentingan, paham politik, agama, dan
seterusnya.
c. Pembagian kerja di antara warga kota juga lebih tegas dan punya batas-batas nyata. Di
kota, terdapat orang-orang dengan aneka warna latar belakang sosial dan pendidikan yang
menyebabkan individu memperdalami suatu bidang kehidupan khusus.
c. Di desa tidak banyak kesempatan untuk menambah pengetahuan. Oleh sebab itu, banyak
orang yang ingin maju meninggalkan desa.
d. Rekreasi yang merupakan salah satu faktor penting di bidang spiritual kurang sekali dan
kalau juga ada, perkembangan sangat lambat.
e. Bagi penduduk desa yang mempunyai keahlia lain selain bertani seperti misalnya
kerajianan tangan, tentu mengingini pasar yang lebih luas bagi hasil produksinya. Ini
tidak mungkin didapatkan di desa.
Sebaliknya akan dijumpai pula beberapa faktor penarik dari kota, antara lain sebagai
berikut:
a. Penduduk desa kebanyakan mempunyai anggapan bahwa di kota banyak pekerjaan serta
banyak penghasilan (uang). Karena sirkulasi secara relatif lebih mudah mendapatkan
uang daripada di desa
b. Di kota lebih banyak kesempatan mendirikan perusahaan industri dan lain-lain. Hal ini
disebutkan karena lebih mudahnya didapatkan izin dan terutama kredit bank.
c. Kelebihan modal di kota lebih banyak daripada di desa.
d. Pendidikan (terutama pendidikan lanjutan) lebih banyak di kota dan dengan sendirinya
lebih mudah didapat.
e. Kota merupakan suatu tempat yang lebih menguntungkan untuk mengembangkan jiwa
dengan sebaik-baiknya dan seluas-luasnya.
f. Kota dianggap mempunyai tingkat kebudayaan yang lebih tinggi dan merupakan tempat
pergaulan dengan segala macam orang dan dari segala lapisan.