Anda di halaman 1dari 11

Sosiologi dan Politik

MODUL 4

KELOMPOK-KELOMPOK SOSIAL

Pokok Bahasan :

Kelompok-Kelompok Sosial

Capaian Pembelajaran :

Setelah menempuh matakuliah ini mahasiswa semester ganjil akan mampu menjelaskan
dengan baik mengenai :

a. Makna Kelompok sosial,

b. Tipe-tipe kelompok sosial,

c. Masyarakat Perkotaan dan Pedesaan.

Kemampuan Akhir :

Setelah menyelesaikan bahan kajian ini mahasiswa akan mampu menjelaskan makna
kelompok sosial, tipe-tipe kelompok sosial, serta masyarakat perkotaan dan perdesaan.

Dosen : Yussi Retna Wulan Sari, S.sos., M.Pd.


Sosiologi dan Politik

1. MAKNA KELOMPOK SOSIAL


Menurut Soekanto, di dalam hubungan antara manusia dengan manusia lain, agaknya
yang paling penting adalah reaksi yang timbul akibat hubungan-hubungan tadi. Reaksi
tersebutlah yang menyebabkan tindakan seseorang menjadi bertambah luas. Misalnya, kalau
seseorang menyanyi, dia memerlukan reaksi, entah yang berwujud pujian atau celaan yang
kemudian merupakan dorongan bagi tindakan-tindakan selanjutnya. Di dalam memberikan
reaksi tersebut, ada suatu kecenderungan manusia untuk memberikan keserasian dengan
tindakan-tindakan orang lain. Mengapa? Karena sejak dilahirkan, manusia sudah mempunyai
dua hasrat atau keinginan pokok, yaitu keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di
sekelilingnya (yaitu masyarakat) dan keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam
sekelilingnya (2009:100).
Untuk dapat menghadapi dan menyesuaikan diri dengan kedua lingkungan tersebut s,
manusia menggunakan pikiran, perasaan, dan kehendaknya. Di dalam menghadapi alam di
sekelilingnya, seperti udara yang dingin, alam yang kejam dan lain sebagainya, manusia juga
harus makan, agar badannya tetap sehat. Untuk itu, dia dapat mengambil makanan sebagai
hasil dari alam sekitarnya, dengan menggunakan akalnya. Di laut, manusia akan menjadi
nelayan untuk menangkap ikan, apabila alam sekitar hutan, maka manusia akan berburu
untuk mencari makanannya. Semuanya itu menimbulkan kelompok-kelompok sosial atau
social-group di dalam kehidupan manusia ini. Kelompok-kelompoik sosial tersebut
merupakan himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama. Hubungan
tersebut antara lain menyangkut kaitan timbal balik yang saling pengaruh-memengaruhi dan
juga satu kesadaran untuk saling tolong-menolong.
Akan tetapi, timbul suatu pertanyaan, apakah setiap himpunan manusia dapat
dinamakan kelompok sosial? Untuk itu, diperlukan beberapa persyarakat tertentu, antara lain:
1. Adanya kesadaran pada setiap anggota kelompok bahwa dia merupakan sebagian dari
kelompok yang bersangkutan;
2. Ada hubungan timbal-balik antara anggota yang satu dengan anggota yang lainnya;
3. Ada suatu faktor yang dimiliki bersama sehingga hubungan antar mereka bertambah
erat, yang dapat merupakan nasib yang sama, kepentingan yang sama, tujuan yang
sama, ideologi politik yang sama, dan lain-lain. Tentunya faktor mempunyai musuh
bersama misalnya, dapat pula menjadi faktor pengikat/pemersatu;
4. Berstruktur, berkaidah dan mempunyai pola perilaku;

Dosen : Yussi Retna Wulan Sari, S.sos., M.Pd.


Sosiologi dan Politik

Hampir semua manusia pada awalnya merupakan anggota kelompok sosial yang
dinamakan keluarga. Walaupun anggota-anggota keluarga tadi selalu menyebar, pada waktu-
waktu tertentu mereka pasti akan berkumpul misalnya pada makan pagi, siang dan malam.
Setiap anggota mempunyai pengalaman-pengalaman masing-masing dalam hubungannya
dengan kelompok-kelompok sosial lainnya, jika mereka berkumpul terjadilah tukar-menukar
pengalaman diantara mereka. Pada saat-saat demikian yang terjadi bukanlah pertukaran
pengalaman semata, tetapi para anggota-anggota keluarga tersebut mungkin telah
mengalamai perubahan-perubahan, walaupun sama sekali tidak disadari. Saling tukar
menukar pengalaman, yang disebut social experience di dalam kehidupan berkelompok
mempunyai pengaruh yang besar di dalam pembentukan kepribadian orang-orang yang
bersangkutan. Penelitian terhadap social experience tersebut sangat penting untuk
mengetahui sampai sejauh mana pengaruh kelompok terhadap individu dan bagaimana reaksi
kelompok dan bagaimana pula reaksi individu terhadap pengaruh tadi dalam proses
pembentukan kepribadian.
Suatu kelompok sosial cenderung untuk tidak menjadi kelompok yang statis, tetapi
selalu berkembang serta mengalami perubahan-perubahan, baik dalam aktivitas maupun
bentuknya. Kelompok tadi menambahkan alat-alat perlengkapan untuk dapat melaksanakan
fungsi-fungsinya yang baru dalam rangka perubahan-perubahan yang dialaminya, atau
bahkan sebaliknya dapat mempersempit ruang lingkupnya.
Manusia mempunyai naluri untuk senantiasa berhubungan dengan sesamanya.
Hubungan yang sinambung tersebut menghasilkan pola pergaulan yang dinamakan pola
interaksi sosial. Pergaulan tersebut menghasilkan pandangan-pandangan mengenai kebaikan
dan keburukan. Pandangan-pandangan tersebut merupakan nilai-nilai manusia, yang
kemudian sangat berpengaruh terhadap cara dan pola berpikirnya. Kalau misalnya seseorang
memberikan tekanan yang kuat kepada faktor kebendaan, pola berpikirnya cenderung bersifat
materialistis.
Kelompok sosial atau social group menurut Soekanto adalah himpunan atau kesatuan
manusia yang hidup bersama, karena adanya hubungan di antara mereka. Hubungan tersebut
antar lain menyangkut hubungan timbal balik yang saling memengaruhi dan juga suatu
kesadaran untuk saling menolong.

Dosen : Yussi Retna Wulan Sari, S.sos., M.Pd.


Sosiologi dan Politik

2. TIPE-TIPE KELOMPOK SOSIAL


Kelompok-kelompok sosial yang teratur meliputi beberapa jenis. In group adalah
kelompok sosial dimana individu mengidentifikasikan dirinya. Out group adalah kelompok
sosial yang oleh individu diartikan sebagai lawan in group-nya. Perasaan in group atau out
group didasari dengan suatu sikap yang dinamakan etnosentris, yaitu adanya anggapan bahwa
kebiasaan dalam kelompoknya merupakan yang terbaik dibanding dengan kelompok lainnya.
Kelompok primer atau face to face group merupakan kelompok sosial yang paling
sederhana, di mana anggotanya saling mengenal serta ada kerja sama yang erat. Contohnya
keluarga, kelompok sepermainan dan lain-lain. Kelompok sekunder adalah kelompok yang
terdiri dari banyak orang, yang sifat hubungannya tidak berdasarkan pengenalan secara
pribadi dan juga tidak langgeng. Contohnya hubungan kontrak jual beli.
Paguyuban (gemeinschaft) merupakan bentuk kehidupan bersama dimana anggota-
anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni, bersifat alamiah, dan kekal, dengan dasar
rasa cinta dan rasa kesatuan batin yang memang telah dikodratkan. Oleh Ferdinand Tonnies
dalam buku Gemeinschaft dan Gesellschaft, yang dikutip oleh Soekanto (2009:118),
dikatakan bahwa suatu paguyuban (gemeinschaft) mempunyai beberapa ciri pokok, yaitu
sebagai berikut:
a. Intimate, yuaitu hubungan menyeluruh yang mesra.
b. Private, yaitu hubungan yang bersifat pribadi, khusus untuk beberapa orang saja.
c. Exclusive, yaitu hubungan tersebut hanyalah untuk “kita” saja dan tidak untuk orang-
orang lain di luar “kita”.
Tipe paguyuban menurut Ferdinand Tonnies, yaitu sebagai berikut:
1) Paguyuban karena ikatan darah (gemeinschaft by blood), yaitu gemeinschaft atau
paguyuban yang merupakan ikatan yang didasarkan pada ikatan darah atau
kekerabatan, contoh: keluarga, kelompok kekerabatan.
2) Paguyuban karena tempat (gemeinschaft of place), yaitu suatu paguyuban yang terdiri
dari orang-orang yang berdekatan tempat tinggal sehingga dapat saling tolong-
menolong, contoh: rukun tetangga, rukun warga, arisan.
3) Paguyuban karena jiwa-pikiran (gemeinschaft of mind), yang merupakan suatu
gemeinschaft yang terdiri dari orang-orang yang walaupun tak mempunyai hubungan
darah ataupun tempah tinggalnya tidak berdekatan, tetapi mereka mempunyai jiwa
dan pikiran yang sama, ideologi yang sama. Paguyuban semacam ini biasanya
ikatannya tidak sekuat paguyuban karena darah atau keturunan (dalam
Soekanto,2009:118).

Dosen : Yussi Retna Wulan Sari, S.sos., M.Pd.


Sosiologi dan Politik

Paguyuban (gemeinschaft) merupakan bentuk kehidupan bersama, di mana


anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni, bersifat alamiah, dan kekal. Dasar
hubungan tersebut adalah rasa cinta dan rasa persatuan batin yang memang telah dikodratkan.
Hubungan seperti ini dapat dijumpai dalam keluarga, kelompok kekerabatan, rukun tetangga,
dan lain-lain.
Patembayan (gesellschaft), merupakan ikatan lahir yang bersifat pokok dan biasanya
untuk jangka waktu pendek. Ia bersifat sebagai suatu bentuk dalam pikiran belaka.
Contohnya adalah ikatan antara pedagang, organisasi dalam suatu pabrik, dan lain-lain.
Formal group adalah kelompok yang mempunyai peraturan tegas dan sengaja
diciptakan oleh anggota-anggotanya untuk mengatur hubungan antara sesama. Contohnya
organisasi. Informal group tidak mempunyai stuktur dan organisasi tertentu atau yang pasti.
Kelompok-kelompok tersebut biasanya terbentuk karena pertemuan yang berulangkali yang
didasari oleh kepentingan dan pengalaman yang sama. Contohnya klik (clique).
Membership group merupakan suatu kelompok di mana setiap orang secara fisik
menjadi anggota kelompok tersebut. Reference group ialah kelompok-kelompok sosial yang
menjadi acuan bagi seseorang (bukan anggota kelompok tersebut) untuk membentuk pribadi
dan perilakunya.
Kelompok Okupasional adalah kelompok yang muncul karena semakin memudarnya
fungsi kekerabatan, dimana kelompok ini timbul karena anggotanya memiliki pekerjaan yang
sejenis. Contohnya kelompok profesi, seperti Asosiasi Sarjana Farmasi, Ikatan Dokter
Indonesia, dan lain-lain. Kelompok Volonter adalah kelompok orang yang memiliki
kepentingan sama, namun tidak mendapatkan perhatian masyarakat. Melalui kelompok ini
diharapkan akan dapat memenuhi kepentingan anggotanya secara individual tanpa
mengganggu kepentingan masyarakat secara umum.
Kelompok-kelompok sosial yang tidak teratur, meliputi:
1. Kerumunan (Crowd)
Ukuran utama adanya kerumunan adalah kehadiran orang-orang secara fisik. Paling
tidak batas kerumunan adalah sejauh mata dapat melihat dan selama telinga dapat
mendengarkannya. Kerumunan tersebut segera mati setelah orang-orangnya bubar. Jadi,
kerumunan merupakan suatu kelompok sosial yang bersifat sementara (temporer).
Kerumunan jelas tidak teroraganisasi. Ia dapat mempunyai pimpinan, tetapi tidak
mempunyai sistem pembagian kerja maupun sistem pelapisan sosial. Artinya interaksi di
dalamnya bersifat spontan dan tidak terduga, serta orang-orang yang hadir dan berkumpul

Dosen : Yussi Retna Wulan Sari, S.sos., M.Pd.


Sosiologi dan Politik

mempunyai kedudukan sosial yang sama. Identitas sosial seseorang biasanya tenggelam
apabila orang yang bersangkutan ikut serta dalam kerumunan.
Dengan demikian, secara garis besar dapat dibedakan antara, kerumunan yang
berguna bagi organisasi sosial masyarakat, serta timbul dengan sendirinya tanpa diduga
sebelumnya; serta pembedaan antara kerumunan yang dikendalikan oleh keinginan-keinginan
pribadi. Atas dasar pembedaan-pembedaan tersebut dapat ditarik suatu garis perihal bentuk-
bentuk umum kerumunan, yaitu sebagai berikut.
a. Kerumunan yang berartikulasi dengan struktur sosial.
1. Formal Audiences
Khalayak penonton atau pendengar yang formal (formal audience) merupakan
kerumunan-kerumunan yang mempunyai pusat perhatian dan persamaan tujuan, tetapi
sifatnya pasif. Contohnya adalah penonton film, orang-orang yang menghadiri
khotbah keagamaan.
2. Planned Expressive Group
Kelompok ekspresif yang telah direncanakan (planned expressive group) adalah
kerumunan yang pusat perhatianya tak begitu penting, tetapi mempunyai persamaan
tujuan yang tersimpul dalam aktivitas kerumunan tersebut serta kepuasan yang
dihasilkannya. Fungsinya adalah sebagai penyalur ketegangan-ketegangan yang
dialami orang karena pekerjaan sehari-hari. Contoh orang yang berpesta, berdansa,
dan sebagainya.
b. Kerumunan yang bersifat sementara (casual crowds)
1. Inconvenient Aggregations
Kumpulan yang kurang menyenangkan (inconvenient aggregations) adalah orang-
orang yang antri karcis, orang-orang yang menunggu bis, dan sebagainya. Dalam
kerumunan itu kehadiran orang-orang lain merupakan halangan terhadap tercapainya
maksud seseorang.
2. Panic Crowds
Kerumunan orang-orang yang sedang dalam keadaan panik (panic crowds), yaitu
orang-orang yang bersma-sama berusaha menyelamatkan diri dari suatu bahaya.
Dorongan dalam diri individu-individu dalam kerumunan tersebut mempunyai
kecenderungan untuk mempertinggi rasa panik.
3. Spectator Crowds
Kerumunan penonton (spectator crowds) terjadi karena ingin melihat suatu kejadian
tertentu. Kerumunan semacam ini hampir sama dengan khalayak penonton, tetapi

Dosen : Yussi Retna Wulan Sari, S.sos., M.Pd.


Sosiologi dan Politik

bedanya adalah bahwa kerumunan penonton tidak direncanakan, sedangkan kegiatan-


kegiatan juga pada umumnya tak terkendalikan.
c. Kerumunan yang berlawanan dengan norma-norma hukum (lawless crowds)
1. Acting Mobs
Kerumunan yang bertindak emosial (acting mobs) bertujuan untuk mencapai suatu
tujuan tertentu dengan menggunakan kekuatan fisik yang berlawanan dengan norama-
norma yang berlaku dalam masyarakat. Biasanya kumpulan orang-orang tersebut
bergerak karena merasakan bahwa hak-hak mereka diinjak-injak atau karena tak
adanya keadilan.
2. Immoral Crowds
Kerumunan yang bersifat immoral (immoral crowds) hampir sama dengan kelompok
ekspresif. Bedanya adalah kerumunan yang bersifat immoral bertentangan dengan
norma-norma masyarakat. Contohnya adalah orang-orang yang mabuk.

2. Publik
Berbeda dengan kerumunan, publik lebih merupakan kelompok yang tidak merupakan
kesatuan. Interaksi terjadi secara tidak langsung melalui alat-alat komunikasi seperti misalnya
pembicaraan pribadi yang berantai, desas-desus, surat kabar, radio, televisi, film, dan lain
sebagainya. Apalagi di era digital sekarang ini yang diwarnai oleh kehadiran berbagai sarana
komunikasi yang makin memudahkan komunikasi lewat dunia maya termasuk media sosial
seperti facebook dan twitter. Alat-alat penghubung semacam ini lebih memungkinkan suatu
publik mempunyai pengikut-pengikut yang lebih luas dan lebih besar. Akan tetapi, karena
jumlahnya yang sangat besar, tak ada pusat perhatian yang tajam sehingga kesatuan juga tak
ada.

3. MASYARAKAT PEDESAAN (RURAL COMMUNITY) DAN MASYARAKAT


PERKOTAAN (URBAN COMMUNITY)
Istilah community dapat diterjemahkan sebagai “masyarakat setempat” yang
menunjuk pada warga sebuah desa, kota, suku, atau bangsa. Apabila anggota-anggota sesuatu
kelompok, baik kelompok itu besar maupun kecil, hidup bersama sedemikian rupa sehingga
merasakan bahwa kelompok tersebut dapat memenuhi kepentingan-kepentingan hidup yang
utama, kelompok tadi disebut masyarakat setempat. Sebagai suatu perumpanaan, kebutuhan,

Dosen : Yussi Retna Wulan Sari, S.sos., M.Pd.


Sosiologi dan Politik

seseorang tidak mungkin secara keseluruhan terpenuhi apabila dia hidup bersama-sama rekan
lainnya yang sesuku.
Suatu masyarakat setempat pasti mempunyai lokalitas atau tempat tinggal (wilayah)
tertentu. Walaupun sekelompok manusia merupakan masyarakat pengembara, pada saat-saat
tertentu anggota-anggotanya pasti berkumpul pada suatu tempat tertentu, misalnya bila
mengadakan upacara-upacara tradisional.
Unsur-unsur perasaan komuniti (community sentiment) menurut R. M. Maclver dan
Charles H. Pages dalam bukunya Society, An Introductory Analysis, yang dikutip oleh
Soekanto, antara lain sebagai berikut:
a. Seperasaan
Unsur seperasaan timbul akibat seseorang berusaha untuk mengidentifikasikan dirinya
dengan sebanyak mungkin orang dalam selompok tersebut sehingga kesemuanya dapat
menyebutkan dirinya sebagai “kelompok kami”, “perasaan kami” dan lain sebagainya.
b. Sepenanggunagan
Setiap individu sadar akan peranannya dalam kelompok dan keadaan masyarakat
sendiri memungkinkan peranannya dalam kelompok dijalankan sehingga dia mempunyai
kedudukan yang pasti dalam darah dagingnya sendiri.
c. Saling memerlukan
Individu yang tergabung dalam masyarakat setempat merasakan dirinya tergantung
pada “komuniti”-nya yang meliputi kebutuhan fisik maupun kebutuhan-kebutuhan
psikologis. Kelompok yang tergabung dalam masyarakat setempat tadi memenuhi kebutuhan-
kebutuhan fisik seseorang, misalnya atas makanan dan perumahan.

Dalam mengadakan klasifikasi masyarakat setempat, menurut Kingsley Davis dalam


buku Human Society, yang dikutip oleh Soekanto dapat digunakan empat kriteria yang saling
berpautan, yaitu jumlah penduduk, luas, kekayaan dan kepadatan penduduk daerah
pedalaman, fungsi-fungsi khusus masyarakat setempat terhadap seluruh masyarakat, dan
organisasi masyarakat setempat yang bersangkutan.
Dalam masyarakat yang modern, sering dibedakan antara masyarakat pedesaan (rural
community) dengan masyarakat perkotaan (urban community). Perbedaan tersebut
sebenarnya tidak mempunyai hubungan dengan pengertian masyarakat sederhana karena
dalam masyarakat modern, betapa pun kecilnya suatu desa, pasti ada pengaruh-pengaruh dari
kota. Sebaliknya pada masyarakat bersahaja pengaruh dari kota relatif tidak ada. Pembedaan
antara masyarakat pedesaan dengan masyarakat perkotaan, pada hakikatnya bersifat gradual.

Dosen : Yussi Retna Wulan Sari, S.sos., M.Pd.


Sosiologi dan Politik

Warga pedesaan, suatu masyarakat mempunyai hubungan yang lebih erat dan lebih
mendalam ketimbang hubungan mereka dengan warga masyarakat pedesaan lainnya, sistem
kehidupan biasanya berkelompok atas dasar sistem kekeluargaan. Penduduk masyarakat
pedesaan pada umumya hidup dari pertanian. Walaupun terlihat adanya tukang kayu, tukang
genteng dan bata, tukang membuat gula, dan bahkan tukang catut (ingat sistem “ijon”), inti
pekerjaan penduduk adalah pertanian.
Golongan orang-orang tua pada masyarakat pedesaan umumnya memegang peranan
penting. Orang akan selalu meminta nasihat kepada mereka apabila ada kesulitan-kesulitan
yang dihadapi. Kesukarannya adalah golongan orang-orang tua itu mempunyai pandangan
yang didasarkan pada tradisi yang kuat sehingga sukar untuk mengadakan perubahan-
perubahan yang nyata. Apabila ditinjau dari sudur pandang pemerintahan, hubungan antara
penguasa dengan rakyat berlangsung secara tidak resmi. Segala sesuatu dijalankan atas dasar
musyawarah. Di samping itu, karena tidak adanya pembagian kerja yang tegas, seorang
penguasa sekaligus mempunyai beberapa kedudukan dan peranan yang sama sekali tidak
dapat dipisah-pisahkan atau paling tidak sukar untuk dibeda-bedakan. Apalagi di desa yang
terpencil, sukar sekali untuk memisahkan antara kedudukan dengan peranan seorang kepala
desa sebagi orang tua yang nasihat-nasihatnya patut dijadikan pegangan, sebagai seorang
pemimpin upacara adat dan lain sebaginya. Pendeknya segala sesuatu disentralisasikan pada
diri kepala desa tersebut.
Masyarakat perkotaan atau urban community adalah masyarakat kota yang tidak
tertentu jumlah penduduknya. Tekanan pengertian “kota” terletak pada sifat serta ciri
kehudupan yang berbeda dengan masyarakat pedesaan.
Ada beberapa ciri lagi yang menonjol pada masyarakat kota, sebagai berikut:
a. Kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan agama di desa. Ini
disebabkan cara berpikir yang rasional, yang didasarkan pada perhitungan eksak yang
berhubungan dengan realita masyarakat.
b. Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada
orang lain. Hal yang penting di sini adalah manusia perseorangan atau individu. Di desa
orang lebih mementingkan kelompok atau keluarga. Di kota, kehidupan keluarga sering
sukar untuk disatukan karena perbedaan kepentingan, paham politik, agama, dan
seterusnya.
c. Pembagian kerja di antara warga kota juga lebih tegas dan punya batas-batas nyata. Di
kota, terdapat orang-orang dengan aneka warna latar belakang sosial dan pendidikan yang
menyebabkan individu memperdalami suatu bidang kehidupan khusus.

Dosen : Yussi Retna Wulan Sari, S.sos., M.Pd.


Sosiologi dan Politik

d. Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan, juga lebih banyak diperoleh


warga kota dari pada warga desa karena sistem pembagian kerja yang tegas tersebut di
atas.
e. Jalan pikiran rasional yang pada umumnya diantur masyarakat pekotaan, menyebabkan
interaksi-interaksi yang tejadi lebih didasarkan pada faktor kepentingan daripada faktor
pribadi.
f. Jalan kehidupan yang cepat di kota mengakibatkan pentingnya faktor waktu, sehinga
pembagian waktu yang teliti sangat penting untuk dapat mengejar kebutuhan-kebutuhan
seorang individu.
g. Perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata di kota-kota karena kota biasanya
terbuka dalam menerima pengaruh luar. Hal ini sering menimbulkan pertentangan antara
golongan tua dengan golongan muda karena golongan muda yang belum sepenuhnya
terwujud kepribadiannya, lebih senang mengikuti pola-pola baru dalam kehidupan.
Sehubungan dengan perbedaan antara masyarakat pedesaan dan masyarakat
perkotaan, kiranya perlu pula disinggung perihal urbanisasi. Urbanisasi adalah suatu proses
berpindahnya penduduk dari desa ke kota atau dapat pula dikatakan bahwa urbanisasi
merupakan proses terjadinya masyarakat perkotaan. Proses urbanisasi boleh dikatakan terjadi
di seluruh dunia, baik pada negara-negara yang sudah maju, maupun yang secara relatif
belum maju. Urganisasi mempunyai akibat-akibat negatif terutama dirasakan oleh negara
agraris seperti Indonesia.
Apabila hendak ditinjau sebab urbanisasi, maka harus diperhatikan dua sudut, yaitu:
a. Faktor yang mendorong penduduk desa untuk meninggalkan daerah kediamannya (push
factors); dan
b. Faktor-faktor yang menarik penduduk desa untuk pindah dan menetap di kota-kota (pull
factors).
Bila dianalisis, sebab-sebab pendorong orang desa meninggalkan tempat tinggalnya
secara umum adalah sebagai berikut:
a. Di desa lapangan kerja pada umumnya kurang. Pekerjaan yang dapat dikerjakaan adalah
pekerjaan yang semuanya menghadapi berbagai kendala seperti irigasi yang tak memadai
atau tanah yang kurang subur serta terbatas. Keadaan tersebut menimbulkan
pengangguran tersamar (disguised unemployment).
b. Penduduk desa, terutama kaum muda-mudi, merasa tertekan oleh adat-istiadat yang
mengakibatkan cara hidup yang monoton. Untuk mengembangkan pertumbuhan jiwa,
banyak yang pergi ke kota.

Dosen : Yussi Retna Wulan Sari, S.sos., M.Pd.


Sosiologi dan Politik

c. Di desa tidak banyak kesempatan untuk menambah pengetahuan. Oleh sebab itu, banyak
orang yang ingin maju meninggalkan desa.
d. Rekreasi yang merupakan salah satu faktor penting di bidang spiritual kurang sekali dan
kalau juga ada, perkembangan sangat lambat.
e. Bagi penduduk desa yang mempunyai keahlia lain selain bertani seperti misalnya
kerajianan tangan, tentu mengingini pasar yang lebih luas bagi hasil produksinya. Ini
tidak mungkin didapatkan di desa.
Sebaliknya akan dijumpai pula beberapa faktor penarik dari kota, antara lain sebagai
berikut:
a. Penduduk desa kebanyakan mempunyai anggapan bahwa di kota banyak pekerjaan serta
banyak penghasilan (uang). Karena sirkulasi secara relatif lebih mudah mendapatkan
uang daripada di desa
b. Di kota lebih banyak kesempatan mendirikan perusahaan industri dan lain-lain. Hal ini
disebutkan karena lebih mudahnya didapatkan izin dan terutama kredit bank.
c. Kelebihan modal di kota lebih banyak daripada di desa.
d. Pendidikan (terutama pendidikan lanjutan) lebih banyak di kota dan dengan sendirinya
lebih mudah didapat.
e. Kota merupakan suatu tempat yang lebih menguntungkan untuk mengembangkan jiwa
dengan sebaik-baiknya dan seluas-luasnya.
f. Kota dianggap mempunyai tingkat kebudayaan yang lebih tinggi dan merupakan tempat
pergaulan dengan segala macam orang dan dari segala lapisan.

Dosen : Yussi Retna Wulan Sari, S.sos., M.Pd.

Anda mungkin juga menyukai