Anda di halaman 1dari 19

Kisi Kisi SOSHUM

SOSIOLOGI

A. Kelompok sosial

Apa Itu Kelompok Sosial?


Kamu tau gak kelompok sosial itu apa? Kalau menurut Soerjono Soekanto dalam

bukunya yang berjudul Sosiologi Suatu Pengantar, kelompok sosial adalah himpunan

atau kesatuan manusia yang hidup bersama karena saling berhubungan di antara

mereka secara timbal balik dan saling mempengaruhi. Dalam buku Pengantar
Sosiologi, Wila Huky juga mengatakan bahwa kelompok sosial adalah suatu unit
yang terdiri atas dua orang atau lebih yang saling berinteraksi atau saling

berkomunikasi. Nah, jadi kalau ada kumpulan orang, kemudian mereka saling

berinteraksi, itu udah bisa dibilang kelompok sosial ya, guys. Contohnya keluarga,
teman kelas, dll.

kelompok sosial di dalam masyarakat

Ciri-ciri dan Syarat Terbentuknya Kelompok Sosial

Suatu perkumpulan bisa dikatakan sebagai kelompok sosial juga ada


syaratnya lho, guys. Ciri-ciri dan syarat terbentuknya kelompok sosial menurut

Soerjono Soekanto adalah sbb:

Setiap anggota kelompok sadar bahwa ia tergabung dalam suatu kelompok.

Sebelumnya kamu udah tau kalau pengertian dari kelompok sosial salah satunya ada
interaksi. Maksudnya, mereka yang tergabung dalam kelompok tersebut sadar untuk

saling berinteraksi supaya tujuan kelompok dapat tercapai. Contohnya suatu

kelompok di sekolah, agar kamu dan anggota kelompokmu bisa menyelesaikan

tugas dari guru dengan baik dan mendapatkan hasil sempurna, maka terdapat
diskusi dan kerjasama untuk mewujudkan itu di dalam kelompok, betul? Lain halnya

dengan mereka yang berada di halte saat menunggu bis, mereka gak merasa

terhubung satu sama lain, tujuan mereka masing-masing, yaitu untuk menuju suatu
tempat. Jadi, tidak ada kelompok sosial yang terjadi di sana. Tapi, kalau mereka sadar

bahwa mereka memiliki tujuan yang sama dan saling berinteraksi, itu bisa dikatakan

sebagai kelompok sosial.


Adanya hubungan timbal balik antar anggota kelompok.

Antar anggota kelompok harus memiliki hubungan timbal balik supaya tujuan

dapat tercapai. Jadi, mereka yang tergabung di dalam kelompok saling mendapatkan

feedback gitu lho, guys. Contohnya tadi saat kerja kelompok. Supaya guru
memberikan nilai sempurna untuk kelompokmu, maka kamu dan anggota yang lain

harus saling berdiskusi, memberikan ide-ide, dan bekerjasama. Kalau sama orang lain

pas nunggu bis di halte dan gak ada interaksi, maka tidak ada kelompok sosial di

sana.
Adanya faktor pengikat antar anggota.

Meskipun antar anggota terdiri dari berbagai suku, karakter, dan latar

belakang, tapi kelompok sosial itu selalu memiliki suatu kesamaan antar anggotanya,

misalnya memiliki tujuan yang sama. Contohnya paguyuban, antar anggota


paguyuban biasanya memiliki faktor pengikat yaitu asal daerah yang sama. Ada juga

kelompok sosial yang terjadi antara kamu dan sahabat-sahabatmu, ada kesamaan

karakter di sana. Itu bisa dikatakan sebagai kelompok sosial.

Antar anggota memiliki struktur atau pola perilaku yang sama.


Suatu kelompok memiliki ciri khusus yang membuatnya berbeda dengan

kelompok lainnya. Nah, struktur atau pola perilaku termasuk faktor pembeda yang

cukup penting ada di dalam suatu kelompok sosial. Misalnya, ada peraturan di dalam

kelompok, maka anggota yang tergabung dalam kelompok sosial tersebut mengikuti
aturan yang ditetapkan dalam kelompok tersebut. Jadi, antar anggotanya memiliki

pola perilaku yang sama.

Bersistem dan berproses.

Kelompok sosial terbentuk dalam jangka waktu tertentu. Agar kelompok sosial
tersebut terbentuk, bertahan, dan meningkat, tentu ada interaksi dan aktivitas yang

dilakukan secara konsisten.


Nah, untuk menjadi kelompok sosial, semua syaratnya harus terpenuhi. Jadi, gak bisa

kalau hanya ada satu yang memenuhi syarat, tapi syarat lainnya tidak terpenuhi,

maka hal itu tidak bisa dikatakan sebagai kelompok sosial.


Tipe Kelompok Sosial

Kamu udah tau syarat dan ciri-ciri adanya kelompok sosial, nah sekarang apa

aja sih klasifikasi atau tipe kelompok sosial? Berdasarkan keempat pendapat ahli di

bawah ini, mereka mengklasifikasikan kelompok sosial sbb:


Emile Durkheim

Durkheim mengklasifikasikan kelompok sosial menjadi dua, yaitu solidaritas mekanik

dan organik.

 Solidaritas mekanik berarti tidak ada pembagian kerja di dalam suatu


kelompok. Semua anggota mendapatkan beban kerja yang sama (kolektif).

 Solidaritas organik berarti udah ada pembagian kerja, kamu ingat-ingat aja

organis, setiap organ tentu memiliki fungsinya masing-masing. Nah, sama

halnya dengan kelompok sosial yang masuk dalam klasifikasi organik ini,
setiap anggota memiliki tugas dan fungsinya masing-masing, namun antara

satu dan yang lainnya saling bergantung.

Ferdinand Tonnies

Klasifikasi kelompok sosial selanjutnya menurut pendapat Tonnies. Ia membagi


kelompok sosial menjadi dua juga nih, yaitu gesellschaft dan gemeinschaft.

 Gesellschaft (patembayan), merupakan kelompok sosial formal atau resmi.

Antar anggota tidak terlalu dekat, contohnya adalah kelompok kerja dan

partai politik.
 Gemeinschaft (paguyuban), kalau kelompok yang satu ini lebih ke

hubungan informal, biasanya karena adanya hubungan darah atau daerah asal

tinggal. Contohnya adalah keluarga dan kerabat dekat.

Charles Cooley
Cooley membagi kelompok sosial menjadi dua, yaitu primer dan sekunder.

 Primer, merupakan kelompok yang akrab atau kenal satu sama lain, informal.
 Sekunder, merupakan kelompok formal dan resmi, kemudian hubungan antar

anggotanya tidak begitu akrab. Teori ini sama dengan gesellschaft milik

Tonnies.
W.G Sumner

Terakhir, ada klasifikasi kelompok sosial menurut pendapat W.G Sumner. Ia

mengungkapkan dua klasifikasi, yaitu in-group dan out-group.

 In-group, merupakan kelompok yang antar anggotanya memiliki faktor


simpati dan akrab satu sama lain. Terdapat kerjasama, hubungan

persahabatan, keteraturan, dan kedamaian di dalamnya.

 Out-group, merupakan kelompok yang antar anggotanya saling

mengedepankan sikap antagonisme antipati. Kebalikan dari in-group, bahwa


di dalam kelompok terdapat kebencian, ketidakpedulian, dan permusuhan

antara anggota yang satu dengan yang lainnya.

Pola Hubungan Antar Kelompok

Akulturasi
Akulturasi adalah gabungan dari dua kebudayaan, tapi masih ada sisa

kebudayaan masing-masing.

Dominasi

Dominasi adalah suatu keadaan di mana salah satu ras menguasai kelompok
lain. Ada 5 jenis dominasi menurut Kornblum, yaitu genosida,

 Genosida (pembunuhan massal terhadap suatu kelompok tertentu).

 Pengusiran.

 Perbudakan.
 Segregasi (pembuatan stratifikasi/kasta).

 Asimilasi (pembauran dua kebudayaan yang disertai dengan hilangnya ciri

khas kebudayaan asli, sehingga memunculkan kebudayaan baru).

 Paternalisme
Paternalisme merupakan dominasi kelompok pendatang. Pola hubungan

seperti ini merupakan tindakan yang dilakukan oleh kelompok pendatang untuk

membatasi kebebasan seseorang atau kelompok demi ego pribadi.


 Integrasi

Integrasi adalah pola hubungan yang mengakui adanya perbedaan dan bisa

berbaur atau campur antar kebudayaan. Ingat ya, inti dari integrasi ini mengakui dan

mencampurkan atau menyatukan kebudayaan, gitu guys.


 Pluralisme

Pluralisme ini terjadi pada kelompok majemuk, dimana terdapat banyak

perbedaan di dalam kelompok tersebut, namun mengakui adanya perbedaan

tersebut. Jadi, berbeda dengan integrasi yang menyatukan kebudayaan, sedangkan


pluralisme ini yaudah tetap ada perbedaan di dalam kelompok, tapi tidak disatukan.

Dibiarkan aja selama tidak ada keributan

B. Stratifikasi Sosial

Tahukah kamu, salam struktur sosial, terdapat dua konsep penting yang
membedakan masyarakat berdasarkan hak dan kewajibannya. Dua konsep tersebut

adalah status dan peran. Status diartikan sebagai seperangkat hak dan kewajiban

individu atau kelompok yang mengakibatkan ia memiliki kedudukan, misalnya status

seseorang sebagai guru. Sedangkan peran adalah seperangkat tingkah laku yang
diharapkan berjalan sesuai dengan status seseorang. Misalnya status sebagai guru

diharapkan memiliki peran positif di masyarakat.


Struktur Sosial

Struktur sosial secara sederhana bisa didefinisikan sebagai pola perilaku

berulang yang menciptakan hubungan antarindividu dan antarkelompok dalam

masyarakat. Struktur sosial bersifat abstrak dan tidak dapat terlihat oleh mata. Selain

itu, struktur sosial pada masyarakat bersifat sangat dinamis atau bisa berubah-ubah
sesuai dengan kondisi sosial masyarakat. Nah, kamu harus ingat nih, struktur sosial

mencakup dua unsur perbedaan pada masyarakat, baik perbedaan hierarkis berupa

stratifikasi soal dan perbedaan horizontal berupa diferensiasi sosial. Jangan sampai

lupa, ya!

Dalam sebuah struktur sosial, masyarakat akan selalu menyesuaikan


perilakunya dengan kelompoknya. Menurut Nasikun, seorang sosiolog Indonesia,

struktur sosial masyarakat Indonesia membagi masyarakat dalam beberapa

kelompok akibat adanya perbedaan stratifikasi dan diferensiasi sosial. Stratifikasi

sosial juga bisa menyebabkan terbentuknya hierarki dalam bentuk kelas-kelas sosial

di masyarakat, lho!
Diferensiasi Sosial

Diferensiasi sosial adalah pembedaan masyarakat secara horizontal, sehingga

tidak ada kelas sosial yang timbul akibat diferensiasi sosial. Dalam diferensiasi sosial,

masyarakat dikategorikan berdasarkan perbedaan-perbedaan yang setara, seperti


perbedaan berdasarkan ras, perbedaan suku bangsa, perbedaan klan, dan perbedaan

agama. Supaya kamu lebih gampang mengingat kategori diferensiasi sosial, ingat

aja KA SARAS. Apaan tuh, kok KA SARAS? KA SARAS adalah Klan, Agama, Suku

Bangsa, dan Ras.

Stratifikasi Sosial

Berbeda dengan diferensiasi sosial, stratifikasi sosial adalah perbedaan vertikal

yang memicu munculnya hierarki dan kelas-kelas sosial di masyarakat. Stratifikasi


sosial di masyarakat ditentukan oleh sesuatu yang dihargai oleh masyarakat. Dasar

yang digunakan untuk menggolongkan masyarakat dalam stratifikasi sosial

adalah kekayaan, kekuasaan, keturunan, dan pendidikan. Bisa disingkat menjadi K3P

nih, supaya kamu nggak lupa, Squad! Selo Soemardjan, seorang tokoh sosiologi
Indonesia, juga mengemukakan dasar-dasar stratifikasi sosial. Apa saja, ya? Yuk,

simak pada gambar di bawah ini!


Menurut Pitirim Sorokin, stratifikasi sosial sebagai pembeda dalam

masyarakat mengklasifikasikan masyarakat ke dalam kelas-kelas sosial yang bersusun

bertingkat. Wujud nyata dari stratifikasi sosial adalah pembagian kelas sosial atas,

kelas sosial menengah, dan kelas sosial bawah.

Tahukah kamu, pada masyarakat perkotaan yang kompleks, unsur

penggolong stratifikasi juga sangat banyak dan rumit. Masyarakat perkotaan

distratifikasikan berdasarkan perbedaan kepemilikan ekonomi, pekerjaan, tingkat

pendidikan, dan hak-hak istimewa seseorang. Sebaliknya, pada masyarakat homogen


seperti masyarakat pedesaan tradisional, sistem stratifikasi masih belum banyak

diterapkan. Masyarakat homogen hanya dibedakan atas dasar perbedaan usia,


kekuasaan, dan senioritas. Hal ini terjadi karena pembagian peran pada masyarakat

homogen masih cenderung sedikit dan hampir semua orang melakukan peran yang

sama, seperti masyarakat desa nelayan atau masyarakat desa petani.


Menurut pelapisan berdasarkan kriteria sosial, masyarakat terdiri atas
beberapa pelapisan berupa kelas sosial atau kasta. Istilah kelas sosial antara lain

digunakan untuk pelapisan berdasarkan kriteria ekonomi maupun sosial. Sedangkan


istilah kasta dipakai untuk pelapisan dalam masyarakat berkasta, seperti pada

pelapisan masyarakat Hindu di Bali dan India.


Masyarakat Hindu di Bali dan India secara umum terbagi menjadi empat kasta,

yaitu Brahmana, Ksatria, Waisya dan Sudra. Kasta Brahmana, Ksatria dan Waisya

disebut triwangsa, sedangkan kasta Sudra disebut jaba. Gelar-gelar tersebut

diwariskan menurut garis keturunan ayah.


Nah, menurut Mac Iver, ada tiga pola umum sistem stratifikasi sosial, yaitu tipe kasta,

oligarki, dan demokratis.


Tipe Kasta
Tipe kasta memiliki sistem stratifikasi dengan garis pemisah yang kaku. Tipe

semacam ini biasanya dijumpai pada masyarakat berkasta dan hampir tidak
memungkinkan tiap individu untuk bergerak secara vertikal untuk naik kasta. Di

tatanan paling atas ditempati penguasa tertinggi seperti raja. Di lingkup sekitarnya

terdapat kaum bangsawan, tentara, dan para pemuka agama. Pelapisan kedua

ditempati oleh kalangan pekerja seperti petani, dan pelapisan terendah terdiri atas
para budak.
Tipe Oligarki
Tipe oligarki memiliki tipe stratifikasi yang menggambarkan garis pemisah

yang sangat tegas di antara strata. Akan tetapi, perbedaan antar strata satu dengan

strata lain tidak begitu mencolok. Walaupun kedudukan para warga masyarakat
masih banyak didasarkan kepada aspek keturunan, akan tetapi individu masih

diberikan kesempatan untuk naik ke strata yang lebih atas. Contohnya bisa dilihat

dari kelas menengah yang mempunyai warga paling banyak, seperti masyarakat di

industri, perdagangan dan keuangan yang memegang peranan lebih penting di


masyarakat. Ada bermacam-macam cara warga dari strata bawah naik ke strata yang

lebih atas dan juga ada kesempatan bagi warga kelas menengah untuk menjadi

penguasa.
Tipe demokratis adalah tipe ketiga dengan garis pemisah antar lapisan yang
sifatnya fleksibel. Faktor keturunan tidak menentukan kedudukan atau tinggi-

rendahnya status seseorang, namun yang diutamakan adalah kemampuannya dan

kadang-kadang juga ditambah dengan faktor keberuntungan.

Sifat Stratifikasi Sosial


Menurut Soerjono Soekanto, ada 3 sifat stratifikasi sosial. Ketiga sifat

tersebut adalah stratifikasi sosial tertutup, stratifikasi sosial terbuka, dan


stratifikasi sosial campuran. Pada stratifikasi sosial tertutup, mobilitas seseorang

untuk bisa melaju dari satu lapisan sosial tertentu ke lapisan sosial lainnya sangat

terbatas. Berbeda dengan stratifikasi sosial terbuka, yang memungkinkan semua


orang dari semua lapisan bisa melakukan mobilitas sosial, baik mobilitas sosial naik

maupun mobilitas sosial turun. Lalu, stratifikasi sosial campuran itu yang seperti apa,

ya? Stratifikasi sosial campuran ini merupakan gabungan dari stratifikasi sosial

terbuka dan tertutup. Untuk lebih jelasnya, kamu bisa lihat skemanya di bawah ini,
ya!
Fungsi Stratifikasi Sosial

Nah, setelah mengenal sifat-sifatnya, sekarang kamu penasaran nggak sih

dengan fungsi stratifikasi sosial? Ada 6 fungsi stratifikasi sosial yang harus kamu
ingat. Yuk kita bahas satu persatu!

Fungsi stratifikasi sosial adalah distribusi hak-hak istimewa yang obyektif.

Yang dimaksud dengan distribusi hak-hak istimewa yang objektif adalah penentuan

penghasilan, tingkat kekayaan, keselamatan dan wewenang pada


jabatan/pangkat/kedudukan seseorang. Fungsi stratifikasi sosial yang kedua

adalah sistem tingkatan pada strata yang menyangkut prestise dan

penghargaan. Misalnya pada seseorang yang menerima anugerah

penghargaan/gelar/kebangsawanan, dan sebagainya. Fungsi stratifikasi sosial yang


ketiga adalah kriteria sistem pertentangan. Kriteria sistem pertentangan ini bisa

didapat melalui kualitas pribadi, keanggotaan kelompok, kerabat tertentu, wewenang

atau kekuasaan.

Selain ketiga fungsi yang sudah disebutkan di atas, fungsi lain dari stratifikasi
sosial adalah penentu simbol status atau kedudukan. Contohnya adalah tingkah

laku dan cara berpakaian. Coba deh kamu perhatikan, tingkah laku mereka yang

berasal dari kalangan bangsawan tentu berbeda dengan yang lain, kan? Selain

itu, tingkat mudah tidaknya bertukar kedudukan dan alat solidaritas di antara
individu-individu dalam sistem sosial yang sama juga merupakan fungsi

stratifikasi sosial.

C. Sosialisasi
Pada dasarnya dalam ilmu sosiologi, sosialisasi itu merupakan proses seseorang

mempelajari atau memahami nilai dan norma yang nantinya akan mempengaruhi

cara kita berperilaku. Jadi kalo ada yang bilang ke kalian kalo “bersosialisasi” itu

identik dengan haha hihi ke temen-temen atau ikut nongkrong di cafe-cafe gaul
yang kekinian, itu kurang tepat guys, lebih tepat kalo kita sebut berinteraksi. Kenapa

keluarga berperan penting, karena mereka lah orang yang ngajarin kita pertama kali,
meskipun nantinya gak cuma keluarga aja namun ada agen lain juga, lebih

lengkapnya kita bahas di bahas di bawah ini yaa!

Pengertian Sosialisasi sosialisasi


Sosialisasi adalah suatu proses atau usaha seorang individu untuk mempelajari

kebudayaan berupa nilai dan norma yang berlaku di masyarakat untuk menjadi

anggota atau bagian yang dapat berpartisipasi di dalam masyarakat itu sendiri.

Untuk memahami mengenai nilai dan norma kalian bisa belajar di sini.
Yang namanya proses itu, identik banget sama pergerakan, atau dinamis, yang

berarti proses sosialisasi ini akan berjalan sepanjang akhir hayat, karena dunia terus

berubah, pasti ada saatnya kita akan bertemu orang baru, atau berada di dalam

kelompok baru, contohnya peralihan fase dari SD ke SMP, kemudian dari SMP ke
SMA, kemudian SMA ke kuliah atau kerja dan seterusnya.

Tujuan Sosialisasi

Tujuan dari sosialisasi sebenarnya cukup beragam, yaitu:

1) Memberikan kemampuan dan pengetahuan terhadap individu untuk hidup


bermasyarakat.

2) Memberikan kemampuan menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan

kehidupan bermasyarakat.

3) Mengetahui posisi atau perannya di dalam masyarakat agar dapat bertindak


atau berperilaku sesuai dengan perannya dalam masyarakat.

4) Menjaga keutuhan masyarakat, dengan setiap individu melakukan interaksi

satu sama lain dengan baik didasari oleh perannya masing-masing.

Tipe Sosialisasi
Sosialisasi sendiri dibagi menjadi 3 tipe, yaitu:

1) Formal

Sosialisasi tipe ini berasal dari pemerintah dan masyarakat, dimana norma dan

nilai yang berlakunya tertulis. Contohnya peraturan daerah.


2) Non-Formal
Sosialisasi tipe ini berasal hanya dari masyarakat, dimana norma dan nilai yang

berlaku juga tertulis, dan berlaku secara global, atau semua orang yang berada

disana. Contohnya, di suatu tempat restoran dilarang membawa makanan dari luar.
3) Informal

Sosialisasi tipe ini berasal dari masyarakat, dimana norma dan nilai yang

berlaku tidak tertulis. Contohnya, misalnya kalian pulang maksimal jam 10 malam,

tidak ada peraturan tertulisnya kan di rumah kalian harus pulang sebelum jam 10
malam, tapi ini norma yang berlaku di keluarga kalian.

Agen-Agen Sosialisasi

Agen yang dimaksud disini adalah pihak-pihak atau orang-orang yang berperan

dalam sosialisasi, yaitu:


 Keluarga

Keluarga merupakan pihak pertama yang mengajarkan kita atau memberitahu

kita mengenai nilai dan norma yang berlaku, misalnya seperti diajarkan sopan santun

yang berlaku di masyarakat, dan lain-lain. Keluarga ini dibagi menjadi 2 tipe, tipe
represif yaitu tipe orang tua atau keluarga yang tegas, dan mengatur segalanya,

contohnya kalian harus masuk jurusan A, atau harus masuk perguruan tinggi B, dan

lain-lain, sedangkan tipe yang satunya lagi adalah tipe partisipatoris, yaitu tipe orang

tua atau keluarga yang ikut berpartisipasi dalam berdiskusi dalam pengambilan
keputusan kalian, misalnya orang tua berdiskusi dengan anaknya mau mengambil

jurusan kuliahnya.

 Sekolah

Sekolah juga memiliki peran yang cukup penting, seperti guru, dan pelajaran
yang kalian terima, seperti guru mengajarkan nilai dan norma tentunya, atau dari

pelajaran tingkah laku seperti pendidikan kewarganegaraan, sosiologi, dan pelajaran

lainya.

 Teman Sepermainan
Biasanya dalam lingkungan permainan kita memiliki nilai dan normanya

sendiri, misalnya semua teman-teman kalian gak suka orang yang menyontek setiap
hari, maka agar bisa bergabung dan nyambung sama mereka kalian akan

menyesuaikan diri dan mengambil nilai menyontek sebagai hal yang buruk itu

sebagai norma.
 Media Massa

Media massa bisa mencakup banyak hal, radio, TV, Internet, dan lain-lain.

Contoh yang paling mudah kita dapati adalah misalnya dalam drama korea atau film,

kita suka sama karakter dalam film itu, misalnya kalian suka karakternya Han Ji-
pyeong (penggemar start-up pasti tau), atau kalian suka karakter Harry Potter, kalian

akan mengambil sikap atau sifat karakter tersebut sebagai norma. Atau bisa juga dari

berita, misalnya kalian berita korupsi, dan kalian akan menganggap bahwa korupsi

bukan hal yang baik, atau tidak boleh dilakukan dan mengambil itu sebagai norma
yang berlaku.

Bentuk Sosialisasi

Berdasarkan bentuknya sosialisasi memiliki 2 bentuk, yaitu:

 Sosialisasi Primer, yaitu sosialisasi yang kita terima dari kita kecil atau dari
kita lahir yang kita terima di keluarga.

 Sosialisasi Sekunder, yaitu sosialisasi yang kita terima diluar dari keluarga

seperti sekolah, teman sepermainan, tempat kerja, dan lain-lain.

Faktor Pembentuk Kepribadian


Setiap dari kita pasti memiliki kepribadiannya masing-masing, kalian sama

temen-temen kalian pun yang katanya “teman se-frekuensi” pun pasti memiliki

kepribadian yang berbeda dan tidak persis sama, kenapa bisa beda? Karena ada

beberapa faktor pembentuknya yang membuat setiap dari kita memiliki kepribadian
yang berbeda, berikut faktor-faktornya.

 Warisan Gen

Seperti yang udah dikatakan sebelumnya, bahwa keluarga kita berperan

sangat besar dalam pembentukan kepribadian kita, karena salah satu faktor
pembentuk kepribadian kita berasal dari warisan gen atau faktor biologis.
 Lingkungan Fisik

Lingkungan fisik juga dapat membentuk kepribadian kita, misalnya orang

medan kenapa kalo ngomong itu suara nya keras, karena dulu jarak antar rumahnya
jauh, jadi mempengaruhi cara mereka berbicara.

 Budaya

Budaya yang udah kita jalani selama hidup kita akan membentuk kepribadian

kita, dimana biasanya di setiap daerah memiliki budaya yang berbeda. Misalnya, kita
terbiasa ketemu guru atau orang yang lebih tua kita salim, tapi kalo di Amerika

mereka kalo ketemu orang lain dengan cipika cipiki.

 Pengalaman Kelompok

Dalam faktor ini terjadi akibat adanya pengalaman secara berkelompok,


misalnya kalian sama temen-temen kalian bermain pas jam kelas, kemudian di

hukum, dari situ kalian jadi tahu kalo lagi jam pelajaran itu gak boleh main, harus

belajar, semenjak itu kalian jadi belajar di pas jam kelas atau jadi memiliki

kepribadian yang taat akan peraturan.


 Pengalaman Unik

Mirip dengan pengalaman kelompok tapi bedanya ini kalian alami sendiri, misalnya

kalian pulang malem sendirian dan kemudian diikutin orang gak dikenal sampe

rumah, semenjak itu kalian jadi takut buat pulang sendirian pas malem atau jadi
dependent jadi bergantung sama orang lain kalo mau pulang.

D. Kejahatan Sosial

Salah satu masalah sosial yang sering terjadi dalam kehidupan masyarakat adalah

tindakan kriminalitas atau tindakan kejahatan. Dilansir dari buku Kamus Sosiologi
(2018) karya Agung Tri Haryanto dan Eko Sujatmiko, kejahatan adalah suatu bentuk

penyimpangan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok terhadap nilai dan

norma atau peraturan perundang-undangan yang berlaku di masyarakat.

Ada dua faktor yang memengaruhi munculnya tindakan kejahatan, yaitu:


Faktor internal, antara lain kondisi kejiwaaan seseorang, tingkat pendidikan

seseorang, dan kedudukan seseorang dalam masyarakat.


Faktor ekternal berhubungan dengan faktor ekonomi (perubahan harga,

kemiskinan, pengangguran, urbanisasi) dan faktor agama (kurangnya pemahaman

tentang agama).
Pada dasarnya, masalah sosial seperti tindakan kejahatan dapat membawa

dampak buruk bagi kehidupan masyarakat. Dampak tersebut dapat berupa dampak

ekonomis dan dampak psikologis. Selain itu, adanya tindakan kejahatan juga

menghambat terwujudnya kesejahteraan dan menghambat terpenuhinya kebutuhan


pokok masyarakat.

Jeni-jenis kejahatan menurut ahli sosiologi Para ahli sosiologi menggolongkan

kejahatan berdasarkan pada fenomena sosial yang menyertainya. Dalam buku

Kriminologi Suatu Pengantar (2018) karya A.S. Alam dan Amir Ilyas, dijelaskan jenis-
jenis kejahatan menurut pandangan ahli sosiologi, yaitu:

1) Kejahatan kekerasan terhadap orang (violent personal crime)

Contoh kejahatan kekerasan terhadap orang adalah pembunuhan, penganiayaan,

dan pemerkosaan.
2) Kejahatan harta benda karena kesempatan (occational property crime)

Contoh kejahatan harta benda karena kesempatan adalah pencurian kendaraan

bermotor, pencurian di toko-toko besar, pencurian di mesin ATM, dan sebagainya.

3) Kejahatan karena kedudukan atau jabatan (occupational crime)


Contoh kejahatan karena kedudukan atau jabatan adalah kejahatan kerah

putih (white collar crime), seperti korupsi.

4) Kejahatan politik (political crime)

Contoh kejahatan politik adalah pemberontakan, spionase, sabotase, dan


perang gerilya.

5) Kejahatan terhadap ketertiban umum (public order crime) Kejahatan

jenis ini disebut juga sebagai kejahatan tanpa korban (victimless

crimes).
Contoh kejahatan terhadap ketertiban umum adalah pemabukan,

gelandangan, perjudian, dan wanita melacurkan diri.


6) Kejahatan konvensional (conventional crime)

Contoh kejahatan konvensional adalah perampokan, penggarongan, dan

pencurian kecil-kecilan.
7) Kejahatan terorganisir (organized crime)

Contoh kejahatan terorganisir adalah pemerasan, perdagangan wanita untuk

pelacuran, perdagangan obat bius, perdagangan narkoba, perdagangan minuman

keras ilegal, dan sebagainya.


8) Kejahatan yang dilakukan sebagai profesi (professional crime)

Contoh kejahatan yang dilakukan sebagai profesi adalah pemalsuan dan

pencopetan.

E. Principles of Sociology

Principles of sociology merupakan karya Herbert Spencer

Berikut sejumlah karya utama Spencer semaca hidupnya:

1) Social Statics (1850).


2) Principles of Psychology (1855).

3) Principles of Biology (1861 dan 1864).

4) First Principles (1862).

5) The Study of Sociology (1873).


6) Descriptive Sociology (1874).

7) The Principles of Sociology (1877).

8) Principles of Ethics (1883).

Esai-esai:
 Education (1861)

 The Study of Sociology (1873)

 The Nature and Reality of Religion (1885)

 Various and Fragments (1897)


 Facts and Comments (1902)
Bila dicermati, karya-karya Spencer senantiasa mendasarkan konsepsi bahwa seluruh

alam, baik yang berwujud organis, nonorganis, maupun superorganis berevolusi

karena dorongan kekuatan mutlak yang kemudian disebutnya sebagai evolusi


universal (Koentjaraningrat, 1987:34). Gambaran menyeluruh tentang evolusi

universal umat manusia menunjukkan bahwa pada garis besarnya Spencer melihat

perkembangan masyarakat dan kebudayaan dari suatu bangsa di dunia sudah

melalui tingkatan evolusi yang sama.

Anda mungkin juga menyukai