KELOMPOK SOSIAL
Kita bisa mencari tahu alasan mengapa manusia suka hidup berkelompok. Alasan yang
paling mendasar adalah dorongan alamiah yang menunjukkan bahwa manusia sebagai makhluk
hidup, dan sebagai bagian dari alam, harus memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, seperti makan-
minum, tempat tinggal, selain kebutuhan eksistensial yang butuh diakui oleh orang lain.2 Selain
itu, juga adanya hukum alam yang melingkupi kehidupan makhluk hidup (manusia), yaitu
adanya kontradiksi yang harus dihadapi dan insting kerja sama lahir dari situasi itu.
Kenyataankenyataan penting yang dapat kita lihat dalam sejarah masyarakat adalah :
1. Kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan hidup telah menyatukan manusia untuk bekerja
sama mencari makanan secara berkelompok. Hal ini terjadi sejak manusia ada (zaman
kuno) hingga zaman sekarang. Ketika mereka berburu, mereka membutuhkan kerja
sama dan pembagian tugas, hasilnya dipakai bersama-sama.
2. Kerja sama dan dibutuhkannya ikatan kelompok juga disebabkan adanya ancaman dari
luar manusia (kontradiksi) yang dihadapi. Saat mencari makanan masuk ke hutan,
mereka akan menghadapi kontradiksi alam(seperti medan yang sulit, gangguan alam,
1
seperti angin topan, tanah longsor, binatang buas, dan lain-lain). Saat mereka ingin
berburu binatang sebagai makanan, juga belum tentu binatang itu mampu dihadapi
seorang diri. Masalah-masalah alamiah semacam itulah yang membuat manusia
berkelompok, untuk memudahkan dalam menghadapi kontradiksi dan dialektika alam;
3. Kebutuhan yang didorong oleh kebutuhan seksual, naluri yang inheren, dan menjadi
bagian dari kehidupan, dilakukan dengan menjalin ikatan dengan lawan jenis, untuk
mendapatkan kenikmatan dan meninggalkan penjara nafsu, serta untuk mencari
keturunan. Dari situ muncul keluarga sebagai unit kelompok manusia. Keluarga ini akan
saling bekerja sama untuk memenuhi kebutuhan hidup dan memlihara anak menuju
kedewasaannya.
4. Kemudian, juga ada nilai-nilai yang lahir dari interaksi antara orang-orang yang
menjalin ikatan kelompok.
5. Ada pula kekuatan pengikat selain nilai, yaitu otoritas yang lahir dari nilai dan
kesepakatan bersama. Otoritas ini diwakilkan oleh seorang tokoh yang dianggap paham
dan bisa dijadikan sumber bagi nilai-nilai yang ada pada masyarakat.
1. Partisipasi Aktif
Adanya kesadaran dari setiap individu bahwa dirinya adalah bagian dari sebuah
kelompok sehingga ia akan aktif berpartisipasi dalam kegiatan kelompok.
Dalam sebuah kelompok sosial, terdapat sebuah struktur tersendiri. Hal ini
memungkinkan setiap anggota untuk mendapatkan peranan, fungsi, dan bahkan
kedudukan hierarki yang jelas.
2
4. Memiliki Kegiatan Yang Dilakukan Bersama-Sama
Ciri selanjutnya dari kelompok sosial adalah adanya aktivitas bersama yang
dilakukan oleh semua anggotanya. Juga terdapat interaksi dan pola perilaku aktif dari
semua individu yang tergabung.
Sebuah kelompok tidak bisa disebut sebagai kelompok sosial jika baru saja
terbentuk dalam beberapa hari. Hubungan antar individu dalam kelompok haruslah telah
terjalin dan berlangsung selama beberapa tahun, bulan, atau minggu.
Karena setiap kelompok sosial memiliki sebuah tujuan yang sama, akan tercipta
norma-norma atau peraturan. Terbentuknya norma-norma atau peraturan yang tegas
dalam setiap Kelompok sosial bukanlah tanpa tujuan. Seluruh norma atau peraturan
tersebut haruslah ditaati oleh setiap individu demi tercapainya tujuan bersama dari
kelompok tersebut serta tujuan pribadi.
Ferdinand Tonnies, seorang sosiolog klasik dari Jerman, mengulas secara rinci
perbedaan pengelompokan dalam masyarakat. Di sini Gemeinschaft digambarkannya
sebagai kehidupan bersama yang intim, pribadi, dan eksklusif (suatu keterikatan yang
dibawa sejak lahir). Tonnies, menggambarkan ikatan pernikahan sebagai suatu
Gemeinschaft of life. Ia berbicara mengenai suatu Gemeinschaft di bidang rumah
tangga, agama, bahasa, dan adat yang dipertentangkannya dengan Gesellschaft di
bidang ilmu atau perdagangan. Tonnies membedakan antara tiga jenis Gemeinschaft:
3
b. Gemeinschaft of place, pada dasarnya merupakan ikatan yang berlandaskan
kedekatan letak tempat tinggal serta tempat bekerja yang mendorong orang
untuk berhubungan secara intim satu dengan yang lain, dan mengacu pada
kehidupan bersama di daerah pedesaan.
Pendapat ini menarik, mengingat bahwa, sebagaimana telah kita lihat di atas,
Durkheim menggunakan konsep yang sama untuk menggambarkan ciri kelompok yang
berlawanan. Menurut Durkheim, kelompok segmental justru bersifat mekanis,
sedangkan solidaritas pada kelompok terdiferensiasi justru bersifat organis.
4
3) Mereka saling memerhatikan kesejahteraan satu sama lainnya; Selain karena
relasi yang akrab di antara anggota, kelompok sosial primer merupakan tempat
seorang individu berjumpa dengan pengalaman-pengalaman sosial yang pertama
4) Dalam kelompok sosial primer ini, seorang individu mengalami hidup untuk
pertama kalinya. Kekuatan dan hubungan utama ini memberikan individu-
individu rasa aman dan damai
5) Anggota-anggota dalam kelompok utama ini menyediakan pendapatan pribadi
bagi yang lainnya, termasuk keuangan dan dukungan emosional.
5
sendiri sebagai sesuatu yang terbaik apabila dibandingkan dengan kebiasaan-kebiasaan
kelompok-kelompok lainnya. Kecenderungan ini biasa disebut dengan etnosentrisme.
Etnosentrisme adalah suatu sikap yang menilai unsur-unsur kebudayaan lain dengan
mempergunakan ukuran-ukuran kebudayaan sendiri. Etnosentrisme disosialisasikan atau
diajarkan kepada setiap anggota kelompok sosial, sadar maupun tidak sadar, serentak
dengan nilai-nilai kebudayaan lain.
6
terduga. Individu-individu yang merupakan kerumunan, berkumpul secara kebetulan di
suatu tempat, dan juga pada waktu yang bersamaan.
a. Memiliki identitas kolektif yang tegas (misalnya, tampak pada nama kelompok, simbol
kelompok, dan lain-lain)
b. Memiliki daftar anggota yang rinci.
c. Memiliki program kegiatan yang ter us-menerus diarahkan kepada pencapaian tujuan
yang jelas.
d. Memiliki prosedur keanggotaan. Sedangkan, contoh kelompok teratur antara lain
berbagai perkumpulan pelajar atau mahasiswa, instansi pemerintahan, parpol,
organisasi massa, perusahaan, dan lain-lain.
Kelompok-kelompok sosial yang tidak teratur terdiri dari berbagai macam, antara lain:
7
tercapainya maksud seseorang. Contoh: orang-orang yang antre karcis, orang-
orang yang menunggu bis, dan sebagainya.
2) Kerumunan orang yang sedang dalam keadaan panik (panic crowd), yaitu orang-
orang yang bersama-sama menyelamatkan diri dari suatu bahaya.
3) Kerumunan penonton (spectator crowd) karena ingin melihat suatu kejadian
tertentu. Kerumunan semacam ini hampir sama dengan khalayak penonton, tetapi
bedanya adalah bahwa kerumunan penonton tidak direncanakan, sedangkan
kegiatankegiatan juga pada umumnya belum tak terkendalikan.
2) Kerumunan Imoral.
Kelompok acuan yang berjumlah banyak tersebut menjadi acuan bagi sikap, penilaian,
dan perilaku seseorang. Merton menekankan bahwa dalam berperilaku dan bersikap
8
seseorang dapat menunjukkan konformitas pada kelompok luar (out-group) pada aturan dan
nilai kelompok lain. Ini berarti bahwa orang tersebut tidak mengikuti aturan kelompok
dalamnya (nonconformity to the norms of the in-group). Merton pun membahas perubahan
kelompok acuan manakala keanggotaan kelompok seseorang berubah. Menurut Merton,
gejala ini menarik karena kedua peristiwa tersebut tidak berlangsung pada saat yang
bersamaan. Perubahan kelompok acuan sering mendahului perubahan keanggotaan
kelompok. Seorang siswa kelas 3 SMU, misalnya, dalam berperilaku dan bersikap sering
sudah berorientasi pada aturan dan nilai yang berlaku di kalangan perguruan tinggi
meskipun secara resmi ia belum berstatus mahasiswa (belum berstatus anggota) dan masih
menjadi siswa SMU. Perubahan orientasi yang mendahului perubahan keanggotaan
kelompok seperti ini oleh Merton diberi nama “sosialisasi antisipatoris” (anticipatory
socialization).
Menurut Merton, proses sosialisasi antisipatoris ini mempunyai dua fungsi: membantu
diterimanya seseorang dalam kelompok baru, dan membantu penyesuaian anggota baru
dalam kelompok yang baru itu.
9
• kebutuhan akan harga diri
a. Masyarakat Pedesaan
b. Masyarakat Perkotaan
10