Anda di halaman 1dari 10

MATERI 4

KELOMPOK SOSIAL

A. DEFINISI KELOMPOK SOSIAL

Menurut Soerjono Soekanto. kelompok sosial adalah hubungan/kesatuan 2 manusia atau


lebih yang hidup bersama karena adanya hubungan di antara mereka secara timbal balik dan
sling memengaruhi. 1Paul B. Horton dan Chester L. Hunt mendefinisikan kelompok sosial
merupakan kumpulan manusia yang memiliki kesadaran akan keanggotaannya dan saling
berinteraksi.
Hendro Puspito juga mengartikan kelompok sosial sebagai suatu kumpulan nyata, teratur, dan
tetap dari individu-individu yang melaksanakan peran-perannya secara berkaitan guna mencapai
tujuan bersama. Hubungan atau kesatuan manusia yang hidup bersama , karena adanya hubungan
tadi di antara mereka. Hubungan tersebut bersifat timbal balik yang saling memengaruhi dan
juga suatu kesadaran untuk saling menolong.

B. MUNCULNYA KELOMPOK SOSIAL

Kita bisa mencari tahu alasan mengapa manusia suka hidup berkelompok. Alasan yang
paling mendasar adalah dorongan alamiah yang menunjukkan bahwa manusia sebagai makhluk
hidup, dan sebagai bagian dari alam, harus memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, seperti makan-
minum, tempat tinggal, selain kebutuhan eksistensial yang butuh diakui oleh orang lain.2 Selain
itu, juga adanya hukum alam yang melingkupi kehidupan makhluk hidup (manusia), yaitu
adanya kontradiksi yang harus dihadapi dan insting kerja sama lahir dari situasi itu.
Kenyataankenyataan penting yang dapat kita lihat dalam sejarah masyarakat adalah :

1. Kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan hidup telah menyatukan manusia untuk bekerja
sama mencari makanan secara berkelompok. Hal ini terjadi sejak manusia ada (zaman
kuno) hingga zaman sekarang. Ketika mereka berburu, mereka membutuhkan kerja
sama dan pembagian tugas, hasilnya dipakai bersama-sama.
2. Kerja sama dan dibutuhkannya ikatan kelompok juga disebabkan adanya ancaman dari
luar manusia (kontradiksi) yang dihadapi. Saat mencari makanan masuk ke hutan,
mereka akan menghadapi kontradiksi alam(seperti medan yang sulit, gangguan alam,

1
seperti angin topan, tanah longsor, binatang buas, dan lain-lain). Saat mereka ingin
berburu binatang sebagai makanan, juga belum tentu binatang itu mampu dihadapi
seorang diri. Masalah-masalah alamiah semacam itulah yang membuat manusia
berkelompok, untuk memudahkan dalam menghadapi kontradiksi dan dialektika alam;
3. Kebutuhan yang didorong oleh kebutuhan seksual, naluri yang inheren, dan menjadi
bagian dari kehidupan, dilakukan dengan menjalin ikatan dengan lawan jenis, untuk
mendapatkan kenikmatan dan meninggalkan penjara nafsu, serta untuk mencari
keturunan. Dari situ muncul keluarga sebagai unit kelompok manusia. Keluarga ini akan
saling bekerja sama untuk memenuhi kebutuhan hidup dan memlihara anak menuju
kedewasaannya.
4. Kemudian, juga ada nilai-nilai yang lahir dari interaksi antara orang-orang yang
menjalin ikatan kelompok.
5. Ada pula kekuatan pengikat selain nilai, yaitu otoritas yang lahir dari nilai dan
kesepakatan bersama. Otoritas ini diwakilkan oleh seorang tokoh yang dianggap paham
dan bisa dijadikan sumber bagi nilai-nilai yang ada pada masyarakat.

C. SYARAT-SYARAT KELOMPOK SOSIAL

1. Partisipasi Aktif

Adanya kesadaran dari setiap individu bahwa dirinya adalah bagian dari sebuah
kelompok sehingga ia akan aktif berpartisipasi dalam kegiatan kelompok.

2. Kesamaan Yang Dimiliki Oleh Anggota

Sebuah kelompok disebut sebagai kelompok sosial apabila memiliki sebuah


faktor khusus di dalamnya. Misalnya, setiap individu memiliki nasib serupa atau
kesamaan tujuan hidup dan cita-cita. Kesamaan karakter fisik atau ideologi politik serta
persamaan apapun akan mempererat ikatan antar individu dalam kelompok sosial.

3. Memiliki Struktur Organisasi

Dalam sebuah kelompok sosial, terdapat sebuah struktur tersendiri. Hal ini
memungkinkan setiap anggota untuk mendapatkan peranan, fungsi, dan bahkan
kedudukan hierarki yang jelas.

2
4. Memiliki Kegiatan Yang Dilakukan Bersama-Sama

Ciri selanjutnya dari kelompok sosial adalah adanya aktivitas bersama yang
dilakukan oleh semua anggotanya. Juga terdapat interaksi dan pola perilaku aktif dari
semua individu yang tergabung.

5. Telah Terbentuk Selama Suatu Jangka Waktu Tertentu

Sebuah kelompok tidak bisa disebut sebagai kelompok sosial jika baru saja
terbentuk dalam beberapa hari. Hubungan antar individu dalam kelompok haruslah telah
terjalin dan berlangsung selama beberapa tahun, bulan, atau minggu.

6. Ikatan Yang Erat Antar Anggota Kelompok Sosial

Dalam kelompok sosial, apabila seorang individu mengalami sebuah kejadian


yang berdampak, perilaku individu lain dalam kelompok juga akan terpengaruh.

7. Memiliki Peraturan Dan Norma

Karena setiap kelompok sosial memiliki sebuah tujuan yang sama, akan tercipta
norma-norma atau peraturan. Terbentuknya norma-norma atau peraturan yang tegas
dalam setiap Kelompok sosial bukanlah tanpa tujuan. Seluruh norma atau peraturan
tersebut haruslah ditaati oleh setiap individu demi tercapainya tujuan bersama dari
kelompok tersebut serta tujuan pribadi.

D. TIPE-TIPE KELOMPOK SOSIAL


1. Gemeinschaft dan Gesellschaft

Ferdinand Tonnies, seorang sosiolog klasik dari Jerman, mengulas secara rinci
perbedaan pengelompokan dalam masyarakat. Di sini Gemeinschaft digambarkannya
sebagai kehidupan bersama yang intim, pribadi, dan eksklusif (suatu keterikatan yang
dibawa sejak lahir). Tonnies, menggambarkan ikatan pernikahan sebagai suatu
Gemeinschaft of life. Ia berbicara mengenai suatu Gemeinschaft di bidang rumah
tangga, agama, bahasa, dan adat yang dipertentangkannya dengan Gesellschaft di
bidang ilmu atau perdagangan. Tonnies membedakan antara tiga jenis Gemeinschaft:

a. Gemeinschaft by blood, mengacu pada ikatan-ikatan kekerabatan

3
b. Gemeinschaft of place, pada dasarnya merupakan ikatan yang berlandaskan
kedekatan letak tempat tinggal serta tempat bekerja yang mendorong orang
untuk berhubungan secara intim satu dengan yang lain, dan mengacu pada
kehidupan bersama di daerah pedesaan.

c. Gemeinschaft of mind, mengacu pada hubungan persahabatan, yang disebabkan


oleh persamaan keahlian atau pekerjaan serta pandangan yang mendorong
orang untuk saling berhubungan secara teratur.

Menurut Tonnies, Gesellschaft merupakan suatu nama dan gejala baru.


Gesellschaft dilukiskannya sebagai kehidupan publik— sebagai orang yang kebetulan
hadir bersama, tetapi masing-masing tetap mandiri. Gesellschaft bersifat sementara dan
semu. Menurut Tonnies, perbedaan yang dijumpai antara kedua macam kelompok ini
ialah dalam Gemeinschaft, individu tetap bersatu meskipun terdapat berbagai faktor
yang memisahkan mereka. Sedangkan, dalam Gesellschaft, individu pada dasarnya
terpisah kendatipun terdapat banyak faktor pemersatu. Tonnies mengemukakan bahwa
Gemeinschatt ditandai oleh kehidupan organis, sedangkan Gesellschaft ditandai oleh
struktur mekanis.

Pendapat ini menarik, mengingat bahwa, sebagaimana telah kita lihat di atas,
Durkheim menggunakan konsep yang sama untuk menggambarkan ciri kelompok yang
berlawanan. Menurut Durkheim, kelompok segmental justru bersifat mekanis,
sedangkan solidaritas pada kelompok terdiferensiasi justru bersifat organis.

2. Kelompok Sosial Primer dan Sekunder

Charles Horton Cooley dalam bukunya, Social Organization, menggambarkan


distingsi antara dua jenis kelompok sosial, yakni kelompok sosial primer dan sekunder.

a. Kelompok sosial primer (primary group), yang ciri-cirinya antara lain:

1) Memiliki hubungan yang bersifat personal dan akrab antara anggotanya.


2) Dalam kelompok ini orang melakukan aktivitas dan memiliki waktu secara
bersama sehingga mereka dapat saling mengenal antara satu sama lain secara
personal dan akrab

4
3) Mereka saling memerhatikan kesejahteraan satu sama lainnya; Selain karena
relasi yang akrab di antara anggota, kelompok sosial primer merupakan tempat
seorang individu berjumpa dengan pengalaman-pengalaman sosial yang pertama
4) Dalam kelompok sosial primer ini, seorang individu mengalami hidup untuk
pertama kalinya. Kekuatan dan hubungan utama ini memberikan individu-
individu rasa aman dan damai
5) Anggota-anggota dalam kelompok utama ini menyediakan pendapatan pribadi
bagi yang lainnya, termasuk keuangan dan dukungan emosional.

b. Kelompok sosial sekunder (secondary group) Yang ciri-cirinya antara lain:

1) Kelompok sosial sekunder didefinisikan sebagai kelompok sosial yang bersifat


impersonal dan besar
2) Kelompok sosial sekunder didasarkan atas minat, kepentingan atau aktivitas-
aktivitas khusus
3) Organisasi-organisasi politik biasanya disebut kelompok sosial sekunder; Dalam
kelompok sosial sekunder ini setiap anggota tidak saling mengenal secara lebih
baik dan hubungan di antara mereka sangat longgar.
4) Kelompok sosial sekunder sering dipakai sebagai alat untuk mencapai tujuan-
tujuan khusus
5) Kelompok sosial sekunder biasanya selalu bersifat formal dan tidak emosional
dan memiliki orientasi citacita (goal orientation), bukan personal.

3. In-Group dan Out-Group

Kelompok sosial merupakan tempat individu mengidentifikasikan dirinya sebagai


“kami” atau “kamu”, “kita” atau “mereka”. “In-Group” adalah kelompok sosial tempat
seorang individu mengidentifikasikan dirinya sebagai “kita” atau “kami”. Sedangkan,
“Out-Group” adalah Kelompok sosial di luar “in group”, atau di luar “kita ”, di luar
“kami”. Kelompok di luar itu adalah “mereka”. Misalnya, “kami” adalah mahasiswa
Marketing Komunikasi, sedangkan “mereka” adalah mahasiswa teknik komputer, “kami”
adalah mahasiswa Kampus A, “mereka” adalah mahasiswa B. Anggota-anggota suatu
kelompok sosial tertentu sedikit Banyak akan mempunyai kecenderungan menganggap
bahwa segala sesuatu yang termasuk dalam kebiasaan-kebiasaan dengan kelompoknya

5
sendiri sebagai sesuatu yang terbaik apabila dibandingkan dengan kebiasaan-kebiasaan
kelompok-kelompok lainnya. Kecenderungan ini biasa disebut dengan etnosentrisme.
Etnosentrisme adalah suatu sikap yang menilai unsur-unsur kebudayaan lain dengan
mempergunakan ukuran-ukuran kebudayaan sendiri. Etnosentrisme disosialisasikan atau
diajarkan kepada setiap anggota kelompok sosial, sadar maupun tidak sadar, serentak
dengan nilai-nilai kebudayaan lain.

4. Kelompok Formal dan Kelompok Informal

Kelompok formal adalah kelompok-kelompok yang mempunyai peraturan yang


tegas dan dengan sengaja diciptakan oleh anggota-anggotanya untuk mengatur hubungan
antara anggota-anggotanya. Contoh kelompok formal adalah organisasi. Menurut Max
Weber, salah satu bentuk organisasi formal itu adalah birokrasi. Ciri-ciri birokrasi adalah:

a. Tugas-tugas organisasi didistribusikan dalam beberapa tugas jabatan. Atau, dapat


dikatakan adanya pembagian kerja berdasarkan spesialisasi.
b. Posisi-posisi dalam organisasi terdiri hierarki struktur wewenang. Hierarki berwujud
piramida, yaitu setiap jabatan bertanggung jawab terhadap bawahan mengenai
keputusan dan pelaksanaan;
c. Suatu sistem peraturan menguasai keputusan-keputusan dan pelaksanan;
d. Unsur staf yang merupakan pejabat bertugas memelihara organisasi dan khususnya
keteraturan komunikasi.
e. Para pejabat berharap bahwa hubungan dengan bawahan dan pihak lain bersifat
orientasi impersonal.
f. Penyelenggaraan kepegawaian didasarkan pada karier. Kelompok informal tidak
mempunyai struktur dan organisasi tertentu dan pasti. Kelompok-kelompok tersebut
biasanya terbentuk karena pertemuanpertemuan yang berulang-ulang dan itu menjadi
dasar bagi bertemunya kepentingan-kepentingan dan pengalaman yang sama.

5. Kelompok-Kelompok Sosial yang Tidak Teratur

Kelompok-kelompok yang tidak teratur tampak dalam kerumunan massa.


Kerumunan merupakan suatu kelompok sosial yang bersifat sementara. Kerumunan tidak
terorganisasi. Kerumunan dapat saja memiliki pemimpin, namun tidak mempunyai sistem
pembagian kerja maupun sistem pelapisan sosial. Interaksinya bersifat spontan dan tidak

6
terduga. Individu-individu yang merupakan kerumunan, berkumpul secara kebetulan di
suatu tempat, dan juga pada waktu yang bersamaan.

Kelompok teratur merupakan kelompok yang mempunyai peraturan tegas dan


sengaja diciptakan anggota-anggotanya untuk mengatur hubungan antar mereka. Ciri-ciri
kelompok teratur, antara lain:

a. Memiliki identitas kolektif yang tegas (misalnya, tampak pada nama kelompok, simbol
kelompok, dan lain-lain)
b. Memiliki daftar anggota yang rinci.
c. Memiliki program kegiatan yang ter us-menerus diarahkan kepada pencapaian tujuan
yang jelas.
d. Memiliki prosedur keanggotaan. Sedangkan, contoh kelompok teratur antara lain
berbagai perkumpulan pelajar atau mahasiswa, instansi pemerintahan, parpol,
organisasi massa, perusahaan, dan lain-lain.

Kelompok-kelompok sosial yang tidak teratur terdiri dari berbagai macam, antara lain:

a. Kerumunan (Crowd) Kerumunan adalah individu yang berkumpul secara bersamaan


serta kebetulan di suatu tempat dan juga pada waktu yang bersamaan. Bentuk-bentuk
kerumunan antara lain:

1) Khalayak penonton atau pendengar yang formal (formal audiences) merupakan


kerumunan-kerumunan yang mempunyai pusat perhatian dan persamaan tujuan,
tetapi sifatnya pasif, contohnya menonton film.
2) Kelompok ekspresif yang telah direncanakan (planned expressive group), yaitu
kerumunan yang pusat perhatiannya tidak begitu penting, tetapi mempunyai
persamaan tujuan yang tersimpul dalam aktivitas kerumunan tersebut serta
kepuasan yang dihasilkannya. Fungsinya adalah sebagai penyalur ketegangan-
ketegangan yang dialami orang karena pekerjaan sehari-hari, contoh orang yang
berpesta, berdansa, dan sebagainya.

b. Kerumunan yang bersifat sementara (Casual crowds)

1) Kumpulan yang kurang menyenangkan (inconvenient aggregations) Dalam


kerumunan itu, kehadiran orang-orang lain merupakan halangan terhadap

7
tercapainya maksud seseorang. Contoh: orang-orang yang antre karcis, orang-
orang yang menunggu bis, dan sebagainya.
2) Kerumunan orang yang sedang dalam keadaan panik (panic crowd), yaitu orang-
orang yang bersama-sama menyelamatkan diri dari suatu bahaya.
3) Kerumunan penonton (spectator crowd) karena ingin melihat suatu kejadian
tertentu. Kerumunan semacam ini hampir sama dengan khalayak penonton, tetapi
bedanya adalah bahwa kerumunan penonton tidak direncanakan, sedangkan
kegiatankegiatan juga pada umumnya belum tak terkendalikan.

c. Kerumunan yang berlawanan dengan norma-norma hokum

1) Kerumunan Emosional Acting

Kerumunan yang bertindak emosional bertujuan untuk mencapai suatu tujuan


tertentu dengan menggunakan kekuatan fisik yang berlawanan dengan norma-norma
yang berlaku dalam masyarakat. Biasanya kumpulan orang-orang tersebut bergerak
karena merasakan bahwa hakhak mereka diinjak-injak atau karena tak ada keadilan.

2) Kerumunan Imoral.

Kerumunan Imoral bertentangan dengan norma-norma masyarakat contohnya


adalah orang-orang yang mabuk.

6. Membership Group dan Reference Group

Pembedaan ini dilakukan oleh Robert K. Merton. Ia memusatkan perhatiannya pada


kenyataan bahwa keanggotaan dalam suatu kelompok tidak berarti bahwa seseorang akan
menjadikan kelompoknya menjadi acuan bagi cara bersikap, menilai, maupun bertindak.
Kadang-kadang, perilaku seseorang tidak mengacu pada kelompok yang di dalamnya ia
menjadi anggota, tetapi pada kelompok lain. Dari pernyataan Merton ini, tampak bahwa
kelompok acuan berjumlah sangat banyak, dan mencakup bukan hanya kelompok yang
didalamnya orang menjadi anggota, melainkan juga sejumlah besar kelompok yang di
dalamnya seseorang tidak menjadi anggota.

Kelompok acuan yang berjumlah banyak tersebut menjadi acuan bagi sikap, penilaian,
dan perilaku seseorang. Merton menekankan bahwa dalam berperilaku dan bersikap

8
seseorang dapat menunjukkan konformitas pada kelompok luar (out-group) pada aturan dan
nilai kelompok lain. Ini berarti bahwa orang tersebut tidak mengikuti aturan kelompok
dalamnya (nonconformity to the norms of the in-group). Merton pun membahas perubahan
kelompok acuan manakala keanggotaan kelompok seseorang berubah. Menurut Merton,
gejala ini menarik karena kedua peristiwa tersebut tidak berlangsung pada saat yang
bersamaan. Perubahan kelompok acuan sering mendahului perubahan keanggotaan
kelompok. Seorang siswa kelas 3 SMU, misalnya, dalam berperilaku dan bersikap sering
sudah berorientasi pada aturan dan nilai yang berlaku di kalangan perguruan tinggi
meskipun secara resmi ia belum berstatus mahasiswa (belum berstatus anggota) dan masih
menjadi siswa SMU. Perubahan orientasi yang mendahului perubahan keanggotaan
kelompok seperti ini oleh Merton diberi nama “sosialisasi antisipatoris” (anticipatory
socialization).

Menurut Merton, proses sosialisasi antisipatoris ini mempunyai dua fungsi: membantu
diterimanya seseorang dalam kelompok baru, dan membantu penyesuaian anggota baru
dalam kelompok yang baru itu.

a. Kelompok Okupasional dan Volunteer

Kelompok okupasional adalah kelompok yang muncul karena semakin


memudarnya fungsi kekerabatan. Kelompok ini timbul karena anggotanya memiliki
pekerjaan yang sejenis. Contohnya, kelompok profesi, seperti Asosiasi Sarjana Farmasi,
Ikatan Dokter Indonesia, dan lain-lain. Okupasional diambil dari kata okupasi yang
berarti menempati tempat atau objek kosong yang tidak mempunyai penguasa. Dalam
hal ini, dicontohkan kelompok tersebut adalah orang-orang yang dapat memonopoli
suatu teknologi tertentu yang mempunyai patokan dan aturan tertentu, seperti halnya
etika profesi, sedangkan volunteer adalah orang yang mempunyai kepentingan yang
sama, namun tidak mendapat perhatian dari masyarakat. Kelompok ini dapat memenuhi
kepentingankepentingan anggotanya secara individual tanpa mengganggu kepentingan
masyarakat secara umum. Adanya kelompok volunteer karena beberapa hal antara lain:

• kebutuhan sandang dan pangan

• kebutuhan keselamatan jiwa dan raga

9
• kebutuhan akan harga diri

• kebutuhan untuk dapat mengembangkan potensi diri;

• kebutuhan akan kasih saying

7. Masyarakat Pedesaan dan Masyarakat Perkotaan

a. Masyarakat Pedesaan

Warga pedesaan mempunyai hubungan erat dan mendalam ketimbang hubungan


mereka dengan warga pedesaan lainnya; Sistem kehidupan biasanya berkelompok berdasar
kekeluargaan; Warga pedesaan umumnya mengandalkan hidupnya dari pertanian; Sistem
gotong royong, pembagian kerja tidak berdasarkan keahlian; Cara bertani sangat
tradisional dan tidak efisien karena belum mengenal mekanisasi dalam pertanian. Mereka
bertani semata-mata untuk memenuhi kebutuhan hidup, bukan untuk bisnis; dan Golongan
orang tua dalam masyarakat pedesaan memegang peranan penting.

b. Masyarakat Perkotaan

Kehidupan keagamaan berkurang dibandingkan kehidupan agama di desa; Orang


kota lebih individual, dan kurang bergantung pada orang lain. Pembagian kerja lebih tegas
dan ada batas-batasnya; Kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan lebih banyak;
Interaksiinteraksi berjalan berdasarkan kepentingan dan lebih rasional; Jalan kehidupan
yang cepat di kota mengakibatkan pentingnya faktor waktu; dan Perubahan-perubahan
sosial tampak dengan nyata di kota-kota karena kota biasanya terbuka dalam menerima
pengaruh dari luar.

10

Anda mungkin juga menyukai