Anda di halaman 1dari 10

Nama : Joinsen Krisantus Haloho

NIM : 210510039

Kelas : II A

Mata Kuliah : Ilmu Sosial Dasar

Dosen : Dr. Yustinus Slamet Antono

Bahayanya Panic Crowd dalam Tragedi Stadion Kanjuruhan

Joinsen Krisantus Haloho

Fakultas Filsafat, Universitas Katolik Santo Thomas Medan

Abstraksi

Dalam tulisan ini akan dibahas mengenai kelompok sosial dan bagaimana terbentuknya
kelompok sosial itu serta tipe-tipe kelompok sosial. Kelompok sosial dibagi menjadi dua bagian
yaitu kelompok sosial yang teratur dan kelompok sosial yang tidak teratur. Tulisan ini ditulis
juga untuk mengangkat masalah kerusuhan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, sebuah stadion
sepak bola yang terletak di Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Indonesia.
Penulis mengangkat tragedi ini karena berkaitan dengan kelompok sosial, khususnya kelompok
sosial yang tidak teratur yang adalah kerumunan yang disebabkan oleh kepanikan (panic crowd).

Kata kunci: kelompok sosial, kerumunan,

1. Pendahuluan

Manusia adalah makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk sosial menjadi kajian
sosiologi karena tiap-tiap individu yang berhubungan akan melahirkan proses sosial yang
menghasilkan pola-pola sosial. Sedangkan, bersatunya manusia dengan manusia lain dalam
banyak hal dapat dilihat sebagai hasil sosialisasi dan internalisasi nilai-nilai dan norma yang
didapat dari kelompoknya.1 Disinilah, kelompok sosial menjadi menarik untuk dipelajari,baik
dalam hubungannya dengan anggota-anggotanya maupun dengan kelompok lainnya. Di dalam
hubungan antara manusia dengan manusia lain, yang agaknya paling penting adalah reaksi yang
timbul sebagai akibat hubungan–hubungan tadi. Reaksi tersebutlah yang menyebabkan tindakan
seorang menjadi bertambah luas, misalnya kalau seorang menyanyi, dia memerlukan reaksi,
1
Nurani Soyomukti, Pengantar Sosiologi, ( Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2014), hlm. 295.
entah yang berwujud pujian atau celaan yang kemudian merupakan dorongan bagi tindakan-
tindakan selanjutnya. Di dalam memberikan reaksi tersebut ada suatu kecenderungan manusia
untuk memberikan keserasian dengan tindakan-tindakan orang-orang lain.

Kelompok sosial dibagi menjadi dua bagian besar yaitu kelompok sosial teratur dan
kelompok sosial yang tidak teratur. Kelompok sosial teratur terjadi atas kesadaran, kesengajaan
individu-individu yang membangun kelompok sosial tersebut untuk mencapai suatu tujuan
tertentu. Sedangkan kelompok sosial tidak teratur terjadi karena ketidaksengajaan, tiba-tiba,
tidak terencana seperti kerumunan yang tidak sengaja bertemu.

2. Pembahasan

2.1 MUNCULNYA KELOMPOK SOSIAL

Kita bisa mencari tahu alasan mengapa manusia suka hidup berkelompok. Alasan
yang paling mendasar adalah dorongan alamiah yang menunjukkan bahwa manusia
sebagai makhluk hidup, dan sebagai bagian dari alam, harus memenuhi kebutuhannya,
seperti makan-minum, seks, tempat tinggal, selain juga kebutuhan eksistensial yang butuh
diakui oleh orang lain.2 Selain itu, juga adanya hukum alam yang melingkupi kehidupan
makhluk hidup (manusia), yaitu adanya kontradiksi yang harus dihadapi dan insting kerja
sama lahir dari situasi itu. Oleh karena sejak dilahirkan manusia sudah mempunyai dua
hasrat atau keinginan pokok yaitu :

1. Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain disekelilingnya


2. Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya.
Untuk dapat mengadapi dan menyesuaikan diri dengan kedua lingkungan di atas,
manusia mempergunakan pikiran, perasan dan kehendaknya. Di dalam menghadapi alam
sekelilingnya seperti udara yang dingin, alam yang kejam dan lainnya sebagainnya, maka
manusia menciptakan rumah, pakaian, dan lain-lainnyaa.

Untuk itu diperlukan beberapa persyaratan tertentu antara lain:

1. Setiap anggota kelompok tersebut harus sadar bahwa dia merupakan sebahagian dari
kelompok yang bersangkutan.
2. Ada hubungan timbal-balik antara anggota yang satu dengan anggota lainnya, dalam
kelompok itu.
3. Ada suatu faktor yang dimiliki bersama oleh anggota-anggota kelompok itu, sehingga
hubungan antara mereka bertambah erat.
4. Berstruktur, berkaidah dan mempunyai pola perilaku.
5. Bersistem dan berproses.

2.2 PENGERTIAN KELOMPOK

2
Nurani Soyomukti, Pengantar …, hlm.295.
Kelompok sosial pada umumnya didefinisikan sebagai dua atau lebih orang yang
memiliki suatu identitas bersama dan yang berinteraksi. Apa pun bentuknya, kelompok
sosial terdiri dari orang-orang yang memiliki kesadaran keanggotaan yang sama yang
didasarkan pada pengalaman, loyalitas, dan kepentingan yang sama. Singkatnya, mereka
sadar tentang individualitas mer eka, sebagai anggota dari kelompok sosial yang secara
spesifik disadari sebagai “kita”.

Beberapa definisi kelompok menurut para ahli, antara lain:

• Joseph S. R oucek : suatu kelompok meliputi dua atau lebih manusia yang di antara
mereka terdapat beberapa pola interaksi yang dapat dipahami oleh para anggotanya atau
orang lain secara keseluruhan;

• Mayor Polak : kelompok sosial adalah satu grup, yaitu sejumlah orang yang ada antara
hubungan satu sama lain dan hubungan itu bersifat sebagai sebuah struktur; dan

• Wila Huky : kelompok mer upakan suatu unit yang ter diri dari dua orang atau lebih,
yang saling berinteraksi atau saling berkomunikasi.

Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa kelompok menurut


tinjauan sosiologi adalah sekumpulan dua orang atau lebih yang saling berinteraksi dan
terjadi hubungan timbal balik yang ia merasa menjadi bagian dari kelompok tersebut.

2.3 TIPE-TIPE KELOMPOK SOSIAL

a. Kelompok sosial yang teratur

1. Klasifikasi tipe-tipe kelompok sosial


Tipe-tipe kelompok sosial dapat diklasifikasikan dari beberapa sudut atas dasar
pelbagai kriteria ukuran-ukuran. Sosiolog Jerman, bernama Georg Simmel mengambil
ukuran besar kecilnya jumlah anngota kelompok, bagaimana individu mempengaruhi
kelompoknya serta interaksi sosial dalam kelompok-kelompok sosial tersebut. Ukuran
lain yang diambilnya adalah atas dasar derajat interaksi sosial dalam kelompok sosial
tersebut. Ukuran tersebut kemudian oleh beberapa sosiolog lainnya, diperkembangkan
lebih lanjut dengan memperhatikan tinggi rendahnya derajat eratnya hubungan antara
anggota-anggota kelompok tersebut.
Ukuran lainnya adalah ukuran kepentingan dan wilayah. Misalnya kelompok-
kelompok atau kesatuan-kesatuan atas dasar wilayah yang tidak mempunyai kepentingan-
kepentingan khusus atau tertentu. Berlangsungnya suatu kepentingan merupakan ukuran
lain bagi klasifikasi tipe-tipe sosial. Misalnya kelompok yang hidupnya sebentar saja oleh
karena kepentingannya tidak berlangsung dengan lama. lain halnya dengan kelas atau
community yang kepentingan-kepentingannya secara relative bersifat tetap (permanen).
Selanjutnya dapat dijumpai pula klasifikasi atas dasar ukuran derajat organisasi.
Dalam membicarakan kelompok-kelompok sosial, haruslah dihindari paham
apriori, bahwa kelompok-kelompok sosial merupakan lawan daripada individu; kedua-
duanya hanya dapat dimengerti bila dipelajari didalam hubungan antara yang satu dengan
yang lain. Juga harus dihindari suatu prasangka bahwa kelompok-kelompok sosial
semata-mata ditimbulkan karena naluri manusia untuk selalu hidup dengan sesamanya;
kelompok-kelompok sosial tersebut juga merupakan bentuk kehidupan yang nyata.
2. Kelompok-kelompok sosial dipandang dari sudut individu
Keanggotaan masing-masing kelompok sosial memberikan kedudukan atau
prestige tertentu yang sesuai dengan adat-istiadat dan Lembaga kemasyarakatan di dalam
masyarakat; Namun suatu hal yang penting adalah bahwa keanggotaan kelompok-
kelompok sosial tidak selalu bersifat sukarela. dalam masyarakat yang sudah kompleks,
individu biasanya menjadi anggota dari kelompok-kelompok sosial tertentu, misalnya
atas dasar seks, ras dan sebagainya. Alan tetapi dalam hal lain seperti dibidang pekerjaan,
rekreasi dan sebagainya, keanggotaannya bersifat sukarela.

Suatu ukuran lain bagi si individu adalah bahwa dia merasa lebih tertarik oleh
kelompok-kelompok sosial yang dekat dengna kehidupan seperti keluarga, kelompok
kekerabatan dan rukun tetangga daripada dengan suatu perusahaan besar atau negara.
Apabila kelompok sosial dianggap sebagai kenyataan didalam kehidupan manusia/
individu juga harus diingat pada konsep-konsep dan sikap-sikap individu terhadap
kelompok sosial sebagai kenyataan subjektif yang penting untuk memahami gejala
kolektivitas.

3. In-group dan Out-group


Kelompok-kelompok sosial dengan mana individu mengidentifikasikan dirinya
merupakan in-group nya. Jelas, bahwa apabila suatu kelompok sosial merupakan in-
group atau tidak bagi individu, bersifat relative dan tergantung pada situasi-situasi sosial
yang tertentu. out-group diartikan oleh individu sebagai kelompok yang menjadi lawan
in-group nya, yang sering dihubungkan dengan istilah-istilah “kami atau kita” dan
“mereka”. Sikap-sikap in group pada umumnya didasarkan pada faktor simpati dan selalu
mempunyai perasaan dekat pada anggota-anggota kelompok. Sikap-sikap out-group
selalu ditandai dengan suatu kelainan yang berwujud suatu antagonisme atau antipati.3
Perasaan in-group atau out-group atau perasaan dalam serta luar kelompok dapat
merupakan dasar suatu sikap yang dinamakan enthnocentrisme.
Sikap enthnocentris sering dinamakan dengan sikap mempercayai sesuatu,
sehingga kadang-kadang sukar sekali bagi yang bersangkutan untuk merubahnya,
walaupun dia menyadari bahwa sikapnya salah. Sikap enthnocentris termaksud melalui
proses socialization diajarkan kepada anggota-anggota suatu kelompok sosial baik secara
sadar maupun secara tidak sadar bersama dengan nilai-nilai kebudayaan. In-group dan
out-group dapat dijumpai disemua masyarakat, walaupun kepentingan-kepentingannya
3
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: CV. Rajawali, 1984), hlm.125.
tidak selalu sama satu dengan lainnya. Dalam masyarakat yang sederhana, mungkin
jumlahnya tidak begitu banyak apabila dibandingkan dengan masyarakat yang kompleks,
walaupun dalam masyarakat yang sederhana tadi pembedaan-pembedaannya tidak tak
begitu tampak dengan begitu jelas. Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa setiap
kelompok sosial merupakan in-group bagi anggota-anggotanya.

4. Primary group dan Sedcondary-group


Dalam klasifikasi kelompok-kelompok sosial, pembedaan yang luas dan
fundamental adalah pembedaan antara kelompok-kelompok kecil dimana hubungan
antara anggota-anggotanya rapat sekali di satu pihak dengan kelompok-kelompok yang
lebih besar dipihak lain. Menurut Cooley, Primary group adalah kelompok-kelompok
yang ditandai ciri-ciri kenal-mengenal antara anggota-anggotanya serta kerjasama erat
yang bersifat pribadi. Secara singkat dapatlah dikatakan bahwa Primary group adalah
kelompok-kelompok kecil yang agak langgeng (permanen) dan yang berdasarkan kenal-
mengenal secara pribadi antara sesama anggotanya. Agar dapat memperoleh gambaran
yang jelas mengenai teori Cooley, maka terutama akan dibicarakan hal-hal sebagai
berikut:
a) Kondisi-kondisi fisik dari Primary group
Konsep Cooley mengenai hubungan kenal-mengenal, belum cukup
untuk menerangkan persyaratan yang penting bagi adanya suatu Primary
group. Syarat-syarat yang sangat penting adalah pertama bahwa anggota-
anggota kelompok tersebut secara fisik berdekatan satu dengan yang
lainnya, kedua bahwa kelompok tersebut adalah kecil dan ketiga adanya
suatu kelanggengan daripada hubungan antara anggota-anggota kelompok
yang bersangkutan.
b) Sifat hubungan-hubungan primer
Salah satu sifat utama daripada hubungan-hubungan primer adalah
kesamaan tujuan dari individu-individu yang tergabung di dalam
kelompok tadi. Kesamaan tujuan dapat mempunyai dua arti, pertama
bahwa individu-individu yang bersangkutan mempunyai keinginan dan
sikap yang sama, sehingga mereka berusaha untuk mencapai tujuan yang
sama pula. Kedua, bahwa salah satu pihak bersedia untuk berkorban demi
kepentingan pihak lain. Secara ideal, hubungan primer dianggap sebagai
tujuan atau sebagai suatu nilai sosial yang harus dicapai.
c) Kelompok-kelompok yang konkret dan hubungan-hubungan primer
Di dalam kenyataan, tak ada Primary group yang sempurna
memenuhi syarat-syarat seperti yang terlihat pada kenyataan bahwa dalam
setiap masyarakat terdapat norma dan nilai-nilai sosial yang sedikit
banyaknya bersifat memaksa, yang mengatur pergaulan hidup manusia.
Cooley tidak mengemukakan secara khusus apa yang dimaksudkannya
dengan secondary-group dan bahkan belum pernah menggunakan istilah
tersebut, akan tetapi istilah tadi biasa dipergunakan untuk menggambarkan
apa yang menjadi buah pikiran Cooley.
5. Gemeinscaft dan Geselscaft
Gemeinscaft adalah bentuk kehidupan bersama dimana anggota-anggotanya diikat
oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah serta bersifat kekal. 4 Dasar
hubungan tersebut adalah rasa cinta dan rasa kesatuan batin yang memang telah
dikodratkan; kehidupan tersebut dinamakan juga bersifat nyata dan organis, sebagaimana
dapat diumpamakan dengan organ tubuh manusia atau hewan. Bentuk Gemeinscaft
terutama dapat dijumpai dalam keluarga, kelompok kekerabatan, rukun tetangga dan lain
sebagainya. Sebaliknya Geselscaft merupakan ikatan lahir yang bersifat pokok untuk
jangka waktu yang pendek, bersifat sebagai suatu bentuk pikiran belaka serta strukturnya
bersifat mekanis sebagaimana dapat diumpamakan dengan sebuah mesin.
Bentuk Geselscaft terdapat dalam hubungan perjanjian yang berdasarkan ikatan
timbal bali, misalnya ikatan antara pedagang, organisasi dalam suatu pabrik atau industry
dan lain sebagainya. Tonnies menyesuaikan kedua bentuk kehidupan bersama manusia
yang pokok tersebut dengan dua bentuk kemauan azasi dari manusia yang dinamakan
Wesenwille dan Kurwille. Wesenwille adalah bentuk kemauan yang dikodradkan, yang
timbul dari keseluruhan kehidupan alami. Di dalam Wesenwille, perasaan dan akal
merupakan kesatuan dan kedua-duanya terikat pada kesatuan hidup yang alamiah dan
organis. Sebaliknya Kurwille adalah bentuk kemauan yang dipimpin oleh cara berpikir
yang didasarkan pada akal. Kurwille tersebut adalah kemauan yang ditujukan pada
tujuan-tujuan yang tertentu dan yang rasionil sifatnya, terhadap tujuan-tujuan mana,
unsur-unsur kehidupan lainnya hanyalah berfungsi sebagai alat belaka.
Ajaran Tonnies mengenai Gemeinscaft dan Geselscaft dapat diperbandingkan
dengan pandangan-pandangan seorang sosiolog Perancis Emile Durkheim yang
mengambil sebagai dasar pembagian kerja dalam masyarakat. Dari sudut pembagian
kerja, apabila ada seorang anggota yang dikeluarkan maka hal itu tidak akan begitu
terasakan. Masyarakat secara keseluruhannya mempunyai kedudukan yang lebih penting
daripada individu. Keadaan atau struktur yang demikian, oleh Durkheim disebut struktur
yang mekanis. Di dalam sebuah Gemeinscaft terdapat suatu common will, ada suatu
pengertian serta juga kaidah-kaidah yang timbul dengan sendirinya dari kelompok
tersebut. Apabila terjadi pertentangan antara anggota-anggota suatu Gemeinscaft, maka
pertantangan tersebut tidak akan dapat dibatasi dalam suatu hal saja. Hal itu disebabkan
karena hubungan yang menyeluruh antara anggota-anggotanya.
Keadaan yang agak berbeda akan dijumpai pada Geselscaft, dimana terdapat
public life yang artinya adalah bahwa hubungannya bersifat untuk semua orang; batas-
batas antara kami dengan bukan kami kabur. Pertentangan yang terjadi antara anggota-
anggotanya dapat dibatasi pada bidang-bidang tertentu, sehingga suatu persoalan dapat

4
Drs. Agus Sudarsono, M.Pd, Pengantar Sosiologi, (Yogyakarta: UNY, Fakultas Ilmu Sosial, (2016), hlm. 22. (pdf)
dilokalisir. Menurut Tonnies, di dalam setiap masyarakat selalu dapat dijumpai salah satu
diantara tiga tipe Gemeinscaft yaitu:
a. Gemeinscaft by blood: gemeinscaft yang merupakan ikatan yang
didasarkan pada ikatan darah atau keturunan, contoh keluarga dan
kelompok kekerabatan.
b. Gemeinscaft of place: gemeinscaft yang terdiri dari orang-orang yang
berdekatan tempat tinggalnya, sehingga dapat saling tolong-menolong,
contoh rukun tetangga, rukun warga dan arisan.
c. Gemeinscaft of mind: terdiri dari orang-orang yang walaupun tidak
memiliki hubungan darah ataupun tempat tinggalnya tidak berdekatan,
akan tetapi mereka mempunyai jiwa dan pikiran yang sama karena
ideologi yang sama. Gemeinscaft yang semacam ini biasanya ikatannya
tidak sekuat Gemeinscaft by blood.
6. Formal Group dan Informal Group
Formal group adalah kelompok-kelompok yang mempunyai peraturan-peraturan
yang tegas dan dengan sengaja diciptakan oleh anggota-anggotanya untuk mengatu
hubungan antara anggota-anggotanya. Misalnya peraturan-peraturan untuk memilih
seorang ketua, pemungutan uang iuran dan sebagainya. Informal group tidak mempunyai
struktur dan organisasi tertentu atau pasti. Kelompok-kelompok tersebut biasanya
terbentuk karena pertemuan-pertemuan yang berulang kali menjadi dasar bagi
bertemunya kepentingan-kepentingan dan pengalaman-pengalaman yang sama. Suatu
contoh lain ialah clique yang merupakan suatu kelompok kecil tanpa struktur formil yang
sering timbul dalam kelompok-kelompok besar. Clique tersebut ditandai dengan adanya
pertemuan-pertemuan timbal balik antara anggota-anggotanya yang biasanya hanya
bersifat antara kita saja.
7. Membership group dan Reference group
Perbedaan antara Membership group dan Reference group berasal dari Robert K.
Berton. Membership group merupakan kelompok dimana setiap orang secara fisik
menjadi anggota kelompok tersebut. Batas-batas yang digunakan untuk menentukan
keanggotaan seseorang pada suatu kelompok secara fisik tidak dapat dilakukan secara
mutlak. Hal ini disebabkan karena perubahan-perubahan keadaan, akan dapat
mempengaruhi derajat interaksi didalam kelompok tadi sehingga ada kalanya seorang
anggota tidak sering berkumpul dengan kelompok tersebut walaupun secara resmi dia
belum keluar dari kelompok yang bersangkutan. Keadaan demikian dapat dijumpai
misalnya pada informal group.
Ukuran utama bagi keanggotaan seseorang adalah interaksinya dengan kelompok
sosial tersebut termasuk para anggotanya. Kriteria tersebut sedikit banyaknya tergantung
pada keadaan, menimbulkan ketidakpastian pula pada ukuran-ukuran apakah yang
dipakai bagi seseorang yang bukan anggota kelompok tersebut. Kelompok yang bukan
anggota dapat pula dipecah-pecah atas beberapa kategori, yaitu:
a. Orang-orang bukan anggota suatu membership group yang tidak
memenuhi syarat dapat dibedakan dari bukan anggota yang memenuhi
syarat, tetapi yang tidak berafiliasi dengan kelompok yang bersangkutan.
b. Sikap terhadap keanggotaan kelompok
Ada yang ingin sekali menjadi anggota kelompok tersebut, ada yang
bersikap masa bodoh, ada juga yang tetap tidak ingin menjadi anggota
kelompok tersebut. Kedua faktor diatas penting bagi Reference group
yang akan diuraikan dibawah.
c. Kelompok terbuka dan tertutup
Kelompok-kelompok yang tertutup biasanya ingin mempertahankan pola-
pola interaksi yang telah ada, sehingga keanggotaannya dibatasi. Suatu
contoh adalah informal group dari orang-orang yang berasal dari strata
sosial tertentu ataupun kelompok-kelompok atas dasar kepentingan-
kepentingan yang sama. Kelompok terbuka adalah misalnya suatu partai
politik yang ingin mempunyai pengikut sebanyak-banyaknya. Hal ini
penting bagi partai yang bersangkutan agar programnya mendapat
dukungan dari masyarakat.
d. Ukuran waktu bagi yang bukan anggota
Ukuran waktu menyangkut orang yang pernah menjadi anggota dan
orang-orang yang secara formil tidak mau menjadi anggota. Faktor ini
penting dalam hubungannya dengan reference group.
Reference group adalah kelompok sosial yang menjadi ukuran bagi seseorang
(bukan anggota kelompok tersebut) untuk membentuk pribadi dan perilakunya. Dengan
kata lain, seseorang yang bukan anggota kelompok sosial yang bersangkutan
mengidentifikasikan dirinya dengan kelompok tadi. Kadang-kadang dapat pula kejadian
bahwa segi-segi negatif yang dilakukan. Untuk menerangkan hal ini, perlu dikemukakan
terlebih dahulu bahwa kadang-kadang agak sulit untuk memisahkan Membership group
dan Reference group. Robert K. Merton. menyebut beberapa hasil karya dari Harrold H.
Kelley, Shibutani dan Ralp H. Turner mengemukakan adanya dua tipe umum dari
Reference group yakni:
b. Kelompok-kelompok sosial yang tidak teratur
Setelah membicarakan kelompok-kelompok sosial yang teratur maka kini tiba waktunya
untuk secara garis besarnya menguraikan kelompok-kelompok sosial yang secara relatif
tidak teratur, sepertinya misalnya kerumunan, publik dan sebagainya beserta bentuk-
bentuknya.
1.) Kerumunan(crowd)
Adalah sangat sukar untuk menerima suatu pendapat yang mengatakan bahwa
sekumpulan manusia, semata-mata merupakan koleksi dari manusia-manusia secara fisik
belaka.
Suatu ukuran utama adanya kerumunan, adalah kehadiran orang-orang secara fisik.
Keruman jelas tidak terorganisasikan; ia dapat mempunyai pimpinan, akan tetapi ia tak
mempunyai sistim pembagian kerja maupun sistim pelapisan sosial.
Dengan demikian, secara garis besar dapat dibedakkan antara pertama, kerumunan
yang berguna bagi organisasi sosial masyarakat, serta yang timbul dengan sendirinnya
tanpa diduga sebelumnya serta keduannya, pembedaan antara kerumunan yang
dikendalikan oleh keinginan-keinginan pribadi.
a) Kerumunan yang berartikulasi dengan struktur sosial :
 Khalayak penonton atau pendengar yang formil (formal audiences)
merupakan kerumunan-kerumunan yang mempunyai pusat perhatian dan
persamaan tujuan, akan tetapi sifatnya pasif.
 Kelompok ekspressif yang telah direncanakan (planned expressive group)
adalah kerumunan yang berpusat perhatiannya tak begitu penting akan tetapi
mempunyai persamaan tujuan yang tersimpul dalam aktifitas kerumunan
tersebut serta kepuasan yang dihasilkannya.
b) Kerumunan yang bersifat sementara (casual crows)
 Kumpulan yang kurang menyenangkan (Inconveniet aggregations) adalah
orang-orang yang antree karcis, orang-orang yang menunggu bisa dan
sebagiannya.
 Kerumunan orang-orang yang sedang dalam keadaan panik (fanic crowds)
yaitu orang-orang yang bersama-sama berusaha menyelamatkan diri dari
suatu bahaya.
 Kerumunan penonton (spectator crowds) yang terjadi karena orang-orang
ingin melihat suatu kejadian tertentu.
c) Kerumunan yang berlawanan dengan norma-norma hukum (Lauless crowsds)
 Kerumunan yang bertindak emosionil (Acting mobs). Kerumunan-kerumunan
semacam ini bertujuan untuk mencapai suatu tujuan tertentu dengan
mempergunakan kekuatan fisik yang berlawanan dengan norma-norma yang
berlaku di masyarakat.
 Kerumunan yang bersifat immoril (immoral crowds) hampir sama dengan
kelompok-kelompok ekspreis. Akan tetapi bedannya adalah bahwa yang
pertama bertentangan dengan norma-norma dalam masyarakat.
2. Publik

Berbeda dengan kerumunan, publik lebih-lebih merupakan kelompok yang tidak merupakan
kesatuan. Interaksi terjadi secara tidak langsung melalui alat-alat komunikasi seperti, misalnya
pembicaraan-pembicaraan secara pribadi yang berantai, melalui desas-desus, melalui surat kabar,
radio, televisi film, dan sebagainnya. Untuk memudahkan mengumpulkan publik tersebut di
pergunakan cara-cara dengan menggandengkannya dengan nilai-nilai sosial atau tradisi
masyarakat yang bersangkutan, ataupun dengan menyiarkan pemberitaan-pemberitaaan, baik
yang benar-benar maupun yang palsu sifatnya.
3. Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai