Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PENGANTAR SOSIOLOGI
KELOMPOK SOSIAL, KEPEMIMPINAN, KEHIDUPAN
MASYARAKAT
Di ajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur

Dosen Pengampu : Dr. Suparto S.Ag., M.Ed.

Disusun Oleh :

Karsih Sulistiawati (11180520000011)

M. Ridho Idham (11180520000022)

Siti Nur’alimah (11180520000038)

Kelompok 9 (BPI I/A)

BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2018 M/1440 H
A. KELOMPOK SOSIAL
1. Pengertian

Kelompok Sosial dapat diartikan sebagai himpunan atau kumpulan


manusia (masyarakat) yang hidup bersama dan memiliki hubungan.
Hubungan tersebut antara lain menyangkut kaitan timbal balik yang
saling pengaruh-mempengaruhi dan juga suatu kesadaran untuk saling
tolong-menolong (Soerjono Soekanto dan Budi Sulistyowati,
2017:102).

Dalam pengertian lainnya, kelompok sosial adalah “kumpulan orang-


orang yang memiliki kesadaran bersama akan keanggotaan dan saling
berinteraksi. Kelompok diciptakan oleh anggota masyarakat. Kelompok
juga mempengaruhi perilaku para anggotanya. Kelompok-kelompok
sosial merupakan himpunan manusia yang saling hidup bersama dan
menjalani saling ketergantungan dengan sadar dan tolong menolong”
(Yesmil Anwar dan Adang, 2013:219).

Akan tetapi, apakah setiap himpunan atau kelompok merupakan


kelompok sosial? Untuk itu, ada beberapa syarat sehingga himpunan
tersebut dapat dikatakan sebagai kelompok sosial. Diantaranya :

a. Adanya kesadaran pada setiap kelompok bahwa dia merupakan


sabagian dari kelompok yang bersagkutan;
b. Ada hubungan timbal-balik antara anggota yang satu dengan yang
lainnya;
c. Ada suatu faktor yang dimiliki bersama sehingga hubungan antar
mereka bertambah erat, yang dapat merupakan nasib yang sama,
kepentingan yang sama, tujuan yang sama, ideologi politik yang sama
dan lain- lain. Tentunya faktor mempunyai musuh bersama misalnya,
dapat pula menjadi faktor pengikat/pemersatu.
d. Berstruktur, berkaidah, dan mempunyai pola perilaku;
e. Bersistem dan berproses.1

Manusia sebagai makhluk sosial, memiliki naluri untuk hidup dengan


orang lain. Naluri tersebut disebut dengan gregariousness sehingga
manusia disebut social animal (hewan sosial). Karena manusia sudah
mempunyai hasrat atau keinginan pokok sejak lahir, yaitu :

a. Keinginan untuk menjadi satu dengan orang lain disekelilingnya


(yaitu masyarakat).
b. Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya.2

2. Ragam Kelompok Sosial

Menurut Robert Bierstedt, kelompok sosial memiliki banyak jenis


dan perbedaan. Diantaranya perbedaan berdasarkan ada tidaknya
organisai, hubunngan sosial antara kelompok, dan kesadaran jenis.
Kemudian ia membagi kelompok berdasarkan ada tidaknya organisasi
hubungan sosial antara kelompok, dan kesadaran jenis menjadi empat
macam:

a) Kelompok statis, yaitu tidak memiliki kesadaran sosial dan


kesadaran jenis. Contoh: kelompok penduduk usia 10-15 tahun di
sebuah kecamatan.

1
Soerjono Soekanto dan Budi Sulistyiowati, Pengantar Sosiologi (Jakarta: Rajawali Pers,
2017), hlm. 99.
2
Ibid, hlm. 99.
b) Kelompok kemasyarakatan, yaitu kelompok yang memiliki
persamaan tetapi tidak mempunyai organisasi dan hubungan sosial
diantara anggotanya.
c) Kelompok sosial, yaitu kelompok yang anggotanya memilki
kesadaran jenis dan berhubungan satu dengan yang lainnya, tetapi
tidak terikat dalam ikatan organisasi. Contoh: kelompok pertemuan,
kerabat, dan lain-lain.
d) Kelompok Asosiasi, yaitu kelompok yang anggotanya memilki
kesadaran jenis dan ada persamaan kepentingan pribadi maupun
kepentingan bersama. Contoh: negra, sekolah, dan lain-lain.

Berdasarkan interaksi sosial agar ada pembagian tujuan, struktur


dan norma yang ada, kelompok sosial dapat dibagi menjadi beberap
macam:

1. Kelompok Primer (primary group), kelompok yang di dalamnya


terjadi interaksi sosial yang sudah saling mengenal dekat dan erat
dalam kehidupan. Seperti, keluarga, RT, teman sepermainan,
kelompok agama dan lain-lain.
2. Kelompok Sekunder (secondary group), yaitu Charles Horton
Cooley mengenmukakan tentang kelompok sekunder (secondary
group) ialah kelompok yang terdiri dari banyak orang, bersama siapa
hubungannya tidak perlu berdasarkan pengenalan secara pribadi dan
sifatnya tidak begitu lenggeng. Contonhnya, hubungan kontrak jual
beli.
3. Kelompok Formal, yaitu kelompok ini ditandai dengan adanya
AD/ART. Contoh, di sekolah OSIS dan lain-lain.
4. Kelompok Informal, yaitu suatu kelompok yang tumbuh dari proses
interaksi, daya tarik dan kebutuhan seseorang. Keanggotaan biasanya
tidak teratur. Kelompok ini terjadi pembagian tugas tapi bersifat
informal. Seperti arisan.

J.A.A. van Doom membedakan kelompok formal dan informal.


1. formal group ialah kelompok yang mempunai peraturan tegas dan
sengaja diciptakan oleh anggota-anggotanya untuk mengatur
hubungan antar sesama. Contohnya organisasi.
2. Informal group yaitu kelompok yang tidak memiliki struktur dan
organisasi tertentu. Kelompok-kelompok tersebut biasanya
terbentuk karena pertemuan-pertemuan yang berulang kali.
Contohnya, klik (clique). 3

(1906): in-group and out group menurut William Graham Summer


A group can hold special meaning for members because of its
relationship to other groups. People in one group sometimes feel
antagonistic to or threatened by another group, especially if that group is
perceived as being different culturally or racially. Sociologists explain
these “we” and“they” feelings using two terms first employed.
Sifat in group dan out group dapat dilihat dari kelainan berwujud
antagonisme atau antipati. Sifat in group dan out group merupakan dasar
sikap etnosentrisme yang merupakan sikap bahwa sesuatu yang
merupakan produk kelompoknya dianggap paling baik dan benar (Yesmil
Anwar dan Adang, 2013:222).

 Primary group and secondary group

Primary group adalah kelompok yang anggotanya saling

3
Yesmil Anwar dan Adang, Sosiologi untuk Universitas (Bandung: Refika Aditama, 2013),
hlm. 221.
kenal satu sama lain karena pertalian darah, persahabatan, dan lain-lain.
Sedangkan Sekunder merupakan kelomok yang muncul karena kelompok
itu timbul berdasarkan kepentingan yang sifatnya mencari untung-rugi.

 Gemeinschaft dan geselscaft

Gemeinschaft adalah karena kelompok didasarkan pada ikatan


alamiah seperti darah, dan berasal dari tempat yang sama. Sedangkan
geselschaft adalah atu ikatan yang didasarkan pada kepentingan anggota,
misalnya anggota organisasi, karyawan dari suatu perusahaan, dan lain
lain.

 Membership dan refrence group

Membership berarti anggota dari suatu kelompok sosial tertentu.


Refrence group adalah kelompok yang diidentifikasinya, walaupun ia
bukan anggota dari kelompok itu.4

 Kelompok Okupasional dan Volunter5

Kelompok Okupasional adalah kelompok yang muncul karena


semakin memudarnya fungsi kekerabatan, di mana kelompok ini timbul
karena anggotanya memiliki pekerjaan yang sejenis. Contohnya
kelompok profesi, seperti asosiasi sarjana farmasi, ikatan dokter
Indonesia, dan lain-lain.
Kelompok Volunter adalah kelompok orang yang memilki
kepentingan sama, namun tidak mendapatkan perhatian masyarakat.

4
Philipus dan Nurul Aini, Sosiologi dan Politik (Jakarta : Rajawali Pers) hlm. 47 dan
seterusnya.
5
Soerjono Soekanto dan Budi Sulistyowati (Ed. Revisi Jakarta: Rajawali Pers, 2017) hlm.
125.
Melalui kelompok ini diharapkan akan dapat memenuhi kepentingan
anggotanya secara individual tanpa mengganggu kepentingan
mansyarakat secara umum.

Adapun kelompok sosial namun mereka termasuk kelompok sosial


yang tidak teratur. Diantranya :

1. Kerumunan (Crowd)6

Kerumunan merupakan individu-individu yang berkumpul secara


kebetulan di suatu tempat, pada waktu yang bersamaan. Cirri-cirinya
antara lain:

a. Bentuk kerumunan adalah formal dan ekspresif (direncanakan)


b. Sifat kerumunan sementara, yaitu tidak menyenangkan, keadaan
panik, kerumunan penonton.
c. Berlawanan dengan norma hukum (emmosional dan immoral)

2. Publik
Publik merupakan kelompok yang tidak kesatuan. Interaksi terjadi
secara tidak langsung melalui alat-alat komunikasi seperti misalnya
pembicaraan pribadi yang berantai, surat kabar, radio, televisi,
handphone dan lain-lain.

3. Kelompok Sosial Dalam Perspektif Islam


Al-Qur’an selain sebagai kitab suci bagi umat Islam, juga merupakan
kitab yang memberikan pedoman untuk hidup secara individu dengan
individu lain, maupun secara bersama (sosial) bagi umat manusia. Kitab

6
Ibid, hlm. 126.
ini sekaligus juga memberikan petunjuk dan ajaran dalam membangun
hubungan antar individu. masyarakat dengan Tuhannya.
Allah swt berfirman dalam Qs. Al-Hujurat : 13
ّ ‫يأيها الناس انا خلقنكم من ذكر و انثى و جعلكم شعوبا و قباّءل لتعارفوا‬
‫إن اكرمكم عندهللا‬
) 13( ‫اتقكم ان هللا عليم خبير‬
“ Wahai manusia! Sungguh, kami telah menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian kami jadikan
kamu berbangsa-bangsa dn bersuku-suku agar kkamu saling
mengenal. Sungguh, yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah
ialah orang yang paling bertaqwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui,
Maha Teliti.” (QS. Al Hujurat (49):13).

B. KEPEMIMPINAN (LEADERSHIP)
1. Pengertian

Kepemimpinan (Leadership) adalah kemampuan seseorang


(yaitu memimpin atau leader) untuk memengaruhi orang lain (yaitu
yang dipimpin atau pengikut-pengikutnya) sehingga orang lain
tersebut bertingkah laku sebagaimana dikehendaki oleh pemimpin
tersebut kadangkala dibedakan antara kepemimpinan sebagai
kedudukan dan kepemimpinan sebagai suatu proses sosial. Sebagai
kedudukan kepemimpinan merupakan suatu kompleks dari hak-hak
dan kewajiban-kewajiban yang dapat dimiliki oleh seseorang atau
suatu badan. Sebagai suatu proses sosial, kepemimpinan meliputi
segala tindakan yang dilakukan seseorang atau suatu badan
menyebabkan gerak dan warga masyarakat.

Kepemimpinan ada bersifat resmi (formal leadership), yaitu


kepemimpinan yang tersimpul di dalam suatu jabatan. Ada pula
kepemimpinan karena pengakuan masyarakat akan kemampuan
seseorang untuk menjalankan kepemimpinan. Suatu perbedaan yang
mencolok antara kepemimpinan bersifat resmi dan yang tidak resmi
(informal leadership) adalah kpemimpinan yang resmi di dalam
pelaksanaanya selalu harus berada di atas landasan-landasan atau
peraturan-peraturan resmi. Dengan demikian, daya cakupnya ahak
terbatas, kepemimpinan tidak resmi, mempunyai ruang lingkup tanpa
batas-batas resmi, karena kepemimpinan demikian didasarkan atas
pengakuan dan kepercayaan masyarakat

2. Perkembangan Kepemimpinan dan Sifat-Sifat Seorang


Pemimpin

Kepemimpinan merupakan hasil organisasi sosial yang telah


terbentuk atau sebagai hasil dinamika interaksi sosial. Sejak mula
terbentuknya suatu kelompok sosial, seseorang atau bebrapa orang
diantara warga-warganya melakukan peranan yang lebih aktif
daripada rekan-rekannya sehingga orang tadi atau bebrapa orang
tampak lebih menonjol dari lain-lainya. Itulah asal mula timbulnya
kepemimpinan, yang kebanyakan timbul dan berkembang dalam
strukur sosial yang kurang stabil.

Munculnya seorang pemimpin sangat dipeerlukan dalam


kedaan-keadaan dalam keadaan-keadaan diman atujuan kelompok
sosial yang bersangkut terhalang atau apabila kelompok tai
mendapat ancaman dari luar. Dalam keadaan demikian, agak sulit
bagi warga kelompok menentukan langkah-langkah yang harus
diambil untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang di hadapi.
Muncullah seseorang yang mempunyai kemampuan menonjol yang
diharapkan akan menanggulangi segala kesulitan-kesulitan yang ada.

Munculnya seorang pemimpin merupakan hasil dari suatu


proses dinamis yang sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan kelompok.
Apabila pada saat tersebut muncullah seorang pemipin.

Menurut Asta Brata, pada diri seseorang raja terkumpul sifat-


sifat dari delapan dewa yang masing-masing mempunyai kepribadian
sendiri. Kedelapan sifat dan kepribadian itulah yang dijalankan oleh
seorang raja (pemimpin) yang baik, antara lain adalah:

a. Indra-brata, yang memberi kesenangan dalam jasmani;


b. Yama-brata, yang menunjuk pada keahlian dan kepastian hukum;
c. Surya-brata, yang menggerakan bawahan dengan mengajak mereka
untuk bekerja persuasion;
d. Caci-brata, yang memberi kesenangan rohaniah;
e. Bayu-brata, yang menunjukan keteguhan pendidikan dan rasa tidak
segan-segan untuk turut merasakan kesukaran-kesukaran
pengikutnya;
f. Dhana-brata, yang menunjukan pada suatu sikap yang patut
dihormati;
g. Paca-brata, yang menunjukan kelebihan di dalam ilmu
pengetahuan,kepandaian,keterampilan;
h. Agni-brata yaitu sifat memberikan semangat kepada anak buah.
Demikianlah bebrapa sifat yang dimiliki oleh seorang pemimpin
yang baik menurut mitologi Indonesia. Sifat-sifat tersebut dengan
perubahan disana-sini dapat diterapkan pula dalam kepemimpinan yang
modern.

4. Kepemimpinan Menurut Ajaran Tradisional

Ajaran-ajaran tradisional seperti misalnya di Jawa


menggambarkan tugas seorang pemimpin sebagai berikut.

Ing ngarsa sung tulada

Ing madya mangun karsa

Tut wuri handayani

Yang berartikan dalam bahasa indonesia sebagai berikut,

Dimuka memberi tauladan

Di tengah-tengah membangun semangat

Dari belakang memberikan pengaruh

Seorang pemimpin di uka harus memiliki idealisme kuat,serta


kedudukan. Akan tetapi, menurut watak dan keccakapannya, seorang
pemimpin dapat dikatan sebagai pemimpin di muka, di tengah, dan di
belakang.

Seorang pemimpin dimuka harus mempunyai idealisme yang


kuat serta harus dapat memaparkan cita-cita nya secara rinci kepada
masyarakat karena dia harus mempunyai tujuan bagi masyarakat
yang dipimpinnya.

Seorang pemimpin di tenga-tengah mengikuti masyarakat


dalam hal apa saja dalam hal duka maupun suka.

Pemimpin di belakang di harapkan dapat mempunyai


kemampuan untuk mengikuti perkembangan masyarakat. Dia
berkewajiban untuk menjaga norma-nroma atau nilai-nilai yang ada
supaya ridak menyimpang dan dapat dihargai oleh masyarakat.

5. Sandaran-sandaran Kepemimpinan dan Kpemimpinan yang


Dianggap Efektif

Kepemimpinan seseorang (pemimpin) harus mempunyai


sandaran-sandaran kemasyarakatan atau social basis. pertama-tama
kepemimpinan erat hubungannya dengan susunan masyarakat.
Masyarakat-masyarakat yang agraris dimana belum ada spesialisasi
biasanya kepemimpinan meliputi seluruh bidang kehidupan
masyarakat.

Kepemimpinan di dalam masyarakat-masyarakat hukum adat


yang tradisional dan homogen, perlu disesuaikan dengan susunan
masyarakat tersebut yang masih tegas-tegas memperlihatkan ciri-ciri
paguyuban. Hubungan pribadi antara para pemimpin dengan yang
dipimpin sangat dihargai. Hal ini disebabkan pemimpin-pemimpin
pada masyarakat tersebut adalah pemimpin-pemimpin tidak resmi,
informal leaders, yang mendapat dukungan tradisi atau karena sifat-
sifat pribadinya yang menonjol. Dengan sendirinya, masyarakat lebih
menaruh kepercayaan terhadap pemimpin-pemimpin tersebut, beserta
peraturan-peraturan yang di keluarkannya.

6. Tugas dan Metode

Secara sosiologis, tugas-tugas pokok seorang pemimpin


adalah sebagai berikut.

a. Memberikan suatu kerangka pokok yang jelas yang dapat dijadikan


pegangan bagi pengikut-pengikutnya dengan adanya kerangka pokok
tersebut, maka dapat disusun suatu skala priotritas mengenai
keputusan-keputusan yang perlu diambil untuk menagnggulangi
masalah-masalah yang dihadapi.
b. Mengawasi, mengendalikan, serta menyalurkan perilaku warga
masyarakat yang di pimpinya.
c. Bertindak sebagai wakil kelompok pada dunia di luar kelompok yang
di pimpin.

Suatu kepemimpinan dapat dilaksanakan atau diterapkan dengan


berbagai cara. Cara-cara tersebut lazimnya dikelompokkan ke dalam
kategori-kategori, sebagai berikut :

1) Cara-cara otoriter

Cara-cara otoriter memiliki ciri-ciri pokok berkut ini.

 Pemimpin menentukan segala kegiatan kelompok secara


sepihak.
 Pengikut sama sekali tidak di ikut sertakan dalam
merumsukan tujuan kelompok dan cara-cara untuk mencapai
kegiatan.
 Pemimpin terpisah dari kelompok dan seakan-akan tidak ikut
dalam proses interaksi di dalam kelompok tersebut.

2) Cara-cara demokratis
Cara-cara demokratis memiliki ciri-ciri umum seperti ini.
 Secara musyawarah pemimpin mengajak warga atau anggota
kelompok berdiskusi masalah tujuan-tujuan yang harus
dicapai serta cara-cara untuk mencapai tujuan-tujuan
tersebut.
 Pemimpin secara aktif memberikan saran dan petunjuk-
petunjuk.
 Ada kritik positif, baik dari pemimpin maupun anggota.
 Pemimpin secara aktif berpartisipasi dalam setiap acara.
3) Cara- cara bebas
Cara-cara bebas memiliki ciri-ciri pokok sebagai berikut.
 Pemimpin menjalankan perannya secara pasif.
 Penentuan tujuan yang akan dicapai kelompok sepenuhnya
diserahkan kepad kelompok.
 Pemimpin hanya menyediakan saran yang diperlukan
kelompok
 Pemimpin berada di tengah-tengah kelompok, namun dia
hanya sebagai penonton.
7. Group leadership
The power struggle that arises between Ralph and Jack (and
that later turns into an all-out war) illustrases some key points about
leadership. Who becomes leader and what the group needs depend
on the circumstances.

8. Group Decision Making

The boys and golding’s island have no idea why events tahe
the course they do. Things just happen; decision get made.
However,sociologists who have studied group interaction have
identified the way that groups make decisions. Whatever the group’s
composition or the task at hand,the group goes throught four distinct
stegs in arriving at its choices (bales and strodtbeck, 1951).

The first stage is devoted to orientation. Members analyze the


task before them, exchage data and offer possible solutions. In the
secodn stge, the group evaluates the information it has collected. A
scene early in the novel illustrases oth these stage in the decion-
making proccess allthough understandably carried out in a very
immature way.

C. KEHIDUPAN BERMASYARAKAT
1. Masyarakat Pedesaan (Rural Community) dan Masyarakat
Perkotaan (Urban Community)
a. Masyarakat setempat (Community)
Istilah Community dapat diterjemahkan sebagai “masyarakat
setempat”, yang menunjuk pada warga sebuah desa, kota, suku
dan bangsa. Kriteria yang utama bagi adanya suatu masyarakat
setempat adalah adanya social relationships antara anggota suatu
kelompok. Dapat dikatakan bahwa masyarakat setempat itu
menunjuk pada bagian masyarakat yang bertempat tinggal
disuatu wilayah (geografis) dengan batas-batas tertentu, dimana
faktor utama yang menjadi dasar adalah interaksi yang lebih
besar di antara anggota, dibandingkan dengan interaksi dengan
penduduk di luar batas wilayahnya. Disamping itu, harus ada
suatu perasaan diantara anggota bahwa mereka saling
memerlukan dan tanah yang mereka tinggali memberikan
kehidupan kepada semuanya. Unsur-unsur komuniti (Community
Sentiment) antara sebagai berikut.
1) Seperasaan
Perasaan timbul apabila orang-orang tersebut mempunyai
kepentingan yang sama di dalam memenuhi kebutuhan
hidup. Unsur seperasaan harus memenuhi kebutuhan-
kebutuhan kehidupan dengan “altruism”, yang lebih
menekankan pada perasaan solider dengan orang lain.
2) Sepenanggungan
Setiap individu sadar akan perannya dalam kelompok dan
keadaan masyarakat sendiri memungkinkan perannya.
3) Saling memerlukan
Individu yang tergabung dalam masyarakat setempat
merasakan dirinya tergantung pada “komuniti”-nya yang
meliputi kebutuhan fisik maupun kebutuhan-kebutuhan
psikologis.
b. Tipe-tipe masyarakat setempat
Ada 4 kriteria yang saling berpautan, yaitu :
1) Jumlah penduduk;
2) Luas, kekayaan dan kepadatan penduduk daerah
pendalaman;
3) Fungsi-fungsi khusus masyarakat setempat terhadap
seluruh masyarakat;
4) Organisasi masyarakat yang bersangkutan.

Kriteria di atas dapat digunakan untuk membedakan


anatara bermacam-macam jenis masyarakat setempat yang
sederhana dan modern, serta antara masyarakat pedesaan dan
perkotaan.

c. Masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan

Dalam masyarakat yang modern, sering dibedakan antara


masyarakat pedesaan (Rural Community) dengan masyarakat
perkotaan (Urban Community). Pembeda antara masyarakat
pedesaan dan masyarakat perkotaan, pada hakikatnya bersifat
gradual. Antara warga masyarakat pedesaan dan masyarakat
perkotaan ada perbedaan dalam perhatian khususnya terhadap
keperluan hidup. Di desa yang diutamakan adalah perhatian
khusus kepada keperluan utama kehidupan, hubungan-hubungan
untuk memperhatikan fungsi pakaian, makanan, rumah, dan
sebagainya. Sedangkan orang kota sudah memiliki pandangan
mengenai penggunaan kebutuhan hidup sehubungan dengan
pandangan masyarakat sekitar. Misalnya ketika menghidangkan
makanan, yang diutamakan adalah makanan yang dihidangkan
tersebut memberikan kesan bahwa yang menghidangkannya
mempunyai kedudukan sosial yang tinggi. Namun, dalam hal ini
orang-orang desa tidak memperdulikannya.

Perbedaan antara masyarakat pedesaan dan masyarakat


perkotaan :
Masyarakat pedesaan Masyarakat perkotaan
Warga memiliki hubungan yang Jumlah penduduk yang tidak tentu
lebih erat
Sistem kehidupan biasanya Bersifat individualisis
berkelompok atas dasar
kekeluargaan
Umumnya hidup dari pertanian Pekerjaan lebih bervariasi, lebih tegas
batasannya dan lebih sulit mencari
pekerjaan
Golongan orang tua memegang Perubahan sosial terjadi secara cepat,
peranan penting menimbulkan konflik antara golongan
muda dan golongan tua
Dari sudut pemerintahan, hubungan Interaksi lebih disebabkan faktor
antara penguasa dan rakyat bersifat kepentingan daripada faktor pribadi
informal
Perhatian masyarakat lebih pada Perhatian lebih pada penggunaan
keperluan utama kehidupan kebutuhan hidup yang dikaitkan
dengan masalah prestise
Kehidupan keagamaan lebih kental Kehidupan keagamaan lebih longgar
Banyak berurbanisasi ke kota Banyak migran yang berasal dari
karena ada faktor yang menarik di daerah dan berakibat negative di kota,
kota yaitu pengangguran, naiknya
kriminalitas,persoalan rumah, dll.
Sehubungan dengan perbedaan antara masyarakat pedesaan
dan masyarakat perkotaan, kiranya perlu pula disinggung perihal
urbanisasi. Urbanisasi adalah suatu proses berpindahnya penduduk
dari desa ke kota atau dapat pula dikatakan bahwa urbanisasi
merupakan proses terjadinya masyarakat perkotaan. Proses urbanisasi
dapat terjadi dengan lambat maupun cepat, tergantung pada keadaan
masyarakat yang bersangkutan. Proses tersebut terjadi dengan
menyangkut dua aspek, yaitu :

a. Perubahan masyarakat desa menjadi masyarakat kota;


b. Bertambahnya penduduk kota yang disebabkan oleh mengalirnya
penduduk yang berasal dari desa (pada umumnya disebabkan
karena penduduk desa merasa tertarik oleh keadaan kota)
Sehubungan dengan proses tersebut, ada beberapa sebab yang
mengakibatkan suatu daerah tempat tinggal mempunyai
penduduk yang banyak. Secara umum dapat dikatakan bahwa
sebab-sebabnya adalah :
a. Daerah yang termasuk menjadi pusat pemerintahan atau menjadi
ibu kota (seperti jakarta);
b. Letak tempatnya sangat strategis untuk usaha-usaha
perdagangan/perniagaan;
c. Timbulnya industry didaerah tersebut, yang memproduksi barang
maupun jasa.

Sebuah kota pada hakikatnya merupakan suatu tempat


pertemuan antara bangsa. Di desa lapangan gerak tidak terlalu luas
karena adanya ikatan adat antara sistem pengendalian sosial (social
control) yang agak kuat. Bila dianalisis, sebab-sebab pendorong
orang desa meninggalkan tempat tinggalnya secara umum adalah
sebagai berikut :

a. Di desa lapangan kerja pada umumnya kurang


b. Penduduk desa, terutama kaum muda-mudi, merasa tertekan oleh
adat-istiadat yang mengakibatkan cara hidup yang monoton
c. Di desa tidak banyak kesempatan untuk menambah pengetahuan.
Oleh sebab itu, banyak orang yang ingin maju meninggalkan desa
d. Bagi penduduk desa yang mempuynyai keahlian lain selain
bertani seperti misalnya kerajinan tangan, tentu mengingini
pasaran lebih luas bagi hasil produksinya.

Sebaliknya akan dijumpai pula beberapa faktor penarik dari


kota, antara lain sebagai berikut.

a. Penduduk desa kebanyakan mempunyai anggapan bahwa di kota


banyak pekerjaan serta banyak penghasilan (uang)
b. Di kota lebih banyak kesempatan mendirikan perusahaan industry
dan lain-lain
c. Kelebihan modal dikota lebih banyak daripada di desa
d. Pendidikan (terutama pendidikan lanjutan) lebih banyak dikota
dan dengan sendirinya lebih mudah didapat
e. Kota merupakan suatu tempat yang menguntungkan untuk
mengembangkan jiwa dengan sebaik-baiknya dan seluas-luasnya

Beberapa sebab yang telah disebutkan diatas menyebabkan


terjadinya urbanisasi. Urbanisasi yang terlampau pesat dan tidak
teratur mengakibatkan beberapa keadaan yang merugikan kota.
Didalam rangka ini, kemungkinan besar urbanisasi mengakibatkan
perluasan kota karena pusat kota tidak akan mungkin menampung
perpindahan baru dipinggir kota.

Pertambahan penduduk kota yang pesat mengakibatkan


persoalaan pewismaan dimana orang-orang tinggal bersempit-sempit
dalam rumah-rumah yang tidak memenuhi persyaratan sosial maupun
kesehatan. Keadaan ini memberi akibat negative dalam bidang
kesehatan dan yang lebih penting lagi dalam pendidikan tunas-tunas
muda. Tunas-tunas muda tersebut mempunyai kegairahan yang kuat
sekali untuk meniru tingkah laku tunas-tunas muda kota yang tidak
selamanya baik dikarenakan proses disintegrasi kekeluargaan dikota-
kota besar terutama yang menyangkut lapisan masyarakat atas dan
menegah atas.

DAFTAR PUSTAKA

Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali


Pers.

Philipus, Ng. 2004. Sosiologi dan Politik. Jakarta: Rajawali Pers.

Keller, Suzanne . 1982. Sociology. New York : Von Hoffman Pers, Inc.

Coser, A. Lewis. 1969. Sociological theory: A book of readings. London


:The Macmillan Company.

Anda mungkin juga menyukai