Anda di halaman 1dari 24

PRIMORDIALISME SUKU DAN AGAMA SEBAGAI ANCAMAN

INTEGRASI BANGSA

Dosen Pengampu:

Bisru Hafi, S.Sos, M.Si

Disusun Oleh:

Kelompok 7

Azizah Apriyani Panjaitan 210901030

Khairany Amelia Putri 210901064

Winda Romaboida Situmorang 210901062

Nahwa Zainab Marpaung 210901060

Enjel Pamio Cahaya Sitorus 210901074

HUBUNGAN ANTAR GOLONGAN

PROGRAM S1 SOSIOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat-Nya dan
karunia berupa kesehatan sehingga kami bisa menyelesaikan makalah dan dapat terus menimba
ilmu di Universitas Sumatera Utara.

Penyusunan makalah dengan judul “Primordialisme Suku dan Agama Sebagai


Ancaman Integrasi Bangsa” berikut dilakukan untuk memenuhi Ujian Akhir Semester pada
program S1 Universitas Sumatera Utara. Pada makalah ini kami membahas tentang definisi
bagaimana primordialisme kesukuan dan agama di Indonesia mampu menjadi ancaman integrasi
kebangsaan.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Bisru Hafi, S.Sos, M.Si selaku Dosen
Pengampu untuk Mata Kuliah Hubungan Antar Golongan yang memberikan tugas ini kepada
kami sehingga kami dapat mengembangkan judul makalah ini.

Kami pun menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini sehingga
masih terasa sangat jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan masukan,
kritik, dan saran yang membangun untuk perbaikan makalah ini selanjutnya.

Medan, 9 Mei 2022

KELOMPOK 7

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................................................2
1.3 Tujuan ...............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................3
2.1 Teori dan Konsep Primordialisme ......................................................................................3
2.2 Pengertian dan Pembahasan Mengenai Integrasi Bangsa Indonesia dalam Kaitannya
dengan Kesukuan dan Agama. .................................................................................................6
2.3 Bagaimana Primordialisme Masuk dan Tumbuh sebagai Ancaman Integrasi Bangsa. ........8
2.4 Bentuk-Bentuk Primordialisme didalam Kesukuan dan Agama di Indonesia. .....................9
2.5 Solusi atau Penyelesaian untuk Menghindari Sikap Primordialisme yang Berlebihan ....... 10
BAB III ANALISIS INDIVIDU................................................................................................ 11
BAB IV PENUTUP .................................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia adalah negara yang masyarakatnya terdiri dari berbagai macam suku bangsa
dan kepercayaan agama. Keberagaman suku bangsa dan agama ini disuatu sisi membawa
pengaruh positif untuk kekayaan kebudayaan, seni, serta dinamika sosial kehidupan masyarakat
Indonesia, namun disisi lain keberagaman Etnis menjadi bumerang apabila di dalam masyarakat
masih terdapat individu yang mengagung-agungkan sikap primordialisme. Primordialisme
adalah rasa kesukuan yang berlebihan, yang diikuti dengan sikap, memegang teguh hal-hal yang
di bawa sejak kecil, seperti tradisi, adat-istiadat, kepercayaan, dan segala sesuatu yang ada di
lingkungan pertamanya.

Primordialisme dan kegiatan pembangunan merupakan factor pencetus (impetus)


terjadinya kekerasan. Primordialisme sebagai faktor bawaan yang dijadikan sebagai pola
pandang individu terkait hal-hal yang diyakininya seperti agama, kesukuan, bahasa dan
kebudayaan. Identitas primordialime ini akan menjadi sentimen primordial (Primordialism
Sentiment) ketika kelompok agama atau kelompok suku dan agama mendapat perlakuan yang
tidak adil sehingga mendorong terciptanya ketegangan yang dapat menimbulkan konflik.

Meminjam istilah Dahrendorf, ketegangan yang terjadi dalam masyarakat akibat tidak
eratnya hubungan antar golongan dan persaingan untuk mendapatkan sumber daya yang langka.
Terkait dengan masalah ini Lewis Caser (Irving M. Zeitlin, 1995 : 157) melihatnya dari sisi
fungsional yaitu sebagai sesuatu yang positif, bagaimana konflik dapat memberi sumbangan
pada ketahanan dan adaptasi dari kelompok, interaksi dan system sosial. Dengan demikian, pada
setiap interaksi selalu terdapat konflik dan kompromi.

Konflik yang bersumber dari unsur-unsur primordial seperti agama dan suku yang
berhimpit dengan ketidakadilan akan menimbulkan konflik yang menghasilkan kekerasan yang
lebih dahsyat dalam waktu yang lebih lama.

1
Hal inilah yang menjadi perhatian kami sebagai mahasiswa untuk melihat lebih dalam
bagaimana primordialisme masuk dalam tatanan masyarakat dan menjadi ancaman bagi integrasi
bangsa. Integrasi (persatuan) mungkin menjadi salah satu hal yang sudah melekat dalam diri kita
karena sejak kecil penanaman nilai-nilai persatuan sudah sangat ditekankan. Mengingat negara
kita memiliki tatanan masyarakat yang majemuk dan hidup di wilayah yang sama. Maka dari itu
integrasi (persatuan) sangat ditekankan untuk menghindari perpecahan (disintegrasi). Akan jauh
lebih baik jika keanekaragaman dan perbedaan yang kita memiliki dijadikan sebagai alasan kita
untuk bersatu, daripada dijadikan alasan terjadinya suatu masalah.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka dapat dirumuskan beberapa
masalah yang penting untuk dibahas, antara lain:

1. Apa sajakah teori dan konsep yang terdapat dalam pembahasan primordialisme?
2. Apa pengertian dan pembahasan mengenai integrasi bangsa Indonesia dalam kiatannya
dengan suku dan agama?
3. Bagaimana primordialisme bisa masuk dan tumbuh sebagai ancaman integrasi bangsa?
4. Apa saja bentuk-bentuk primordialisme didalam kesukuan dan agama di Indonesia?
5. Bagaimana solusi atau penyelesaian yang akan dilakukan untuk menghindari sikap
primordialisme yang berlebihan itu?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan maka dapat disimpulkan beberapa
tujuan yang ingin dicapai, antara lain:

1. Teori dan konsep primordialisme.


2. Pengertian dan pembahasan mengenai integrasi bangsa Indonesia dalam kaitannya
dengan kesukuan dan agama.
3. Bagaimana primordialisme masuk dan tumbuh sebagai ancaman integrasi bangsa.
4. Bentuk-bentuk primordialisme di dalam kesukuan dan agama di Indonesia.
5. Solusi atau penyelesaian untuk menghindari sikap primordialisme yang berlebihan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Teori dan Konsep Primordialisme


2.1.1 Pengertian Primordialisme Secara Umum

Primordialisme merupakan suatu sikap atau perasaan yang dimiliki yang seseorang
yang sangat menjunjung tinggi ikatan sosial yang berupa nilai-nilai, norma, dan kebiasaan-
kebiasaan yang bersumber dari etnik, ras, tradisi dan kebudayaan yang dibawa sejak seorang
individu baru dilahirkan.

2.1.2 Pengertian Primordialisme Menurut Para Ahli

1. Kun Maryati

Primordialisme adalah ikatan-ikatan seseorang dalam kehidupan sosial yang sangat berpegang
teguh terhadap hal-hal yang dibawa sejak lahir baik berupa suku bangsa, kepercayaan, ras,
adatistiadat, daerah kelahiran dan lain sebagainya.

2. Robuskha dan Shepsle

Primordialisme merupakan sebuah loyalitas yang berlebihan terhadap budaya yang bersifat
subnasional. Misalnya keluarga, agama, ras, suku, dan kedaerahan.

3. Stephen K. Sanderson

Primordialisme erat kaitannya dengan studi etnisitas, yaitu suatu pandangan yang menyebut
identitas etnis sebagai hal yang melekat di dalam individu dan sulit dihapuskan.

2.1.3 Jenis-Jenis Primordialisme

1. Primordialisme Suku

Primordialisme dengan jenis ini memiliki arti individu yang terlalu terikat dengan sukunya
sendiri.

3
2. Primordialisme Agama

Primordialisme dengan jenis ini memiliki arti individu yang menganut suatu agama yang terlalu
membanggakan agamanya sendiri tanpa menghormati dan acuh tak acuh pada agama lain.

3. Primordialisme Kedaerahan

Primordialisme dengan jenis ini memiliki arti individu yang lebih terikat dengan daerahnya
sendiri daripada daerah lain.

2.1.4 Ciri-Ciri Primordialisme

1. Berwujud sebagai identitas kelompok

Primordialisme merupakan identitas bagi suatu kelompok, golongan, dan komunitas dalam
masyarakat supaya ikatan antar anggotanya semakin kuat. Ini merupakan wujud sudah siap untuk
melawan ancaman dari luar dan loyalitas berupa lebih mementingkan kepentingan bersama
daripada kepentingan pribadi.

2. Memiliki cita-cita yang sama

Loyalitas dan kepercayaan yang dimiliki setiap anggota kelompok akan dapat mewujudkan cita-
cita suatu kelompok. Jika tidak memiliki cita-cita yang sama, maka kelompok tidak akan
memiliki tujuan dan arah bahkan rentan terhadap ancaman dari kelompok atau pihak luar.

3. Konsekuensi dari adanya masyarakat multikultural

Konsekuensi dari adanya masyarakat multikultural merupakan primordialisme yang dianggap


sebagai paham atau sikap teguh yang ditunjukkan oleh individu terhadap segala sesuatu yang
telah ada dan melekat dari sejak lahir seperti kepercayaan, suku bangsa, agama, ras, dan
sebagainya.

4. Memicu permusuhan

Hal yang dapat memicu permusuhan antar kelompok adalah setiap kelompok merasa bahwa
kelompoknya yang lebih baik dibanding kelompok lainnya, itulah yang menyebabkan
permusuhan atau perselisihan antar kelompok tidak dapat dihindari.

4
5. Nilai yang berhubungan dengan sistem keyakinan

Nilai-nilai yang dimaksud seperti nilai seperti nilai sosial, adat istiadat, keagamaan, pandangan
hidup, nilai dan norma, dll. dengan adanya nilai-nilai tadi akan membentuk sikap dan pikiran
anggota kelompok yang sama.

2.1.5 Dampak Positif dan Negatif Primordialisme

Primordialisme merupakan faktor penting untuk memperkuat ikatan kelompok kebudayaan yang
bersangkutan ketika ada ancaman dari luar kelompok kebudayaan tersebut. Namun, di sisi lain
primordialisme dipandang sangat negatif karena mengganggu kelangsungan hidup suatu bangsa.

 Dampak Posistif
1. Meneguhkan cinta tanah air

Primordialisme dapat mendorong seseorang untuk memiliki cinta terhadap budaya, daerah atau
tempat asalnya. Sehingga hal ini menjadi kekuatan seseorang untuk mampu menolak semua
kebudayaan yang tidak sesuai dengan pribadi dirinya sejak kecil.

2. Mempertinggi kesetiaan terhadap bangsa

Yaitu munculnya kesetiaan terhadap bangsa. Hal ini terjadi karena primordialisme mampu
menumbuhkan sikap seseorang cinta dan juga bangga terhadap kebudayaannya.

3. Mempertinggi semangat patriotisme

Yaitu menumbuhkan rasa nasionalisme yang tinggi terhadap bangsa dimana dia berasal.
Kecenderungan ini kemudian mampu mendukung segala keperluan dan kepentingan bangsa.

 Dampak Negatif
1. Menggangu kelangsungan hidup suatu bangsa

Maksud mengganggu kelangsungan hidup terjadi dalam suatu bangsa jikalau seseorang yang
memiliki sikap primordialisme berlebihan dan cenderung mementingkan kelompoknya, serta
menilai segala kebudayaan yang ada pada dirinya dan kelompoknya lebih baik daripada
kebudayaan lain, sehingga dengan hal ini menyebabkan kurang terjalinnya persatuan dan
kesatuan.

5
2. Menghambat modernisasi dan proses pembangunan

Menghambat modernisasi dari proses pembangunan terjadi jikalau seseorang atau sekelompok
orang cenderung menolak kebudayaan yang baru karena ingin mempertahankan adat
kebudayaannya yang lama, padahal kebudayaan yang baru tersebut berpengaruhi besar terhadap
proses pembangunan.

3. Menghambat hubungan antarbangsa

Yaitu salah satu pihak tidak menginginkan masuknya kebudayaan baru sehingga tidak mau
bekerjasama dengan pihak lain dimana hanya ingin mengurus suatu permasalahan yang
diselesaikan berdasarkan keinginan kelompok itu sendiri.

2.2 Pengertian dan Pembahasan Mengenai Integrasi Bangsa Indonesia dalam Kaitannya
dengan Kesukuan dan Agama.
2.2.1 Pengertian Integrasi

Integrasi berasal dari bangsa inggris “integration” yang berarti kesempurnaan atua
keseluruhan. Integrasi sosial dimaknai sebagai proses penyesuaian di antara unsur-unsur yang
saling berbeda dalam kehidupan masyarakat yang memiliki keserasian fungsi. Integrasi sosial
akan terbentuk apabila sebagian besar masyarakat memiliki kesepakatan tentang batas-batas
teriorial, nilai-nilai, norma-norma dan pranata-pranata sosial.

Integrasi Nasional adalah usaha dan proses mempersatukan perbedaan-perbedaan yang


ada pada suatu negara sehingga terciptanya keseraian dan keselarasan secara nasional. Seperti
yang kita ketahui, Indonesia merupakan bangsa yang sangat besar baik dari kebudayaan ataupun
wilayahnya. Di satu sisi hal ini membawa dampak positif bagi bangsa karena kita bisa
memanfaatkan kekayaan alam Indonesia secara bijak atau mengelola budaya-budaya yang
melimpah untuk kesejahteraan rakyat, namun selain menimbulkan sebuah keuntungan, hal ini
juga akhirnya menimbulkan masalah yang baru. Istilah integrasi nasional terdiri dari dua unsur
kata, yaitu “integrasi” dan “nasional”.

Sunyono Usman (1998) menyatakan, bahwa suatu kelompok masyarakat dapat


terintegrasi apabila : 1) masyarakat dapat menemukan dan menyepakati nilai-nilai fundamental
yang dapat dijadikan rujukan bersama, 2) masyarakat terhimpun dalam unit sosial sekaligus

6
memiliki “croos cutting affiliation” (anggota dari berbagai kesatuan sosial), sehingga
menghasilkan “croos cutting loyality” (loyalitas ganda) dari anggota masyarakat terhadap
berbagai kesatuan sosial dan 3) masyarakat berada di atas saling ketergantungan di antara unit-
unit sosial yang terhimpun di dalamnya dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi.

2.2.2 Integrasi Nasional dan Primordialisme kesukuan dan agama

Indonesia merupakan dengan tingkat keanekaragaman dari segi budaya yang tinggi.
Keanekaragaman suku bangsa yang ada di Indonesia mencapai 1128 suku bangsa, 780 bahasa
tradisional dan 6 agama yang diakui masih berkembang sampai saat ini.

Salah satu akibat adanya berbagai macam suku bangsa dan agama di Indonesia adalah
munculnya sikap primordialisme yang dimiliki oleh anggota masyarakat. Sikap primordialisme
merupakan ikatan-ikatan seseorang dalam kehidupan sosial yang sangat berpegang teguh
terhadap hal-hal yang dibawa sejak lahir baik berupa suku bangsa, kepercayaan agama, ras, adat-
istiadat, daerah kelahiran dan lain sebagainya. Sejak kecil individu telah telah diresapi oleh
berbagai nilai-nilai kebudayaan yang berasal dari suku bangsanya ketika hidup didalam
masyarakat, sehingga konsep nilai-nilai tersebut telah melekat dalam diri seseorang. Karena itu
untuk mempersatukan masyarakat dengan latar belakang suku bangsa yang berbeda akan sangat
sulit dan membutuhkan waktu yang lama.

Individu yang memiliki sikap primordialisme dalam kehidupan bermasyarakat maka akan
sulit untuk berinteraksi dengan individu atau kelompok lain. Sikap tersebut tentunya akan sangat
berpengaruh terhadap pembentukan persatuan dan pola hidup yang rukun antar anggota
masyarakat. Warga masyarakat Indonesia pada umumnya kurang memahami nilai-nilai dasar dan
pola kehidupan dari suku bangsa lain, dan hal tersebut terjadi karena sebagian besar dari
masyarakat hanya mengutamakan ikatan-ikatan sosial yang dibawa sejak lahir tanpa
memperdulikan pemahaman terhadap suku bangsa, budaya, kepercayaan dan ras yang ada di
sekitarnya. Persoalan kesuku bangsaan adalah penandaan dengan dan perasaan sebagai bagian
dari suatu suku bangsa, disertai dengan pemisahan dari kelompok tertentu karena adanya
hubungan tersebut.

Tidak jarang juga primordialisme menimbulkan masalah yang mengarah pada


perpecahan yang secara langsung mengancam integrasi bangsa. Kembali mengingat bahwa

7
Indonesia adalah negara majemuk yang didalamnya terdiri dari keberagaman serta perbedaan.
Integrasi akan berjalan dengan lancar jika keberagaman dan perbedaan tersebut dapat berjalan
berdampingan tanpa adanya pandangan buruk terhadap golongan lain.

2.3 Bagaimana Primordialisme Masuk dan Tumbuh sebagai Ancaman Integrasi Bangsa.
Primordialisme tentunya sangat memengaruhi sikap pola perilaku seorang individu dalam
hubungan sosial. Sikap ini menyebabkan seseorang menjunjung tinggi hasil dari kebudayaannya
dengan rasa kesetiaan yang sangat tinggi. Apabila seseorang tidak dapat menyesuaikan diri
dalam masyarakat yang multikultural, sikap primordialisme akan memicu konflik sosial. Secara
lebih luas, tentunya akan menimbulkan perpecahan kerukunan antar warga. loyalitas yang
berlebihan terhadap budaya subnasional dapat mengancam integrasi bangsa, karena
primordialisme mengurangi loyalitas warga negara pada budaya nasional dan negara sehingga
mengancam kedaulatan negara. Kecenderungan ini akan bermuara kepada kelompok-kelompok
yang mengajukan tuntutan untuk memperjuangkan kepentingan kelompoknya, seperti tuntutan
pembagian sumber daya alam yang lebih seimbang antara pusat dan daerah.

Primordialisme menjadi salah satu faktor pendorong yang memicu terjadinya konflik
antar individu atau kelompok. Hal ini dikarenakan primordialisme dapat menyebabkan seseorang
atau sebuah kelompok sulit menerima perbedaan yang ada di individu atau kelompok lain.

Sikap primordialisme ini akan menyebabkan timbulnya sikap etnosentrisme didalam diri
seseorang ataupun kelompok sosial. Hal itu yang akan menyebabkan ancaman bagi integrasi
bangsa. Seseorang akan selalu menganggap suku, agama dan budayanya yang paling baik dan
mengaggap rendah suku, agama dan budaya orang lain. Hal itu menyebabkan prasangka yang
akan menyebabkan ke ranah konflik sosial sehingga kemajemukan suatu bangsa yang terdiri dari
perbedaan akan sulit untuk menyatu sehingga hal tersebut sangat berpengaruh terhadap integrasi
suatu bangsa. Maka sikap primordalisme dapat menyebabkan perpecahan jika seseorang tidak
memiliki sikap toleransi yang tinggi. Sebenarnya tidak salah jika seseorang memiliki sikap
primordialisme karena hal itu salah satu bukti bahwa mereka bangga dan cinta terhadap suku
budaya ataupun agama yang mereka anut. Tetapi jangan sampai sikap primordialisme ini
menyebabkan timbulnya sikap etnosentrisme, seseorang harus menyadari bahwa suatu perbedaan
adalah merupakan kekayaan bangsa yang penuh dengan kemajemukan serta saling menghargai
satu sama lain.

8
2.4 Bentuk-Bentuk Primordialisme didalam Kesukuan dan Agama di Indonesia.
Terdapat berbagai praktik primordialisme yang pernah terjadi di Indonesia yaitu:

1. GAM (Gerakan Aceh Merdeka)


Gerakan ini juga dikenal dengan nama Aceh Sumatra National Liberation Front (ASNLF)
yang berlangsung sejak 1976-2008 dipimpin oleh Dr. Tengku Hasan Muhammad di Tiro,
M.S., A., LL.D., Ph.D. Latar belakang terjadinya konflik di Aceh ini adalah praktik agama
islam yang di terapkan di Aceh secara konservatif dan penerapan agama islam di Aceh
dianggap tidak sesuai dengan praktik agama islam di sebagian besar Indonesia lain.
Perbedaan budaya dan penerapan agama islam tersebut turut juga menjadi alasan munculnya
konflik. Selain itu, pada masa orde baru banyak tokoh aceh yang membenci kebijakan
pemerintahan Orde Baru pusat yang mempromosikan satu 'budaya Indonesia'
2. Gerakan radikal Hizbut Tahrir
Hizb ut-Tahrir (Partai Pembebasan) adalah organisasi politik yang menganggap
"ideologinya sebagai ideologi Islam", yang tujuannya membentuk negara Islam. Partai ini
mengelarkan berbagai keputusan dan pemikiran politik yang kontroversial dan mengundang
pro kontra dari ulama-ulama islam di tengah-tengah wacana penegakan demokrasi dan
nasionalis terutama di Indonesia. Aktivitas HTI adalah mengemban dakwah islam dalam
rangka melakukan transformasi social di tengah-tengah situasi masyarakat yang rusak
sehingga diubah menjadi masyarakat islam dengan 3 cara yakni: Mengubah ide-ide yang ada
saat ini menjadi ide-ide islam, Mengubah perasaan yang berkembang di masyarakat menjadi
perasaan islami, Mengubah interaksi-interaksi yang terjadi di tengah masyarakat menjadi
interaksi-interaksi yang islami.
3. Diskriminasi terhadap orang papua di Surabaya

Pada tanggal 16 Agustus 2019 terjadi penggerebekan, pengepungan dan penembakan gas air
mata di sebuah asrama mahasiswa papua oleh sejumlah organisasi massa dan aparat. karena
terjadi perusakan bendera merah putih yang “diduga” di lakukan oleh mahasiswa papua.
Tanpa dilakukan investigasi, 43 mahasiswa ditahan dan sumpahi oleh masyarakat karena
pandangan negatif masyarakat terhadap masyarakat papua.

9
4. Kasus Situbondo 1996
Pada tanggal 10 Oktober 1996, terjadi kerusuhan anti-Kristen dan anti-orang keturunan
Tionghoa di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Peristiwa itu mulai terjadi karena massa
tidak puas dengan hukuman penjara lima tahun untuk terdakwa Saleh, yaitu tuntutan
maksimal yang dapat dijatuhkan atas kasus penghinaan terhadap agama Islam. Oleh karena
ketidakpuasan tersebut serta kesalahpahamannya bahwa Saleh disembunyikan di dalam
gereja, massa mulai merusak dan membakar gereja-gereja di Kabupaten Situbondo. Pada
akhirnya, 24 gereja di lima kecamatan dibakar atau dirusak, serta beberapa sekolah
Kristen dan Katolik, satu panti asuhan Kristen, dan toko-toko yang milik orang keturunan
Tionghoa. Dalam kerusuhan tersebut, lima orang keluarga pendeta Ischak Christian tewas
terpanggang api di dalam komplek Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS). Diduga
peristiwa ini direkayasa untuk mendiskreditkan Nahdlatul Ulama dan pemimpinnya pada
saat itu, Abdurrahman Wahid.

2.5 Solusi atau Penyelesaian untuk Menghindari Sikap Primordialisme yang Berlebihan

Pendidikan adalah cara yang tepat untuk mengikis paham primordialisme yang mengarah
pada intoleransi serta ancaman integrasi bangsa. Pendidikan untuk bersikap toleran, bersikap
terbuka dalam beragama dan lebih mementingkan aspek-aspek kemanusiaan.

Dalam hal ini lebih difokuskan kepada anak muda menjadi garda utama dan terdepan
dalam membangun toleransi,anak muda di dalam bersosialisasi dan bermedsos dapat
mengedepankan statement-statement yang terbuka, yang mencintai negara dan kebangsaan.
Mengedepankan prinsip-prinsip nasionalisme, toleransi, dan kemerdekaan di dalam beragama.

Selain itu, masyarakat harus ikut berpartisipasi dalam upaya yang dilakukan oleh
pemerintah, karena setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban yang sama terhadap negara.
Seluruh warga negara dihadapkan berpartisipasi secara aktif, positif dan konstruktif, di dalam
upaya membangun toleransi dan budaya terbuka yang mengahargai sesama manusia.

10
BAB III

ANALISIS INDIVIDU

Nama : Azizah Apriyani Panjaitan


NIM : 210901030

Wilayah Analisis : Desa Hapsong lama, Kecamatan Batangtoru, Kabupaten Tapanuli


Selatan.

Di daerah tempat tinggal saya terdapat berbagai macam suku, budaya dan agama. Mulai dari
suku batak, suku jawa, suku nias, dan suku melayu. Adapun agamanya yaitu agama islam
dan agama Kristen

Hasil analisis saya bahwa masyarakat di daerah tempat tinggal saya tidak begitu sangat
memiliki sikap primordialisme karena terjadi nya perbauran antara suku dan budaya yang
berbeda. Tidak hanya itu, daerah ditempat saya tinggal juga menjunjung tinggi toleransi
sesama didalam perbedaan. Contohnya di dalam upacara adat pernikahan adanya pembauran
diantara adat batak dan adat jawa, misalnya di dalam hidangan makanan acara pesta orang
batak sangat identic dengan makanan yang berasa pedas hal itu sudah terkenal dari dulu,
tetapi karena didaerah tempat tinggal saya bermayoritas suku jawa maka jadi yang
berkontribusi didalam memasak hidangan adalah ibu ibu bersuku jawa jadi makanan tersebut
identic dengan makanan orang jawa yang identik dengan makanan manis.

Tidak hanya itu, pernikahan semarga juga kerap terjadi didaerah tempat tinggal saya, padahal
menikahi orang yang semarga tidak boleh ataupun dilarang didalam aturan adat batak.

Dalam hal perayaan agama diantara satu sama lain kami saling menghargai. seperti jika
umat muslim merayakan hari raya idul fitri saudara saudara yang beragama Kristen juga ikut
serta merayakannya dengan berkunjung silaturahmi lalu saling berbagi makanan begitu juga
dengan sebaliknya jika hari natal tiba saudara saudara beragama Kristen juga turut
membagikan makanan berupa kue walaupun kue tersebut diperoleh dari membeli di toko
untuk menghargai saudara yang beragama muslim, begitu pula dalam hal ibadah semua nya

11
menghargai satu sama lain. Begitu juga dengan perbedaan suku, didesa saya juga saling
menghargaai satu sama lain, yang paling dominan didesa saya yaitu suku batak dan suku
jawa. Hingga saat ini belum ada terdengar pertengkaran antar suku didesa saya.

12
Nama : Khairany Amelia Putri
NIM : 210901064

Wilayah Analisis : Jalan STM gang aman, sitirejo II, kec. Medan Amplas, Medan, Sumatera
Utara.

Di daerah tempat saya tinggal terdapat masyarakat yang terdiri dari berbagai macam suku
seperti suku Jawa, suku Aceh, suku Mandailing, suku Batak, suku Melayu, suku Minang, dan
suku Nias. Masyarakat yang ada di daerah tempat tinggal saya mayoritas beragama Islam
tetapi ada juga yang beragama Kristen.

Hasil analisis saya mengenai sikap primordialisme di daerah ini bisa dibilang cukup sedikit
sikap primodialisme yang ada pada masyarakat. Sikap primordialisme masyarakat disini
hanya terjadi ketika ada kegiatan seperti pemilihan lurah ataupun pemilihan lainnya
mayoritas masyarakat yang beragama Islam akan memilih calon yang beragama islam pula,
alasannya ialah karena mereka merasa lebih percaya kepada orang yang agamanya sama
dengan mereka.

Tetapi selain masalah itu hampir tidak ada masalah primordialisme yang terjadi disini,
masyarakat saling berbaur tanpa memandang agama maupun suku. Ketika ada perayaan
agama mereka saling menghargai. Dan apabila ada kegiatan mereka akan saling membantu
seperti kegiatan 17 Agustus dan lainnya. Selain itu bila ada tetangga yang membuat acara
masyarakat disini juga saling membantu seperti yang perempuan ikut memasak, yang laki-
laki juga ikut membantu pasang keperluan acara bahkan ikut jaga malam sebelum acara
dilaksanakan.

Mengenai primordialisme menurut saya primordialisme tidak selalu negatif, tergantung


bagaimana cara kita bersikap dan mengimplementasikannya di kehidupan bermasyarakat.
Selama kita bisa saling menghargai dan tidak memaksakan kehendak kita terhadap orang
lain, maka tidak akan terjadi hal-hal yang buruk seperti perpecahan dan yang lain.

13
Nama : Winda Romaboida Situmorang
NIM : 210901062

Wilayah Analisis : Kota Medan, Kecamatan Medan Tembung, Kelurahan Bantan.

Di wilayah saya tinggal tepatnya di Jalan Tirtosari terdiri dari masyarakat yang majemuk,
dimana masyarakatnya sangat multikultural terdapat beragam budaya, suku, bahasa dan
aneka ragam adat istiadat dalam suatu tatanan kesatuan sosial. Menurut M. Atho Muzhar
masyarakat multikultural mencakup bagaimana gagasan, pemikiran, kebijakan, penyikapan
dan tindakan, oleh masyarakat di suatu negara yang memiliki beragam etnis.

Diwilayah saya, terdapat beragam suku dan budaya namun yang menjadi mayoritas adalah
suku Batak Toba dan Jawa. Sikap primordialisme yang akan saya analisis dalam hal ini
adalah mengenai ikatan yang memiliki sifat keaslian “misalnya kekerabatan, kesukuan,
kelompok. Sifat tersebut adalah sifat yang telah dibawa sejak lahir. Dimana diwilayah saya
hal tersebut menjadi persoalan yang menimbulkan konflik hingga berakhir sikap
diskriminasi. Yaitu dalam hal ini terdapat kelompok remaja dimana membentuk sebuah
kelompok yamg didalamnya hanya mereka yang berdasarkan suku mereka yang sama yakni
suku Jawa, mereka sangat menjunjung nilai-nilai dan kebiasaan dari suku mereka. Namun hal
ini menjadi masalah baru dimana adanya konflik antara kelompok remaja yang bersuku
Jawa dan Batak Toba akibat adanya pandangan ataupun persepsi diantara kedua kelompok
ini, adanya olokan-olokan yang dilontarkan kelompok remaja suku Jawa kepada remaja suku
Batak Toba bahwa suku Batak Toba adalah mereka yang kasar dan agresif berbeda dari
kelompok mereka dalam pergaulan sehari-hari mereka sendiri sangat menjunjung tinggi nilai
kesantunan dalam berperilaku.
Hal ini tentu memicu permusuhan/ konflik dalam masyarakat karena tidak adanya sikap
toleran yang hanya melihat bahwa nilai-nilai dan norma suku merekalah yang terbaik
daripada suku-suku lainnya.

Dalam hal ini menurut saya jika ditelaah lebih lanjut primordialisme sangat positif untuk
menumbuhkan cinta dan bangga terhadap kebudayaan, daerah atau tempat asalnya. Sehingga
hal ini menjadi kekuatan seseorang untuk mampu menolak semua kebudayaan yang tidak

14
sesuai dengan pribadi dirinya sejak kecil.Namun akan menjadi negatif jikalau seseorang
yang memiliki sikap primordialisme berlebihan dan cenderung mementingkan kelompoknya,
serta menilai segala kebudayaan yang ada pada dirinya dan kelompoknya lebih baik daripada
kebudayaan lain, sehingga dengan hal ini menyebabkan kurang terjalinnya persatuan dan
kesatuan sehingga mengganggu kelangsungan hidup suatu bangsa.

Kita sebagai masyarakat multikultural harus toleran dan terbuka terhadap kebudayaan
ataupun agama yang berbeda dari kita, kita harus saling menghargai atas perbedaan yang ada
dan mengedepankan prinsip-prinsip nasionalisme, toleransi, dan kemerdekaan di dalam
beragama dan berbudaya.

15
Nama : Nahwa Zainab Marpaung
NIM : 210901060

Wilayah Analisis : Jalan Perjuangan gg vanilingga, kecamatan Medan Sunggal, Keluarahan


Tanjung Rejo, Kota Medan

Di wilayah ini, keberagaman agama terdiri dari 2 agama besar yaitu masyarakat yang
beragama islam termasuk saya dan kelompok masyarakat lain yang beragama kristen. Kami
hidup bersama di satu wilayah yang sama dan saling berinteraksi. Lalu dimana letak
primordialisme itu ? Masyarakat pada wilayah ini cenderung agamis dan memiliki
pemahaman yang kuat tentang aliran kepercayaan mereka masing-masing. Wujud sikap
primordialisme biasanya terlihat saat PEMILU. Masyarakat yang beragama islam disini
cenderung memilih pemimpin yang seagama dengan mereka dan menyebarkan celaan/hinaan
kepada pemimpin lain yang berbeda agama.

Hal ini didasarkan oleh beberapa faktor seperti pandangan bahwa “agama kami yang baik”
dan “agama kamu itu buruk” menjadikan keberlangsungan integrasi bangsa semakin
dipertanyakan. Contoh kecil seperti ini masih rawan terjadi dan jika terus berlanjut maka
akan menjadi ancaman terhadap integrasi bangsa.

Jika dilihat dari segi kesukuan, terdapat beberapa suku pada wilayah ini yaitu suku Jawa,
suku Batak, dan suku Melayu. Sejauh pengamatan saya, bentuk primordialisme kesukuan
tidak terlalu terlihat di wilayah ini. Hal ini dikarenakan adat budaya yang mereka lakukan
sudah tidak terlalu kental seperti pada nenek-nenek terdahulunya. Ini juga bisa dijadikan
salah satu bentuk nyata lunturnya budaya Indonesia.

Setelah melakukan pengamatan ini, saya dapat memahami bahwa primordialisme adalah
sebuah pandangan yang memiliki dampak besar bagi keberlangsungan persatuan suatu
negara. Jika dilihat dari sisi positifnya, primordialisme memiliki dampak baik yaitu
tumbuhnya rasa cinta tanah air dan nasionalisme. Namun, jika pandangan ini mulai timbul di
tatanan masyarakat majemuk maka sebuah masalah yang menimbulkan perpecahan dapat
terjadi.

16
Beberapa contoh masalah besar yang telah timbul masyarakat di Indonesia antara lain yaitu :

 Diskriminasi berbau rasis pada etnis china di Indonesia


 Konflik Tanjung Balai
 Gerakan Aceh Merdeka (GAM)
 ISIS yang mengatasnamakan agama islam

Menurut saya, berada di negara dengan tatanan masyarakat yang majemuk seharusnya
menjadikan toleransi sebagai sebuah kewajiban setiap warga negara. Mencintai dan
menjunjung tinggi golongan sendiri tanpa menjatuhkan golongan lain, bukankah itu termasuk
sikap yang indah? Indonesia dengan keberagamannya menjadikan perbedaan sebagai sebuah
ciri khas yang seharusnya dibanggakan. Untuk kedepannya, peran generasi muda sangat
diharapkan demi keutuhan negara ini.

17
Nama : Enjel Pamio Cahaya Sitorus
NIM : 210901074

Wilayah Analisis: Kelurahan Situmeang habinsaran, Kecamatan Sipoholon, Kabupaten


Tapanuli Utara.
Wilayah pengamatan saya ini terdiri dari masyarakat yang beragama Kristen
Protestan, Katolik dan Islam. Masyarakat mayoritas adalah masyarakat yang beragama
kristen protestan. Selain keberagaman agama, wilayah pengamatan saya ini memiliki
berbagai keberagaman suku, diantaranya adalah suku Batak Toba, suku Jawa, suku Batak
Karo, Pakpak dan Simalungun serta terdapat pula keberagaman ras/marga, diantaranya
adalah marga Sinaga, Sitorus, Situmeang, Nainggolan, Sirait, Panggabean dan banyak lagi.
Sesuai dengan pengamatan dan wawancara masyarakat, wilayah ini tidak pernah
mengalami konflik karena agama, suku, ras dan lain sebgaianya. Namun, sempat terjadi
ketegangan antara 2 pihak yaitu masyarakat beragama Kristen dengan masyarakat beragama
islam.
Ketegangan dimulai karena adanya stereotip dan prasangka seseorang ataupun
kelompok terhadap orang lain atau kelompok lain. Stereotip muncul karena pada saat itu
sedang marak terjadi peristiwa pengeboman gereja pada tahun 2018 di Surabaya dimana
oknumnya adalah masyarakat beragama islam. Banyaknya kasus pengeboman pada tahun itu
menyebabkan stereotip dan prasangka masyarakat situmeang habinsaran diluar agama islam
terhadap masyarakat yang beragama islam pada saat itu. Stereotip negatif yang berkembang
pada masa itu adalah umat islam merupakan umat yang fanatik dengan agamanya,kemudian
prasangka yang muncul adalah umat islam di situmeang habinsaran bisa jadi merupakan
pelaku oknum pengeboman gereja selanjutnya.
Melalui stereotip dan prasangka ini muncul tindakan diskriminatif seperti
menghindari berbicara dengan umat beragama islam dan menjauhi masyarakat beragama
islam. Tak jarang pula orangtua diluar agama islam melarang anak-anaknya untuk
berinteraksi dengan masyarakat yang menganut agama islam. Stereotip dan prasangka yang
timbul di dalam masyarakat dapat mengarah ke sikap radikal serta primordialisme negative
seperti gerakan separatisme. Tentunya hal ini bukanlah merupakan hal yang patut
dibanggakan karena menyangkut persatuan dan kesatuan bangsa. Bhinneka tunggal ika

18
memberikan penjabaran bahwa perbedaan bukanlah menjadi masalah, melainkan perbedaan
lah yang menjadikan persatuan bagi bangsa Indonesia. Maka segala stereotip dan prasangka
negatif yang ada haruslah diselesaikan agar tidak menjadi awal tindakan radikal. Hal ini
dapat dimulai dengan memperkuat pengetahuan mengenai keberagaman dan memupuk sikap
toleransi.

19
BAB IV

PENUTUP

Suatu negara bangsa membutuhkan persatuan untuk bangsanya yang dinamakan


integrasi nasional di katakan bahwa sebuah negara bangsa yang mampu membangun integrasi
nasionalnya dalam memperkokoh rasa persatuan dan kesatuan bangsa-bangsa yang ada di
dalamnya. Integrasi nasional merupakan salah satu tolak ukur persatuan dan kesatuan bangsa.
Indonesia sebagai sebuah negara dalam realitasnya terpisah pada beberapa bagian dan tingkatan,
dari segi geografis dipisahkan oleh lautan dengan beratus-ratus pulau besar dan beribu-ribu pulau
kecil. Masih banyak pulau yang belum diberi nama, bahkan belakangan ini dua pulau yang
berada di kawasan Kalimantan telah menjadi milik Negara Malaysia. Dari perspektif
kewilayahan tampak pembagian Indonesia Bagian Timur dan Indonesia Bagian Barat atau
kawasan perkotaan dan perdesaan.

Integrasi diartikan dengan integrasi kebudayaan, integrasi sosial dan pluralisme sosial.
Sementara pembauran dapat berarti penyesuaian antar dua atau lebih kebudayaan mengenai
berapa unsur kebudayaan (cultural traits) mereka yang berbeda atau bertentangan, agar dapat
dibentuk menjadi suatu sistem kebudayaan yang selaras (harmonis). Caranya adalah melalui
difusi (penyebaran), dimana unsur kebudayaan baru diserap ke dalam suatu kebudayaan yang
berada dalam keadaan konflik dengan unsur kebudayaan tradisional tertentu. Cara
penanggulangan masalah konflik adalah melalui modifikasi dan koordinasi dari unsur-unsur
kebudayaan baru dan lama. Inilah yang disebut sebagai Integrasi Sosial Dalam upaya
mewujudkan integrasi nasional Indonesia, tantangan yang dihadapi datang dari dimensi
horizontal dan vertikal. Dalam dimensi horizontal, tantangan yang berakar pada perbedaan suku,
agama, ras dan geografi. Sedangkan dalam dimensi vertikal, tantangan yang ada adalah berupa
celah perbedaan antara elite dan massa, dimana latar belakang pendidikan kekotaan
menyebabkan kaum elite berbeda dari massa yang cenderung berpandangan tradisional. Masalah
yang berkenaan dengan dimensi vertikal lebih sering muncul ke permukaan setelah berbaur
dengan dimensi horizontal, sehingga hal ini memberikan kesan bahwa dalam kasus Indonesia
dimensi horizontal lebih menonjol dari pada dimensi vertikalny

20
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, T. (2010). Refleksi Selintas Tentang Primordialisme, Pluralisme, dan Demokrasi. Jurnal
Masyarakat dan Budaya, 181-208.

laily, I. N. (2022, January 12). Primordialisme: Pengertian, Bentuk, Dampak, dan Penyebabnya.
Retrieved Mei 7, 2022, from https://katadata.co.id/safrezi/berita/61de85c328aa8/primordialisme-
pengertian-bentuk-dampak-dan-penyebabnya

Nurjaman, A. (2021). Tantangan Primordialisme dalam Upaya Membangun Budaya Politik Nasional.
Satwatika : Kajian Ilmu Budaya dan Perubuhan Sosial, 370-383.

Ananda, C. I. (2019, Agustus 19). Kronologi Pengepungan Asrama Papua Surabaya Versi Mahasiswa.
Retrieved from CNN INDONESIA: https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190819072043-
20-422556/kronologi-pengepungan-asrama-papua-surabaya-versi-mahasiswa

jamilah, D. s. (2020). GERAKAN SOSIAL ISLAM HIZBUT TAHRIR. Yogyakarta: RELASI INTI MEDIA.

Ananda, C. I. (2019, Agustus 19). Kronologi Pengepungan Asrama Papua Surabaya Versi Mahasiswa.
Retrieved from CNN INDONESIA: https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190819072043-
20-422556/kronologi-pengepungan-asrama-papua-surabaya-versi-mahasiswa

Harvey, R. (2009, Maret 13). Papua's struggle for independence. Retrieved from BBC NEWS:
http://news.bbc.co.uk/2/hi/asia-pacific/7942026.stm

jamilah, D. s. (2020). GERAKAN SOSIAL ISLAM HIZBUT TAHRIR. Yogyakarta: RELASI INTI MEDIA.

Kerusuhan Situbondo. (n.d.). Retrieved from Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas:
https://id.wikipedia.org/wiki/Kerusuhan_Situbondo

Retno, D. (2020, January 18). Sejarah Perang Sampit di Kalimantan Tengah. Retrieved from Sejarah
Lengkap: https://sejarahlengkap.com/indonesia/sejarah-perang-sampit-di-kalimantan-tengah

Sucipto, T. d. (1996). Integrasi Nasional Dalam Hubungan Antar Suku Bangsa dan Sistem Nilai Budaya.
Bandung: CV. PELITA.

Agus, A. A. (2018). INTEGRASI NASIONAL SEBAGAI SALAH SATU PARAMETER PERSATUAN


DAN. Jurnal Sosiolasi Pendidikan Sosiologi, 20-23.

Prayitno, d. (2019). Pengaruh Sikap Primordialisme Terhadap Upaya Pembentuka Proses Harmonisasi
Masyarakat Multikultural. Lampung.

iii

Anda mungkin juga menyukai