Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah “PERAN
PEMUDA MELAWAN HIV/AIDS” sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Sholawat teriring dalam salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita
Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kebodohan sampai
zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti saat ini.

Adapun tujuan kami membuat makalah ini adalah untuk melengkapi tugas
matakuliah Ilmu Sosial Dasar, serta dapat menguraikan tentang peran pemuda dalam
melawan penyakit HIV/AIDS. Dalam hal ini penulis berusaha menerangkan tentang
penyakit HIV/AIDS dan peran pemuda melawan penyakit HIV/AIDS.

Kami menyadari dengan sepenuh hati bahwa makalah ini tak lepas dari berbagai
kekurangan, maka dengan segala rendah hati penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun untuk kesempurnaan makalah berikutnya.

Pacitan, Januari 2010

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul .............................................................................................................i

Kata Pengantar..............................................................................................................ii

Daftar Isi.......................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1

1.1 Latar Belakang..................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................1
1.3 Tujuan Pembuatan Makalah.............................................................................1
1.4 Metode Pembuatan Makalh..............................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................2

2.1 Keharusan pendidikan......................................................................................2


2.2 Kemungkinan Pendidikan.................................................................................3
2.3 Batas-Batas Kemungkinan Pendidikan............................................................3
2.4 Kekeliruan Pendidikan.....................................................................................4

BAB III PENUTUP......................................................................................................7

3.1 Kesimpulan.......................................................................................................7
3.2 Kritik dan Saran................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................8

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Pada hakikatnya sekarang ini kita hidup di zaman modern. Perlu kita sadari
bahwa sumber daya manusia di negara kita semakin mendapat tantangan. Pengaruh
kebudayaan luar yang masuk ke negara kita sangat mengkhawatirkan, terutama
pada generasi muda. Banyak generasi muda kita yang positif terjangkit penyakit
HIV/AIDS. Hal tersebut dikarenakan pergaulan yang bebas serta penggunaan
narkoba dengan jarum suntik. Oleh sebab itu, dibutuhkan peranan dari berbagai
pihak. Terutama peranan pemuda untuk menghadapi permasalahan tersebut.
Dalam hal ini kami ingin menyampaikan peranan apa saja yang harus
dilakukan pemuda kita untuk melawan penyakit HIV/AIDS. Agar generasi penerus
bangsa tidak menjadi generasi yang kurang semangat karena dihinggapi oleh
penyakit HIV/AIDS tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Tentang penyakit HIV/AIDS.
2. Peran strategi pemuda.
1.3 Tujuan Pembuatan Makalah
Adapun tujuan pembuatan mekalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen jurusan
pendidikan Sejarah.
2. Menambah wawasan tentang penyakit HIV/AIDS dan dampak bagi
penderitanya.
1.4 Metode Pembuatan Makalah
Metode yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah metode
referensi.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Penyakit HIV/AIDS


HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyebabkan
AIDS. Virus ini menyerang sel darah putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat
merusak kekebalan tubuh, sehingga sangat gampang terserang penyakit. AIDS atau
virus Acquired Immune Deficiency Syndrome adalah dampak yang ditimbulkan
dari virus HIV. Bila kita terkena HIV kita tidak akan langsung terkena AIDS, ini
dikarenakan virus HIV memerlukan waktu yang lama untuk menyerang system
kekebalan tubuh kita. Cara penularannya sebagian besar dikarenakan hubungan
sensual yang tidak sehat atau beresiko, seperti bergonta-ganti pasangan.
2.2 C
Penyakit yang berdampak pada penurunan daya tahan tubuh dan juga
mengakibatkan kematian ini, dari tahun ke tahun khususnya terus bertambah di
Indonesia. Penyebaran kasus HIV/AIDS di seluruh pelosok Nusantara saat ini
sedah dalam ambang batas bahaya. Secara nasional, hingga 30 September 2009,
kasus epidemik HIV/AIDS dilaporkan telah mencapai 18.422 kasus dan sebanyak
3.708 orang diantaranya meninggal dunia. WHO memprediksikan jika terdeteksi
satu kasus maka terdapat 100 kasus HIV/AIDS yang tidak terdeteksi.
2.3 Peran Pemuda
Kita tentu sepakat untuk mengatakan bahwa sebuah negara akan menjadi
kuat eksistensinya, ketika para pemudanya mampu tampil aktif dan dinamis di
tengah masyarakat. Para pemuda ibarat ruh dalam setiap tubuh komunitas atau
kelompok; baik itu dalam ruang lingkup kecil ataupun luas seperti negara. Mereka
merupakan motor penggerak akan kemajuan sebuah negera. Bisa kita banyangkan
alangkah hancurnya sebuah negara atau daerah bila para pemuda yang sebagai
harapan negara atau daerah ternyata lunglai, loyo, karena dihinggapi virus
HIV/AIDS.
Penderita HIV/AIDS ternyata telah ada disemua provinsi di Indonesia dan
ironisnya pengidap virus HIV/AIDS di Indonesia kebanyakan berusia produktif
yaitu usia mereka berkisar antara 20-29 tahun. Ini menjadi peringatan besar bagi

2
bangsa ini, mengingat pemuda memiliki peran yang luar biasa. Ditangan pemuda
hari ini-lah letak kepemimpinan masa depan bangsa ini dipertaruhkan. Bila pemuda
telah dihinggapi oleh penyakit mematikan seperti HIV/AIDS, maka petanda
generasi muda kita dalam curang kehancuran. Ketika kita membicarakan sosok
seorang pemuda, maka sebenarnya sama halnya kita sedang berbicara mengenai
dunia remaja. Menurut beberapa pakar psikologi, masa remaja merupakan masa
yang sangat menentukan.
Oleh sebab itu, di sinilah mental remaja itu akan benar-benar diuji. Berbagai
fenomena yang syarat akan jawaban dan persoalan yang menuntut sebuah solusi
akan terus senantiasa mengiringinya. Persoalan tentang remaja tidak henti-hentinya
dibincangkan oleh berbagai elemen masyarakat. Hal itu merupakan wujud
kepedulian masyarakat terhadap generasi muda, dikarenakan posisi generasi muda
itu sendiri yang dipandang sangat strategis demi kemajuan bangsa dan negara.
Sebagai generasi penerus, kaum muda selalu dituntut untuk meningkatkan
kualitasnya di berbagai dimensi kehidupan, utamanya dalam dua hal yang
dipandang sangat penting; moral dan intelektual.
Namun disaat yang sama, pemuda memiliki sikap rasa ingin tahu yang begitu
tinggi. Sehingga mereka tidak segan-segan untuk melakukan hal negatif tanpa
mempertimbangkan akibat yang akan ditimbulkan. Dalam keadaan yang masih
labil ini, pemuda sangat memerlukan seorang pendamping yang dapat
mengarahnya kepada hal yang positif, dan mencegahnya dari perbuatan yang
negatif. Dengan kapasitas sebagai pemuda, mampukah pemuda mengemban
amanah bangsa ini, dengan berbagai persoalan di depannya?
Tongkat estafet pembangunan karekter bangsa dan negera ini akan terus
berganti dari masa ke masa, seiring dengan pergantian generasi. Oleh sebab itu,
dibutuh sosok generasi yang tangguh dan ulet untuk mengemban amanah besar ini.
Pemuda, dengan segala kelebihan dan keistimewaannya sangat diharapkan untuk
dapat mewujudkan cita-cita nasional menuju bangsa yang bermartabat dan
berdaulat secara utuh. Tentunya pemuda yang dimaksud adalah mereka-mereka
yang mempunyai jiwa nasionalisme, patriotisme serta didukung dengan komitmen
moral yang kokoh.
Sudah menjadi wacana umum, bahwa dekadensi moral yang terjadi pada
kawula muda telah mencapai titik mengkhawatirkan. Terjadinya pelanggaran
norma-norma sosial yang dilakukan oleh para muda-mudi merupakan masalah

3
terpenting di dalam rangka perbaikan sumber daya manusianya. Karena, ketika
sebuah etika sosial masyarakat tidak diindahkan lagi oleh kaum muda, maka laju
lokomotif perbaikan bangsa, Negara dan daerah akan mengalami hambatan.
Beberapa contoh pelanggaran norma sosial:
Pertama, miras dan narkoba. Dari dua juta pecandu narkoba dan obat-obat
berbahaya (narkoba), 90 persen adalah generasi muda, termasuk 25.000
mahasiswa. Karena itu, narkoba menjadi ancaman serius bagi kelangsungan hidup
bangsa. Sedangkan 700 siswa sisanya ditindak dengan pembinaan agar jera, dan
tidak mempengaruhi teman lain yang belum terkena sebagai pengguna narkoba.
Negara kita sedang mengalami ancaman badai yang sangat mengkhawatirkan.
Peredaran narkoba semakin hari semakin mengarah pada peningkatan yang
siknifikan. Tidak jarang kita baca, dengar, atau lihat dalam beberapa media cetak
dan elektronik akan tindak kriminal yang bersumber dari penggunaan kedua jenis
barang di atas.
Kedua, pergaulan bebas (pornografi dan pornoaksi). Seiring dengan derasnya
arus globalisasi, yang menjadikan dunia ini semakin sempit, maka di waktu yang
sama hal itu akan membawa sebuah konsekwensi; baik positif atapun negatif. Kita
tidak akan membicarakan mengenai konsekwensi positif dari globalisasi saat ini.
Karena hal itu tidak akan membahayakan rusaknya moral generasi muda. Namun
yang menjadi perhatian kita adalah efek atau dampak negatif yang dibawa oleh arus
globalisasi itu sendiri yang mengakibatkan merosotnya moral para remaja saat ini.
Bahkan bukan merupakan hal yang tabu lagi di era sekarang ini, hubungan
antar muda-mudi yang selalu diakhiri dengan hubungan layaknya suami-isteri atas
landasan cinta dan suka sama suka. Disisi lain, perkembangan teknologi yang
semakin canggih, semakin memudahkan para remaja untuk mengakses hal-hal yang
mendukung terciptanya suasana yang serba bebas. Hal-hal yang dahulu di anggap
tabu dan masih terbatas pada kalangan tertentu, kini seakan sudah menjadi
konsumsi publik yang dapat diakses di mana saja. Sebagai contoh konkrit adalah
merebaknya situs-situs berbau pornografi dapat dengan mudah dikonsumsi oleh
para pengguna internet. Bahkan berdasarkan penelitian tim KPJ (Klinik Pasutri
Jakarta) saja, hampir 100 persen remaja anak SMA, sudah melihat media-media
porno, baik itu dari situs internet, VCD, atau buku-buku porno lainnya, (Harian
Pikiran Rakyat, minggu 06 juni 2004).

4
Ironisnya, ternyata dari kedua contoh pelanggaran norma sosial yang
dilakukan generasi muda hari ini, ternyata kedua hal tersebut merupakan penyebab
utama banyaknya kasus HIV/AIDS di Indonesia yaitu disebabkan oleh
heteroseksual atau hubungan seks bebas dan penggunaan narkoba suntik. Dari data
yang ada hampir 50 persen penyebaran virus HIV/AIDS di Indonesia disebabkan
oleh hubungan seks bebas dan 40,7 persen karena penyebaran melalui jarum suntik.
Bagaimana kita bisa membanggakan generasi muda kita, bila generasi kita satu-
persatu mulai terjangkit virus yang mematikan ini?
Sebenarnya, pemuda mempunyai peran strategis dalam mencegah
HIV/AIDS, karena pada diri pemuda mempunyai  peran ganda dalam soal
HIV/AIDS. Satu sisi pemuda adalah pelaku (subjek) dalam peran mencegah
HIV/AIDS, sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa generasi muda
diibaratkan ruh dalam setiap tubuh komunitas atau kelompok; baik itu dalam ruang
lingkup kecil ataupun luas seperti negara. Pada sisi lain, pemuda adalah sasaran
(objek) dari penginap HIV/AIDS, karena kebanyakan penginap virus HIV/AIDS
adalah pemuda. Untuk itu, “penyelaman” akan faktor yang melatarbelakangi
terjadinya dekadensi moral pada generasi muda adalah langkah bijak yang
semestinya dilakukan. Dengan demikian, diharapkan bisa menumbuhkan semangat
dalam diri pemuda itu sendiri guna melakukan perubahan dan memainkan secara
maksimal peran strategis yang dimiliki pemuda dalam kerangka melawan
HIV/AIDS.
Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi terjadi dekadensi moral pada
tubuh generasi saat ini, diantaranya sebagai berikut: pertama, faktor internal. Yang
meliputi 2 hal, yaitu: Persoalan secarapsikologi. Karena mental remaja yang masih
tergolong labil dengan didukung keingintahuan yang kuat, maka biasanya mereka
cenderung melakukan apa saja tanpa mempertimbangkan akibat yang akan
ditimbulkan. Dan persoalan secara keluarga. Kerusakan moral pada remaja juga
tidak terlepas dari kondisi dan suasana keluarga. Keadaan keluarga yang carut-
marut dapat memberikan pengaruh yang sangat negatif bagi anak yang
sedang/sudah menginjak masa remaja.
Kedua, faktor eksternal. Yang meliputi 3 hal, yaitu: Persoalan lingkungan
masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat juga sangat berpengaruh dalam
pembentukan karakter moral generasi muda. Pertumbuhan remaja tidak akan jauh

5
dari warna lingkungan tempat dia hidup dan berkembang. Pepatah arab
mengatakan "al insan ibnu biatihi". Lingkungan yang sudah penuh dengan
tindakan-tindakan amoral, secara otomatis akan melahirkan generasi yang durjana.
Persoalan pergaulan. Perilaku seseorang tidak akan jauh dari teman
pergaulannya. Pepatah arab juga mengatakan, yang artinya: " dekat penjual minyak
wangi, akan ikut bau wangi, sedangkan dekat pandai besi akan ikut bau asap".
Menurut beberapa psikolog, remaja itu cenderung hidup berkelompok (geng) dan
selalu ingin diakui identitas kelompoknya di mata orang lain. Oleh sebab itu, sikap
perilaku yang muncul diantara mereka itu sulit untuk dilihat perbedaannya. Tidak
sedikit para remaja yang terjerumus ke dunia hitam, karena pengaruh teman
pergaulannya. Karena takut dikucilkan dari kelompok/gengnya, maka seorang
remaja cenderung menurut saja dengan segala tindak-tanduk yang sudah menjadi
konsensus anggota geng tanpa berfikir lagi plus-minusnya.
Persoalam pengaruh media masa. Kita tidak dapat menutup mata akan
pengaruh media masa; cetak maupun elektronik, dalam membentuk moralitas
generasi bangsa ini. Media-media yang ada sekarang ini tidak lagi membatasi diri
dengan hanya menyajikan berita dan informasi semata. Namun sayap media
sekarang ini sudah semakin lebar dan tidak terbatas. Tayangan-tayangan televisi
yang semakin marak dengan tontonan yang sensual, seakan sudah menjadi hal yang
biasa tersaji setiap harinya. Hal itu juga didukung dengan beberapa artikel di media
cetak yang tidak jarang menyajikan wacana menyoal masalah-masalah yang berbau
pornografi, kekerasan dan semisalnya.
Rahimi Sabirin, Direktur Program Center for Moderate Muslim (CMM),
dalam tulisannya menegaskan bahwa Indonesia lebih bebas dari negara yang
selama ini dianggap bebas. Dia memaparkan bahwa negara seperti Inggris, Jerman,
Italia dan Amerika Serikat memberlakukan peraturan yang ketat soal pornografi
dan pornoaksi. Amerika Serikat yang disebut-sebut sebagai negara paling liberal di
dunia memberlakukan Undang-Undang untuk memeriksa terlebih dahulu ID
Card/KTP setiap orang yang hendak memasuki klab malam; apakah dia sudah
cukup umur atau tidak. Di sana juga diatur secara tegas pornografi yang terdapat di
media televisi dan media cetak. Majalah Playboy tidak bisa didapatkan anak-anak
di bawah umur. Penayangan film yang berbau pornografi dan pornoaksi di televisi
justru pada tengah malam.

6
Di Indonesia, realitasnya justru lebih bebas. Di negara Paman Sam, film-film
diberi rate apakah bebas untuk semua umur atau termasuk jenis film triple x atau
film biru (blue film). Di Indonesia, tidak ada aturan yang tegas semacam itu. KUHP
memang melarang tindakan yang sama, tapi buktinya pornografi tetap marak.
Kaset-kaset dan VCD porno malah dijual bebas dan anak-anak pun malah bisa
menikmatinya secara leluasa, termasuk anak-anak di bawah umur. Film perkosaan
dan adegan berciuman di televisi ditayangkan di saat anak-anak masih menonton
televisi, yakni pada saat prime time, (harian republika, 29 mei 2006).
Beberapa data di atas walaupun merupakan data lama, semua merupakan
secuil potret akan problematika sebagai generasi bangsa ini dari masa ke masa.
Kehadiran beberapa problem di atas bukan hanya untuk diketahui dan diingat
semata, namun harus segera dicari solusinya. Ada beberapa solusi yang dapat
ditempuh guna membentengi generasi muda dari virus penyakit HIV/AIDS
diantaranya; meningkatkan peran keluarga, mamaksimalkan peran lembaga
pendidikan, legitimasi hukum dan peningkatan pemahaman agama. Dengan solusi
tersebut diharapkan pemuda dapat dibentuk sebagai pemuda yang mampu
memerankan secara apik peran strategisnya untuk melawan virus mematikan
tersebut.
Akhirnya, dengan kondisi yang dirasakan saat ini, kita semua hendaknya
semakin meninggikan rasa kewaspadaan, karena dengan tinggi nilai kewaspadaan,
maka akan semakin kuat juga filter dalam menyaring berbagai informasi yang
diterima dan menumbuhkan kesiapan dalam menghadapi segala permasalahan.  Di
akhir tulisan ini, penulis ingin mengutip perkataan seorang pujangga Muhammad
Iqbal:" Di dunia tidak ada tempat untuk berhenti, barang siapa yang berhenti, dia
akan tergilas mati". Roda perjuangan untuk memerangi HIV/AIDS harus terus kita
lakukan. Generasi muda yang sekarang masih berada dalam masa remaja harus
sadar, bahwa kontribusi tetap dinantikan untuk mewujudkan perubahan yang lebih
baik di masa depan. Cita-cita yang tinggi hanya akan menjadi impian belaka tatkala
tidak ada usaha untuk mewujudkannya.

7
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa berdasarkan biologis pendidikan
sangat diperlukan: karena anak manusia dilahirkan tidak berdaya sehingga
memerlukan masa belajar yang panjang. Bagi anak awal pendidikan setelah anak
mencapai penyesuaian jasmani anak. Berdasarkan sosio-Antropologis bahwa
pendidikan tidak menjadi dengan sendirinya melainkan adanya pengaruh dari
lingkungan oleh karena itu diperlukan adanya peran kedua orangtua sebagai
pendidik awal.
Dalam pendidikan juga memiliki batasan-batasan yaitu batasan empirisma,
naturalisme dan developmentalisme. Suatu cara mendidik dikarenakan tidak tepat
apabila cara yang digunakan tidak dapat mencapai tujuan pendidikan yang
diharapkan. Sehingga kekeliruan-kekeliruan mendidik dapat dibedakan menjadi
dua:
1. Kekeliruan idiil mendidik.
2. Kekeliruan teknis mendidik.

3.2 Kritik dan Saran


Kami menyadari penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, maka
dari itu memerlukan kritik dan saran dari pembaca guna menyempurnakan
makalah. Yang akan kami susun pada kesempatan yang akan datang.

8
DAFTAR PUSTAKA

Harian republika, 29 Mei 2006


http://id.wikipedia.org/wiki/HIVAIDS
http://www.suaramerdeka.com/artikle/Peran Strategis Pemuda.doc

Anda mungkin juga menyukai