Disusun Oleh :
KELOMPOK 6
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2017
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun mengucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat, hidayah serta bimbingan-Nya akhirnya penulis dapat menyusun makalah yang
berjudul Seksualitas, Kesehatan Reproduksi dan PMTCT.
Penulisan makalah ini merupakan bentuk peran aktif penulis dalam tugas yang
diberikan oleh dosen mata kuliah Penularan dan Pencegahan HIV/AIDS, Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Sriwijaya. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan penulisan makalah ini dimasa yang akan datang.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
membantu penyelesaian makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Cara penularan HIV dapat melalui hubungan seksual, penggunaan obat suntik, ibu
ke anak-anak dan lain-lain. Mengenai penyakit HIV/AIDS, penyakit ini telah menjadi
pandemi yang mengkhawatirkan masyarakat dunia, karena disamping belum ditemukan
obat dan vaksin pencegahan penyakit ini juga memiliki “window periode” dan fase
asimtomatik (tanpa gejala) yang relatif panjang dalam perjalanan penyakitnya. Hal
tersebut menyebabkan pola perkembangannya seperti fenomena gunung es (iceberg
phenomena).
Jumlah kasus HIV/AIDS dari tahun ke tahun di seluruh bagian dunia terus
meningkat meskipun berbagai upaya preventif terus dilaksanakan. Dari beberapa cara
penularan tersebut, masing-masing penularan memiliki resiko penularan cukup besar.
Oleh karena itu, penularan HIV harus diberi pengobatan agar penyebaran mengalami
perlambatan.
HIV tidak dapat disembuhkan karena tidak ada obat yang dapat sepenuhnya
menyembuhkan HIV/AIDS. Perkembangan penyakit dapat diperlambat namun tidak
dapat dihentikan sepenuhnya. Kombinasi yang tepat antara berbagai obat-obatan
antiretroviral dapat memperlambat kerusakan yang diakibatkan oleh HIV pada sistem
kekebalan tubuh dan menunda awal terjadinya AIDS.
1
2.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu HIV AIDS ?
2. Bagaimana seksualitas pada remaja ?
3. Bagaimana proses reproduksi pada remaja ?
4. Apa itu PMTCT ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Seksualitas Pada Remaja
Masa remaja dimulai dengan munculnya pubertas, sebuah periode dimana
perubahan fisik terjadi secara pesat pada setiap individu.Masa ini ditandai dengan
munculnya karakteristik seksual sekunder. Setiap individu akan memasuki masa remaja
pada usia yang berbeda-beda. Akan tetapi, secara umum masa remaja dimulai dari usia 12
hingga 20 tahun. Selama masa ini, tidak hanya perubahan fisik yang terjadi tetapi juga
perubahan perilaku serta peran yang diharapkan pada individu pun berubah.
Salah satu isu krusial di masa remaja adalah mengenai perilaku seksual.
Perubahan fisik berupa peningkatan hormon seks tidak hanya menyebabkan perubahan
tampilan luar remaja, seperti tumbuhnya rambut halus di area tertentu, membesarnya
payudara, berubahnya suara, dan perubahan pada organ kelamin. Meningkatnya secara
cepat hormon seks, terutama testosterone, ternyata meningkatkan dorongan dan
rangsangan seksual pada remaja. Kondisi ini membuat remaja ingin mengekspresikan dan
mengeksplorasi dorongannya melalui berbagai perilaku seksual.
4
c. Sistem Pernafasan: Kapasitas paru-paru anak perempuan hampir matang pada usia
tujuh belas tahun ; anak laki-laki mencapat tingkat kematangan baru beberapa
tahun kemudian.
d. Sistem Endokrin: Kegiatan gonad yang meningkat pada masa puber menyebabkan
ketidak seimbangan sementara dari seluruh system endokrin pada masa awal
puber. Kelenjar-kelenjar seks berkembang pesat dan berfungsi, meskipun belum
mencapai ukuran yang matang sampai akhir masa remaja atau awal masa dewas
e. Jaringan Tubuh: Perkembangan kerangka berhenti rata-rata pada usia delapan
belas tahun. Jaringan selain tulang, khususnya bagi perkembangan otot, terus
berkembang sampai tulang mencapai ukuran yang matang.
3. Perubahan kejiwaan : Proses perubahan kejiwaan berlangsung lambat yang meliputi:
a. Perubahan emosi, sehingga remaja menjadi :
sensitif ( mudah menangis, cemas, frustasi dan tertawa )
Agresif dan mudah bereaksi terhadap rangsangan luar yang berpengaruh,
sehingga misalnya mudah berkelahi.
b. Perkembangan intelegensia, sehingga remaja menjadi:
Mampu berpikir abstrak
Senang memberikan kritik
Ingin mengetahui hal-hal baru, sehingga muncul prilaku ingin mencoba-coba.
Prilaku ini jika didorong oleh rangsangan sesual dapat membawa remaja
masuk pada hubungan seks pranikah dengan segala akibatnya, antara lain
akibat kematangan organ seks maka dapat terjadi kehamilan remaja putri
diluar nikah, upaya abortus dan penularan penyakit kelamin, termasuk
HIV/AIDS.Prilaku ingin mencoba-coba juga dapat mengakibatkan remaja
mengalami ketergantungan NAPZA (Narkotik, psikotropik dan zat adiktif
lainnya, termasuk rokok dan alkohol).
7
penularan dari ibu, hanya sebagian kecil yang terjadi karena proses transfusi.
Kecenderungan Infeksi HIV pada Perempuan dan Anak Meningkat oleh karenanya
diperlukan berbagai upaya untuk mencegah infeksi HIV pada perempuan, serta mencegah
penularan HIV dari ibu hamil ke bayi yaitu PMTCT (Prevention of Mother to Child HIV
Transmission). Dengan intervensi yang baik maka risiko penularan HIV dari ibu ke bayi
sebesar 25 hingga 45% bisa ditekan menjadi kurang dari 2%. Intervensi tersebut meliputi
4 konsep dasar: (1) Mengurangi jumlah ibu hamil dengan HIV positif, (2) Menurunkan
viral load serendah-rendahnya, (3) Meminimalkan paparan janin/bayi terhadap darah dan
cairan tubuh ibu HIV positif, dan (4) Mengoptimalkan kesehatan dari ibu dengan HIV
positif.
Pelayanan PMTCT semakin menjadi perhatian dikarenakan epidemic HIV/AIDS
di Indonesia meningkat dengan cepat (jumlah kasus AIDS pada akhir triwulan II 2008
adalah 12,686 kasus). Infeksi HIV dapat berdampak kepada ibu dan bayi. Dampak infeksi
HIV terhadap ibu antara lain: timbulnya stigma sosial, diskriminasi, morbiditas dan
mortalitas maternal. Besarnya stigma sosial menyebabkan orang hidup dengan HIV AIDS
(Odha) semakin menutup diri tentang keberadaannya, yang pada akhirnya akan
mempersulit proses pencegahan dan pengendalian infeksi. Dampak buruk dari penularan
HIV dari ibu ke bayi dapat dicegah apabila : (1) Terdeteksi dini, (2) Terkendali (Ibu
melakukan perilaku hidup sehat, Ibu mendapatkan ARV profilaksis secara teratur, Ibu
melakukan ANC secara teratur, Petugas kesehatan menerapkan pencegahan infeksi sesuai
Kewaspadaan Standar), (3) Pemilihan rute persalinan yang aman (seksio sesarea), (4)
Pemberian PASI (susu formula) yang memenuhi persyaratan, (5) Pemantauan ketat
tumbuhkembang bayi & balita dari ibu dengan HIV positif, dan (6) Adanya dukungan
yang tulus, dan perhatian yang berkesinambungan kepada ibu, bayi dan keluarganya.
Pelayanan PMTCT dapat dilakukan di berbagai sarana kesehatan (rumah sakit,
puskesmas) dengan proporsi pelayanan yang sesuai dengan keadaan sarana tersebut.
Namun yang terutama dalam pelayanan PMTCT adalah tersedianya tenaga/staf yang
mengerti dan mampu/berkompeten dalam menjalankan program ini.
10
retandation (IUGR) dengan perbandingan pertumbuhan yang tidak sesuai dengan
umur kehamilan. Semua akan menyebabkan menurunnya imunitas selular dengan
jumlah sel T yang rendah, respon proliferatif yang buruk, pertumbuhan thymus
yang terganggu, meningkatkan kecenderungan terserang infeksi, dan menetap
selama 5 tahun masa pertumbuhan yang akan terganggu. Direkomendasikan untuk
asupan vitamin A, untuk mencegah perburukan gejala diare yang ada baik pada
ibu maupun bayinya.
3. Fungsi Pencernaan : Fungsi pencernaan pada neonates memegang peranan penting
dalam penularan HIV. Sejak infeksi HIV diperkirakan masuk melalui pencernaan
saat kelahiran, oleh karena terpapar darah yang terinfeksi, sekresi vagina, cairan
amnion dan air susu ibu. Pada sistem pencernaan bayi memiliki keasaman
lambung yang rendah, aktifitas enzym pencernaan yang rendah, produksi cairan
mukosa yang rendah dan sedikit sekresi dari immunoglobulin A (Ig A) yang
merupakan system kekebalan pada pencernaan untuk melawan kuman yang
masuk. Pada infeksi sekunder akan terjadi diare, pertumbuhan yang terganggu,
dan menunjukkan prekembangan perjalanan penyakitnya.
C. Faktor Ibu, Kehamilan, dan Proses Persalinan
Resiko penularan terjadi pada kondisi korioamnionitis dan penyakit menular
seksual. Hal ini berhubungan dengan gangguan pertahanan pada plasenta dan
kecenderungan lahir premature, serta dapat meningkatkan viral load pada organ
genital. Disamping itu pemilihan cara melahirkan, lamanya persalinan, kapan
pecahnya ketuban, dan saat proses kelahiran berjalan seorang bayi dapat terpapar
darah sang ibu. Inflamasi pada daerah servik dan uretritis dapat meningkatkan deteksi
sel yang terinfeksi HIV-A.
11
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
III. 2 Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
13