Anda di halaman 1dari 39

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

REMAJA

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK II
1. AMARA DEWANTI ( 06101381823046 )
2. DEA AYU TAMARA ( 06101381823047 )
3. SURYANA DEWI ( 06101381823042 )
4. WINDI NINGTIAS ( 06101381823043 )
5. YENI OKTARIA ( 06101381823045 )
DOSEN PENGAMPU: RODI EDI, S.Pd.,M,SI.

PENDIDIKAN KIMIA PALEMBANG


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penyusun mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penyusun
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah
Perkembangan Peserta Didik dengan judul “Pertumbuhan Dan Perkembangan
Remaja “
Penyusun tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.
Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini,
supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya.Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak khususnya kepada Dosen Pengampu kami yang telah membimbing dalam
menulis makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Palembang, 31 Agustus 2019

Penyusun

I
DAFTAR ISI

BAB I ..................................................................................................................1
PENDAHULUAN ..............................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................1
1.3 Tujuan ...........................................................................................................2

BAB II ................................................................................................................3
PEMBAHASAN ................................................................................................3
2.1 Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan ................................................3
2.2 Tugas-Tugas Perkembangan .........................................................................9
2.3 Hukum-Hukum Pertumbuhan dan Perkembangan........................................11
2.4 Karakteristik Pertumbuhan Dan Perkembangan ...........................................15
2.5 Jenis-Jenis Kebutuhan dan Pemenuhannya ...................................................23
2.6 Kebutuhan Remaja, Masalah, dan Konsekuensinya .....................................29
2.7 Kasus Yang Dihadapi Remaja Saat Ini .........................................................33

BAB III ...............................................................................................................36


PENUTUP ..........................................................................................................36
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................37

II
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap manusia memiliki fase perkembangannya masing-masing. Dari fase
perkembangan prental, fase perkembangan masa bayi, fase perkembangan masa
kanak-kanak, fase perkembangan masa kanak-kanak akhir, fase remaja, fase
dewasa dan awal madya, hingga fase lanjut usia. Semua fase-fase tersebut
memiliki karakteristik yang pasti berbeda-beda.

Seperti halnya fase remaja, Masa remaja sering disebut masa transisi.
Sebab, di masa ini seseorang beralih dari masa anak-anak ke masa dewasa. Masa
ini terjadi pada usia belasan. Banyak sekali perubahan yang terjadi dalam diri
seseorang yang perubahan fisik maupun psikisnya.

Sifat-sifat remaja sebagian tidak menunjukkan sifat masa kanak-kananya,


tetapi juga belum menunjukkan sifat-sifat sebagai orang dewasa. Masa remaja ini
mempunyai ciri yang berbeda dengan masa sebelumnya atau sesudahnya karena
berbagai hal yang mempengaruhinya, sehingga selalu menarik untuk diberikan.

Remaja terlibat dalam jaringan teman sebaya yang sangat kuat selama
menggali jati diri mereka. Di masa ini, selain mengalami perubahan pada diri
seseorang yang menginjak remaja, juga terjadi perkembangan-perkembangan
terutama dari sisi psikologis. Pada, tahap perkembangan remaja ini terdapat
beberapa teori perkembangan remaja termasuk konsep, tahap dan karakteristik
remaja. Tidak hanya itu dari banyaknya perubahan-perubahan yang adanya
maslah-masalah yang timbul dari perubahan. Banyak remaja yang terlibat
terjerumus dalam hal-hal yang negatif.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa makna dari pertumbuhan dan perkembangan?
2. Apa saja tugas-tugas perkembangan ?
3. Bagaimana hukum-hukum pertumbuhan dan perkembangan?
4. Apa saja karakteristik pertumbuhan dan perkembangan remaja?

1
5. Sebutkan jenis-jenis kebutuhan dan pemenuhannya?
6. Apa saja kebutuhan remaja, masalah, dan konsekuensinya ?
7. Apa kasus yang dihadapi remaja saat ini ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk dapat mengetahui makna pertumbuhan dan perkembangan.
2. Untuk dapat mengetahui tugas-tugas perkembangan.
3. Untuk dapat memahami hukum-hukum pertumbuhan dan perkembangan.
4. Untuk dapat mengetahui karakteristik pertumbuhan dan perkembangan
remaja.
5. Untuk dapat mengetahui jenis-jenis kebutuhan dan pemenuhannya.
6. Untuk dapat mengetahui kebutuhan remaja, masalah, dan konsekuensinya.
7. Untuk dapat mengetahui kasus yang dihadapi remaja saat ini.

2
BAB III
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan


Ada beberapa pendapat yang berbeda untuk memberi arti istilah
“pertumbuhan” dan “perkembangan”. Dalam kehidupan anak ada dua proses yang
beroperasi secara kontinu, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Banyak orang
menggunakan istilah “pertumbuhan” dan “perkembangan” secara bergantian.
Kedua proses ini berlangsung secara interdependensi, artinya saling bergantung
sama lain. Kedua proses ini tidak bisa dipisahkan dalam bentuk-bentuk yang
secara pilah berdiri sendiri-sendiri.
Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yang menyangkut
peningkatan ukuran dan struktur biologis. Pertumbuhan adalah perubahan secara
fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang
berlangsung secara normal pada anak yang sehat dalam perjalanan waktu tertentu.
Pertumbuhan juga dapat diartikan sebagai proses transmisi dari konstitusi fisik
(keadaan tubuh atau keadaan jasmaniah) yang herediter dalam berbentuk proses
aktif secara berkesinambungan.
Hasil pertumbuhan antara lain berwujud bertambahnya ukuran-ukuran
kuantitatif badan anak, seperti panjang, berat, dan kekuatannya. Begitu pula
pertumbuhan akan mencakup perubahan yang semakin sempurna tentang sistem
jaringan saraf dan perubahan-perubahan struktur jasmani lainnya. Dengan
demikian, pertumbuhan juga dapat diartikan sebagai proses perubahan dan proses
pematangan fisik.
Pertumbuhan jasmani berakar pada organisme yang selalu berproses untuk
menjadi (the process of coming into being). Organisme merupakan sistem yang
mekar secara kontinu, yang selalu berfungsi juga bersifat dinamis dan tidak statis
secara komplit. Pertumbuhan jasmaniah ini dapat diteiliti dengan mengukur berat,
panjang, dan yang lainnya. Dalam pertumbuhannya setiap bagian tubuh itu
mempunyai perbedaan tempo kecepatan.Misalnya, pertumbuhan pada alat
kelamin berlangsung paling lambat pada masa kanak-kanak, tetapi mengalami
percepatan pada pada masa pubertas. Sebaliknya, pertumbuhan susunan saraf

3
pusat berlangsung paling cepat pada masa kanak-kanak kemudian menjadi lambat
pada akhir masa kanak-kanak dan relative berhenti pada masa pubertas.
Perbedaan kecepatan tumbuh masing-masing bagian tubuh mengakibatkan
adanya perbedaan dalam keseluruhan proporsi tubuh dan juga menimbulkan
perbedaan dalam fungsinya. Kepala seorang bayi misalnya, relatif lebih besar,
sedangkan kaki dan tangannya relative pendek jika dibandingkan dengan orang
dewasa. Pada usia 2 tahun, pertengahan badan berada disekitar pusar, sedang pada
usia dewasa pertengahan badan berada di atas tulang kemaluan. Contoh yang lain
misalnya, pertumbuhan indra penglihatan atau mata lebih cepat daripada
pertumbuhan otot-otot tangan dan kaki.
Berikut adalah faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan yang kurang normal
pada organisme.
1. Faktor-faktor yang terjadi sebelum lahir
Umpamanya : peristiwa kekurangan nutrisi pada ibu dan janin (janin
terkena virus, keracunan sewaktu bayi ada dalam kandungan, terkena infeksi
oleh bakteri syphilis, terkena penyakit gabag, TBC, kolera, tifus, gondok, sakit
gula dan lain-lain.
2. Faktor ketika lahir atau saat kelahiran
Faktor ini antara lain adalah intracranial haemorage atau pendarahan pada
bagian kepala bayi ynag disebabkan oleh tekanan dinding rahim ibu sewaktu ia
dilahirkan dan olehefek susunan saraf pusat, karena proses kelahiran bayi
dilakukan dengan bantuan tang (tangver-lossing).
3. Faktor yang dialami bayi sesudah lahir
Faktor ini dikarenakan pengalaman traumatic pada kepala, kepala bagian
dalam terluka karena kepala janin terpukul, atau mengalami serangan sinar
matahari (zonnestiek). Infeksi pada otak atau selaput otak, misalnya penyakit
cerebral meningitis, gabag, malaria tripoka, dypteria, dan lain-lain. Semua
penyebab tersebut di atas mengakibatkan pertumbuhan bayi sangat terganggu.
4. Faktor psikologis
Faktor ini antara lain oleh karena bayi ditinggalkan ibu, ayah, atau kedua
orang tuanya. Sebab lain ialah anak dititipkan pada suatu lembaga, seperti
rumah sakit, rumah yatim piatu, yaysan perawatan bayi, dan lain-lain, sehingga

4
mereka kurang sekali mndapat perawtan jasmaniah dan cinta kasih orang tua.
Anak-anak tersebut mengalami kehampaan psikis (innanitie psikis), kering dari
perasaan sehingga mengakibatkan kelambatan pertumbuhan pada semua fungsi
jasmaniah. Pertumbuhan fisik memang memengaruhi perkembangan
psikologis, demikian juga sebaliknya faktor psikologis dapat memengaruhi
pertumbuhan fisik.
Secara umum, konsep perkembangan dikemukakan oleh Werner (1957)
sebagai berikut : “perkembangan sejalan dengan prinsip orthogenetis, bahwa
perkembangan berlangsung dari keadaan global dan kurang berdiferensiasi
sampai ke keadaan dimana diferensiasi, artikulasi, dan integrasi meningkat
secara bertahap.” Proses diferensiasi itu diartikan sebagai prinsip totalitas pada
diri anak, bahwa dari penghayatan totalitas itu lambat laun bagian-bagiannya
menjadi semakin nyata dan bertambah jelas dalam kerangka keseluruhan.
Sejak bayi dilahirkan, ia telah mempunyai “gambaran total atau gambaran
lengkap” tentang dunia ini, hanya saja gambaran tersebut masih kabur dan
samar-samar. Terbawa oleh perkembangannya, gambaran total ynag samar-
samar tadi berangsur-angsur menjadi terang dan bagian-bagiannya bertambah
nyata, jelas dan strukturnya semakin lengkap. Timbullah kemudian kompleks
dan unsur-unsur, umpamanya unsure gerak, jarak, bentuk, struktur, warna dan
lain-lain. Namun semuanya merupakan bagian dari satu totalitas atau
keseluruhan dan mengandung sifat-sifat totalitas tersebut. Dalam hubungannya
dengan konsep perkembangan orthogenetik yang dikemukaan oleh Werner,
maka perubahan-perubahan kea rah terorganisasi dan terintegrasinya suatu
aspek menunjukan adanya kontinuitas. Perubahan-perubahan yang terjadi
berlangsung terus pada tahapan-tahapan perkembangan berikutnya dengan
cara-carayang sama. Apa yang ada pada perkembangan sebelumnya diteruskan
pada tahapan perkembangan berikutnya, sedangkan perubahan kea rah
diferensiasi yaitu timbulnya karakteristik baru yang berasal dari sesuatu yang
sebelumnya masih global disebut diskontinuitas.
Pada anak prasekolah dan taman kanak-kanak tampaknya ada
diskontinuitas, sedang pada kelompok umur yang lebih tinggi sampai dengan
mahasiswa menunjukkan kontinuitas.

5
Menurut Nagel (1957) perkembangan merupakan pengertian dimana
terdapat struktur yang terorganisasikan dan mempunyai fungsi-fungsi tertentu,
oleh karena itu, bilamana terjadi perubahan struktur baik dalam organisasi
maupun dalam bentuk, akan mengakibatkan perubahan fungsi.
Menurut (Schneirla) (1957) perkembangan adalah perubahan-perubahan
progresif dalam organisasi organism, dan organism ini dilihat sebagai sistem
fungsional dan adaptif sepanjan hidupnya. Perubahan-perubahan progresif ini
meliputi dua faktor yakni kematangan dan pengalaman.
Spiker (1966) mengemukakan dua macam pengertian yang harus dihubungkan
dengan perkembangan, yakni :
1. Ortogenetik, yang berhubungan dengan perkembangan sejak terbentuknya
individu yang baru dan seterusnya sampai dewasa.
2. Filogenetik, yakni perkembangan dari asal-usul manusia sampai sekarang
ini. Perkembangan perubahan fungsi sepanjang masa hidupnya
menyebabkan perubahan tingkah laku dan perubahan ini juga terjadi sejak
permulaan adanya manusia . Jadi perkembangan ortogenetik mengarah ke
suatu tujuan khusus sejalan dengan perkembangan evolusi yang mengarah
kepada kesempurnaan manusia.
Bijou dan Baer (1961) mengemukakan perkembangan psikologis
adalahperubahan progresif yang menunjukkan cara organism bertingkah laku dan
berinteraksi dengan lingkungan. Interaksi ynag dimaksud disini adalah apakah
suatu jawaban tingkah laku akan diperlihatkan atau tidak, tergantung pada
perangsang-perangsang yang ada di lingkungannya.
Libert, Paulus, dan Strauss (Singgih, 1990:31) mengemukakan bahwa
“perkembangan adalah proses perubahan dalam pertumbuhan pada suatu waktu
sebagai funsi kematangan dan interaksi dengan lingnkungan.” Istilah
perkembangan lebih dapat mencerminkan sifat-sifat yang khas mengenai gejala-
gejala psikologis yang menampak Perkembangan dapat juga dilukiskan sebagai
suatu proses yang kekal dan tetap yang menuju kea rah suatu organisasi pada
tingkat integrasi yang lebih tinggi, berdasarkan proses pertumbuhan, kematangan,
dan belajar (Monks, 1984:2).

6
Perubahan-perubahan meliputi beberapa aspek, baik fisik maupun psikis.
Perubahan tersebut dapat dibagi menjadi 4 kategori utama, yakni:
1. Perubahan dalam ukuran
Perubahan dapat berbentuk pertambahan ukuran panjang atau tinggi
maupun berat badan. Berat badan yang semula sekitar 3 kg ketika dilahirkan
menjadi 8-9 kg pada umur 6 bulan. Panjangnya bayi 50 cm ketika dilahirkan
menjadi 60 cm pada umur 1 tahun diikuti oleh organ-organ tubuh yang lain
yang mengalami perubahan ukuran, antara lain volume otak yang membawa
akibat terjadinya perubahan kemampuan.
Jumlah suku kata yang dikuasai pada mulanya sedikit atau terbatas,
semkain bertambah umur semakin bertambah banyak, sehingga pada umur
kurang dari 1.5 tahun anak sudah bisa mengucapkan rangkaian suku kata- suku
kata menjadi perkataan-perkataan yang mulai bermakna dan ada hubungannya
dengan objek tertentu.
Kemampuan mengenal objek-objek di lingkungannya bertambah sedikit
demi sedikit. Semua perubahan tersebut menunjukkan adanya perbedaan
kuantitatif yang bisa diukur.
2. Perubahan dalam perbandingan
Dilihat dari sudut fisik terjadi perubahan proporsional antara kepala,
anggota badan, dan anggota gerak. Misalnya perbandingan antara besarnya
kepala dengan anggota badannya, semkain bertambah umur semakin
bertambah besar. Sampai pada umur tertentu perbandingannya akan menetap,
yakni pada usia akhir belasan tahun.
Perubahan secara proporsional juga terjadi pada perkembangan mnetal.
Perbandingan antara yang tidak riil, yang khayal dengan hal ynag rasional
semakin lama semakin besar. Artinya anak-anak masih banyak mengkhayal
dan sedikit terdapat realita pada mereka, tetapi semakin lama akan semakin
berubah ke sebaliknya, yakni banyak realita dan sedikit berkhayal.
Dalam perkembangan sosial mereka juga sedikit demi sedikit berubah.
Dari bermain sendiri, bermain dengan saudara, bermain dengan anak-anak
tetangga, dan kemudian bermain dengan anak-anak lain yang ada di
lingkungan yang lebih luas.

7
3. Berubah untuk mengganti hal-hal yang lama
Pada bayi terdapat kelenjar buntu ynag disebut kelenjar thymus pada
daerah dada yang sedikit demi sedikit mengalami atrophy (penyusutan) dan
menghilang setelah dewasa. Pada bayi terdapat rambut-rambut bayi yang lama
kelamaan akan hilang.
Bahasa bayi ynag tidak jelas dan kadang-kadang berbicara cadel semakin
menghilang dan diganti dengan perkataan yang lebih jelas artinya. Kebiasaan
untuk merangkak kalau mengambil sesuatu akan menghilang sesuai dengan
meningkatnya kemampuan-kemampuan motorik dan berganti dengan jalan.
Dari sudut emosi terjadi perubahan-perubahan ke arah kemampuan menunda
emosi secara lebih cepat. Kebiasaan untuk melakukan sesuatu tanpa bisa
menahan diri dan menunda emosi sedikit demi sedikit akan menghilang.
Kebiasaan mengompol akan hilang dan anak akan mampu mengatur
persyaratan dan perototan yang berhubungan dengan penguasaan saluran dan
kantung seni. Pada anak-anak, gigi akan tanggal satu demi satu dan diganti
dengan gigi tetap.
4. Berubah untuk memperoleh hal-hal yang baru
Banyak hal yang baru diperolah selama perkembangan sesuai dengan
keadaan dan tingkatan/tahapan perkembangannya. Ketika dilahirkan, bayi
belum mempunyai gigi dan beberapa waktu kemudian (kalau sudah sampai
waktunya atau umurnya) gigi tersebut akan tumbuh. Dengan demikian, bayi
memperoleh atau menambah sesuatu yang baru yang sebelumnya belum ada
atau belum dimiliki. Menjelang usia remaja terjadi pertumbuhan bulu-bulu
ketiak, bulu-bulu sekitar alat kelamin, dan timbul kumis pada laki-laki akibat
mulai berfungsinya kelenjar-kelenjar kelamin. Tanda-tanda ini dikenal dengan
istilah tanda-tanda kelamin sekunder.
Dilihat dari segi mental, akan bertambah perbendaharaan kata dan
kekayaan bahasanya. Nilai dan norma moral semakin meningkat. Berbagai
pengetahuan akan diperoleh terutama dari lingkungan pendidikan formal.
Selama perkembanganhya manusia masih tetap menerima dan
memperoleh hal-hal yang baru, terutama yang berhubungan dengan kehidupan
psikis. Pada manusia terdapat kebutuhan untuk memperoleh dan mengetahui.

8
Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi akan menimbulkan kekecewaan dan
penderitaan secara psikis. Misalnya, kita merasa tidak enak jika memeperoleh
berita dalam koran dan majalah atau pengalaman lain yang baru. Akan tetapi,
jika berita yang diperolehnya tidak sesuai dengan seleranya juga dapat
menimbulkan kekecewaan. Baru pada usia selanjutnya, setelah anak itu masuk
sekolah, intensitas dan dorongan untuk memperoleh hal yang baru ini pada
umumnya mulai berkurang karena belajar disekolah pada hakikatnya
merupakan kegiatan untuk menegtahui dan memeproleh sesuatu yang baru
secara bertahap dan direncanakan. Sebagian besar kegiatan anak adalah untuk
memperoleh hal - hal baru sebagaimana dapat diliihat pada anak adalah untuk
memperoleh hal - hal baru sebagaimana dapat dilohat pada anak-anak yang
setiap hari harus ke sekolah dan setelah pulang sekolah masih harus belajar.
Disini terlihat bahwa proses perkembangan untuk memeproleh hal-hal baru itu,
sebagian besar dan untuk waktu yang relatif lama dalah mengenai kegiatan
yang berhubungan dengan kebutuhan mental.
Kehidupan psikis anak merupakan kegiatan yang naju, yang meningkat
seperti yang sering terlihat pada tingkah laku atau ulah seorang anak yang
mencampakkan alat permainan yang baru diberikan kepanya beberapa hari
baru. Pada anak itu timbul perasaan bosan alat permainan itu tidak menarik
lagi. Ia ingin alat permainan yang baru. Pada remaja sering terlihat sifat bosan
dan ingin selalu melakukan atau memperoleh yang baru, baik mengenai benda
maupun kegiatan yang berhubungan dengan kepuasan secara psikis. Mengikuti
mode merupakan perwujudan keinginan mengikuti dan memperoleh sesuatu
yang dianggap baru, sekalipun yang baru ini menjadi sangat relatif dan
merupakan fungsi dari perubahan waktu, bisa lama dan bisa cepat. Kebutuhan
untuk memperoleh dan mencari sesuatu yang baru merupakan dorongan yang
menjadi sebagian ciri kepribadiannya yang berbeda-beda pada setiap orang dan
pada setiap tingkatan tahapan perkembangannya.

2.2 Tugas-Tugas Perkembangan


Perkembangan merupakan suatu proses yang menggambarkan perilaku
kehidupan sosial psikologi manusia pada posisi yang harmonis di dalam

9
lingkungan masyarakat yang lebih luas dan kompleks. Oleh karena Havighurst,
perkembangan tersebut dinyatakan sebagai tugas yang harus dipelajari, dijalani,
dan dikuasai oleh setiap individu dalam perjalanan hidupnya atau dengan
perkataan lain perjalanan hidup manusia ditandai dengan berbagai tugas
perkembangan yang harus ditempuh. Tugas - tigas perkembangan tersebut oleh
Havighurst dikaitkan dengan fungsi belajar, karena pada hakikatnya
perkembangan kehidupan manusia dipandang sebagai upaya mempelajari norma
kehidupan dan budaya masyarakat agar mereka mampu melakukan penyesuaian
diri dengan baik dalam kehidupan nyata. Untuk memahami jenis tugas
perkembangan remaja perlu dipahami hal-hal yang harus dilakukan oleh orang
dewasa. Makna “dewasa” dapat diartikan dari berbagai segi, sehingga dikenal
istilah dewasa secara fisik, secara sosial, secara psikologis, dewasa menurut
hukum dan sebgaianya. Dewasa dapat diartikan dewasa dari beberapa segi, baik
dewasa dari segi fisk yang berarti orang itu telah siap untuk melaksanakan tiugas-
tugas reproduksi, dewasa dari segi hukum yang berarti seseorang telah harus
mempertanggungjawabkan segala perbuatnnyasesuai hukum yang berlaku. Oleh
karena itu, jenis tugas perkembangan remaja itu pada dasarnya mencakup segala
persiapan diri untuk memasuki jenjang dewasa, yang intinya bertolak dari tugas
perkembangan fisik dan tugas perkembangan sosio-psikologis. Havighurst
(Garison, 1956: 14-15) mengemukakan 10 jenis tugas perkembangan remaja
yaitu:
1. Mencapai hubungan dengan teman lawan jenisnya secara lebih memuaskan
dan matang
2. Mencapai perasaan seks dewasa yang diterima secara sosial
3. Menerima keadaan badannya dan menggunakannya secara efektif
4. Mencapai kebebasan emosional dari orang dewasa
5. Mencapai kebebasan ekonomi
6. Memilih dan menyiapkan suatu pekerjaan
7. Menyiapkan perkawinan dan kehidupan berkeluarga
8. Mengembangakan keterampilan dan konsep intelektual yang perlu bagi warga
negara yang kompeten

10
9. Mengimginkan dan mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara
sosial
10. Menggapai suatu perangkat nilai yang digunakan sebagai pedoman tingkah
laku

Tugas - tugas tersebut pada dasarnya (praktis) tidak dapat dipisahkan secara
pilah, karena remaja itu adalah pribadi yang utuh. Pada tugas perkembangan fisik
upaya untuk mengatasi permasalahn pertumbuhan yang “serba tak harmoni”
amatlah berat. Hal ini dapat bertambah sulit bagi remaja yang sejak masa anak-
anak telah memiliki konsep yang mengangungkan penampilan diri pada waktu
dewasa nanti. Oleh karena itu, tidak sedikit remaja bertingkah laku kurang baik
dan kurang tepat(sakah suai).
Dilain pihak, remaja telah mengantisipasi tugas-tugas dalam kehidupan
sosial. Bagi seorang pria, yakni merencanakan untuk menjadi seorang yang
bertanggung jawab bagi kehidupan keluarga, sehingga tugas mempersiapkan diri
untuk mampu manjadi manusia bertanggung jawab dalam arti menjadi pelindung
keluarga, baik segi keamanan maupun ketentraman jiwa wanita dan anak-anak
telah direncanakan. Bagi remaja wanita, naluri untuk menjadi wanita yang penuh
kasih sayang tetapi sekaligus menjadi wanita yang membutuhkan perlindungan,
telah pula mempeengaruhi upaya untuk mempersiapkan dirinya memasuki jenjang
kedewasaan.
Memasuki jenjang dewasa, telah terbayang berbagai hal yang harus dihadapi.
Bukan saja menghadapi hal-hal yang berkaitan dengan kebutuhan fisik, sosial, dan
ekonomi tetapi juga menghadapi tugas yang berkiatan dengan faktor psikologis
seperti pencapaian dan kepuasan, persaingan, kekecewaan dan perang batin yang
bisa terjadi karena perbedaan norma masyarakat dalam sistem kehidupan sosial
dan kata hati setiap individu.

2.3 Hukum-Hukum Pertumbuhan dan Perkembangan


Bagi setiap makhluk hidup, sejak kelahirannya dan dalam menjalani
kehidupan seterusnya terdapat dasar-dasar dan pola-pola kehidupan yang berlaku
umum sesuai dengan jenisnya. Pola kehidupan yang dimaksudkan bisa

11
dipergunakan sebagai patokan untuk mengenal ciir perkembangan anak-anak,
misalnya anak-anak di Amerika, anak-anak diasia dan juga bagi anak-anak di
Indonesia. Itu semua karena ciri dan sifatnya yang universal. Lingkungan dan
latar belakang kebudayaan masing-masing bangsa mempengaruhi pola
pertumbuhan dan petkembangan bangsa itu, dan demikian akan terjadi atau
terbentuk karakteristik-karakteristik yang menjadi pola khusus bangsa yang
bersangkutan. Diantar pola-pola khusus itu, dan bahkan anatara pribadi dengan
pribadi, juga terdapat perbedaan-perbedaan tertentu. Perbedaan tersebut akan
lebih jelas apabila dibandingkan secar keseluruhan pribadi bangsa-bangsa itu.
Berdasarkan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan itulah diperoleh
kecendrungan-kecendrungan umum dalam pertumbuhan dan perkembangan yang
selanjutnya dinamakan hukum-hukum pertumbuhan dan perkembangan. Hukum -
hukum perkembangan itu antara lain :
1. Hukum Cephalocoudal
Hukum ini berlaku pada pertumbuhan fisik yang menyatkan bahwa
pertumbuhan fisik dimulai dari kepala ke arah kaki. Bagian-bagian pada kepala
tumbuh lebih dahulu daripada bagian-bagian lain. Hal ini sudah terlihat pada
pertumbuhan pranatal, yaitu pada janin. Seorang bayi yang baru dilahirkan
mempunyai bagian-bagian dan alay-alat pada kepala yang lebih “matang” dari
pada bagian-bagian tubuh lainnya. Bayi bisa menggunakan mulut dan matanya
lebih cepat daripada anggota badan lainnya. Baik pada masa perkembangan
pranantal, neonatal, maupun anak-anak, proporsi bagian kepala dengan rangka
batang tubuhnya mula-mula kecil dan makin lama perbandingan ini makin besar.
2. Hukum Proximodistal
Hukum Proximodistal adalah hukum yang berlaku pada pertumbuhan fisik,
dan menurut hukum ini pertumbuhan fisik berpusat pada sumbu dan mengarah ke
tepi. Alat-alat tubuh yang terdapat dipusat seperti jantung, hati, dan alat-alat
pencernaan lebih dahulu berfungsi daripada anggota tubuh yang terdapt pada
daerah pusat itu lebih vital daripada misalnya anggota gerak seperti tangan dan
kaki. Anak masih bisa melangsungkan kehidupannya bila terjadi kelainan sedikit
saja pada jnatung atau ginjal bisa berakibat fatal.

12
Ditinjau dari sudut biologis, sudut anatomis, dan sudut ilmu faal masih
banyak lagi ketentuan yang berhubungan dengan pertumbuhan, struktur dan
fungsi, serta kefaalan anggota tubuh. Misalnya dalam hal kematangan, anggota-
anggota tubuh akan tumbuh, berkembang, dan berfungsi yang tidak sama antara
satu dengan lainnya. Contohnya terlihat pada kelenjar-kelenjar kelamin, yang baru
mulai berfungsi (matang) ketika anak memasuki masa remaja. Pada saat ini terjadi
perubahan besar pada bentuk tubuh yang bahkan juga mempengaruhi perubahan
pada kehidupan psikisnya.
3. Perkembangan Terjadi dari Umum ke Khusus
Pada setiap aspek terjadi proses perkembangan yang dimulai dari hal-hal
yang umum, kemudian secara sedikit demi sedikit meningkat ke hal-hal yang
khusus. Terjadi proses differensiasi seperti seperti dikemukakan oleh werner.
Anak lebih dahulu mampu menggerakkan lengan atas, lengan bawah, tepuk
tangan terlebih dahulu menggerakkan tubuhnya sebelum bisa memepergunakan
kedua tungkainya untuk menyangga batang tubuhnya, melangkahkan kaki dan
berjalan.
Dari sudut perkembangan kemmapuan juga terlihat penghalusan dari hal-hal
yang tadinya umum ke khusus. Seorang anak akan menyebutkan semua wanita
“mama”, sebelum ia mampu membedakan mana ibunya dan mana pengasuh atau
bibinya. Anak mengenalistilah binatang dan mengenal pohon mendahului
kemampuannya untuk membedakan mana yang tergolong anjing, kucing, ayam,
mengenal pohon pisang, pohon pepaya dan pohon mangga.
Dilihat dari segi perkembangan emosinya juga terjadi hal-hal yang sama.
Anak menangis bila mengalami hal-hal yang tidak enak, yang menyakitkan, yang
menyidihkan yang menjengkelkan dengan reaksi-reaksi yang sama. Ia akan
sedikit demi sedikit membedakan rangsangan tertentu dengan reaksi berlainan.
Anak memperlihatkan reaksi kemarahan terlebih dahulu, sebelum ia bisa
memperlihatkan emosi cemburu atau iri hati.
4. Perkembangan Berlangsung dalam Tahapan-Tahapan Perkembangan
Dalam perkembangan terjadi penahapan yang terbagi-bagi ke dalam masa-
masa perkembangan. Pada setiap masa perkembangan terdpat ciri-ciri
perkembangan yang berbeda antara ciri-ciri yang ada pada suatu masa

13
perkembangan dengan ciri-ciri yang ada pada masa perkembangan yang lain.
Sebenarnya ciri-ciri yang ada pada masa-masa perkembangan terdahulu dapat
diperlihatkan pada masa-masa perkembangan berikutnya, hanya dalam hal ini
terjadi dominasi pada ciri - ciri yang baru. Jadi, bila seseorang sudah mencapai
suatu tahap dalam perkembangannya, maka mungkin saja ia masih
memperlihatkan ciri ciri yang sebenarnya merupakan ciri - ciri masa - masa
perkembangan sebelumnya banyak diperlihatkan dalam perkembangan baru
berarti ia belum meningkatkan ke tahap perkembangan berikutnya.
Ada aspek - aspek tertentu yang tidak berkembang dan tidak meningkat lagi,
yang hal ini disebut fiksasi. Aspek intelek pada anak - anak tertentu yang memang
secara konstitusional terbatas, pada suatu saat akan relatif berhenti, tidak bisa atau
sulit berkembang ini biasanya juga merupakan masalah yang banyak banyak
dipersoalkan oleh para ahli ; pendapat mereka mengenai dasar-dasar penahapan
itu serta panjang masing-masing tahap juga bermacam-macam, yang umumnya
lebih bersifat teknis daripada konsepsional.
Contoh penahapan dalam perkembangan manusia itu antara lain meliputi :
masa pra-lahir, masa jabang bayi (0 - 2 minggu), masa bayi (2 minggu - 1 Tahun),
masa anak pra-sekolah (1 - 5 tahun), masa sekolah (6 - 12 tahun), masa remaja (13
- 21 tahun), masa dewasa (21 - 65 tahun), dan masa tua ( 65 tahun ke atas).
Hukum Tempo dan Ritme Perkembangan .Tahapan perkembangan berlangsung
secara berurutan, terus-menerus dan dalam tempo perkembangan yang relatif tetap
serta bisa berlaku umu. Justru perbedaan - perbedaan waktu yaitu cepat
Lambatnya sesuatu penahapan perkembangan terjadi, atau sesuatu masa
perkembangan dijalani, menampilkan adanya perbedaan-perbedaan individu.
Semakin lambat masa-masa perkembangan dibandingkan dengan norma-norma
umum yang berlaku semakin menunjukkan adanya tanda-tanda gangguan atau
hambatan dalam perkembangan. Adanya hubungan-hubungan antara satu aspek
dengan aspek lain juga akan terjadi hal yang sama, sebaliknya kalau tidak maka
ada factor-faktor khusus yang mempengaruhi perkembangan itu. Karna itu setiap
gejala baru dapat dijelaskan berdasarkan perkembangan sebelumnya.
Dalam praktek sering melihat dua hal sebagai petunjuk keterlambatan pada
keseluruhan perkembangan mental, yakni :

14
a) Jika perkembangan kemampuan fisiknya untuk berjalan jauh tertinggal dari
patokan umum, tampa ada sebab khusus pada fungsionalitas fisiknya yang
terganggu.
b) Jika perkembangan kemampuan berbicara sangat terlambat dibandingkan anak-
anak lain pada masa perkembangan yang sama. Seorang anak yang pada umur
empat tahun misalnya masih mengalami kesulitan berbicara, mengemukakan
sesuatu dan terbatas perbendaharaan kata, mudah diramalkan anak itu akan
mengalami kelambatan pada seluruh aspek perkembangannya.

Cepat-lambatnya sesuatu masa perkembangan dilalui dan seluruh


Perkembangan dicapai, selain berbeda antara perkembangan filogenetik dan
ontogenetic, juga menunjukkan perbedaan secara perorangan, meskipun tingkat
perbedaannya tidak terlalu besar. Cepat atau lambatnya suatu masa perkembangan
dilalui, menjadi ciri yang menetap sepanjang hidupnya. Bila mana tidak ada hal-
hal yang mempengaruhi proses perkembangan secara hebat, misalnya pengalaman
kecelakaan dan terjadinya trauma-trauma fisik hingga proses perkembangan
menjadi lebih lambat dan terhambat.
Ritme atau irama perkembangan akan semakin jelas tampak pada saat
kematangan fungsi fungsi. Pada saat itu terlihat adanya selingan antara cepat
lambatnya perkembangan, yang kurang lebih tetap/konstan sifatnya inilah yang
disebut sebagai irama perkembangan.
Setiap perkembangan tidak berlangsung secara melompat-lompat, akan
tetapi menurunkan suatu pola tertentu dengan tempo dan irama tertentu pula, yang
ditentukan oleh kekuatan-kekuatan dari dalam diri anak. Tidak banyak yang bias
dilakukan oleh seorang pendidik untuk mengubah ,mempercepa tatau
memperlambat tempo dan irama perkembangan tersebut.

2.4 Remaja: Karakteristik Pertumbuhan Dan Perkembangan


Untuk menghidari kesimpangsiuran dan kesalahpahaman dalam
penggunaan istilah, sebaliknya istilah remajadijelaskan terlebih dahulu. Istilah
asing yang sering dipakai untuk menunjukkan makna remaja, antara lain adalah
puberteit, adolescentia, dan youth. Dalam Bahasa Indonesia sering pula dikatakan
pubertas atau remaja. Istilah puberty (inggris) atau puberteit (belanda) berasal

15
dari Bahasa latin :pubertas yang berarti usai kedewasaan (the age of manhood).
Istilah ini sering berkaitan dengan kata latin lainnya pubescere yang berarti masa
pertumbuhan rambut didaerah tulang ‘’pusic’’ (diwilayah kemaluan). Penggunaan
istilah ini lebih terbatas dan menunjukkan mulai berkembang dan tercapainya
kematangan seksual. Pubescere dan puberty sering diartikan sebagai masa
tercapainya kematangan seksual ditinjau dari aspek biologisnya.
Istilah adoles centia berasal dari kata latin : Adulescentis. Dengan
adulecentia dimaksudkan masa muda. Adolescence menunjukan masa yang
tercepat antara usia 12-22 tahun dan mencakup seluruh perkembangan psikis yang
terjadi pada masa tersebut. Untuk menghindarkan kesalahpahaman dalam
pemakaian istilah pubertas adolescensia, akhir-akhir ini terlihat adanya
kecenderungan untuk memberikan arti yang sama pada keduanya. Hal ini
disebabkan sulitnya membedakan proses psikis pada masa pubertas dan mulainya
proses psikis adolescensia. Diindonesia baik istilah pubertas maupun adolescensia
dipakai dalam arti umum dengan istilah yang sama yaitu remaja.
Remaja itu sulit didefinisikan secara mutlak. Oleh karena itu, dicoba untuk
memahami remaja menurut berbagai sudut pandangan, antara lain menurut
hukum, perkembangan fisik, WHO, social psikologi, dan pengertian remaja
menurut pandangan masyarakat Indonesia.
1. Remaja Menurut Hukum.
Konsep tentang ‘’remaja’’ ,bukanlah berasal dari bidang hukum,
melainkan berasal dari bidang ilmu-ilmu social lainnya seperti antropologi,
sosiologi, psikologi, dan pedagogi. Kecuali itu, konsep ‘’remaja’’ juga merupakan
konsep yang relative baru, yang muncul kira-kira setelah industrialiasasi merata
dinegara-negara Eropa, Amerika serikat, dan negara-negara maju lainnya.
Masalah remaja baru menjadi pusat perhatian ilmu-ilmu social dalam 100 tahun
terakhir ini .
Dalam hubungan dengan hukum, tampaknya hanya undang-undang
perkawinan saja yang mengenal konsep ‘’remaja’’ walaupun tidak secara terbuka.
Usia minimal untuk suatu perkawinan menurut undang-undang disebutkan 16
tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk pria ( pasal 7 undang-undang No.1/1974
tentang perkawinan ). Walaupun undang-undang itu tidak menganggap mereka

16
yang diatas 16 tahun ( untuk wanita) dan diatas 19 tahun ( untuk pria ) sebagai
bukan anak-anak lagi, tetapi mereka juga belum dapat dianggap dewasa penuh,
sehingga masih diperlukan izin orang tua untuk mengawini mereka. Waktu antara
16 dan 19 tahun sampai 22 tahun ini disejajarkan dengan pengertian ‘’remaja’’
dan ilmu-ilmu sosial lain.
2. Remaja ditinjau dari sudut perkembangan fisik
Dalam ilmu kedokteran dan ilmu ilmu lain yang terkait, remaja dikenal
sebagai salah satu tahap perkembangan fisik di mana alat alat kelamin manuusia
mencapai kematangan. Secara anatomins berarti alat alaat kelamn khususnya dan
keadan tubuh pada umunya memperoleh bentuknya yang sempurna dan secara
faali alat alat kelamin tersebut sudah dapat berfungsi secara sempurna pula. Pada
akhir dari perkebangan fisik ini akan terjadi seorang pria yang berotot dan
berkumis yang menghasilkan beberapa ratus juta sel mani (spermatozoa) setiap
kali ia berejukalasi (memancarkan air mani), atau seorang wanita yang
berpayudara dan berpinggul besar setiap bulanya mengeluarkan sel telur dari
indung telurnya yang disebut mentruasi atau haid.
Masa pematangan fisik ini berjalan kurang ebih 2 tahun dan biasanya
dihitumg mulai mentruasi (haid) pertama pada anak wanita atau sejak anak pra
mengalami mimmpi basah (mengeluarkan air mani pada saat tidur) yang pertama.
Khusus berkaitan dengan kematangan seksual merangsang remaja untuk
memperoleh kepuasan seksual.Hal ini dapat menimbulkan gejala onani atau
masturbasi.Kartini kartono (1990:217) memandang gejala onami atau mentruasi
ini sebagai tindakan remaja yang negative, karena gejala ini merupakan usaha
untuk mendapatkan kepuasan seksual yang semu (penodaan diri). Hal ini terjadi
karena remaja telah menyadari bahwa tindakan seksual yang bertengtangan
dengan norma social dan hokum itu dilarang. Oleh karena itu, pencegahan
tindakan onami perlu dilakkan secara pedagogis.
Masa 2 tahun ini dinamakan masa purbetas. Pada usia beberapa persis
masa puber ini dimulaii sulit ditetapkan, oleh karena itu cepat lambatnya
mentruasi atau mimpi basah sangat tergantung pada kondisi tubuh masing masing
individu. Jadi sangat bervariasi.Ada anak wanita yang sudah mentruasi pada uasia
9 tahun, 10 tahun, da nada juga yang baru mentruasi pada umur 17 tahun.

17
Jika ditentukan titik aawal dari masa remaja sudah cukup silit.Menentukan
titik akhirnya lebih sulit lagi, karena remaja dalam arti luas jauh lebih besar
jangkauanya dari pada masa puber itu sendiri. Remaja yang berate tumbuh kea rah
kematangan baik secara fisik maupun kematangan social psikologis. Dalam
hubungan dengan kematangan social psikologis masih sulit mencari defines
remaja yang bersifat universal.
3. Batasan remaja menurut WHO
Remaja adalah suatu masa pertumbuhan dan perkembangan dimana :
1) Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukan tanda tanda
seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
2) Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari
kanak kanak menjadi dewasa
3) Terjadi peralihan dari ketergantungan social-ekonomi yang penuh kepada
keadaan yang relative lebih mandiri (muangman, yang dikutip oleh sarlito,
1991:9).
4. Remaja ditinjau dari factor social psikologis
Salah satu ciri remaja disamping tanda taanda seksualnya adalah :
“perkembangan psikologis dan pada identifikasi dari kanak kanak menjadi
dewasa”. Puncak perkembangan jiwa itu ditandai dengan adanya proses
perubahan dari konsis “entropy” ke kondisi “negen-tropy” (sarlito 1991:11).
Entropy adalah keadaan dimana kesadaran manusia masih belum tersusun
rapi.Walaupun isinya sudah banyak (pengetahuan, perasaan, dan sebagainya),
namun isi isi tersebut belum saling terkait dengan baik, sehingga belum berfungsi
secara maksima.Isi kesadaran masing saling bertengan, saling tidak berhubunggan
shiingga mengurasi kerjaanya dan menimbulkan pengalaman yang kurang
menyenangkan buat orang yang bersangkutan.
Selama masih remaj, kondisi entropy ini secara bertahap disusun,
diarahkan, distrukturkan kembali, sehingga lambat laun menjadi kondisi “negative
entropy” atau negentropy.Kondisi negontropy adalah keadaan dimana isi
kesadaran tersusun dengan baik, pengetahuan yang sutu terkait dengan perasaan
atau sikap. Orang dalam keadaan negontropy ini merasa dirinya sebagai kesatuan

18
yang utuh dan bias bertindak dengan tujuan yang jelas, ia tidak perlu dibimbing
lagi untuk bisa mempunyai tanggung jawab dan semangat kerja yang tinggi.
Friksi atau konfik konflik dalam diri remaja yang seringkali menimbulkan
msalah itu, bergantung sekali pada keadaan masyarakat dimana remaja yang
bersangkutan tinggal. Remaja yang tinggal dalam masyrakat yang menuntut
persyaratan yang berat untuk menjadi dewasa, akan menjalani masa remaja ini
dalam kurun waktu yang panjag. Biasanya hal ini terjadi alam masyrakat kelas
ekonomi menengah ke atas dan atau masyrakat yang menutut pendidikan setinggi
tingginya bagi anak anak.
Sebalinya dalam masyrakat primitive, perubahan funsi social ini tidak
dibiarkan bejalan berlama lama.Penelitian yang dilakukan oleh kitara (1984,
dalam sarlito, 1991:12) menemukan bahwa di kalangan suku suku primitive yang
banyak tabu seksualnya, cenderung dilaksanakan ritual pubertas yaitu upacara
pada saat anak menunjukan tanda tanda pubertas untuk menyatakan bahwa anaj
itu sudah dewasa.Dengan ritual tersebut anak tidak lagi meragukan identias dan
perawannya dalam masyarakat.Ia diperlakukan dan harus berlaku seperti orang
dewasa.
Penelitian lain dilakukan oleh antrapolog terkenal margeret mead (1950)
terhadap anak anak di samoa membuktikan bahwa anak anak samoa tidak
mengalami krisis remaja, oleh karena masyarakat samoa tidak membedakan anak
anak dari orang deasa. Dlam kehidupan seksual orang tua I samoa tidak
menambukan apa pun kepada anak anak mereka. Menurut ruth benedict
perkembangan jiwa pada masyrakat manoa merupakan satu kontinuitas
(kelanggengan), sedangkan dimasyrakat barat perkembangan jiwa dihadapkan
pada masyrakat yang memaksakan diskomtiunitas (perjengangan, pergantian
peran), sehingga dituntut kemampuan penyesuian diri pada remaja di masyrakat
bara lebih banyak daripada di masyarakat samoa.
5. Definisi remaja untuk masyarakat Indonesia
Menurut sarlito (1991), tdak ada profil remaja Indonesia yang seragam dan
berlaku secara nasional.Masalahnya adalah karena Indonesia terdiri dari berbagai
macam suku, adat dan tindakan social ekonomi, maupun pendidikan. Di
Indonesia, kita bias menjumpai masyrakat golongan atas sangat terdidik dan

19
menyerupai masyrakat di Negara Negara barat dan kita menjumpai masyrakat
semacam masyrakat di samoa.
Sebagai pedoman umum untuk remaja Indonesia dapat digunkan batas usia
11-24mtahun dan belum menikah. Pertimbangan pertimbangan nya adalah
sebagai berikut :
1) Usia 11 tahun adalah usia dimana pada umumnya tanda tanda seksual
sekunder mulai tampak (kriteria fisik).
2) Di banyak masyrakat Indonesia, usia 11 tahun sudah dianggap akil balik,
baik menurut adat maupun agama, sehingga masyrakat tidak lagi
memperlakukan mereka sebagai anak anak (kriteria social).
3) Pada usia tersebut mulai ada tanda tanda penyempurnaan perkembangan
jiwa seperti tercapainya identitas diri (ego identity) (erik erikson),
tercapainya fase genital dari perkembangan kognitif (piaget) maupun
moral (khohlberg).
4) Batas usia 24 tahun merupakan batas maksima, yaitu untuk memebri
peluang bagi mereka yang sampai batas usia tersebut masih bergantungan
diri pada orang lain, belum mempunya hak gak penuh sebagai orang deasa
(secara tradisi). Golongan ini cukup banyak terdapat di Indonesia,
terutama di kalangan masyrakat kelas menengah ke atas yang
mempersyaratkan berbagai hal (terutama pendidikan setinggi tingginya)
untuk mencapai kedewasaan tetapi dalam kenyataannya cukup banyak
pula orang yang mencapai kedewasaanya sebelum usia ini.
5) Status perkawinan sangat menentukan, Karena arti perkawinan masih
sangat penting dimasyrakat Indonesia secara menyeluruh. Seorang yang
sudah menikah pada usia berapa pun dianggap dan diperlakukan sebagai
orang dewasa penuh, baik secara hokum maupun dalam kehidupan
masyrakat dan keluarga.
Rentangan usia dalam masa remaja tampak ada berbagai pendapat, walaupun
tidak terjadi pertentangan. Bigoy, kohstam,dan palland mengemukakan bahwa
masa pubertas berada dalam usia antara 15-18 tahun, dan masa adolescence dalam
usia 18-21 tahum, menurur Hurlock (1964) rentangan usia remaja itu antara 13-21

20
tahun, yang dibagi pula dalam usia masa remaja awal 13 atau 14 sampai 17 tahun
dan temaja akhir 17 sampai 21 tahun.
Who menetapkan batas usia 19-20 tahun sebagai batasan usia remaja. WHO
menyatakan walaupun definisi di atas terutama didasarkan pada usia kesuburan
(fertilitas) wanita, batasan tersebut berlaku juga untuk remaja pria, dan WHO
membagi kurun usia dalam 2 bagian yaitu remaja awal 10-14 tahun dan remaja
akhir 15-20 tahun.
Perserikatan bangsa-bangsa sendiri menetapkan usia 15-24 tahun sebagai usia
pemuda (youth) dalam rangka keputusan mereka untuk Menetapkan tahun 1985
sebagai Tahun Pemuda Internasional. Di Indonesia, batasan remaja yang
mendekati batasan PBB tentang pemuda adalah kurun usia 14-24 tahun yang
dikemukakan dan digubakan dalam Sensus Penduduk 1980.
Mengingat saat mulainya masa remaja yang sangat dipengaruhi oleh
perbedaan-perbedaan perorangan, maka penentuan umur saja belum cukup untuk
mengetahui apakah suatutahap perkembangan baru telah atau belum mulai.
Penggolongan remaja yang semata-mata berdasarkan usia saja, tidak membedakan
remaja yang keadaan sosial psikologinya berlain-lainan.
Seorang remaja berada pada batas peralihan kehidupan anak dan dewasa.
Tubuhnya kelihatan sudah “dewasa”, akan tetapi bila diperlakukan seperti orang
dewasa ia gagal menunjukkan kedewasaannya. Pada remaja sering terlihat
adanya:
1. Kegelisahan: keadaan yang tidak tenang menguasai diri si remaja. Mereka
mempunyai banyak macam keinginan yang tidak selalu dapat terpenuhi. Di
satu pihak ingin mencari pengalaman, karena diperlukan untuk menambah
pengetahuan dan keluwesan dalam tingkah laku. Di pihak lain mereka merasa
diri belum mampu melakukan berbagai hal.
2. Pertentangan: pertentangan-pertentangan yang terjadi di dalam diri mereka
juga menimbulkan kebingungan baik bagi diri mereka maupun orang lain.
Pada umumnya timbul oerselisihan dan pertentangan pendapat dan
pandangan antara si remaja dan orang tus. Selanjutnya, pertentangan ini
menyebabkan timbulnya keinginan remaja yang hebat untuk melepaskan diri
darinorang tua. Akan tetapi, keinginan untuk melepaskan diri ini ditentang

21
lagi oleh keinginan memperoleh rasa aman di rumah. Mereka tidak berani
mengambil resiko dari tindakan meninggalkan lingkungan-lingkungan yang
aman diantara keluarganya. Tambahan pula keinginan melepaskan diri secara
ekonomis untuk tidak memperoleh lagi bantuan dari keluarga dalam hal
keungan.
3. Berkeinginan besar untuk mencoba segala hal yang belum diketahuinya.
Mereka ingin mencoba merokok secara sembunyi-sembunyi, seolah-olah
ingin membuktikan apa yang dilakukan orang dewasa dapat pila dilakukan
oleh si remaja. Remaja putri mulai bersolek menurut mode dengan kosmetik
terbaru. Keinginan mencoba pada remaja ini dapat berakibat negatif apabila
mereka diajak mencoba mengisap ganja, atau menyuntik morphin.
Malapetaka akan dialaminya sebagi akibat penyaluran yang tidak ada
manfaatnya. Dalam bidang seksual keinginan besar u tuk mendapatkan
kepuaan dilakukan dengan onani atau masturbasi. Dengan kata lain gejala
onani atau masturbasi itu merupakan penyaluran seksual yang semu. Hal ini
ada yang memandang biasa atau normal karena merupakan upaya untuk
menghilangkan ketegangan-ketegangan serta sekaligus merupakan upaya
menghindarri dari larangan norma sosial dan hukum.
4. Keinginan menjelajah ke alam sekitar yang lebih luas, misalnya melibatkan
diri dalam kegitan-kegiatan pramuka, kelompok atau himpunan pecinta alam
(HPA) dan sebagainya. Keinginan menjelajah dan menyelidiki ini dapat
disalurkan dengan baik kepada kegiatan yang bermanfaat.
5. Menghayal dan berfantasi: khayalan dan fantasi remaja banyak berkisar
mengenai prestasi dan tangga karier. Khayalan dan fantasi tidak selalu
bersifat negatif, dapat juga bersifat positif. Melalui khayalan dan fantasi yang
positif dan konstruktif banyak hal dan ide baru yang dapat diciptakan oleh
para remja.
6. Aktivitas berkelompok: kebanyakan remaja-remaja menemukan jalan keluar
dari kesulitan-kesulitannya dengan berkumpul melakukan kegiatan bersama,
mengadakan penjelajahan secara berkelompok. Keinginan berkelompok ini
tumbuh sedemikian besarnya dapat dikatakan merupakan ciri masa remaja.

22
2.5. Jenis-Jenis Kebutuhan dan Pemenuhannya
Sebagaimana telah diuraikan di depan, bahwa individu adalah pribadi yang
utuh dan kompleks. Kekomplekkan tersebut dikaitkan dengan kedudukannya
sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Oleh karenanya disamping
seseorang individu harus memahami dirinya sendiri, ia juga harus memahami
orang lain dan memahami kehidupan bersama di dalam masyarakat, memahami
lingkungan serta memahami pula bahwa ia adalah makhluk tuhan. Sebagai
makhluk psiko-fisik manusia memiliki kebutuhan-kbutuhan fisik dan psikologis,
dan sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, manusia mempunyai
kebutuhan individu dan kebutuhan sosial kemasyarakatan. Dengan demikian,
maka setiap individu tentu memiliki kebutuhan, karena ia tumbuh dan
berkembang untuk mencapai kondisi fisik dan sosial psikologis yang lebih
sempurna dalam kehidupannya.
Dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya menuju ke jenjang
kedewasaan, kebutuhan hidup seseorang mengalami perubahan-perubahan sejalan
dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya. Kebutuhan sosial psikologis
semakin banyak dibandingkan dengan kebutuhan fisik, karena pengalaman
kehidupan sosialnya semakin luas. Kebutuhan itu timbul disebabkan oleh
dorongan-dorongan (motif). Dorongan adalah keadaan dalam pribadi
Seseorang yang mendorongnya untuk melakukan suatu perbutan untuk
mencapai tujuan tertentu(Sumadi, 1971:70;Lefton, 1982:137). Dorongan dapat
berkembang karena kebutuhan psikologis atau karena tujuan-tujuan kehidupan
yang semakin kompleks. Lebih lanjut Lefton(1982) menyatakan bahwa kebutuhan
dapat muncul karena keadaan psikologis yang mengalami goncangan atau
ketidakseimbangan. Munculnya kebutuhan tersebut untyk mencapai
keseimbangan atau keharmonisan hidup.
Kebutuhan dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu kebutuhan
primer dan kebutuhan sekunder. Kebutuhan primer pada hakikatnya merupakan
kebutuhan biologis atau organik dan umumnya merupakan kebutuhan yang
didorong oleh motif asli. Contoh kebutuhan primer antara lain adalah: makan,
minum, bernapas, dan kehangatan tubuh. Pada tingkat remaja dan dewasa
kebutuhan primer ini dapat bertambah, yaitu kebutuhan seksual. Sedangkan

23
kebutuhan sekunder umumnya merupakan kebutuhan yang didorong oleh motif
yang dipelajari, seperti misalnya kebutuhan untuk mengejar pengetahuan,
kebutuhan untuk mengikuti pola hidup bermasyarakat, kebutuhan akan hiburan,
alat transportasi, dan semacamnya. Klasifikasi kebutuhan menjadi kebutuhan
primer dan kebutuhan sekunder sering digynakan, namun pengklasifikasian
semacam itu sering membingungkan. Oleh karena itu, Cole dan Bruce
(1959)(oxendine,1984:227) membedakan kebutuhan menjadi dua kelompok, yaitu
kebutuhan fisiologis dan kebutuhan psikologis. Pengelompokkan ini sejalan
dengan yang dikemukakan oleh Murray (1938) (Oxendine,1984:227) yang
diajukan dengan istilah yang berbeda yaitu kebutuhan viscerogenic dan kebutuhan
pshychogenic. Beberapa contoh kebutuhan-kebutuhan fisiologis adalah
makan,minum, istirahat, seksual, dan perlindungan diri. Sedangkan kelompok
kebutuhan psikologis, seperti yang dikemukakan Maslow (19430 mencakup
(i)kebutuhan untuk memiliki sesuatu, (ii)kebutuhan akan cinta dan kasih
sayang,(iii)kebutuhan akan keyakinan diri, dan (iv)kebutuhan aktualisasi diri.
Dalam perkembangan kehidupan yang semakin kompleks, pemisahan jenis
kebutuhan yang didorong oleh motif asli dan mtif-motif yang lain semakin sukar
dibedakan.
Dalam bidang kehidupan ekonomi, kebutuhan primer dikenal sebagai
kebutuhan pokok yang mencakup kebutuhan akan pangan, sandang dan papan.
Kebutuhan-kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan yang mendesak dan harus
segera dipenuhi, sedang kebutuhan kedua pemenuhannya dapat ditunda bilamana
perlu dan dilihat skala prioritasnya. Kebutuhan sosial psikologis seorang individu
terus mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan kondisi
kehidupannya yang semakin luas dan kompleks. Freud mengemukakan bahwa
sikap dan perilaku manusia didorong oleh faktor seksual 9dorongan seksual)
dengan yang teorinya dikenal dengan teori libido seksual. Pandangan
Freudtentang konsep diri juga dikaitkan dengan teori libido seksual ini. Ia
mengemukakan bahwa prinsip kenikmatan senantiasa mendasari perkembangan
sikap dan perilaku manusia, dan dengan prinsip itu ia menyatakan bahwa faktor
pendororng utama perilaku manusia dikaitkan dengan upaya untuk mencapai
kenikmatan dan kepuasan seksual. Namun Freud menjadi terkenal sehubungan

24
dengan pandangannya pada pokoknya menyatakan bahwa dalam perkembangan
manusia terjadi pertentangan antara kebutuhan insting pribadi dan tuntutan
masyarakat. Dalam pendekatannya terhadap pembentukan kepribadian, Freud
mengemukakan perlunya penyelesaian pertentangan tersebut dengan pendekatan
analisis psikologik, sehingga oleh karenanya teori Freud itu terkenal dengan teori
psikoanalisis.
Menurut teori Freud, struktur kepribadian seseoranga berunsurkan tiga
komponen utama, yaitu: id, ego dan superego. Ketiganya merupakan faktor-faktor
penting yang mendorong terbentuknya sikap dan perilaku manusia serta struktur
pribadi. Teori psikoanalisi Freud diawali dengan mengemukakan asumsi bahwa
dorongan utama yang pada hakikatnya berapa pada id, senantiasa akan muncul
pada setiap perilaku. Id dikenal sebagai insting pribadi dan merupakan dorongan
asli yang dibawa sejak lahir. Id merupakan sumber kekuatan insting pribadi yang
bekerja atas dasar prinsip kenikmatan yang pada proses berikutnya akan
memunculkan kebutuhan dan keinginan. Ego adalah komponen kepribadian yang
praktis dan rasional: berdasarkan egonya manusia mencari kepuasan atau
kenikmatan berdasarkan kenyataan. Jadi, ego adalah komponen pribadi yang
mewakili kenyataan(realita), berfungsi menghambat munculnya dorongan asli (id)
secara bebas dalam berbagai bentuk. Dengan demikian, tugas ego adalah
menyelaraskan pertentangan yang terjadi anatara id dan tutuntan sosial. Kadang-
kadang tugas ego mencegah id untuk muncul, tetapi pada umumnya ego
mendorong manusia nertindak berdasarkan id-nya. Atas dasra pandangan ini, teori
Freud tentang pembentukan pribadi dikenal sebagi conflict theory. Penyelesaian
pertentangan atau konflik antar adorongan pribadi dan tuntutan sosial ini
digunakan pendekatan analisi psikologis. Superego merupakan bagian dari konsep
diri, yang didalamnya terkandung kata hati yang bekerja sesuai dengan sistem
moral dan ideal.
Erik Erickson (dalam Buss, 1978:392-393) dalam menyelesaikan
pertentangan antara dorongan pribadi dan tuntutan sosial mengajukan pandangan
yang sekaligus merupakan revisi bagi teori Freud. Pendekatan yang digunakan
untuk menyelesaikan pertentangan itu yang dikemukakan Erickson lebih bersifat
sosial dan berorientasi kepada ego. Dakam hal ini Erickson lebih melihat

25
kepetingan sosial. Dengan revisi ini dimaksudkan agar kebutuhan-kebutuhan
dalam perkembangan manusia perlu lebih dilihat dari sisi kepentingan sosial.
Carl Rogers (1902) (dalam Buss, 1978:395) juga mengemukakan
pendekatan tentang perkembangan pribadi individu. Dinyatakan bahwa seseorang
individu pada hakikatnya mencoba mengekspresikan kemampuan, potensi, dan
bakatnya untuk mencapai tingkat perkembangan pribadi yang sempurna atau
mapan. Rogers menyatakan dalam teorinya bahwa manusia memiliki kebutuhan
untu mengaktualisasi diri. Apabila pengaktualisasian diri itu dapat diwujudkan,
maka hal itu merupakan pertanda bahwa individu itu telah mencapai tingkat
pertumbuhan pribadi yang semakin luas lingkupnya dan dengan demikian
manusia menjadi lebih bersikap sosial. Manusia dapat mengaktualisaskan diri
dengan baik apabila mereka telah mampu memperluas/mengembangkan konsep
dirinya.
1. Mengapa Manusia Berperilaku?
Untuk menjawab pertanyaan ini digunakan dua pendekatan, yaitu
pendekatan organismik (internal) dan pendekatan lingkungan (eksternal).
Pembicaraan tentang motif dan/atau motivasi merupakan bagian yang akan
ditinjai secara khusus dalam bagian ini, yang berarti uraian bagian ini
menitikberatkan bahwa motif itu merupakan faktor pendorong manusia bertingkah
laku. Perilaku didorong oleh motif. Hal ini tidak berarti bahwa kita
mengesampingkan faktor lingkungan, tetapi seperti kita ketahui bahwa motivasi
dan lingkungan pada dasarnya berinteraksi, dengan demikian persoalan
lingkungan akan dengan sendirinya tercakup di dalam uraian ini.
Banyak pendekatan untuk menganalisi dan mengklasifikasika kekuatan
diri dalam yang menghasilkan gejala yang dimaksud dengan tingkah laku.
Eksperimen-eksperimen psikologi cenderung untuk memilih pendekatan sistem
dalam menerangkan tingkah laku dari sisi dorongan, dimana dorongan diartikan
sebagai kekuatan/dorongan biologis dalam arti luas, seperti lapar, haus dan
dorongan seksual. Bagi guru atau pendidik perlu melihat motivasi yang tidak
semata-mata berasal dari faktor/dorongan biologis. Hal ini dikemukakan oleh para
psikolog yang telah meninjau perilaku manusia dari faktor dorongan atau
motivasi.

26
Beberapa psikolog, seperti Carl Rogers(1951), Arthus W, Combs dan
Snygg(1959) meyakini bahwa motif dasar manusia adalah “need for adequacy”,
yang mereka artikan sebagai suatu “great driving, striving, force in each of us by
which we are continually seeking to make ourselves ever more adequate to cope
with life” (Lindgren,198-:30). Kebutuhan akan keyakinan diri ini diekspresikan
melalui dua bentu perilaku, yaitu kebutuhan mempertahankan diri (maintenance)
dan mengembangkan diri (enhancement). Sejak lahir hingga meninggal,
kebutuhan manusia untuk mempertahankan dirinya agar tetap hidup merupakan
keutuhan dasar. Hal ini berarrti menempatkan fungsi organisme menjadi amata
penting artinya. Tetapi perlu dipahami bahwa kebutuhan untuk mempertahankan
diri itu sebenarnya bukan sekedar tertuju agar manusia tetap hidup, melainkan
kebutuhan-kebutuhan biologisnya yang lebih memadai atau untuk menjadi lebih
baik.
Lebih dari apa yang dialami oleh binatang, manusia mampu
mengantisipasi kejadian-kejadian masa depan, tidak hanya terbatas untuk
mempertahankan dirinya pada saat sekarang, tetapi juga bermaksud mengubah
diri dan lingkungannya agar pengembangan dirinya menjadi lebih baik di waktu-
waktu yang akan datang. Hal tersebut diartikan sebagai kebutuhan normatif dan
bukan semata-mata kebutuhan psikologis.
Kebutuhan psikologis muncul dalam kehidupan manusia, seperti apa yang
dialami setiap hari secara emosional, yaitu: senang, puas, susah, lega, kecewa, dan
semacamnya. Berhubung manusia hidup bersama didalam masyarakat, maka
mereka ingin mengatur dan mengikuti peraturan yang berlaku di dalam kehidupan
bermasyarakat, sekalipun kadang-kadang hal ini amat sukar. Untuk itu manusia
belajar memahami norma-norma atau sifat-sifat normatif, artinya perilaku
manusia diarahkan dan disesuaikan dengan kehidupan bermasyarakat. Dalam
dunia pendidikan ada kalanya berkembang norma-norma baru dan norma itu
segera diberlakukan di masyarakat. Oleh karena itu, dalam kehiduppan manusia
ini juga berkembang kebutuhan—kebutuhan normatif, yaitu kebutuhan yang
ditentukan dan sesuai dengan harapan-harapan pihak lain dan yang diterima oleh
dirinya, sekarang maupun yang akan datang.
2. Kebutuhan Dasar Manusia

27
Pada bayi atau pada kehidupan manusia kecil, perilakunya di dominasi
oleh kebutuhan-kebutuhan biologis yakni kebutuhan untuk mempertahankan diri.
Kebutuhan ini disebut deficiency need artinya kebutuhan untuk pertumbuhan dan
memang diperlukan untuk tetap hidup (survival). Kemudian, pada masa
kehidupan berikutnya, muncul kebutuhan untuk mengembangkan diri.
Berkembangnya kebutuhan ini karena pemgaruh faktor lngkungan dari faktor
belajar, seperti kebutuhan akan cinta kasih, kebutuhan untuk memiliki, kebutuhan
harga diri, kebutuhan akan kebebasan, kebutuhan untuk berhasil dan munculnya
kebutuhan untuk bersaing dengan yang lain.
Kebutuhan-kebutuhan sebelumnyaadalah kebutuhan untuk memiliki, baik
pemilikan itu berkaitan dengan lingkungan manusia maupun yang berkaitan
dengan kebendaan.dalam tingkat perkembangan tertentu seorang individu
berupaya memiliki teman sejawat, mendapatkan kasih sayang, dan memiliki
benda-benda yang disenanginya. Dengan munculnya kebutuhan tersebut berarti
didalam dirinya, dengan “yang lain” atau n’Aff. Sebagaimana dikatakan didepan
kebutuhan yang paling mendasar adalah kebutuhan yang berkaitan dengan
kepentingan jasmaniah atau organisme, baik yang berkaitan dengan usaha
mengembangkan diri, memeperoleh keamanan, maupun mempertahankan.
Remaja sebagai individu atau manusia pada umumnya juga mempunyai
kebutuhan dasar. Secara lengkap kebutuhan dasar orang individu dapat
digambarkan sebagai berikut ( Lindgren, 1980: 42).
1. Kebutuhan jasmaniah, termasuk keamanan dan pertahanan diri yaitu kebutuhan
yang terkait dengan pertahanan diri, khususnya pemeliharaan dan pertahanan
diri, bersifat individual.
2. Kebutuhan akan perhatian kasih sayang.

3. Kebutuhan untuk memiliki.

4. Kebutuhan akualisasi diri yaitu kebutuhan yang terkait langsung dengan


pengembangan diri yang relatif kompleks, abstrak, dan bersifat sosial.

Keempat macam kebutuhan tersebut bersifat hierarki,dari kebutuhan yang


bertingkat rendah, yaitu kebutuhan jasmaniah, sampai dengan kebutuhan yang
bertingkat tinggi, yaitu kebutuhan aktualisasi diri.

28
Hierarki kebutuhan diatas sejalan dengan teori kebutuhan yang
dikemukakan Maslow (Lefton, 1982: 171 ), yaitu

i. 1.kebutuhan aktualisasi diri


2.kebutuhan kognitif
3. kebutuhan penghargaan
4. kebutuhan cinta kasih
5. Kebutuhan keamanan
6. kebutuhan jasmaniah ( fisiologis )

Menurut lewis dan lewis ( 1993) kegiatan remaja atau manusia itu
didorong oleh berbagai kebutuhan, yaitu
a. kebutuhan jasmaniah
b. kebutuhan psikologis.
c. kebutuhan ekonomi.
d. kebutuhan sosial.
e. kebutuhan politik.
f. kebutuhan penghargaan, dan
g. kebutuhan aktualisasi diri.

2.6. Kebutuhan Remaja, Masalah, dan Konsekuensinya


Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju
masa dewasa. Hall (dalam Liebert dan kawan-kawan,1974:478) memandang
bahwa masa remaja ini sebagai masa “storm dan stres”. Ia menyatakan bahwa
selama masa remaja banyak masalah yang dihadapi karena remaja itu berupaya
menemukan jati dirinya (identitasnya) – kebutuhan aktualisasi diri. Usaha
penemuan jati diri remaja dilakukan dengan berbagai pendekatan, agar ia dapat
mengaktualisasi diri secara baik. Aktualisasi diri merupakan bentuk kebutuhan
untuk mewujudkan jati dirinya.
Beberapa jenis kebutuhan remaja dapat diklasifikasikan beberapa kelompok
kebutuhan, yaitu

29
a. kebutuhan organik, yaitu makan, minum, bernapas dan seks.
b. kebutuhan emosional, yaitu kebutuhan untuk mendapatkan simpati dan
pengakuan dari pihak lain, dikenal dengan n’Aff;
c. kebutuhan berprestasi atau need of achievement (yang dikenal dengan
n’Ach), yang berkembang karena didorong untuk mengembangkan potensi
yang dimiliki dan sekaligus menunjukkan kemampuan psikofisis; dan
d. kebutuhan untuk mempertahankan diri dan mengembangkan jenis.

Pertumbuhan fisik dan perkembangan sosial-psikologis dimasa remaja


pada dasarnya merupakan kelanjutan, yang dapat diartikan penyempurnaan,
proses pertumbuhan, dan perkembangan dari proses sebelumnya. Seperti halnay
pertumbuhan fisik yang ditandai dengan munculnya tanda- tanda kelamin
sekunder merupakan awal masa remaja sebagai indikator menuju tingkat
kematangan fungsi seksual seseorang. Sekalipun diakui bahwa kebutuhan dalam
pertumbuhan dan perkembangan remaja masih mencakup kebutuhan fisik dan
kebutuhan sosial psikologis yang lebih menonjol. Bahwa antara kebutuhan
keduanya saling terkait.
Di samping itu remaja membutuhkan pengakuan dan kemampuannya,
yang menurut Maslow kebutuhan ini disebut kebutuhan penghargaan. Remaja
membutuhkan penghargaan dan pengakuan bahwa ia (mereka) telah mampu bediri
sendiri, mampu melaksanakan tugas-tugas seperti yang dilakukan oleh orang
dewasa, dan dapat bertanggung jawab atas sikap dan perbuatan yang di
kerjakannya. Faktor non fisik ., yang secara integratif tergabung didalam faktor
sosial-psikologis dijiwai oleh tiga potensi dasar yang dimiliki manusia yaitu pikir,
rasa dan kehendak. Ketiganya secara potensial mendorong munculnya berbagai
kebutuhan. Remaja telah memahami berbagai aturan di dalam kehidupan
bermasyarakat, dan tentu saja ia (mereka) berupaya untuk mengikuti aturan-
aturan.
Masalah dan Konsekuensinya
Beberapa masalah yang dihadapi remaja sehubungan dengan kebutuhan-
kebutuhannnya dapat diuraikan sebagai berikut:

30
1. Upaya untuk dapay mengubah sikap dan perilaku kekanak-kanakan menjadi
sikap dan perilaku dewasa, tidak semuanya dapat dengan mudah dicapai baik
oleh remaja laki-laki maupun perempuan. Pada masa ini remaja menghadapi
tugas-tugas dalam perubahan sikap dan perilaku yang besar, sedang dilain
pihak harapan ditumpukan pada remaja muda untuk dapat meletakan dasar-
dasar bagi pembentukan sikap dan pola perilaku. Kegagalan dalam mengatasi
ketidakpuasan ini dapat mengkibatkan menurunnya harga diri, dan akibat lebih
lanjut dapat menjadikan remaja bersikap tidak percaya diri, pendiam atau
kurang harga diri.
2. Seringkali para remaja mengalami kesuliatn untuk menerima perubahan-
peruahan fisiknya. Hanya sedikit remaja yang merasa puas dengan tubuhnya.
Hal ini disebabkan pertumbuhan tubuhnya dirasa kurang serasi.
Ketidakserasian proporsi tubuh ini sering menimbulkan kejengkelan, karena ia
(mereka) sulit untuk mendapatkan pakaian yang pantas, juga hal itu tampak
pada gerakan atau perilaku yang kelihatannya wagu dan tidak pantas.
3. Perkembangan fungsi seks pada masa ini dapat menimbulkan kebingungan
remaja untuk memahaminya, sehingga sering terjadi salah tingkah dan perilaku
yang menentang norma. Pandangannya terhadap sebaya lain jrnis kelamin
dapat menimbulkan kesulitan dalam pergaulan. Bagi remaja laki-laki dapat
menyebabkan berperilaku yang “menentang norma” dan bagi remaja
perempuan akan berperilaku “mengurung diri” atau menjauhi pergaulan
dengan sebaya lain jenis. Apabila kematangan seksual itu tidak mendapatkan
arahan atau penyaluran yang tepat dapat berakibat negatif. Konsekuensi yang
diderita sering berbentuk pelarian yang bertentangan dengan norma susila atau
sosial seperti homoseksual, lari ke kehidupan “ hitam” atau melacur, dan
semacamnya. Bagi remaja pria secara berkelompok kadang-kadang mencoba
pergi bersama-sama ke lokasi “ berlampu merah “ atau lokasi WTS.
4) Dalam memasuki kehidupan bermasyarakat, remaja yang terlalu mendambakan
kemandirian, dalam arti menilai dirinya cukup mampu untuk mengatasi
problema kehidupan, kebanyakan akan menghadapi berbagai masalah,
terutama masalah penyesuaian emosional, seperti perilaku yang over acting, “
lancang” dan semacamnya. Kehidupan bernasyaraka banyak menuntut remaja

31
untuk banyak menyesuaikan diri, namun yang terjadi tidak semuanya selaras.
Dalam hal ini terjadi ketidakselarasan antara pola hidup masyarakat dan
perilaku yang menurut para remaja baik, hal ini dapat berakibatkan kejegkelan.
Remaja merasa selalu “disalahkan” dan akibatnya mereka frustasi dengan
tingkah lakunya sendiri.
5) Harapan-harapan untuk berdiri sendiri dan untuk hidup mandiri secara sosial
ekonomis akan berkaitan dengan berbagai masalah untuk menetapkan pilihan
jenis pekerjaan dan jenis pendidikan. Penyesuaian sosial merupakan salah satu
yang sangat suliy dihadapi oleh remaja. Mereka bukan saja harus menghdapi
satu arah kehidupan yaitu keragaman norma dalam kehidupan bersama dalam
masyarakat, tetapi juga norma baru dalam kehidupan sebaya remaja dan
kuatnya pengaruh kelompok sebaya.
6) Berbagai norma dan nilai yang berlaku di dalam hidup bermasyarakat
merupakan masalah tersediri bagi remaja; sedang di pihak remaja merasa
memiliki nilai dan norma kehidupannya yang dirasa lebih sesuai. Dalam hal ini
para remaja menghadapi perbedaan nilai dan norma kehidupan. Mengahadapi
perbedaan norma ini merupakan kesulitan tersendri bagi kehidupan remaja.
Seringkali perbedaan norma yang berlaku dan norma yang dianutnya
menimbulkan perilaku yang menyebabkan dirinya dikatakan “ nakal “.

Usaha-Usaha Pemenuhan Kebutuhan Remaja dan Implikasinya dalam


Penyelenggaran Pendidikan
Pemenuhan kebutuhan fisik atau organik merupakan tugas pokok.
Kebutuhan ini harus dipenuhi, karena hal ini merupakan kebutuhan untuk
mempertahankan kehidupannya agar tetap tegar (survival). Tidak berbeda dengan
pemenuhan kebutuhan serupa dimasa perkembangan sebelumnya, kebutuhan ini
sangat dipengaruhi oleh faktor ekonomi, terutama ekonomi keluarga. Akibat tidak
terpenuhinya kebutuhan fisik ini akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan
pribadi dan perkembangan psikososial seorang individu. Menghadapi kebutuhan
ini latihan kebersiha, hidup teratur dan sehat sangat perlu ditanamkan oleh orang
tua, sekolah, dan lingkungan masyarakat kepada anak-anak dan para remaja.
Realisasi hal ini di sekolah adalah pendidikan kesehatan, pendidikan jasmani, dan
pentingnya usaha kesehatan sekolah (UKS).

32
Khusus kebutuhan seksual, yang hal ini juga merupakan kebutuhan fisik
remaja, usaha pemenuhannya harus mendapat perhatian khusus dari orang tua,
terutama ibu. Sekalipin kebutuhan seksual merupakan bagian dari kebutuhan fisik,
namun hal ini menyangkut faktor lain untuk diperhatikan dalam pemenuhannya.
Pendidikan seksual di sekolah dan terutama di dalam keluarga harus mendapatkan
perhatian. Program bimbingan keluarga, dan bimbingan perkawinan dapat
dilakukan secara periodik oleh setiap organisasi ibu-ibu dan organisasi wanita
pada umumnya. Sekolah sekali-sekali perlu mendatangkan ahli atau dokter untuk
memberikan ceramah – penjelasan tentang masalah- masalah remaja, khususnya
masalah seksual.

2.7 Kasus Yang Dihadapi Remaja Saat Ini


1. Pergaulan Bebas
Pergaulan bebas adalah salah satu bentuk salah satu bentuk perilku
menyimpang yang mana “Bebas” yang dimaksud adalah melewati batas batas
norma ketimuran yang ada. Mesalah pergaulan bebas ini sering kita dengar baik
dilingkungan maupu dari media masa. Remaja adalah individu labil yang
emosionalnya sangat rentan pengetahuan yang minim dan ajakan teman yang
bergaul bebas membuat makin berkurangnya potensi generasi muda dalam
kemajuan zaman.
Pergaulan Bebas adalah salah satu kebutuhan hidup dari makluk sosial
yang dalam kesehariannya membutuhkan orang lain dan hubungan antar manusia
melalui suatu pergaulan ( interpersonal relationship). Pergaulan bebas identik
sekali dengan yang namanya “dugem” ( Dunia Gemerlap ), yang sudah menjadi
rahasia umum bahwa didalamnya marak sekali pemakaian Narkoba, ini identik
dsekali dengan sek bebas yang akhirnya berujung pada HIV /AIDS dan pastinya
setelah terkena Virus ini kehidupan remaja akan menjadi sangat timpang dari
segala segi. Pergaulan remaja saat ini menjadi sorotan utama, karena pada masa
sekarang pergaulan remaja sangat mengawatirkan dikarenakan perkembangan
arus remajanya pada saat ini sangant mengkhawatirkan bangsa karena ditangan
generasi mudalah bangsa ini akan dibawa, baik buruknya bangsa ini sangat
bergantung pada generasi muda.

33
2. Bullying
Permasalahan yang sering dihadapi para remaja salah satunya adalah
perilaku bullyingyaitu bentuk khusus perusakan yang dilakukan oleh teman
sejawat. Bullying merupakan masalah sosial dikalangan anak-anak sekolah.
Hampir setiap anak pernah diperlakukan tidak baik oleh anak yang lebih tua atau
lebih kuat (Krahe, 2005). Dominannya perilaku bullying seringkali terjadi secara
sembunyi-sembunyi (covert)dan seringkali kebanyakan dari korban tidak lapor
sehingga kurang ditindaklanjuti (Glew, Rivara, dan Feudtner, 2000). Seperti yang
terjadi saat ini banyak remaja yang melakukan kenakalan. Data Komisi
Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat sedikitnya 1850 kasus kekerasan
(bullying)yang terjadi baik dilingkungan sekolah maupun di luar sekolah.
sedangkan data dari klaster (pengelompokan kasus) dalam lingkungan pendidikan
dari KPAI untuk anak pelaku tawuran pelajar tercatat, pada 2011 terdapat 64
kasus, 2012 ada 82 kasus, 2013 ada 71 kasus, 2014 terdapat 46 kasus, dan 2015
terdapat 62 kasus. Untuk anak pelaku kekerasan di sekolah yang terdata KPAI,
pada 2011 ada 48 kasus, 2012 ada 66 kasus, 2013 terdapat 63 kasus, 2014 ada 67
kasus, dan 2015 sampai saat ini baru 39 kasus. Dari data tersebut menunjukan
kekerasan antar pelajar tak dapat dipungkiri meskipun naik turun kuantitasnya
namun tetap ada yang melakukan tindakan kekerasan.Hal tersebut karenaremaja
mengalami pengalaman yang kurang menyenangkan sehingga menghasilkan
emosi yang negatif berupa adu fisik. (Antaranews.com, 2012). Remaja mengalami
berbagai macam perubahan pada dirinya, seperti perubahan fisik, psikologis dan
sosial. Ketiga macam perubahan ini saling terkait dan mempengaruhi satu sama
lain.selain itu proses perkembangan, perubahan dan peralihan yang dialami remaja
menimbulkan kegamangan dan kebingungan pada diri remaja (Ekawati, 2012).
Kegamangan dan kebingungan ini dapat berdampak pada naik turunnya emosi
yang dialami oleh remaja. Naik turunnya emosi membawa dampak pada afek
positif dan negatif yang dirasakan remaja, sehingga dapat berpengaruh pada
tingkat subjective well-being mereka. Kondisi lingkungan yang tidak
menyenangkan atau menyenangkan dapat berpengaruh pada subjective
wellbeingsesorang diantaranya mempengaruhi mood, kesehatan dan penyakit
(Diener & Chan, 2011). Subjective well-being pada korban bullyingditunjukkan

34
dengan kemampuan untuk mengelola perasaan yang kurang atau bahkan tidak
menyenangkan menjadi perasaan yang menyenangkan, menjadikan suatu masalah
yang ada dalam dirinya sebagai suatu proses hidup yang harus dijalani, dan
berusaha untuk tetap optimis dalam menghadapi masalahnya.sebab pada pelaku
bullying biasanya mereka melakukan itu disebabkan karna broken home,dendam
karna pernah dibully.sementara pada korban bullying akan merasa rendah
diri,takut,dendam dan lain-lain.

35
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulam
Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses
pematangan fungsi-fungsi yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat,
dalam perjalanan waktu tertentu. Pertumbuhan fisik dipengaruhi oleh berbagai
faktor, antara lain faktor nutrisi yang terasa pengaruhnya sejak bayi sebelum lahir
dan sesudah lahir, faktor perawatan yang menynagkut perawatan fisik maupun
psikis seperti kasih sayang atau cinta kasih.
Perkembangan merupakan proses perubahan dalam pertumbuhan pada
suatu waktu sebagai fungsi kematangan dan interaksi dengan lingkungannya.
Dengan kata lain, perkembangan merupakan perubahan fungsional yang
dipengaruhi oleh pencapaian tingkat kematangan fisik. Proses pertumbuhan pada
saatnya akan mencapai tingkat kematangan dan dengan demikian akan
berpengaruhi terhadap perkembangan sosio-psikologis, seperti kemampuan
berpikir, kemampuan berbahasa, kemampuan bersosialisasi dan kemampuan
mengendalikan emosi.
Semua proses pertumbuhan dan perkembangan akan berjalan dengan
irama dan ritme yang teratur,sehingga dapat di defintifikasi menurut dan
mengikuti hukum-hukum pertumbuhan dan perkembangan yang dapat dipercaya
( maton).
Hukum pertumbuhan antara lain adalah hukum cepphalocoudal yang
artinya pertumbuhan fisik yang dimulai dari kepala ke arah kaki dan hukum
proximodistal yang artinya pertumbuhan fisik berpusat pada sumbu dan mengarah
ke tepi.
Masa remaja adalah masa khusus,penuh gejolak karena pada pertumbuhan
fisik terjadi ketidakseimbangan. Hal ini akan mempengaruhi perkembangan
berfikir,bahasa,emosi,dan sosial anak.

36

Anda mungkin juga menyukai