Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

MASALAH KESEHATAN JIWA PADA REMAJA

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah “Keperawatan Jiwa”

Disusun oleh :

1. Eva Adi Ridwana


2. Ai Siti
3. Iyan
4. Gungun Heri Setiawan

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
TASIKMALAYA
2017
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang


telah melimpahkan rahmat dan segala bentuk kenikmatan-Nya kepada kita semua
sehingga penulisan ini dapat terselesaikan sesuai dengan waktu yang diharapkan.
Dan tak lupa pula penulis mengirimkan salam dan shalawat atas junjungan kita
Nabiullah Muhammad SAW. Sebagai rahmatan lil‟alamin.
 Penulisan makalah ini merupakan bentuk kewajiban dan penyempurnaan
nilai terhadap kami selaku mahasiswa di Universitas Muhammadiyah
Tasikmalaya dan pengembangan ilmu keperawatan melalui mata kuliah
Keperawatan Jiwa, tentang “Masalah Kesehatan Jiwa Pada Remaja” ini kami tulis
dan kami susun dengan segenap keikhlasan yang kami kumpulkan disela - sela
waktu yang sangat sempit. Dan ucapan terima kasih kepada Dosen mata kuliah
Keperawatan Jiwa, kami yang telah memberikan banyak arahan dan bimbingan
kepada kami dalam penyusunan makalah ini.
Penyusunan makalah ini belum sempurna, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun.

Tasikmalaya, Desember 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................... 1
B. Tujuan Penulisan .......................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian ...................................................................... 3
B. Perkembangan Remaja................................................... 3
C. Pengaruh Lingkungan Terhadap Perkembangan Jiwa
Remaja............................................................................ 8
D. Masalah Kesehatan Jiwa Remaja................................... 10
E. Penatalaksanaan Ganguan Jiwa Remaja........................ 11
F. Asuhan Keperawatan Jiwa pada Remaja ...................... 12
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan..................................................................... 18
B. Saran .............................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanak –
kanak dan masa dewasa, berlangsung antara usia 10 – 19 tahun. Masa remaja
terdiri dari remaja awal ( 10 – 14 tahun ), masa remaja pertengahan ( 14- 17
tahun) dan masa remaja akhir (17 – 19 tahun). Pada masa remaja terjadi
banyak perubahan baik biologis, psikologis maupun sosial.
Seorang remaja tidak lagi dapat disebut sebagai anak kecil, tetapi
belum juga dapat dianggap sebagai orang dewasa. Disatu sisi ia ingin bebas
dan mandiri, lepas dari pengaruh orang tua tetapi disisi lain pada dasarnya
tetap membutuhkan bantuan, dukngan dan perlindungan orang tuanya. Orang
tua sering tidak mengetahui atau memahami perubahan yang terjadi sehingga
tidak menyadari bahwa mereka telah tumbuh menjadi seorang remaja, bukan
lagi anak yang selalu dibantu.Orang tua menjadi bingung menghadapi labilitas
emosi dan perilaku remaja sehingga akan terjadi konflik diantara keduanya.
Konflik yang terjadi antara orang tua dan remaja apabila tidak
terselesaikan akan berdampak negatif terhadap diri remaja sendiri ataupun
hubungan antara remaja dan orang tuanya. Kondisi seperti ini bila ridak segera
diatasi dapat berlanjut sampai dewasa dan dapat berkembang kearah yang
lebih negatif. Antara lain dapat timbul masalah maupun gangguan kejiwaan
dari ringan sampai berat. Apabila pada kenyataannya perhatian masyarakat
lebih terfokus pada upaya meningkatkan kesehatan fisik semata dan kurang
memperhatikan faktor non fisik (intelektual, mental emosional dan
psikososial) padahal faktor- faktor tersebut merupakan penentudalam
keberhasilan seorang remaja dikemudian hari.

1
Faktor non fisik yang berpengaruh pada remaja adalah lingkungan,
yang meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, serta lingkungan
masyarakat sekitarnya. Oleh karena itu orang tua atau orang yang
berhubungan dengan remaja perlu mengetahui ciri perkembangan jiwa remaja,
pengaruh lingkungan terhadap perkembangan jiwa remaja serta masalah
maupun gangguan jiwa remaja. Pengetahuan tersebut dapat membantu
mendeteksi secara dini bila terjadi perubahan yang menjurus kepada hal
negatif. Masalah kesehatan jiwa terjadi pada 15 -22 % anak-anak dan remaja,
namun yang mendapatkan pengobatan jumlahnya kurang dari 20 %. Diagnosa
gangguan jiwa pada anak- anak dan remaja adalah perilaku yang tidak sesuai
dengan tingkat usianya, menyimpang bila dibandingkan dengan norma budaya
yang mengakibatkan kurangnya atau terganggunya fungsi adaptasi
(Kusumawati, F, 2010).
Dasar memahami gangguan jiwa yang terjadi pada remaja adalah
dengan menggunakan teori perkembangan. Penyimpangan dari norma
perkembangan merupakan tanda adanya suatu masalah.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian kesehatan jiwa dan gangguan jiwa
2. Untuk mengetahui perkembangan remaja
3. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan terhadap perkembangan jiwa
remaja
4. Untuk mengetahui masalah kesehatan jiwa remaja
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan ganguan jiwa remaja
6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan jiwa pada remaja

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
1. Kesehatan jiwa
Kesehatan jiwa adalah suatu bagian yang tidak terpisahkan dari
kesehatan atau bagian integral dan merupakan unsur utama dalam
menunjang terwujudnya kualitas hidup manusia yang utuh. Menurut Keliat
(2007) kesehatan jiwa adalah suatu kondisi mental sejahtra yang
memungkinkan hidup harmonis dan pruduktif sebagai bagian yang utuh
dari kualitas hidup seseorang, dengan memperhatikan suatu segi
kehidupan manusia.
2. Gangguan Jiwa
Menurut Keliat (2007) gangguan jiwa adalah sindrom atau pola
prilaku yang secara klinis bermakna yang berkaitan langsung dengan
distress(penderitaan) dan menimbulkan hendaya (disabilitas) pada satu
atau lebih fungsi kehidupan kehidupan manusia

B. Perkembangan Remaja
1. Perkembangan Fisik
Perubahan – perubahan fisik merupakan gejala primer dalam
pertumbuhan masa remaja yang berdampak terhadap perubahan-
perubahan psikologis.
Anak Perempuan
Perkembangan fisik anak perempuan mulai berkembang pada usia
10,5 tahun dan paling cepat pada usia 12 tahun.Perkembangan fisik pada
anak perempuan meliputi : 1) pertumbuhan fisik yang pesat ( usia 10 – 11
tahun ); 2) pertumbuhan payudara ( 10 – 11 tahun ); 3) tumbuhnya rambut
pubis (10 – 11 tahun ), dan rambut ketiak ( 12 – 13 tahun ); 4) pengeluaran

3
sekret vagina ( 10 – 13 tahun ); 5) produksi kelenjar keringat ( 12-13
tahun); 6) menstruasi ( 11 – 14 tahun ). Perkembangan fisik pada anak
perempuan nampaknya tidak sejalan dengan pematangan psikologisnya.
Payudara yang tumbuh lebih dini seringkali menimbulkan rasa malu
karena sudah diperlakukan sebagai orang dewasa padahal remaja ini belum
siap untuk menghadapinya.

Anak Laki – Laki


Perkembangan fisik pada anak laki- laki 2 tahun lebih lambat
mulainya,namun akhirnya anak laki- laki bertambah 12 – 15 cm dalam 1
tahun hingga pada usia 13 sampai menjelang 14 tahun. Perkembangan
fisik pada anak laki-laki meliputi: 1) pertumbuhan fisik yang pesat (12-13
tahun); 2) pertumbuhan testis dan skrotum (11-12 tahun); 3)
perkembangan penis (12-13tahun); 4) terjadi ejakulasi (13-14 tahun); 5)
pertumbuhan rambut pubis (11-12tahun),rambut ketiak dan badan (13-
15tahun ), kumis,cambang, jenggot ( 13-15 tahun); 6) perkembangan
kelenjar keringat ketiak (13 – 15 tahun ); 7) suara pecah dan membesar
(14-15 tahun ).
Perkembangan fisik pada anak perempuan maupun laki-laki yang
begitu cepat dan drastis pada usia 11 samapai 16 tahun membutuhkan
waktu beberapa saat untuk dapat beradaptasi dengan keadaan tersebut.

2. Perkembangan Psikososial
Perkembangan psikososial pada remaja menurut Erikson adalah
identitas dan kebingungan peran yang terjadi pada usia 12-20 tahun.
Pembentukan identitas selama masa remaja merupakan tugas utama dalam
perkembangan kepribadian yang diharapkan tercapai pada masa remaja
akhir.Selama masa remaja ini kesadaran akan identitas menjadi lebih kuat
karena itu ia berusaha mencari identitas dan mendefinisikan kembali
“siapakah”ia saat ini dan akan menjadi “siapakah” atau menjadi “apakah”

4
ia dimasa mendatang.Perkembangan identitas selama masa remaja ini juga
sangat penting karena ia memberikan suatu landasan bagi perkembangan
psikososial dan relasi interpersonalpada masa dewasa.
Tahap perkembangan identitas(Desmita, 2005) meliputi: 1) tahap
diferensiasi (12-14 tahun ) karakteristik tahap ini adalah remaja menyadari
bahawa ia berbeda secara psikologis dari orang tuanya.Kesadaran ini
sering membuatnya mempertanyakan dan menolak nilai- nilai dan nasehat
orang tuanya, sekalipun nilai dan nasehat tersebut masuk akal; 2) tahap
praktis (14 – 15 tahun) arakteristik tahap ini adalah remaja percaya bahwa
ia mengetahui segala-galanya dan dapat melakukan sesuatu tanpa salah. Ia
menyangkal kebutuhan akan peringatan atau nasehat dan menantang
orangtuanya pada setiap kesempatan. Komitmennya terhadap teman-teman
juga bertambah; 3) tahap penyesuaian (15-18 tahun) . Karakteristik tahap
ini adalah karena kesedihan dan kekhawatiran yang dialaminya
mendorong remaja untuk menerima kembali sebagian otoritas orang
tuanya tetapi dengan syarat. Tingkah lakunya sering silih berganti antara
eksperimentasi dan penyesuaian, kadang mereka menantang dan kadang
berdamai dan bekerjasama dengan orang tua mereka. Disatu sisi ia
menerima tanggung jawab di sekitar rumah namun disisi lain ia akan
mendongkol ketika orang tuanya selalu mengontrol, membatasi gerak
gerik dan aktifitasnya diluar rumah.; 4) tahap konsolidasi (18-21 tahun).
Karakteristik pada tahap ini adalah remaja mengembangkan kesadaran
akan identitas personal yang menjadi dasar pemahaman dirinya dan orang
lainserta untuk mempertahankan otonomi, independen dan invidualitas.
Selama masa ini remaja mulai memiliki suatu perasaan tentang
identitasnya sendiri, suatu perasaan bahwa dia adalah manusia yang unik
dengan sifat-sifat yang melekat pada dirinya, seperti kesukaan dan
ketidaksukaan, tujuan yang ingin dicapai pada masa mendatang, kekuatan
dan hasrat untuk mengontrol kehidupannya sendiri.ini merupakan saat
yang sulit bagi remaja karena masa peralihan dari masa kanak-kanak ke

5
masa dewasa di satu pihak dan kepekaaan terhadap perubahan sosial dan
historis dipihak lain sehingga seorang remaja merasakan penderitaan
paling dalamdibandingkan dengan masa-masa lain akibat kekacauan
peranan atau kekacauan identitas (identity confusion). Kondisi ini
menyebabkan remaja merasa terisolasi, hampa, cemas, dan
bimbang.Remaja juga menjadi mudah tersinggung dan merasa
malu.Selama masa ini tingkah laku remaja tidak konsisten dan tidak dapat
diprediksi kadang tertutup terhadap siapapun karena takut ditolak atau
dikecewakan namun pada saat lain mungkin ingin jadi pengikut atau
pecinta dengan tidak memperdulikan konsekwensi – konsekwensi dari
komitmennya (Davdson G C, 2006).
Remaja yang berhasil mencapai suatu identitas diri yang stabil
akan memperoleh suatu pandangan yang jelas tentang dirinya, memahami
perbedaan dan persamaannya dengan orang lain, menyadari kelebihan dan
kekurangan dirinya, penuh percaya diri, tanggap terhadap berbagai situasi,
mampu mengambil keputusan penting, mampu mengantisipasi tantangan
masa depan serta mengenal perannya dimasyarakat (Desmita, 2005)
a. Perkembangan Psikososial Remaja Awal ( 10 – 14 Tahun )
Perkembangan psikososial remaja awal diantaranya: 1)
cemas terhadap penampilan badan / fisik; 2) perubahan hormonal; 3)
menyatakan kebebasan dan merasa sebagai seorang individu, tidak
hanya sebagai anggota keluarga; 4) perilaku memberontak dan
melawan; 5) kawan menjadi lebih penting; 6) perasaan memiliki
terhadap teman sebaya, anak laki-laki membentuk gang, kelompok,
anak perempuan mempunyai sahabat; 7) sangat menuntut keadilan
tapi cenderung melihat sesuatu sebagai hitam putih serta dari sisi
pandang mereka sendiri.

6
Dampak terhadap anak diantaranya: 1) kesadaran diri
meningkat (self consciousness ); 2) menjadi pemarah, anak laki-laki
yang tadinya baik dapat menjadi agresif; 3) bereksperimen dengan
cara berpakaian, berbicara dan cara penampilan diri sebagai suatu
usaha untuk mendapatkan identitas baru; 4) kasar dan menuntut
memperoleh kebebasan; 5) ingin tampak sama dengan teman dalam
cara berpakaian, gaya rambut, mendengarkan musik; 6) pengaruh
teman menjadi sangat besar, remaja tidak mau berbeda dengan dari
teman sebaya; 7) tampak tidak toleransi dan sulit berkompromi,
timbul iri hati dengan saudara kandung.
b. Perkembangan Psikososial Remaja Pertengahan (15-16 Tahun )
Perkembangan psikososial remaja awal diantaranya: 1) lebih
mampu berkompromi; 2) belajar berfikir secara independen dan
membuat keputusan sendiri; 3) terus menerus bereksperimen untuk
mendapatkan citra diri yang dirasakan nyaman bagi mereka; 4)
merasa perlu mengumpulkan pengalaman baru, mengujinya
walaupun beresiko; 5) tidak lagi terfokus pada diri sendiri; 6)
membangun norma/nilai dan mengembangkan realitas; 7)
membutuhkan lebih banyak teman dan rasa setia kawan; 8) mulai
membina hubungan lawan jenis; 9) intelektual lebih berkembang
dan ingin tahu banyak hal,berfikir abstrak; 10) berkembangnya
ketrampilan intelektual khusus; 11) mengembangkan minat yang
besar terhadap bidang seni dan olah raga; 12) senang
berpetualang,ingin bepergian sendiri.
Dampak terhadap anak diantaranya: 1) lebih tenang, sabar
dan lebih toleransi. dapat menerima pendapat orang lain meskipun
berbeda dengan pendapatnya sendiri; 2) menolak campur tangan
orang tua; 3) baju, gaya rambut , sikap dan pendapat mereka sering
berubah-ubah; 4) mulai bereksperiman dengan rokok , alkohol dan
napza; 5) lebih bersosialisasi dan tidak lagi pemalu; 6)

7
mempertanyakan nilai , norma yang diterima dari keluarga; 7)
menghabiskan waktu lebih banyak dengan teman, mulai pacaran; 8)
mulai mempertanyakan sesuatu yang sebelumnya tidak berkesan.
ingin mengikuti debat dan diskusi; 9) mungkin mengabaikan
pelajaran sekolah karena adanya minat yang baru. perkembangan
psikososial remaja akhir ( 17-19 tahun ) diantaranya: 1) ideal; 2)
terlibat dalam kehidupan, pekerjaan dan hubungan diluar keluarga;
3) harus belajar untuk mencapaikemandirian baik dalam bidang
finansial maupun emosional; 4) lebih mampu membuat hubungan
yang stabil dengan lawan jenis; 5) merasa sebagai orang dewasa
yang setara dengan anggota keluarga lainnya; 6) hampir siap untuk
menjadi arang dewasa yang mandiri.
Dampak terhadap anak diantaranya: 1) cenderung
menggeluti masalah sosial politik, nilai– nilai agama; 2) mulai
belajar mengatasi stress yang dihadapinya; 3) kecemasan dan
ketidakpastian masa depan dapat merusak harga diri remaja; 4)
mempunyai pasangan yang lebih serius; 5) cenderung merasa
pengalamannya berbeda dengan orang tua

C. Pengaruh Lingkungan Terhadap Perkembangan Jiwa Remaja


1. Lingkungan Keluarga
Pola Asuh Keluarga
Proses sosialisasi sangat dipengaruhi oleh pola asuh dalam keluarga (1)
pola asuh yang otoriter akan menyebabkan remaja berkembang menjadi
penakut, tidak memiliki rasa percaya diri, merasa tidak berharga, sehingga
proses sosialisasi terganggu (2) Pola asuh permisif akan menumbuhkan
sikap ketergantungan dan sulit menyesuaikan diri (3 ) pola asuh
demokratis

8
akan menimbulkan kesimbangan antara perkembangan individu dan sosial
sehingga anak akan memperoleh suatu kondisi mental yang sehat.
Kondisi Keluarga
Hubungan orang tua yang harmonis akan menumbuhkan kehidupan
emosional yang optimal terhadap perkembangan kepribadian anak.

2. Pendidikan moral dalam keluarga


Pendidikan moral dalam kelurga adalah upaya menanamkan nilai-nilai
akhlak atau budi pekerti kepada anak dirumah. Budi pekerti mengandung
nilai-nilai keagamaan, kesusilaan dan kepribadian. Apabila keluarga tidak
perduli terhadap pendidikan moral dalam keluarga akan berakibat buruk
terhadap perkembangan jiwa remaja.
Lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah mempunyai pengaruh yang kuat terhadap
perkembangan remaja. Suasana sekolah sangat berpengaruh terhadap
perkembangan jiwa remaja yaitu dalam hal kedisiplinan, kebiasaan
sekolah, pengendalian diri dan bimbingan guru.
Lingkungan teman sebaya
Remaja lebih banyak berada diluar rumahdengan teman sebaya. Jadi dapat
dimengerti bahwa sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku
teman sebaya lebih besar pengaruhnya daripada keluarga. Kelompok
sebaya memberikan lingkungan yaitu dunia tempat remaja dapat
melakukan sosialisasi dimana nilai yang berlaku bukanlah nilai yang
ditetapkan oleh orang dewasa melainkan oleh teman seusianya. Disinilah
letak bahayanya bagi perkembangan jiwa remaja
Lingkungan masyarakat
Lingkungan masyarakat yang berpengaruh terhadap perkembangan jiwa
remaja adalah sosial budaya dan media massa. Pergeseran budaya lokal
dan budaya nasional akan tertembus oleh budaya universal sehingga
terjadi pergeseran nilai kehidupan. Pergeseran nilai ini akan menyebabkan

9
konflik nilai yang dapat berakibat terjadinya penyimpangan perilaku pada
remaja (Kusumawati, F, 2010).

D. Masalah Kesehatan Jiwa Remaja


Adanya hambatan dalam tahap perkembangandapat menimbulkan
masalah kesehatan jiwa bila tidak terselesaikan dengan baik. Masalah tersebut
berasal dari diri remaja sendiri, hubungan orang tua dan remaja atau akibat
interaksi sosial di luar lingkungan keluarga. Sebagai akibatnya dapat terjadi
masalah kesehatan jiwa remaja denganmanifestasi bermacam-macam antara
lain kesulitan belajar,kenakalan remaja dan masalah perilaku seksual
(Davdson G C, 2006).
Gangguan Jiwa Pada Remaja
Beberapa jenis gangguan jiwa yang banyak terjadi pada remaja
1. Gangguan Cemas/ Ansietas
Cemas (ansietas)adalah perasaan gelisah yang dihubungkan dengan
antisipasi terhadap bahaya. Gangguan cemas merupakan gangguan yang
banyak terjadi pada anak dan remaja. Prevalensi gangguan cemas ini
adalah 5 – 50 %.6 Fobia sosial ditemukan lebih banyak pada anak laki-laki
sedangkan fobia simpel, gangguan menghindar lebih banyak pada anak
perempuan.
2. Gangguan Mood
Depresi pada anak- anak dan remaja berkisar antara 1 – 5 %.
Seorang remaja mempunyai kecenderungan untuk mengalami depresi.
Oleh karena itu sangat penting untuk membedakan secara jelas dan hati –
hati antara depresi yang disebabkan oleh gejolak mood yang normal pada
remaja dengan depresi patologik. Depresi pada remaja sering tidak
terdiagnosis. Adanya gangguan mood akan beresiko terjadinya perilaku
bunuh diri pada remaja. Bunuh diri adalah penyebab kematian utama
ketiga pada individu berusia 15 – 24 tahun. Tanda – tanda bahaya bunuh
diri pada remaja meliputi menarik diri secara tiba-tiba, berperilaku keras

10
atau sangat memberontak, menyalahgunakan obat atau alkohol, secara
tidak biasa mengabaikan penampilan diri, kualitas tugas sekolah menurun,
membolos, keletihan berlebihan dan keluhan somatik, respon yang buruk
terhadap pujian, ancaman bunuh diri terang-terangan secara verbal dan
membuang benda-benda yang didapat sebagai hadiah
3. Gangguan Psikotik
Gangguan psikotik adalah suatu kondisi terdapatnya gangguan
yang berat dalam kemampuan menilair realitas. Yang termasuk gangguan
psikotik adalah skizoprenia. Skizoprenia pada remaja merupakan hal yang
umum dan insidennya selama remaja akhir sangat tinggi. Gejala awalnya
meliputi perubahan ekstrem dalam perilaku sehari- hari, isolasi sosial,
sikap yang anah,penurunan nilai akademik dan mengekspresikan peilaku
yang tidak disadarinya (Kusumawati, F, 2010).
4. Gangguan Penyalahgunaan Zat
Gangguan ini banyak terjadi diperkirakan 32 % remaja menderita
gangguan penyalahgunaan zat (Kusumawati, F, 2010). Angka penggunaan
alkohol atau zat terlarang lebih banyak pada anak laki-laki dibanding
perempuan. Resiko terbesar pada usia 15 – 24 tahun. Pada remaja
perubahan penggunaan zat menjadi ketergantungan zat terjadi lebih cepat
dalam kurun waktu 2 tahun. Identifikasi remaja penyalahguna NAPZA
terdapat pada konflik keluarga yang berat, kesulitan akademik,
penyalahgunaan NAPZA oleh orang tua dan teman, merokok pada usia
muda.

E. Penatalaksanaan Gangguan Jiwa Remaja


Penatalaksanaan ganguan jiwa remaja diantaranya: 1) pencegahan
primer melalui berbagai program sosial yang ditujukan untuk menciptakan
lingkungan yang meningkatkan kesehatan anak; 2) pencegahan sekunder
dengan menemukan kasus secara dini pada remaja yang mengalami kesulitan
di sekolah sehingga tindakan yang tepat dapat segera dilakukan; 3) dukungan

11
terapeutik bagi anak-anak diberikan melalui psikoterapi individu, konseling
remaja dan program pendidikan khusus untuk remaja yang tidak mampu
berpartisipasi dalam sistem sekolah normal; 4) terapi keluarga dan penyuluhan
keluarga penting untuk membantu keluarga mendapatkan ketrampilan dan
bantuan yang diperlukan guna membuat perubahan yang dapat meningkatkan
fungsi semua anggota keluarga (Kusumawati, F, 2010).

F. Asuhan Keperawatan Jiwa pada Remaja


1. Proses Keperawatan
Sesuai dengan tahapan proses keperawatan dan dengan berorientasi
pada keterampilan kompetensi ego, pertama kali perawat perlu melakukan
pengkajian.
a. Pengkajian
Perawat mengkaji penguasaan anak terhadap tiap area keterampilan
yang dibuthkan anak untuk dapat menjadi seorang dewasa yang
kompeten. Selain mengkaji keterampilan yang telah diuraikan
tersebut, perawat juga perlu mengkaji data demografi, riwayat
kesehatan terdahulu, kegiatan hidup anak sehari-hari, keadaan fisik,
status mental, hubungan interpersonal, serta riwayat personal dan
keluarga.
b. Data demografi
Meliputi nama, usia, tempat dan tanggal lahir anak; nama,
pendidikan, alamat orang tua; serta data lain yang dianggap perlu
diketahui. Riwayat kelahiran, alergi, penyakit dan pengobatan yang
pernah diterima anak, juga perlu dikaji. Selain itu, aktivitas
kehidupan sehari-hari anak meliputi keadaan gizi termasuk berat
badan, jadwal makan dan minat terhadap makanan tertentu, tidur
termasuk kebiasaan dan kualitas tidur, eliminasi meliputi kebiasaan
dan masalah yang berkaitan dengan eliminasi, kecacatan dan
keterbatasan lainnya.

12
c. Fisik
Perlu diperiksa keadaan kulit, kepala, rambut, mata, telinga, hidung,
mulut, pernafasan, kardiovaskular, muskuloskeletal, dan neurologis
anak. Pemeriksaan fisik lengkap sangat diperlukan untuk
mengetahui kemungkinan pengaruh gangguan fisik terhadap
perilaku anak. Selain itu hasil pemeriksaan fisik berguna sebagai
dasar dalam menentukan pengobatan yang diperlukan. Bahkan untuk
mengetahui kemungkinan bekas penganiayaan yang pernah dialami
anak.
d. Status mental
Pemeriksaan status mental bermanfaat untuk memberikan gambaran
mengenai fungsi ego anak. Perawat membandingkan perilaku
dengan tingkat fungsi ego anak dari waktu ke waktu. Oleh karena
itu, status mental anak perlu dkaji setiap waktu dengan suasana yang
santai dan nyaman bagi anak.
Pemeriksaan atatus mental meliputi keadaan emosi, proses berpikir,
dan isi pikiran; halusinasi dan persepsi; cara bicara dan orientasi;
keinginan untuk bunuh diri atau membunuh.
Pengkajian terhadap hubungan interpesonal anak dilihat dalam
hubungannya dengan anak sebayanya, yang penting untuk
mengetahui kesesuaian perilaku dengan usia.
e. Riwayat personal dan keluarga
Meliputi faktor pencetus masalah, riwayat gejala, tumbuh kembang
anak, biasanya dikumpulkan oleh tim kesehatan. Data ini sangat
diperlukan untuk mengerti perilaku anak dan membantu menyusun
tujuan asuhan keperawatan. Pengumpulan data keluarga merupakan
bagian penting dari pengkajian melalui pengalihan fokus anak
sebagai indivdu ke sistem keluarga. Tiap anggota keluarga diberi
kesempatan untuk mengidentifikasi siapa yang bermasalah dan apa
yang telah dilakukan oleh keluarga untuk menyelesaikan masalah

13
tersebut. Untuk menegakkan diagnosa keperawatan, data yang telah
dikumpulkan kemudian dianalisa sebagai dasar perencanaan asuhan
keperawatan selanjutnya.dalam keperawatan psikiatri dapat
digunakan PND (Psychiatric Nursing Diagnosis), NANDA (North
American Nursing Diagnosis Association) dan DSM-III R
(Diagnosis and Statistical Manual of Mental Disorders).
2. Perencanaan
Tujuan asuhan keperawatan disusun sesuai dengan kebutuhan
anak, seperti modifikasi penyesuaian anak sekolah, dan perubahan
lingkungan anak. Untuk anak yang dirawat di unit perawatan jiwa, tujuan
umumnya adalah sebagai berikut :
a. Memenuhi kebutuhan emosi anak dan kebutuhan untuk dihargai
b. Mengurangi ketegangan pada anak dan kebutuhan untuk berperilaku
defensive
c. Membantu anak menjalin hubungan positif dengan orang lain
d. Membantu mengembangkan identitas diri anak
e. Memberikan anak kesempatan untuk menjalani kembali tahapan
perkembangan terdahulu yang belum terselelsaikan secara tuntas
f. Membantu anak berkomunikasi secara efektif
g. Mencegah anak untuk menyakiti baik dirinya maupun diri orang lain
h. Membantu anak memelihara kesehatan fisiknya
i. Meningkatkan uji coba realitas yang tepat
3. Implementasi
Berbagai bentuk terapi pada anak dan kelurga dapat diterapkan,
yang terdiri dari :
a. Terapi bermain
Pada umumnya merupakan media yang tepat bagi anak untuk
mengekspresikan konflik yang belum terselesaikan, selain juga
berfungsi untuk :

14
1) Menguasai dan mengasimilasi kembali pengalaman lalu yang tidak
dapat dikendalikan sebelumnya.
2) Berkomunikasi dengan kebutuhan yang tidak disadari
3) Berkomunikasi dengan orang lain
4) Menggali dan mencoba belajar bagaimana berhubungan dengandiri
sendiri, dunia luar, dan orang lain
5) Mencocokkkan tuntutan dan dorongan dari dalam diri dengan
realitas
b. Terapi keluarga
Semua anggota keluarga perlu diikutsertakan dalam terapi keluarga.
Orangtua perlu belajar secara bertahap tentang peran mereka dalam
permasalahan yang dihadapi dan bertanggung jawab terhadap
perubahan yang terjadi pada anak dan keluarga. Biasanya cukup sulit
bagi keluarga untuk menyadari bahwa keadaan dalam keluarga turut
meninbulkan gangguan pada anak. Oleh karena itu perawat perlu
berhati-hati dalam meningkatkan kesadaran keluarga.
c. Terapi kelompok
Terapi kelompok dapat berupa suatu kelompok yang melakukan
kegiatan atau berbicara. Terapi kelompok ini sangat bermanfaat untuk
meningkatkan uji realitas, mengendalikan impuls (dorongan internal),
meningkatkan harga diri, memfasilitasi pertumbuhan, kematangan dan
keterampilan sosial anak. Kelompok dengan lingkungan yang
terapeutik memungkinkan anggotanya untuk menjalin hubungan dan
pengalaman sosial yang positif dalam suatu lingkungan yang
terkendali. Wilson dan Kneisl (1992) menyampaikan beberapa terapi
kelompok seperti, analytic group phsycho therapy, phsycho drama.

15
d. Psikofarmakologi
Walaupun terapi obat bekum sepenuhnya diterima dalm psikiatri
anak, tetap bermanfaat untuk mengurangi gejala (hiperaktif, depresi,
impulsif, dan ansietas) dan membantu agar pengobatan lain lebih
efektif. Pemberian obat ini tetap diawasi oleh dokter dan menggunakan
pedoman yang tepat.
e. Terapi individu
Ada berbagai terapi individu, terapi bermain psikoanalitis,
psikoanalitis berdasarkan psikoterapi, dan terapi bermain pengalaman.
Hubungan antara anak dengan therapist memberikan kesempatan apda
anak untuk medapatkan pengalaman mengenai hubungan positif
dengan orang dewasa dengan penuh kasih sayang dan uji realitas.
f. Pendidikan pada orang tua
Pendidikan terhadap orang tua merupkan hal yang penting untuk
mencegah gangguan kesehatan jiwa anak, begitu pula untuk
meningkatkan kembali penyembuhan setelah dirawat. Orang tua
diajarkan tentang tahap tumbuh kembang anak, sehingga orang tua
dapat mengetahui perilaku yang sesuai dengan usia anak. Keterampilan
berkomunikasi juga meningkatkan pengertian dan empati antara
orangtua dan anak. Teknik yang tepat dalam mengasuh anak juga
diperlukan untuk mengembangkan disiplin diri anak. Hal-hal lain
seperti psikodinamika keluarga, konsep kesehatan jiwa, dan
penggunaan pengobatan, juga diajarkan.
g. Terapi lingkungan
Konsep terapi lingkungan dilandaskan pada kejadian dalam
kehidupan sehari-hari yang dialami anak. Lingkungan yang aman dan
kegiatan yang teratur dan terprogram, memungkinkan anak untuk
mencapai tugas terapeutik dari rencana penyembuhan dengan berfokus
pada modifikasi perilaku. Program yang berfokus pada perilaku,
memungkinkan staf keperawatan untuk memberikan umpan balik terus

16
menerus kepada anak-anak tentang perilaku mereka sesuai jadwal
kegiatan. Untuk perilaku yang baik, mereka menerima pujian, stiker
atau nilai, tergantung pada tingkat perkembangannya. Sebaliknya,
perilaku negatif tidak ditoleransi.
4. Evaluasi
Pada umumnya fasilitas penyembuhan bagi anak dengan gangguan
jiwa mempunyai program yang dirancang untuk jangka waktu tertentu.
Waktu perawatan jangka pendek biasanya berkisar antara 2 sampai 4
minggu, dan direncanakan untuk diagnosa dan evaluasi, intervensi krisis,
serta perencanaan yang komprehensif. Pada umunya pengamatan perawat
berfokus pada perubahan perilaku anak. Apakah anak menunjukkan
kesadaran dan pengertian tentang dirinya sendiri melalui refleksi diri dan
meningkatnya kemampuan untuk membuat keputusan secara rasional?
Anak harus mulai beradaptasi dengan lingkungannya dan tidak impulsif.
Aspek yang perlu dievaluasi antara lain:
a. Keefektifan intervensi penanggulangan perilaku
b. Kemampuan untukberhubungan dengan teman sebaya, orang dewasa
dan orang tua secara wajar
c. Kemampuan untuk melakukan asuhan mandiri
d. Kemampuan untuk menggunakan kegiatan program sebagai rekreasi
dan proses belajar
e. Respons terhadap peraturan dan rutinitas.
f. Status mental secara menyeluruh
g. Koordinasi dan rencana pemulangan

17
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Remaja adalah individu yang unik dengan segala proses
perkembangan yang harus dilaluinya baik secara fisik maupun psikologis.
Masa remaja merupakan masa transisi dan merupakan masa yang sulit bagi
remaja sehingga kemungkinan akan terjadi perubahan perilaku terkait dengan
perkembangan yang terjadi pada remaja tersebut.
Pada masa ini, remaja mempunyai tugas – tugas perkembangan yang
dapat menjadi ancaman bagi remaja dan juga sangat dipengaruhi oleh faktor –
faktor lingkungan. Adanya hambatan dalam tahap perkembangan dapat
menimbulkan masalah kesehatan jiwa bila tidak terselesaikan dengan baik.
Masalah tersebut dapat berasal dari remaja sendiri, hubungan dengan orang
tua atau akibat interaksi sosial diluar lingkungan keluarga. Dampak
selanjutnya adalah munculnya gangguan psikotik yang bisa berlanjut sampai
masa dewasa.
Agar kesehatan jiwa remaja dapat tercapai maka deteksi dini dan
intervensi dini perlu dilakukan dengan melibatkan keluarga maupun remaja
sendiri sehingga masalah – masalah kejiwaan remaja dapat diatasi dengan
baik.

B. Saran
Berbagai gangguan jiwa pada remaja seringkali tidak dapat kita
cegah, bahkan terkadang sulit diatasi. Namun dengan kesabaran dan
penatalaksanaan yang tepat– dengan mengikutsertakan para ahli, anggota
keluarga dan tentu saja dengan pertolongan Allah SWT, cobaan itu niscaya
akan terasa lebih ringan. Selain itu anakpun dapat dikembangkan secara
optimal meski dalam keterbatasannya.

18
 Dari kesimpulan yang ada maka kita sebagai perawat atau calon
perawat harus terus meningkatkan kompetensi dirinya, salah satunya
melalui pendidikan keperawatan yang berkelanjutan, sehingga kita tidak
mengalami kesalahan dalam melakukan asuhan keperawatan.
.

19
DAFTAR PUSTAKA

Desmita. 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosda Karya.


Davdson G. C. 2006. Psikologi Abnormal. Jakarta: Raja Gravindo Persada.
Kusumawati, F. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta :Salemba Medika.
Tomb, D A. 2004. Buku Saku Psikiatri. Jakarta: EGC.
Towsend, MC. 1998. Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri. Jakarta: EGC.
Iyus, I. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.
…….. 2011. Pedoman Kesehatan Jiwa Remaja.Dinkes Sulsel go. Id diakses tanggal 13
Desember 2017.
Ririn Nasriati. (2015). JURNAL KESEHATAN JIWA REMAJA. Program Studi DIII
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Ponorogo.

20

Anda mungkin juga menyukai