Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN EVIDENCE BASED PRACTICE

FRAKTUR

I. PENDAHULUAN
Fraktur merupakan istilah dari hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan,
baik yang bersifat total maupun sebagian. Secara ringkas dan umum, fraktur
adalah patah tulang yang diakibatkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dan
sudut tenaga fisik, keadaan tulang itu sendiri, serta jaringan lunak diarea tulang
akan menentukan apakah fraktur yang terjadi lengkap atau tidak lengkap. Selain
itu, fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang baik total, partial yang
dapat mengenai tulang panjang dan sendi jaringan otot dan pembuluh darah
trauma yang disebabkan oleh stress pada tulang, terjatuh dari ketinggian,
kecelakaan kerja, cedera saat olah raga, fraktur degeneratif (osteoporosis, kanker,
tumor tulang) dan ditandai dengan Look: tanda yang yang terlihat, adanya
deformitas berupa tonjolan yang abnormal, lebam, kulit memerah, adanya
ekimosis, angulasi, rotasi serta pemendekan, feel: nyeri, move: krepitasi dan
terasa nyeri saat digerakkan, gangguan fungsi pergerakan.
World Health Organization (WHO) mencatat di tahun 2011-2012 terdapat
lebih dari 5,6 juta orang meninggal karena kecelakaan dan sekitar 1,3 juta orang
mengalami kecacatan fisik. Menurut Depkes RI tahun 2011 kecelakaan
mempunyai prevalensi yang cukup tinggi yaitu insiden fraktur ekstremitas bawah
sekitar 40% Menurut hasil data Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) tahun 2011, di
Indonesia terjadi fraktur yang disebabkan oleh cidera seperti terjatuh, kecelakaan
lalu lintas dan trauma tajam/tumpul. Riset Kesehatan Dasar (2011) menemukan
sebanyak 45.987 peristiwa terjatuh yang mengalami fraktur sebanyak 1.775 orang
(3,8 %). Kasus kecelakaan lalu lintas sebanyak 20.829 kasus, dan yang mengalami
fraktur sebanyak 1.770 orang (8,5 %), dari 14.127 trauma benda tajam/tumpul,
yang mengalami fraktur sebanyak 236 orang (1,7 %). Kepolisian Republik
Indonesia (POLRI) mencatat sebanyak 23.385 orang meninggal karena
kecelakaan lalu lintas (lakalantas), selama tahun 2013. Sebanyak 27.054 orang
mengalami cedera berat dan cedera ringan sebanyak 104.976 orang.
Salah satu manifestasi klinik pada penderita fraktur adalah nyeri. Nyeri
ialah gejala yang seringkali ditemukan pada gangguan muskuloskeletal. Nyeri
pada penderita fraktur sifatnya tajam dan menusuk tulang akibat spasme otot atau
penekanan pada saraf sensoris. Nyeri ialah perasaan kurang nyaman dan sifatnya
subjektif dimana hanya penderita yang dapat merasakannya. Untuk itu perlu
mencari pendekatan yang paling efektif dalam upaya mengontrol nyeri.
Perawat mempunyai peran penting dalam pemberian pereda nyeri yang
adekuat, yang prinsipnya mencakup mengurangi ansietas, mengkaji nyeri secara
regular, memberi analgesik dengan tepat untuk meredakan nyeri secara optimal,
dan mengevaluasi keefektifannya (Kneale, 2011). Penatalaksanaan nyeri yang
efektif adalah aspek penting dalam asuhan keperawatan.
Kompres dingin dapat meredakan nyeri dikarenakan kompres dingin dapat
mengurangi aliran darah ke suatu bagian dan mengurangi perdarahan edema yang
diperkirakan menimbulkan efek analgetik dengan memperlambat kecepatan
hantaran saraf sehingga impuls nyeri yang mencapai otak lebih sedikit. Pemberian
kompres dingin dapat meningkatkan pelepasan endorfin yang memblok transmisi
stimulus nyeri dan juga menstimulasi serabut saraf yang memiliki diameter besar
α-Beta sehingga menurunkan transmisi impuls nyeri melalui serabut kecil α-Delta
dan serabut saraf C.

II. ANALISIS JURNAL


Judul :
- EFEKTIFITAS KOMPRES DINGIN TERHADAP PENURUNAN
INTENSITAS NYERI PADA PASIEN FRAKTUR DI RSUD
UNGARAN
- Pengaruh Terapi Kompres Dingin Terhadap Nyeri Post Operasi ORIF
(Open Reduction Internal Fixation) pada Pasien Fraktur di RSD Dr. H.
Koesnadi Bondowoso
- PENGARUH KOMPRES DINGIN TERHADAP PENURUNAN
INTENSITAS NYERI PADA PASIEN FRAKTUR FEMUR DI RSU
GUNUNG JATI CIREBON
PICOT :
Analisis Jurnal 1 Jurnal 2 Jurnal 3
Jurnal
Population Sampel dalam Sampel dalam Sampel dalam
penelitian ini penelitian ini penelitian ini
sebanyak 21 sebanyak 10 sebanyak 6
responden tanpa responden pasien fraktur
kelompok kontrol. femur
Intervensi Intervensi yang Intervensi yang Terapi yang
diberikan dalam diberikan daam diberikan dalam
penelitian ini adalah penelitian ini adalah penelitian ini adalah
kompres dingin kompres dingin kompres dingin

Comparison Dalam penelitian ini Dalam penelitian ini Dalam penelitian ini
tidak ada pembanding tidak ada tidak ada
pembanding pembanding
Outcome Berdasarkan hasil Hasil penelitian Hasil penelitian
penelitian setelah menunjukkan didapatkan ada
pemberian kompres perbedaan yang perbedaan intensitas
dingin didapatkan 19 signifikan antara nyeri sebelum dan
responden (90,5%) pretest dan posttest (p setelah dilakukan
mengalami nyeri = 0,005). Hasil ini kompres dingin
ringan dan 2 menunjukkan bahwa dengan nilai
responden (9,5%) ada pengaruh p=0,046 ( p <
mengatakan tidak yang signifikan dari 0.005). Dengan
nyeri. Hasil uji terapi kompres demikian terdapat
Wilcoxon diperoleh dingin terhadap nyeri pengaruh kompres
nilai p= 0,000 (p- post operasi pada dingin terhadap
value<0,05). Hal ini pasien fraktur ORIF. penurunan intensitas
menunjukkan adanya nyeri pada pasien
efektifitas kompres fraktur femur
dingin terhadap
penurunan intensitas
nyeri pada pasien
fraktur di RSUD
Ungaran
Time Tahun 2014 Tahun 2017 Tahun 2019
III. PEMBAHASAN
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, retak atau patahnya tulang
yang utuh yang biasanya disebabkan oleh trauma/ rudapaksa atau tenaga fisik
yang ditentukan jenis dan luasnya trauma (Lukman & Ningsih, 2012, hlm. 26).
Nyeri merupakan salah satu manifestasi klinis yang sering ditemukan pada
pasien fraktur. Nyeri timbul akibat jaringan yang rusak disekitar tulang yang patah
pada fraktur. Nyeri merupakan sensasi ketidaknyamanan yang bersifat individual.
Penatalaksanaan nyeri meliputi intervensi secara farmakologi dan
nonfarmakologi. Secara farmakologi melibatkan penggunaan obat sedangkan non
farmakologi meliputi stimulasi kutaneus berupa kompres dingin.
Kompres dingin merupakan metode yang menggunakan cairan atau alat
yang dapat menimbulkan sensasi dingin pada bagian tubuh yang memerlukan,
(Asmadi, 2008, hlm. 159). Tujuan dari kompres dingin, yaitu mengurangi rasa
sakit pada suatu daerah setempat. Kompres dingin bekerja dengan menstimulasi
permukaan kulit untuk mengontrol nyeri Terapi dingin yang diberikan akan
mempengaruhi impuls yang dibawa oleh serabut taktil A-Beta untuk lebih
mendominasi sehingga “gerbang” akan menutup dan impuls nyeri akan terhalangi.
Nyeri yang dirasakan akan berkurang atau hilang untuk sementara waktu
(Prasetyo, 2010, hlm.16).
Kompres dingin akan menimbulkan efek analgetik dengan memperlambat
kecepatan hantaran saraf sehingga impuls nyeri yang mencapai otak lebih sedikit.
Mekanisme lain yang mungkin bekerja bahwa persepsi dingin menjadi dominan
dan mengurangi persepsi nyeri.
Menurut pendapat Novita (2010), respon kulit pada aplikasi dingin 5-12
menit anestesi relatif kulit. Pada umumnya dingin lebih mudah menembus
jaringan dibandingkan dengan panas. Ketika otot sudah mengalami penurunan
suhu akibat aplikasi dingin, efek dingin dapat bertahan lebih lama dibanding
dengan panas karena adanya lemak subkutan yang bertindak sebagai insulator. Di
sisi lain lemak subkutan merupakan barrier utama energi dingin untuk menembus
otot.
Secara fisiologis, pada 10-15 menit pertama setelah pemberian aplikasi
dingin terjadi vasokonstriksi pada pembuluh darah. Vasokonstriksi ini disebabkan
oleh aksi reflek dari otot polos yang timbul akibat stimulasi sistem saraf otonom
dan pelepasan epinephrine dan norepinephrin (Novita, 2010).

IV. SIMPULAN DAN SARAN


1. Simpulan
Ada efektifitas kompres dingin terhadap penurunan intensitas
nyeri pada pasien fraktur, sehingga dapat disimpulkan bahwa kompres
dingin efektif dalam menurunkan nyeri pada pasien fraktur.
2. Saran
Bagi tenaga kesehatan sebagai masukan dalam tindakan
keperawatan mandiri dalam menangani nyeri yang dirasakan oleh
pasien sehingga dapat mengurangi komplikasi lebih lanjut. Untuk
meminimalkan kejadian nyeri dapat dilakukan baik secara farmakologi
maupun non farmakologi. Sebagai bahan masukan dalam proses
pembelajaran khususnya penanganan secara non farmakologi terutama
penggunaan kompres dingin dalam menurunkan nyeri pada pasien
fraktur.

V. DAFTAR PUSTAKA
- Elia Purnamasari, Ismonah, Supriyadi (2014). EFEKTIFITAS
KOMPRES DINGIN TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS
NYERI PADA PASIEN FRAKTUR DI RSUD UNGARAN. Jurnal
Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK) Vol. ... No. ...
- Amanda Putri Anugerah, Retno Purwandari, Mulia Hakam (2017).
Pengaruh Terapi Kompres Dingin Terhadap Nyeri Post Operasi ORIF
(Open Reduction Internal Fixation) pada Pasien Fraktur di RSD Dr. H.
Koesnadi Bondowoso. e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol.5 (no.2), Mei,
2017
- Healthy Seventina Sirait (2019). PENGARUH KOMPRES DINGIN
TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN
FRAKTUR FEMUR DI RSU GUNUNG JATI CIREBON. Syntax
Idea : Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: e-ISSN : Vol. 1, No. 1 Mei
2019

VI. LAMPIRAN
3 Jurnal.

Anda mungkin juga menyukai