JURNAL
RIWAN RAGOMPI
2018 01 187
ABSTRAK
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma. Manifestasi klinik dari fraktur ini
berupa nyeri, tehnik nonfarmakologi yang dipakai adalah relaksasi dan terapi musik Relaksasi
merupakan teknik untuk mengurangi sensasi nyeri dengan cara merelaksasikan otot sedangkan musik
dapat memberikan efek terhadap peningkatan kesehatan, menurunkan stress. Sejauh ini penerapan
terapi non farmakologi untuk mengatasi nyeri di Rumah Sakit Undata khususnya ruang Teratai masih
belum dapat diterapkan dengan baik dan maksimal. Tujuan penelitian ini dianalisis perbandingan
efektivitas terapi relaksasi nafas dalam dengan terapi musik untuk menurunkan tingkat nyeri pasien
fraktur ekstremitas di Paviliun Teratai RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah. Jenis penelitian ini
adalah kuantitatif dengan metode penelitian. Quasy Experiment rancangan penelitian Two Group pre
test and post test design, Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang mengalami fraktur
yang berjumlah 32 orang dan sampel sebanyak 10 responden. Hasil penelitian dianalisis menggunakan
analisis Wilcoxon dan Mann Whitney untuk melihat perbandingan antara kedua variabel independent
dan dependent. Hasil penelitian menunjukkan nilai p=0,041 untuk relaksasi dan p=0,049 untuk terapi
musik dan p=0.339 untuk uji Mann Whitney (p value > 0,05 ), ini berarti secara statistik tidak ada
perbedaan antara Terapi Relaksasi Nafas Dalam dengan Terapi Musik untuk Menurunkan Tingkat
Nyeri Pasien Fraktur.
ABSTRACT
Fracture is broken bone due to traumatic source. One of clinical manifestation of fracture is painful
and the nonpharmacological therapy performed to reduce it such as relaxation therapy for muscles
and music therapy to improve the health condition and reduce the stress as well. So far,
implementation of non pharmacological therapy to reduce the pain in Teratai Pav of Undata Hospital
still not properly and optimal. The aims of research to analys the comparison of effectivity of deep
breathing relaxation and music therapy in pain decreasing of extremities fracture patient in Teratai
Pav of Undata General Hospital, Central Sulawesi Province. This is quantitative research with Quasy
Experimental method and used two Group pre test and post test design. Total of population is 32
patients with fracture case, but sampling only 10 respondents. The result of research analysed by
Wilcoxon dan Mann Whitneyanalyses to obtain the comparison between both independent and
dependent variables. The result shown that for relaxation have p value =0,041, for music thearpy
have p value=0,049 and for Mann Whitneytest have p value =0.339 (p value > 0,05). It means that
have no difference between deep breathing relaxation and music therapy in pain decreasing of
extremities fracture patient.
2
lebih mudah untuk dilakukan dan efek dapat mengalihkan perhatian terhadap rasa
samping yang ditimbulkan juga tidak ada6. nyeri, meningkatkan kemampuan dalam
Tehnik relaksasi merupakan tehnik mengontrol rasa nyeri yang kemungkinan
yang digunakan untuk mengurangi nyeri dapat berlangsung sangat lama dalam proses
dengan cara merelaksasikan otot. Tehnik ini penyembuhan5.
dapat merangsang tubuh untuk Adanya penelitian mengenai
mengeluarkan zat-zat seperti opdendogen pengaruh tehnik relaksasi dan tehnik
seperti endophrin dan juga enfakalin yang distraksi terhadap perubahan tingkat nyeri
cara kerjanya adalah sama seperti morfin yang dilami pada beberapa pasien pska
dengan efek menghilangkan nyeri. Saat operasi pemasangan kolostomi akan
orang-orang memiliki usaha untuk menimbulkan perasaan nyaman untuk
melakukan pengendalan nyeri yang dialami pasien karena adanya beberapa perubahan
dengan tehnik relaksasi nafas dalam maka tingkat nyeri setelah diberikan tehnik
tubuh akan memberikan rangsangan kepada relaksasi ini. Didalam penelitian tersebut
saraf parasimpatik yang dapat menyebabkan pengaruh terapi ini terhadap perubahan skala
terjadinya penurunan hormone kortisol dan nyeri pada pasien paska operasi setelah
adrenalin didalam tubuh, yang kemudian diberikan tehnik ini sebagian besar nyeri
dapat menurunkan tingkat stress sehingga mengalami perubahan yang cukup terlihat
memuat orang menjadi tenang dan perlaha jelas yang ditandai adanya penurunan skala
pernafasan menjadi lebih teratur dan nyeri dari berat menjadi skala ringan8.
meningkatkan kadar asam dan Perlakuan tehnik relaksasi nafas
merangsangkadar oksigen dalam darah6. dalam secara benar yang diberikan oleh
Tehnik relaksasi nafas dalam perawat kepada pasien selain memberikan
merupakan tehnik yang sangat mudah efek relaksasi pada pasien juga akan
dipelajari dan cukup berperan dalam upaya meningkatkan hubungan antara perawaat
penurunan dan meredakan nyeri dengan dan juga pasien. Oleh karena itu maka
proses melalui pengurangan tekanan otot kegiatan relaksasi nafas dalam ini menjadi
dan meningkatkan kenyamanan dalam salah satu tindakan yang banyak diberikan
menghadapi kecemasan. Relaksasi yang kepada pasien karena sangat mudah dan
tercipta dari metode ini akan meningkatkan praktis. Tehnik ini tidak hanya diberikan
kenyamanan tidur dan sangat diharapkan kepada pasien, namun juga diberikan kepada
3
keluarga karena dengan diberikan kepada diberikan terapi musik klasik rata-rata skala
keluarga maka keluarga sebagai faktor nyeripada pasien post operasi adalah 2,92.
pendukung kesehatan pasien dapat Ada pengaruh terapi musik terhadap
memberikan dukungan kepada pasien untuk penurunan skala nyeri pada pasien post
dapat melakukan kegiatan tersebut sehingga operasi9.
pada saat neyri muncul pasien akan dapat Berdasarkan pengamatan awal
dibantu dalam upaya penurunan tingkat peneliti, sejauh ini penerapan terapi non
nyeri nya . 6
farmakologi untuk mengatasi nyeri di
Selain relaksasi nafas dalam, tehnik Rumah Sakit Undata khususnya ruang
non farmakologi lainnya yang dapat Teratai masih belum dapat diterapkan
digunakan untuk menekan dan menurunkan dengan baik dan maksimal. Hal ini dapat
intensitas nyeri adalah dengan menggunakan dilihat dari beberapa wasil wawancara awal
terapi musik.Musik yang dapat memberikan peneliti terhadap 3 orang perawat yang
ketenangan dan kedamaian adalah musik bertugas, dimana mereka mengatakan abhwa
dengan tempo yang lambat.Musik dengan terapi non farmakologi nyeri hanya sebatas
tempo yang lambat tersebut dapat ditemukan melakukan tehnik relaksasi nafas dalam dan
dalam semua genre, salah satunya adalah pemberian posisi yang nyaman. Petugas lain
musik klasik.Musik memiliki manfaat untuk mengatakan bahwa kadang pasien kurang
mengobati dan menyembuhkan penyakit5. dapat menerima tindakan nonfarmakologi
Musik dikenal sebagai perangsang seperti pemberian terapi musik, membaca
relaksasi nonfarmakologis yang aman, buku dan juga lainnya. Sehingga terapi
murah dan efektif. Keuntungan musik nonfarmakologi belum dapat dilakukan
adalah musik memberikan efek terhadap sepenuhnya
peningkatan kesehatan, menurunkan stress, METODE PENELITIAN
mengurangi ketegangan otot, mengurangi Jenis penelitian ini adalah kuantitatif,
nyeri, menciptakan suasana rileks, aman dan dengan rancangan Two Group pre test and
menyenangkan, menutupi perasaan yang post test design. Penelitian dilaksanakan di
tidak menyenangkan 6
ruang Teratai RSUD Undata Provinsi
Sebelum terapi musik klasik Sulawesi Tengah. Waktu penelitian pada
diberikan, rata-rata skala nyeri pada pasien tanggal 24 Agustus s.d 4 September 2020.
post operasi adalah 4,64 dan setelah Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
4
pasien yang mengalami fraktur ektremitas di berjenis kelamin perempuan sebanyak 4
ruang Teratai RSUD Undata Provinsi orang responden (40%).
Sulawesi Tengah dengan rata-rata pasien 2. Analisis Univariat
berjumlah 32 pasien per bulan. Besar a.Tingkat nyeri pasien fraktur sebelum
diberikan terapi relaksasi nafas dalam
sampel dalam penelitian ini berjumlah 10
orang responden yang terbagi kedalam 2 Tabel 2 Distribusi Frekuensi Tingkat Nyeri
Pasien Fraktur Sebelum Diberikan
kelompok, besar sampel ditentukan Terapi Relaksasi Nafas Dalam
berdasarkan jumlah sampel minimal Tingkat Nyeri Banyak Responden
penelitian eksperimen adalah 10-20 orang Pretest f (%)
Sedang 2 40.0
responden Berat 3 60.0
Total 5 100
HASIL PENELITIAN Sumber: Data Primer (2020)
1. Distribusi Responden
Berdasarkan Tabel dapat dilihat
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan usia. bahwa sebagian besar responden
Usia f (%) mengalami nyeri kategori berat yaitu 3
12-16 tahun 1 10 orang responden (60,0%) dan 2 orang
17-25 tahun 4 40
26-35 tahun 3 30 mengalami nyeri sedang (40%).
> 36 tahun 2 20
b. Tingkat nyeri pasien fraktur sebelum
Jumlah 10 100
Jenis Kelamin diberikan terapi musik
Laki-laki 6 60 Tabel 3 Distribusi Frekuensi Tingkat Nyeri
Perempuan 4 40 Pasien Fraktur Sebelum Diberikan
Jumlah 10 100 Terapi Musik
Sumber: Data Primer 2020 Tingkat Nyeri Banyak Responden
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa dari Pretest f (%)
Sedang 3 60.0
10 responden sebagian besar responden Berat 2 40.0
berada pada rentang usia 17-25 tahun Total 5 100
Sumber: Data Primer (2020)
sebanyak 4 orang responden (40,0%) dan
Berdasarkan tabel dapat dilihat
yang paling sedikit adalah usia 12-16 tahun
bahwa sebagian besar responden
yaitu 1 orang responden (10%) dan sebagian
mengalami nyeri kategori sedang yaitu 3
besar responden berjenis kelamin laki-laki
orang responden (60,0%) dan 2 orang
sebanyak 4 orang responden (40,0%)
mengalami nyeri berat (40%).
dibandingkan dengan responden yang
c.Tingkat nyeri pasien fraktur setelah
diberikan terapi relaksasi nafas dalam
5
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Nyeri Setelah Berdasarkan data di atas, dari 5
Terapi relaksasi nafas dalam
orang responden terjadi penurunan rata-
6
c. Perbandingan Efektivitas Terapi 0.041. Ini terlihat p (probability) lebih
Relaksasi Nafas Dalam dengan Terapi
rendah dari p.value = 0,05. Maka dapat
Musik Untuk Menurunkan Tingkat Nyeri
Pasien Fraktur disimpulkan bahwa ada perbedaan
Tabel 8 Perbandingan Efektivitas Terapi tingkat nyeri yang signifikan antara
Relaksasi Nafas Dalam dengan
sebelum (pretest) dan sesudah
Terapi Musik Menurunkan
Tingkat Nyeri Pasien Fraktur (posttest) dilakukan tindakan terapi
Tingkat Relaksasi nafas dalam Terapi Musik P relaksasi nafas dalam pada pasien
Nyeri Pretest Posttest Pretest Posttest value fraktur yang dirawat di ruang Teratai
f % f % f % f %
Sedang 2 40.0 5 100 3 60.0 5 100 RSUD Undata Provinsi Sulawesi
0,339
Berat 3 60.0 0 0 2 40.0 0 0
Tengah.
Total 5 100 5 100 5 100 5 100
Sumber: Data Primer (2020) Asumsi peneliti bahwa pada
Berdasarkan data di atas, dapat saat menarik nafas akan menimbulkan
dilihat bahwa dari hasil uji Mann- efek tenang dan akan merangsang
whitney diperoleh hasil adalah p = 0.339 seseorang menjadi lebih rileks dan
inii terlihat p (probability) lebih besar berangsur-angsur akan menurunkan
dari p.value = 0,05. Maka dapat skala nyerinya. Menarik nafas akan
disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan membantu seseorang untuk
yang signifikan dalam efektivitas menurunkan nyeri yang dirasakan
pemberian terapi kepada pasien fraktur karena dengan menarik nafas maka
dimana tingkat nyeri antara sebelum nyeri tersebut dialihkan dan relaksasi
(pretest) dan sesudah (posttest) sama- nafas dalam merupakan salah satu
sama terjadi penurunan tingkat nyeri metode penurunan nyeri yang paling
sering digunakan.
PEMBAHASAN
Teori meyebutkan bahwa efek
1. Efektivitas terapi relaksasi nafas dalam
untuk menurunkan tingkat nyeri pasien relaksasi nafas dalam bagi tubuh adalah
fraktur ektremitas
jika relaksasi nafas dalam dapat
Hasil penelitian berdasarkan dilakukan dengan baik maka dapat
data dapat dilihat bahwa dari 5 orang menurunkan detak jantung,
anak terjadi penurunan tingkat nyeri menurunkan tekanan darah dan juga
pada posttest skala nyeri. Dari hasil uji pernafasan, penurunan kebutuhan
Wilcoxon diperoleh hasil adalah p = oksigen dan kecepatan metabolisme,
7
sehingga dapat juga menyebabkan terapi relaksasi nafas dalam terhadap
penurunan perhatian dari terhadap tingkat nyeri pasien.
lingkungan yang memperberat keadaan 2. Efektivitas terapi musik untuk
menurunkan tingkat nyeri pasien
nyeri. Ada baiknya terapi dapat
fraktur ektremitas
diberikan pada pasien dengna
Berdasarkan data di atas, dari 5
memperhatikan lingkungan terlebih
orang responden terjadi penurunan
dahulu dengan keteraturan yang
tingkat nyeri pada posttest skala nyeri.
ditimbulkan maka akan memberikan
Dari hasil uji Wilcoxon diperoleh hasil
relaksasi yang baik diamna dapat
adalah p = 0.049. Ini terlihat p
mengalahkan dan melawan keletihan
(probability) lebih kecil dari p.value =
dab ketegangan otot yang ada. Sangat
0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa
danjurkan bagi perawat untuk
ada perbedaan tingkat nyeri yang
membimbing dan menemani pasien
signifikan antara sebelum (pretest) dan
dalam melakukan kegiatan ini
sesudah (posttest) dilakukan tindakan
Hasil penelitian ini sejalan
terapi musik pada pasien fraktur yang
dengan hasil penelitian yang dilakukan
dirawat di ruang Teratai RSUD Undata
oleh Chandra (2013) tentang efektivitas
Provinsi Sulawesi Tengah.
tehnik relaksasi nafas dalam dan guided
Peneliti berasumsi bahwa,
imagery terhadap penurunan nyeri pada
tingkat nyeri pada pasien akan berbeda-
pasien post op Sectio caesarea RS
beda dalam hal persepsi, sehingga
Kandou yang memperoleh hasil bahwa
kemungkinan dalam pemberian terapi
terdapat pengaruh dari pemberian terapi
musik tidak memberikan efektivitas
relaksasi nafas dalam terhadap
yang sangat berarti. Menurut peneliti,
intensitas nyeri pasien.
pemberian musik pada pasien dengan
Hasil ini juga sejalan dengan
nyeri akibat fraktur dapat saja
penelitian yang dilakukan oleh Aini
memberikan respon yang berbeda-beda,
pada tahun 2018 tentang pengaruh
sehingga sebagian besar responden
tehnik relaksasi nafas dalam terhadap
dengan tingkat nyeri sedang tidak
penurunan nyeri pada pasien fraktur
mengalami penurunan yang signifikan.
yang memperoleh hasil bahwa terdapat
Tujuan penggunaan teknik
beberapa pengaruh dari pemberian
distraksi untuk didalam intervensi
8
keperawatan adalah suatu untuk menghasilakn perubahan- perubahan
meningkatkan sesuatu bentuk-bentuk positif dalam perilakunya1.
pengalihan terhadap reaksi nyeri yang Hasil penelitian ini sejalan
ditimbulkan oleh suatu penyakit. dengan penelitian yang dilakukan
melalui terapi ini maka kenyamanan oleh Nurdiansyah yang dilakukan
seseorang akan ditingkatkan dan pada tahun 2016 tentang efektifitas
memberikan efek tenang sehingga terapi musik terhadap respon nyeri
pasine tidak akan merasakan nyeri pasien post op di RS yang
lagi secara berlebihan. Terapi ini juga memperlihatkan hasil bahwa terapi
cukup membantu dalam mengalihkan musik cukup efektif terhadap upaya
pussat perhatian pasien terhadap nyeri penurunan nyeri yang dirasakan oleh
yang dirasakan secara terus menerus pasien.
dan sangat mengganggu aktivitasnya9. 3. Perbandingan efektivitas terapi
relaksasi nafas dalam dengan terapi
meningkatkan suatu perasaan
musik untuk menurunkan tingkat nyeri
nyamam dan amam kepada klieen pasien fraktur ekstremitas di Paviliun
Teratai RSUD Undata Provinsi
sersta menjegah timbulnya gangguan
Sulawesi Tengah
tidur, kecemasan akibat nyeri dan
Hasil penelitian berdasarkan
klien bisa berbagi beban emosi,
data, dapat dilihat bahwa dari dua
pengalaman dan hubungan orang lain
kelompok yang berbeda dalam
disekitar. Terapi musik berfungsi
pemberian intervensi dan dilakukan
untuk memperbaiki kesehatan fisik,
intervensi yang berbeda untuk
interaksi sosial, dan juga hubungan
menurunkan tingkat nyeri dapat dilihat
interpersonal, ekspresi, emosi dan
bahwa dari hasil uji Mann-whitney
meningkatkan kesadaran diri untuk
diperoleh hasil adalah p = 0.339 inii
menumbuhkan hubungan saling
terlihat p (probability) lebih besar dari
percaya, mengembangkan fungsi fisik
p.value = 0,05. Maka dapat
dan mental secara teratur serta
disimpulkan bahwa tidak ada
terprogram. Terapi musik juga
perbedaan yang signifikan dalam
merupkan aplikasi yang unik dalam
efektivitas pemberian terapi kepada
membantu meningkatkan kualitas
pasien fraktur dimana tingkat nyeri
hidup seseorang dengan
antara sebelum (pretest) dan sesudah
9
(posttest) sama-sama terjadi penurunan sehingga otak dapat merespon adanya
tingkat nyeri setelah diberikan stimulus untuk menurunkan nyeri yang
intervensi masing-masing. kemudian menyebabkan nyeri secara
Menurut peneliti, hal ini dapat perlahan dapat berkurang. Pasien sudah
disebabkan oleh karena kedua terapi ini menjalani perawatan dalam beberapa
memiliki efek dan dampak yang hari sehingga terapi relaksasi dan juga
berbeda-beda pada setiap orang, musik dapat lebih efektif dilakukan
mengingat bahwa respon seseorang terhadap seluruh responden.
terhadap nyeri tidaklah sama. Tingkat Penanganan fraktur adalah
nyeri pada pasien fraktur dapat terjadi meliputi hilangkan rasa nyeri (opiate,
akibat terputusnya kontinuitas jaringan intrevena, blok saraf, gips, dan traksi)
akibat adanya ruda paksa yang Buat akses intravena dengan baik dan
memutus konektivitas dan kirim golongan darah dan sampel untuk
menyebabkan pelepasan hormone dicocokkan, Fraktur terbuka
penyebab nyeri (serotonin, bradikinin membutuhkan debridement, antibiotic,
dan histamine). Pasien diberikan terapi dan profilaksis tetanus, Definitif,
selama 10 menit untuk relaksasi nafas Reduksi (tertutup atau terbuka),
dalam dan juga musik. Terapi relaksasi Imbolisasi (gips, bracing fungsional,
nafas dalam diberikan kepada pasien fiksasi internal, fiksasi eksternal,
dengan mengajarkan dan memberikan traksi), Rehabilitasi (bertujuan
arahan atau membimbing pasien. mengembalikan pasien ketingkat fungsi
Sedangkan terapi musik yang diberikan seperti sebelum trauma dengan
kepada pasien adalah jenis aliran musik fisioterapi dan terapi okupasi).
yang memiliki ritme yang tenang dan Menghilangkan nyeri selama perawatan
lembut seperti musik Mozzart. menggunakan tehnik distraksi dan
Sehingga responden menikmati dan relaksasi12.
membantu untuk menurunkan nyeri. Hasil penelitian ini didukung
Baik terapi relaksasi nafas oleh penelitian yang dilakukan oleh
dalam maupun terapi musik dipercaya penelitian yang dilakukan oleh Yulinda
dapat menurunkan nyeri dengan cara pada tahun 2015 mengenai
merilekskan otot-otot pada pasien perbandingan efektifitas terapi musik
10
dengan terapi relaksasi nafas dalam 2. Bagi RSUD Undata Provinsi
terhadap penurunan nyeri pada pasien Sulawesi Tengah
yang dirawat dimana hasil yang Diharapkan juga pengadaan
diperoleh adalah bahwa terapi musik
pelatihan dan sosialisasi kepada
dan terapi relaksasi sama-sama efektif
perawat-peraawat yang bertugas
terhadap penurunan tingkat nyeri pada
agar dapat menerapkan terapi-terapi
pasien yang dirawat.
non farmakologis terhadap pasien-
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
pasien dengan masalah nyeri.
11
(Technical Report Series) 11.Nurarif. Buku Ajar Asuhan Keperawatan
http://whqlibdoc.who.int/trs/WHOtrs.pdf Gangguan Sistem Muskuloskeletal. 2nd.
diakses 12 Februari 2020. Jakarta: EGC. 27p
4. Kemenkes RI. Keputusan Menteri 12.Andarmoyo S. Konsep dan proses
Kesehatan Republik Indonesia Nomor Keperawatan Nyeri. 3rd. Jakarta: EGC.
HK.02.02/I/1564/2018. Tentang 22p
Penatalaksanaan Fraktur. Jakarta:
Depkes. 2018
5. Solehati T & Kosasih CE. Konsep dan
Aplikasi Relaksasi Nafas Dalam
Keperawatan Maternitas. 1st. Bandung:
Refika Adiama. 2014. 24p
6. Smeltzer CS & Bare. Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. 8th. Alih Bahasa Sri Karyati:
Jakarta: EGC. 2013. 42p
7. Ghazani Z. Pengaruh Pemberian Aroma
Terapi dan Tehnik Relaksasi Nafas
Dalam Terhadap Skala Nyeri Pasien
post Op Ekstremitas di RS PKU
Muhammadiyah Gamping. Jurnal
Fakultas Kedokteran. 2016 Januari 14;
12(2): 4.
8. Astuti dan Merdekawati, Bimbingan
Terapi Pengalihan Distraksi Nyeri.
1st.Jakarta: Erlangga. 2016. 33p.
9. Lukman. Buku Ajar Gangguan
Muskuloskeletal. 2 . Jakarta: Salemba
nd
12