Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Kesehatan Panca Bhakti Lampung, Volume VI, No.

2, Oktober 2018 P- ISSN 2338-0020


E- ISSN 2615-8604

PENURUNAN SKALA NYERI PADA PASIEN POST OPEN


REDUCTIONAL INTERNAL FIXATION MENGGUNAKAN RELAKSASI
NAFAS DALAM DAN TERAPI MUSIK

Pujiarto
Akademi Keperawatan Panca Bhakti Bandar Lampung
Email : pujiart_77@yahoo.com

ABSTRAK

Fraktur merupakan istilah dari hilangnya kontinuitas tulang, baik yang bersifat total maupun
sebagian.Tindakan pembedahan yang sering digunakan untuk menangani masalah fraktur adalah ORIF
(Open Reductional Internal Fixation) yang berguna untuk menstabilkan fraktur. Manifestasi klinis
yang timbul dari pembedahan ORIF adalah timbulnya perasaan nyeri. Penanganan nyeri dapat
dilakukan dengan terapi farmakologis dan non-farmakologis. Relaksasi nafas dalam dan terapi musik
merupakan suatu tindakan terapi non-farmakologis. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisa efek
dari penerapan relaksasi nafas dalam dan terapi musik terhadap penurunan skala nyeri. Metode dalam
penelitian ini adalah studi kasus dengan menggunakan 2 sampel penelitian dengan cara pengambilan
data melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi kemudian dilakukan analisa data dengan
mengungkapkan fakta selanjutnya dikaitkan dengan teori dan penelitian sebelumnya. Hasil dalam
penelitian ini menunjukan bahwa relaksasi nafas dalam dan terapi musik dapat menurunkan skalanyeri
pada kedua responden. Berdasarkan hasil penelitian relaksasi nafas dalam dan terapi musik dapat
dijadikan sebagai salah satu manajemen nyeri untuk masalah nyeri pada pasien post ORIF ekstremitas
bawah yang menjalani perawatan.

Kata kunci: Fraktur Ekstremitas Bawah, Nyeri, Open Reductional Internal Fixation (ORIF), Relaksasi
Nafas Dalam, Terapi Musik

ABSTRACT

Fracture is a term of loss of bone continuity, both total and partial. Surgical actions that are often
used to deal with fracture problems are ORIF (Open Reductional Internal Fixation) which is useful
for stabilizing fractures. Clinical manifestations arising from ORIF surgery are the onset of feeling of
pain. Pain management can be done with pharmacological and non-pharmacological therapy. Deep
breath relaxation and music therapy are non-pharmacological therapeutic measures. The aim of this
study is to analyze the effects of applying deep breath relaxation and music therapy on decreasing
pain scale. The method in this study is a case study by using 2 samples research by taking data
through interviews, observations, and documentation and then analyzing the data by revealing the
facts then associated with previous theories and research. The results in this study show that deep
breathing relaxation and music therapy can reduce scalability in both respondents. Based on the
results of deep breath relaxation research and music therapy can be used as one of the pain
management for pain problems in post ORIF patients with lower extremities undergoing treatment.

Keywords: Lower extremity fracture, Pain, Open reductional and internal fixation (ORIF), Deep
breath relaxation, Music therapy

130
Jurnal Kesehatan Panca Bhakti Lampung, Volume VI, No. 2, Oktober 2018 P- ISSN 2338-0020
E- ISSN 2615-8604
PENDAHULUAN
Manifestasi yang timbul akibat
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas
pembedahan ORIF salah satunya adalah
tulang, retak atau patahnya tulang yang
nyeri. Nyeri adalah pengalaman
utuh, yang biasadisebabkan oleh
emosional dan sensori yang tidak
trauma/rudapaksa atau tenaga fisik yang
meyenangkan yang berhubungan
ditentukan jenis dan luasnya trauma
dengan risiko atau aktual kerusakan
(Lukman dan Ningsih, 2009). World
jaringan (Kneale, 2011). Efek samping
Health Organization (WHO) mencatat
yang ditimbulkan dari nyeri pasca
pada tahun 2011-2012 terdapat1,3 juta
pembedahan yaitu memanjangnya
orang menderita fraktur akibat kecelakaan
waktu pemulihan, terhambatnya
lalu lintas (Noorisa, et al, 2017). Di
ambulasi dini, penurunan fungsi sistem
Indonesia sendiri fraktursering disebabkan
dan terhambatnya discharge planning
oleh cidera seperti terjatuh, kecelakaan lalu
(Novita, 2012).
lintas dan trauma tajam/tumpul sebanyak
5,8% (Balitbang Kemenkes RI, 2013). Ada sejumlah terapi yang dapat
Beberapa kasus fraktur di Indonesia, digunakan dalam menurunkan atau

jumlah fraktur pada ekstremitas bawah mengatasi nyeri yaitu dengan cara

akibat kecelakaan memiliki prevalensi terapi farmakologis dan terapi non

yang paling tinggi diantara fraktur lainnya farmakologis. Terapi farmakologis

yaitu sekitar 46,2% (Noorisa, et al, 2017). menggunakan obat-obatan analgetik


dengan cara berkolaborasi dengan
Penanganan fraktur dapat dilakukan
tenaga medis yang lain. Sedangkan
melalui beberapa prosedur seperti operasi terapi non farmakologis yaitu dengan
atau tanpa operasi meliputi imobilisasi, menggunakan cara teknik relaksasi dan
reduksi dan rehabilitasi. Prosedural yang distraksi seperti terapi relaksasi dengan
sering digunakan untuk penatalaksanaan contoh teknik musik, teknik relaksasi
fraktur ialah reduksi dengan cara otot, teknik massage, dan aromaterapi
memasang fiksasi internal maupun fiksasi serta teknik nafas dalam. Namun dalam
eksternal yang menggunakan sekrup, plate hal menurunkan nyeri menggunakan
atau kombinasi keduanya. Tindakan terapi farmakologis dengan obat
pembedahan yang sering digunakan untuk analgetik dapat menimbulkan
menangani masalah fraktur adalah ORIF ketergantungan terhadap obat dan juga
(Open Reductional Internal Fixation) yang akan merugikan pasien dalam segi
berguna untuk menstabilkan fraktur. ekonomi (Novita, 2012).

131
Jurnal Kesehatan Panca Bhakti Lampung, Volume VI, No. 2, Oktober 2018 P- ISSN 2338-0020
E- ISSN 2615-8604
Salah satu teknik yang sering
Dari penjelasan diatas, peneliti tertarik
digunakan untuk menurunkan nyeri
untuk meneliti asuhan keperawatan
pada pasien adalah menggunakan
pada pasien post ORIF ekstremitas
teknik relaksasi nafas dalam. Menurut
bawah dengan masalah keperawatan
Andarmoyo (2013)
nyeri akut menggunakan teknik
relaksasi nafas dalam dan terapi musik
Relaksasi nafas dalam adalah suatu
di ruang Gelatik Rumah Sakit Dr. H.
tindakan untuk membebaskan mental dan
Abdul Moeloek Provinsi Lampung.
fisik dari ketegangan dan stress sehingga
dapat meningkatkan toleransi. Selain METODOLOGI
relaksasi nafas dalam, terapi musik juga
Desain penelitian yang digunakan
dapat menjadi salah satu pilihan untuk
dalam penelitian ini adalah studi kasus.
menurunkan nyeri. Terapi musik adalah
Populasi pada penelitian ini adalah
suatu proses menggabungkan antara aspek
pasien post ORIF ekstremitas bawah
penyembuhan musik itu sendiri dengan
yang dirawat di ruang Gelatik RSAM
kondisi dan situasi seperti fisik, emosi,
provinsi Lampung pada bulan Juni - Juli
spiritual, mental, kognitif dan kebutuhan
2018. Menggunakan sample sebanyak
sosial seseorang (Natalina, 2013).
dua orang responden yang memenuhi
Penelitian yang dilakukan oleh Utomo, et kriteria inklusi.
al (2015) yang meneliti efektifitas antara
Metode pengambilan data dilakukan
terapi musik religi dan slow deep
melalui wawancara, observasi dan
breathing relaxation dengan slow deep
dokumentasi. Instrumen yang
breathing relaxation terhadap intensitas
digunakan untuk melakukan terapi
nyeri pada pasien post operasi bedah
musik adalah mp4 yang berisi lagu
mayor di RSUD Ungaran. Hasil penelitian
religidan dengan menggunakan headset,
pada kelompok eksperimen setelah
serta untuk mengukur skala nyeri
diberikan relaksasi nafas dalam dan musik
menggunakan Numeric Rating Scale
religi menjadi rata-rata 2,88, sedangkan
(NRS), serta SOP relaksasi nafas dalam
pada kelompok yang diberikan relaksasi
dan terapi musik.
nafas dalam setelah diberikan relaksasi
nafas dalam turun menjadi 3,41. Dari hasil Pengumpulan data dilakukan selama 3
tersebut dapat disimpulkan bahwa musik hari setelah mendapatkan pasien,
religi dan nafas dalam lebih efektif dalam sebelum memberikan intervensi,
menurunkan nyeri daripada relaksasi nafas dilakukan pengukuran skala nyeri
dalam saja. menggunakan numeric rating scale

132
Jurnal Kesehatan Panca Bhakti Lampung, Volume VI, No. 2, Oktober 2018 P- ISSN 2338-0020
E- ISSN 2615-8604
(NRS) kemudian dilakukan intervensi Penelitian ini diterapkan etika penelitian
relaksasi nafas dalam dan terapi musik berupa prinsip beneficence, respect human
selama kurang lebih 15 menit. Setelah of dignity, dan justice (Notoatmodjo, 2010)
pemberian intervensi klien diberikan
waktu istirahat selama 10 menit. HASIL

Distribusi data demografi responden berada


Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni -
pada rerata usia 20 tahun.
Juli 2018. Data yang terkumpul dianalisis
dengan membandingkan hasil penelitian,
Tabel 1 Hasil pengukuran skala nyeri sebelum dan
fakta dilapangan dan teori. Tujuannya
sesudah diberikan teknik relaksasi nafas dalam dan
untuk mengetahui perbedaan antara terapi musik di ruang Gelatik RSUD Dr. H. Abdul
skalanyerisebelum dan sesudah diberikan Moeloek Provinsi Lampung

relaksasi nafas dalam dan terapi musik.


Berdasarkan segi pendidikan kedua Hasil penerapan
Tn. B Tn. Y
responden berada pada pendidikan yang Hari Pre Post Pre Post
sama yaitu SMA, kedua responden 11. 19. 11. 19. 11. 19. 11. 19.
30 30 30 30 30 30 30 30
menderita jenis frakturfemur. Berdasarkan
1 5 5 5 4 6 6 6 5
segi pekerjaan responden pertama bekerja 2 5 4 4 3 6 5 5 4
3 4 3 3 2 5 5 4 4
sebagai petani, dan responden kedua
belum bekerja.
PEMBAHASAN
Skala nyeri yang diperoleh oleh kedua
Dari data kedua responden didapatkan usia
responden sebelum diberikan intervensi
pada responden adalah Tn. B berusia 20
berada pada skala nyeri sedang (5) pada
tahun dan Tn. Y berusia 21 tahun yang
responden pertama, dan skala nyeri sedang
dikategorikan pada dewasa muda yang
a. untuk responden kedua. Pada hasil post
merupakan usia produktif. Berdasarkan
test hari ketiga kedua responden
penelitian Desiartama dan Aryana (2017)
mengalami penurunan skala nyeri nyeri
menyebutkan bahwa angka terjadinya
ringan (2) untuk responden pertama dan
fraktur lebih banyak terjadi pada usia 15-35
skala nyeri sedang (4) untuk responden
tahun yang merupakan usia produktif
kedua. Berikut ini data hasil pengukuran
dikarenakan aktifitas yang tinggi dan
skala nyeri sebelum dan sesudah diberikan
mobilitas yang tinggi dari individu dalam
relaksasi nafas dalam dan terapi musik
kelompok usia produktif.
pada kedua responden :

133
Jurnal Kesehatan Panca Bhakti Lampung, Volume VI, No. 2, Oktober 2018 P- ISSN 2338-0020
E- ISSN 2615-8604
Kedua responden sama-sama berjenis Efek samping yang disebabkan oleh nyeri
kelamin laki-laki, hal ini menunjukan pasca pembedahan menyebabkan
bahwa pasien post operasi ORIF yang kecemasan pada kedua responden untuk
menjadi responden di ruang rawat inap menggerakan kaki yang mengalami
penelitian yang dilakukan oleh Desiartama pembedahan ORIF dikarenakan takut
dan Aryana (2017) bahwa fraktur lebih merasakan nyeri. Hal ini sesuai dengan
sering dialami laki-laki sebanyak 69,1% penelitian yang dilakukan oleh Novita
dibandingkan wanita hal ini dikarenakan (2012) yang menyatakan bahwa efek
karena laki-laki lebih sering beraktifitas samping dari nyeri pembedahan dapat
diluar rumah seperti bekerja, berolahraga menghambat ambulasi dini.
dan berkendara selain itu laki-laki juga
Berdasarkan data yang didapat melalui
mempunyai perilaku mengemudi lebih
pengkajian nyeri sebelum pemberian
cepat dibandingkan wanita.
relaksasi nafas dalam dan terapi musik pada
Tn. B adalah nyeri sedang (skala 5) dan Tn.
Kedua responden sama-sama mengalami
Y adalah nyeri sedang (skala 6) hal ini sama
fraktur femur akibat kecelakaan lalu lintas,
dengan yang diungkapan oleh Ismonah et al
hal ini sesuai dengan penilitian Desiartama
(2015) yang menyebutkan bahwa pasien
dan Aryana (2017) yang menyebutkan
pasca pembedahan ORIF sering melaporkan
bahwa fraktur femur lebih banyak
setelah pembedahan pada tingkatan
disebabkan karena kecelakaan lalu lintas
sedangyaitu pada skala 4-6.Nyeri adalah
akibat mobilitas dan aktivitas yang tinggi.
pengalaman emosional dan sensori yang
tidak meyenangkan yang berhubungan
Kedua responden sama-sama mengalami
dengan risiko atau aktual kerusakan
nyeri pada tingkat sedang (skala 4-6)
jaringan (Kneale, 2011).
setelah dioperasi ORIF, hal ini disebabkan
karena kerusakan jaringan lunak yang Dari kedua klien dapat dilihat setelah
diakibatkan dari prosedur pembedahan dilakukan relaksasi nafas dalam dan terapi
ORIF yang dilakukan. Hal ini sesuai musik menunjukkan perubahan skala nyeri
dengan penelitian Ismonah et al (2015) seperti pada Tn. B sebelum pemberian
yang menyebutkan bahwa pasien pasca relaksasi nafas dalam dan terapi musik skala
pembedahan ORIF sering melaporkan nyeri klien adalah nyeri sedang dengan skala
tingkat nyeri pada hari 0-3 setelah 5 dan pada hari ketiga menjadi 2nyeri ringan
pembedahan pada tingkatan sedang yaitu dan pada Tn. Y pada hari pertama klien
pada skala 4-6. mengalami nyeri sedang pada skala 6 dan
pada hari ke-tiga menjadi 4 nyeri sedang.

134
Jurnal Kesehatan Panca Bhakti Lampung, Volume VI, No. 2, Oktober 2018 P- ISSN 2338-0020
E- ISSN 2615-8604
Tn. Y tidak mengalami penurunan tingkat Kecemasan menurut Lubis (2014) memiliki
nyeri dari sedang ke ringan seperti yang hubungan yang signifikan dengan nyeri
terjadi pada Tn. B, hal ini disebabkan meskipun umum diyakini bahwa kecemasan
olehSaat dilakukan pemberian relaksasi akan meningkatkan persepsi nyeri, mungkin
nafas dalam dan terapi musik Tn. B tidak seluruhnya benar dalam semua
mendapatkan dukungan dari keluarga yang keadaan. Namun kecemasan yang relevan
membuat Tn. B menjadi tenang dan atau berhubungan dengan nyeri dapat
termotivasi dalam melakukan relaksasi meningkatkan persepsi pasien terhadap
nafas dalam dan mendengarkan musik nyeri.
dengan fokus, klien tampak tidak terlalu
Hasil penurunan nyeri setelah diberikan
cemas saat melakukan relaksasi nafas dalam
relaksasi nafas dalam dan terapi musik ini
dan terapi musik. Sedangkan Tn. Y ketika
hasil ini sesuai dengan penelitian yang
pemberian relaksasi nafas dalam dan terapi
dilakukan oleh Utomo, dkk (2015) pada
musik tidak mendapat dukungan keluarga
pasien pasca pembedahan mayor di RSUD
yang membuat Tn. Y kurang termotivasi
Ungaran membuktikan bahwa terapi musik
dalam melakukan relaksasi nafas dalam dan
religi di kombinasi dengan teknik relaksasi
terapi musik. Tn. Y ketika mendengarkan
nafas dalam lebih efektif menurunkan nyeri
musik yang diberikan tampak seperti
dibandingkan hanya menerapkan teknik
gelisah dan tidak begitu tenang. Klien masih
relaksasi nafas dalam saja.
tampak merasakan cemas dengan
keadaannya. Berdasarkan data tersebut Peneliti membuktikkan bahwa adanya

membuktikan bahwa dukungan keluarga penurunan tingkat nyeri pada pasien setelah

dan tingkat kecemasan mempengaruhi diberikan relaksasi nafas dalam dan terapi

penurunan nyeri seperti yang diungkapkan musik. Menurut Utomo, et al (2015)

oleh (Haqiki, 2013) bahwa dukungan Pemberian relaksasi nafas dalam

keluarga dapat memberikan rasa senang, merupakan salah satu keadaan yang mampu

rasa aman, rasa nyaman, dan dapat merangsang tubuh untuk mengeluarkan

mempengaruhi kesehatan jiwa dan dapat opioid endogen sehingga terbentuk sistem

meningkatkan semangat hidup dan penekanan nyeri yang akhirnya akan

menurunkan kecemasan pasien serta menyebabkan penurunan nyeri dan

menguatkan komitmen pasien dalam mendengarkan musik dala keadaan akut

menjalani pengobatan. dapat memberikan hasil yang sangat efektif


dalam upaya mengurangi nyeri.

135
Jurnal Kesehatan Panca Bhakti Lampung, Volume VI, No. 2, Oktober 2018 P- ISSN 2338-0020
E- ISSN 2615-8604
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan KEPUSTAKAAN
penelitian Karendehi, et al (2015) pada
Andarmoyo. (2008). Teknik Prosedural
pasien pasca operasi menggunakan terapi Keperawatan Konsep dan Aplikasi
Kebutuhan Dasar Klien. Salemba
musik untuk menurunkan tingkat nyeri,
Medika. Jakarta.
penelitian ini mendapatkan hasil yang
Badan Penelitian dan Pengembangan
menyatakan bahwa skala nyeri sebelum Kesehatan Kementerian Kesehatan RI /
diberikan musik pada kelompok perlakuan Balitbang Kemenkes RI. (2013). Riset
Kesehatan Dasar. Kementerian
dan tanpa musik pada kelompok kontrol Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
adalah sama dengan mean 5,07, dan setelah Desiartama, A, dan I G N W, Aryana. (2017).
di berikan terapi musik sama dengan 3,06. Gambaran Karakteristik Pasien Fraktur
Femur Akibat Kecelakaan Lalu Lintas
Hal ini membuktikan ada pengaruh pada Orang Dewasa di Rumah Sakit
pemberian terapi musik terhadap skala Umum Pusat Sanglah Denpasar Tahun
2013. E-Jurnal Medika. 06 (05) : 1-4.
nyeri akibat perawatan luka bedah pada
Haqiki, S. A. N. (2013). Hubungan Dukungan
pasien pasca operasi. Keluarga dengan Tingkat Kecemasan
Pasien Pre Operasi di Ruang Perawatan
Bedah Baji Kamase 1 dan 2 Rumah
KESIMPULAN Sakit Labuang Baji Makassar. Skripsi.
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Simpulan pada penelitian ini adalah Islam Negeri Alauddin Makassar.
Makassar.
a. Sebelum dilakukan relaksasi nafas dalam
Ismonah., D. A. Cahyaningrum, dan M. S.
dan terapi musik, Tn. B mengalami nyeri Arif. (2015). Pengaruh Slow Deep
sedang (skala 5) dan Tn. Y mengalami Breathing Terhadap Intensitas Nyeri
Pasien Post Orif di RS Telogorejo
nyeri sedang (skala 6). Semarang. Jurnal Ilmu Keperawatan
b. Setelah dilakukan relaksasi nafas dalam dan Kebidanan.
dan terapi musik, Tn. B mengalami Karandehi, D. S., S. S. J. Rompas, dan H.
Bidjuni. (2015). Pengaruh Pemberian
penurunan nyeri menjadi nyeri ringan
Musik Terhadap Skala Nyeri Akibat
(skala 2) dan Tn. Y mengalami Perawatan Luka Bedah pada Pasien
Pasca Operasi di Ruang Perawatan
penurunan menjadi nyeri sedang (skala
Bedah Flamboyan Rumah Sakit TK. III
4). 07.06.01 R.W Mongsidi Manado Tahun
2015. E Journal Keperawatan. 3(2): 1-8.
c. Pemberian relaksasi nafas dalam dan
Kemenkes RI. (2013). Profil Kesehatan
terapi musik berpengaruh dalam
Indonesia 2012. Jakarta: Kemenkes
menurunkan tingkat nyeri selama
dirawat dirumah sakit. Kneale, J. D dan P. S. Davis. (2011).
Keperawatan Ortopedik & Trauma. Edisi
Kedua. EGC. Jakarta.
Lubis, M. (2014). Hubungan Tingkat
Kecemasan dengan Persepsi Nyeri pada
Pasien Apendisitis di Ruang Bedah
Rumah Sakit Embung Fatimah Kota
Batam.
136
Jurnal Kesehatan Panca Bhakti Lampung, Volume VI, No. 2, Oktober 2018 P- ISSN 2338-0020
E- ISSN 2615-8604

Lukman, dan N. Ningsih. (2009). Asuhan


Keperawatan pada Klien dengan Novita, D. (2012). Pengaruh Terapi Musik
Gangguan Sistem Muskuloskeletal. terhadap Nyeri Post Operasi Open
Salemba Medika. Jakarta. Reductional and Internal Fixation
(ORIF) di RSUD Dr. H. Abdul
Natalina, D. (2013). Terapi Musik Bidang Moeloek Provinsi Lampung. Tesis.
Keperawatan. Edisi Pertama. Mitra
Fakultas Ilmu Perawatan Program
Wacana Media. Jakarta.
Pascasarjana Magister Ilmu
Keperawatan Kekhususan
Noorisa, R., D. Apriliawati., A. Aziz, dan
Keperawatan Medikal Bedah
S. Bayusentosa. (2017). The
Universitas Indonesia. Depok.
Characteristic Of Patients With
Femoral Fracture In Department Of Utomo, W., Y. Armiyati, dan M. S. A. SN.
Orthopaedic And Traumatology (2015). Efektifitas antara Musik Religi
RSUD Dr. Soetomo Surabaya 2013- dan Slow Deep Breathing Relaxation
2016. Journal of Orthopaedicand dengan Slow Deep Breathing
Traumatology Surabaya Media. 06 Relaxation terhadap Intensitas Nyeri
(01): 1-10.
pada Pasien Post Operasi Bedah
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Mayor si RSUD Ungaran
Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.
Jakarta

137

Anda mungkin juga menyukai