Anda di halaman 1dari 11

IMPLEMENTASI TERAPI RELAKSASI NAFAS DALAM UNTUK

PENURUNAN NYERI PADA PASIEN FRAKTUR POST OPERASI

Rachmad Setya Prabawa1), Massaid Dami W2), Iswanti Purwaningsih3)


1)
Politeknik Kesehatan Karya Husada Yogyakarta
2)
RSUP Dr. Sardjito
3)
Politeknik Kesehatan Karya Husada Yogyakarta

e-mail : iswanti.purwaningsih@gmail.com

ABSTRAK

Latar belakang : Nyeri yang dirasakan responden akan berdampak memburuk dan dapat
mengganggu aktivitas. Tujuan studi kasus ini adalah mengetahui pengaruh implementasi terapi
relaksasi nafas dalam untuk menurunkan intensitas nyeri fraktur post operasi. Metode : Metode
dalam penelitian ini menggunakan studi kasus dengan memilih pasien sesuai kriteria inklusi
kemudian dilakukan observasi, wawancara, dan pemeriksaan fisik. Subjek : Pasien nyeri
fraktur post operasi dengan intensitas nyeri ringan sampai sedang dan bersedia menjadi
responden. Analisis nyeri diukur dengan menggunakan Numeric Rating scale. Hasil : Analisis
menunjukkan penurunan tingkat nyeri fraktur post operasi setelah implementasi. Pada
responden dengan nyeri skala 6 menjadi skala 2. Kesimpulan : Implementasi terapi relaksasi
nafas dalam mampu menurunkan tingkat nyeri pada pasien fraktur post operasi.

Kata kunci : fraktur, nyeri, relaksasi nafas dalam, nyeri fraktur post operasi.

ABSTRACT

Background: The pain felt by the respondent will have a worsening impact and can interfere
with activities. The purpose of this case study was to determine the effect of implementing deep
breathing relaxation therapy to reduce the intensity of postoperative fracture pain. Methods:
The method in this study used a case study by selecting patients according to the inclusion
criteria and then conducting observations, interviews, and physical examinations. Subject :
Postoperative fracture pain patient with mild to moderate pain intensity and willing to be a
respondent. Pain analysis was measured using the Numeric Rating scale. Results: The analysis
showed a decrease in the level of postoperative fracture pain after implementation. In
respondents with pain scale 6 to scale 2. Conclusion: Implementation of deep breathing
relaxation therapy is able to reduce pain levels in postoperative fracture patients.

Keywords : fracture, pain, deep breath relaxation, post operative fracture pain.
PENDAHULUAN Untuk prosedur non operasi yaitu
dipasang gips dan untuk metode
Fraktur adalah retak atau patah tulang
operasi sering dilakukan pembedahan
yang disebabkan oleh trauma atau
atau ORIF (Open Reductional Internal
cedera, tenaga fisik. Menurut (Lela &
Fixation) yang berguna untuk
Reza, 2018). Fraktur adalah
menstabilkan fraktur. Operasi atau
diskontinuitas yang disebabkan oleh
pembedahan adalah tindakan
trauma. Menurut (Dahlisa et al., 2020).
pengobatan yang menggunakan cara
Fraktur merupakan suatu keadaan
invasive yaitu dengan membuka
disintegritas tulang atau terputusnya
bagian tubuh yang akan ditangani.
kontinuitas jaringan tulang yang
Tindakan pembedahan dipastikan
ditentukan sesuai jenis dan luasnya.
mengakibatkan kerusakan jaringan
(Wijaya et al., 2018).
yang akan menimbulkan rasa nyeri
Hasil Riset Kesehatan Dasar
pada pasien post operasi. (Wijaya et
(RISKESDAS) oleh badan penelitian
al., 2018).
dan pengembangan Depkes RI di
Nyeri merupakan pengalaman sensori
Indonesia terjadi kasus fraktur yang
yang dan emosional yang tidak
disebabkan oleh cidera antara lain
menyenangkan akibat kerusakan
karena jatuh, kecelakaan lalu lintas,
jaringan (Muhammad et al., 2019).
dan trauma benda tajam/tumpul. Dari
Efek samping yang ditimbulkan dari
45.987 peristiwa terjatuh yang
nyeri pasca pembedahan yaitu
mengalami fraktur sebanyak 1.775
memanjangnya waktu pemulihan,
orang (3,8%), dari 20.829 kasus
terhambatnya ambulansi dini,
kecelakaan lalu lintas yang mengalami
penurunan fungsi system, dan
fraktur sebanyak 1.770 orang (8,5%),
terhambatnya discharge planning.
dari 14.127 kasus trauma benda
(Padila, 2020). Apabila nyeri pada
tajam/tumpul yang mengalami fraktur
pasien post operasi tidak segera
sebanyak 236 (1,7%). (Lela & Reza,
ditangani akan mengakibatkan pasien
2018). Penanganan fraktur dapat
gelisah, imobilisasi, stress, dan
dilakukan dengan du acara yaitu
ketegangan yang akan menimbulkan
tindakan operasi dan non operasi.
respon psikis dan fisik (Primadina,
2019).
Pada pasien fraktur post operasi akan Satu diantara relaksasi adalah relaksasi
mengalami nyeri dengan 3 kategori, nafas dalam. Relaksasi nafas dalam
yaitu nyeri ringan, nyeri sedang, dan dipercaya dapat menurunkan intensitas
nyeri berat. Untuk meredakan nyeri nyeri pasca operasi. Teknik relaksasi
atau menghilangkan nyeri diperlukan nafas dalam dipercaya dapat
manajemen nyeri. Manajemen nyeri menurunkan instensitas nyeri dengan
merupakan salah satu cara yang merilekskan otot skelet yang
digunakan dibidang kesehatan untuk mengalami spasme disebabkan oleh
mengatasi nyeri yang dialami pasien peningkatan prostaglandin sehingga
(Aini & Reskita, 2018). terjadi vasodilatasi pembuluh darah
Tindakan untuk mengatasi nyeri bisa dan akan meningkatkan aliran darah
dilakukan dengan terapi farmakologi yang mengalami spasme dan iskemik,
dan non farmakologi, terapi relaksasi nafas dalam melibatkan otot
farmakologi yaitu menggunakan obat- dan respirasi yang tidak membutuhkan
obatan analgetik dengan berkolaborasi alat lain sehingga dapat dilakukan
tenaga medis. (Kurniawan et al., 2021). kapan saja sewaktu nyeri itu muncul.
Untuk tindakan non farmakologi dalam Sebelum dilakukan relaksasi nafas
mengatasi nyeri menggunakan dalam, mayoritas responden
berbagai macam tindakan, ada teknik mengatakan nyeri berat, tetapi setelah
distraksi dan relaksasi, teknik distraksi dilakukan terapi relaksasi nafas dalam,
yaitu pengalihan perhatian ke hal yang responden mengatakan intensitas nyeri
lain dengan demikian dapat menjadi ringan. (Igiany, 2018).
menurunkan nyeri yang dirasakannya, Dari hasil penelitian oleh utomo,
ada pula teknik relaksasi yaitu, setelah dilakukan terapi relaksasi nafas
kebebasan mental dan fisik dari dalam didapatkan hasil nyeri mereda
ketegangan dan stres, karena dapat menjadi 3,4. Diketahui dari 11 orang
mengubah presepsi kognitif dan mengalami nyeri hebat dan setelah
motivasi afektif pasien. Teknik dilakukan terapi relaksasi nafas dalam
relaksasi merupakan salah satu metode menjadi berkurang, 10 mengatakan
manajemen nyeri non farmakologi nyeri sedang dan 1 nyeri ringan
dalam strategi penanggulangan nyeri kemudian dibuktikan dari 8 responden
(Widianti, 2020). nyeri sedang setelah dilakukan terapi
relaksasi nafas dalam mengalami Instrumen studi kasus ini menggunakan
penurunan nyeri pada 7 orang (SOP) Standar Operasional Prosedur
mengatakan nyeri menjadi ringan dan 1 pemberian Terapi Relaksasi Nafas
orang mengatakan dari nyeri sedang Dalam, dan lembar observasi atau
menjadi tidak nyeri. Dari hasil tersebut penilaian nyeri pada pasien fraktur post
dapat disimpulkan bahwa terapi operasi dengan Numeric Rating Scale
relaksasi efektif untuk menurunkan (NRS).
nyeri (Dalam Pujiarto, 2018). Mengumpulkan data dari pasien. Data
Berdasarkan uraian diatas maka penulis yang dikumpulkan adalah hasil dari
tertarik untuk menyusun Karya Tulis pengumpulan data dengan wawancara,
Ilmiah dalam bentuk studi kasus observasi, dokumentasi dan
tentang implementasi terapi relaksasi pemeriksaan fisik pasien yang terdiri
nafas dalam untuk menurunkan nyeri dari, identitas pasien, keluhan, tanda
pada pasien fraktur post operasi. gejala nyeri dengan PQRST. Penilaian
skala nyeri sebelum dan sesudah
METODE dilakukan implementasi terapi relaksasi
Jenis penelitian ini menggunakan nafas dalam, catatan rekam medis
metode studi kasus atau metode yang pasien dan hasil pemeriksaan rontgen,
langsung diambil dari pasien langsung periksaan fisik seperti ada komplikasi
dengan cara mengkaji masalah atau kelainan pada fraktur post operasi
keperawatan pada pasien dengan dan palpasi pada bagian yang terasa
keluhan nyeri post operasi fraktur. nyeri. Data tersebut harus sesuai
Pendekatan yang digunakan adalah dengan kenyataan.
dengan melakukan asuhan keperawatan
meliputi pengkajian, diagnosis, HASIL
intervensi, implementasi dan evaluasi. Hasil dari studi kasus yang telah
Subyek dalam penelitian ini adalah dilakukan disajikan pada diagram
pasien yang mengalami fraktur dan dibawah ini, kemudian akan dijabarkan
berada dalam fase post operasi. Pasien pada pembahasan dibawah.
yang tidak mengalami fraktur multiple.
Pasien dalam keadaan sadar penuh,
tidak dalam keadaan koma.
DIAGRAM PENURUNAN SKALA NYERI

6 6
6

5 5
5

4 4 4 4 4 4 4 4 4
4

3 3 3 3 3 3 3 3 3
Skala Nyeri

2 2 2 2
2

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3
si si si si si si si si si i1 i1 i1 i1
nta nta nta nta nta nta nta nta nta tas t as tas t as
e e e e e e e e e en en en en
em l em lem l em lem lem l em lem l em em em lem l em
pl p p p p p p p p l l
Im Im Im Im Im Im Im Im Im Imp Imp Imp Imp

Sebelum Sesudah
PEMBAHASAN Terapi relaksasi nafas dalam
Setelah dilakukan implementasi terapi mempengaruhi skala nyeri. Responden
relaksasi nafas dalam, kemudian pasien merasa lebih tenang dan relaks setelah
dievaluasi hasil implementasi apakah melakukan tindakan terapi relaksasi
ada penurunan atau tidak. Dari hasil nafas dalam.
implementasi yang telah dilakukan, Penelitian dari (Igiany, 2018) dengan
terdapat penurunan nyeri secara judul “Perbedaan Nyeri Pada Pasien
bertahap, dan ditunjukan menggunakan Bedah Fraktur Ekstermitas Sebelum
Numeric Rating scale, dapat juga dan Sesudah Dilakukan Teknik
dilihat dari eskpresi responden Relaksasi Nafas Dalam mendukung
menahan nyeri. Sebelum melakukan bahwa relaksasi napas dalam dipercaya
implementasi terapi relaksasi nafas dapat menurunkan intensitas nyeri
dalam, harus bina hubungan saling dengan merelaksasikan otot-otot skelet
percaya pada responden. Setelah yang mengalami spasme yang
terjalin hubungan saling percaya, disebabkan oleh peningkatan
kemudian dilakukan implementasi prostaglandin sehingga terjadi
terapi relaksasi nafas dalam. Sebelum vasodilatasi pembuluh darah dan akan
dilakukan tindakan, responden dengan meningkatkan aliran darah ke daerah
skala nyeri 6 (sedang), terdapat yang mengalami spasme dan iskemik.
penurunan skala nyeri secara bertahap Penelitian ini sejalan dengan hasil
setelah dilakukan implementasi. penelitian (Aini & Reskita, 2018)
Implementasi terapi relaksasi nafas dengan judul “Pengaruh Teknik
dalam ke 1 responden dengan nyeri Relaksasi Nafas Dalam Terhadap
fraktur post operasi yang intensitas Penurunan Nyeri Pada Pasien Fraktur
nyerinya sedang yaitu nyeri skala 6. Post Operasi” tertera Teknik relaksasi
Implementasi relaksasi nafas dalam dapat menurunkan nyeri dengan
diterapkan pada pasien fraktur post merilekskan ketegangan otot yang
operasi yang mengalami nyeri ringan menunjang nyeri. Hasil uji statistik
sampai sedang selama 3 hari. Setiap 1 didapatkan nilai p-value=0,001, maka
hari dilakukan implementasi 3-5 kali. dapat disimpulkan terdapat penurunan
Implementasi dilakukan sebanyak 13 skala nyeri sebelum dan sesudah
kali dalam waktu 3 hari. dilakukan teknik relaksasi nafas dalam
pada pasien fraktur. Penelitian lain dari (Oliver, 2019) dengan judul “Teknik
(suhartini et al., 2013) dengan judul Relaksasi Nafas Dalam Dengan Nyeri
“Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Akut Post Operasi Fraktur” Teknik
Dalam Terhadap Intensitas Nyeri Pada relaksasi napas dalam dapat
Pasien Post Operasi Fraktur Di Ruang mengendalikan nyeri dengan
Irna A Blu RSUP Prof Dr. R.D Kandau meminimalkan aktivitas simpatik
Manado” juga menunjang, menunjukan dalam sistem saraf otonom. Peneliti
bahwa teknik relaksasi nafas dalam melakukan implementasi terhadap
dapat menurunkan nyeri pasca operasi. responden dengan 3 hari intervensi
Hal ini terjadi karena relative kecilnya menggunakan frekuensi 3-5x dalam 1
peran otot- otot skeletal dalam nyeri hari. Setiap kali melakukan
pasca operasi atau kebutuhan pasien implementasi, responden tetap dibuat
untuk melakukan teknik relaksasi rileks.
secara efektif. Hasil analisi diperoleh Pada penelitian ini peneliti melakukan
nilai p sebesar 0,000 dengan kata lain p implementasi pada responden, dengan
< 0,05. Oleh karena itu maka Ho frekuensi implementasi 3 hari. Setiap 1
ditolak dan Ha diterima. Jadi hasil hari dilakukan implementasi 3-5 kali
penelitian ini menunjukan bahwa implementasi. Pada saat implementasi,
teknik relaksasi dapat menurunkan peneliti membantu responden untuk
nyeri pada pasien pasca operasi fraktur fokus pada tindakan terapi. Relaksasi
secara bermakna. merupakan kebebasan mental dan fisik
Penelitian yang menunjang adalah dari ketegangan dan stress, karena
penelitian dari (Ayudianningsih & dapat mengubah persepsi kognitif dan
Maliya, 2015) bahwa Teknik relaksasi motivasi afektif pasien. Relaksasi nafas
nafas dalam merupakan salah satu dalam adalah suatu tindakan untuk
metode manajemen nyeri non membebaskan mental fisik dari
farmakologi, sangat efektif dalam ketegangan dan stress sehingga dapat
menurunkan nyeri pasca operasi. meningkatkan toleransi. Teknik
Teknik relaksasi membuat pasien dapat relaksasi membuat pasien dapat
mengontrol diri ketika terjadi rasa tidak mengontrol diri ketika terjadi rasa tidak
nyaman atau nyeri, stress fisik dan nyaman atau nyeri, stress fisik dan
emosi pada nyeri. Penelitian yang juga emosi pada nyeri.
menunjang adalah penelitian dari
Penurunan intensitas nyeri disebabkan Diharapkan untuk perawat, tidak harus
karena teknik relaksasi napas dalam menunggu waktu paruh obat saat
dapat merangsang tubuh untuk melakukan implementasi terapi
mengeluarkan opioid endogen yang relaksasi nafas dalam, karena bisa
akan menghambat impuls nyeri dilakukan pada saat nyeri timbul dan
sehingga dapat menurunkan persepsi jika dilakukan secara kombinasi
nyeri pasien (Igiany, 2018). dengan analgetik akan lebih kuat
efektivitasnya.
KESIMPULAN Diharapkan terapi relaksasi nafas
Berdasarkan hasil studi kasus tentang dalam bisa digunakan untuk peneliti
implementasi terapi relaksasi nafas selanjutnya.
dalam untuk penurunan nyeri pada
pasien fraktur post operasi dapat DAFTAR PUSTAKA
disimpulkan : Aini, L., & Reskita, R. (2018).
Terdapat penurunan intensitas nyeri Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas
setelah dilakukan implementasi terapi Dalam terhadap Penurunan Nyeri
relaksasi nafas dalam, sebelum pada Pasien Fraktur. 9(2013), 262–
dilakukan implementasi dengan nyeri 266.
skala 6 (sedang) kemudian setelah
implementasi menurun menjadi skala 2 Astuti, E. S. N. (2018). Penerapan
(ringan). Implementasi terapi relaksasi Teknik Relaksasi Nafas Dalam Pada
nafas dalam efektif menurunkan nyeri, Gangguan Kbutuhan Nyaman: Nyeri
khususnya untuk menurunkan nyeri Pasien Post Operasi Fraktur Femure.
pada pasien fraktur post operasi dengan Eprints Poltekkes Jogja, 2013.
skala nyeri ringan sampai sedang.
Ayudianningsih, N. G., & Maliya, A.
SARAN (2015). Pengaruh Teknik Relaksasi
Diharapkan untuk masyarakat yang Nafas Dalam Terhadap Penurunan
mengalami nyeri dapat menerapkan Tingkat Nyeri Pada Pasien Pasca
implementasi terapi relaksasi nafas Operasi Fraktur Femur Di Rumah
dalam, khususnya pada pasien fraktur Sakit Karima Utama Surakarta.
post operasi. Naskah Publikasi FIK UMS, 1(2),
191–199.
Dahlisa, R., Arifin, R., & Pekanbaru, Pengaruh pemberian teknik nafas
A. (2020). Journal of STIKes Awal dalam dan murottal terhadap skala
Bros Pekanbaru Maret, 2020. 64–70. nyeri saat perawatan luka pada pasien
Sahudin. 6(2), post operasi. Natosba, J., Purwanto, S.,
Jaji, J., & Rizona, F. (2020).
Oliver, J. (2019). Teknik Relaksasi
Napas Dalam dengan Nyeri Akut. Aplikasi Progressive Muscle
Journal of Chemical Information and Relaxation Sebagai Upaya Reduksi
Modeling, 53(9), 1689–1699 Nyeri Dan Kecemasan. Jurnal
Abdimas Madani Dan Lestari
Primadina, N. (2019). Perpustakaan (JAMALI), 2(2), 66–75. art3 Ningsih,
Universitas Airlangga. Toleransi D. A., Sanisahuri, & Agustin, D.
Masyarakat Beda Agama, 30(28), (2018).
5053156.
The Effect of Deep Breath Relaxation
Pujiarto, P. (2018). Penurunan Skala Therapy on Pain Intensity in Post
Nyeri Pada Pasien Post Open Patients Fracture Surgery in Seruni Room
Reductional Internal Fixation of dr. M. Yunus Hospital Bengkulu. Jurnal

Menggunakan Relaksasi Nafas Dalam Sains Kesehatan, 26(2), 21–29.

Dan Terapi Musik. Jurnal Kesehatan


Panca Bhakti Lampung, 6(2), Nurul, S., & Kutacane, H. (2021). Dalam
Pada Pasien Post of Fraktur Di Rsud H .

Rsup, B. L. U., Kandou, P. R. D., & Sahudin. 6(2), 36–43.

Rottie, J. (2013). PENGARUH


TEKNIK RELAKSASI TERHADAP Natosba, J., Purwanto, S., Jaji, J., &

INTENSITAS NYERI PADA PASIEN Rizona, F. (2020). Aplikasi

POST OPERASI FRAKTUR DI Progressive Muscle Relaxation

RUANG IRNINA A BLU RSUP PROF Sebagai Upaya Reduksi Nyeri Dan

Dr. R.D KANDOU MANADO. 1, 1–6. Kecemasan. Jurnal Abdimas Madani

Sari, P. (2016). Dan Lestari (JAMALI), 2(2), 66–75.


Sari, P. (2016). Pengaruh pemberian Yudiyanta, Novita, K., & Ratih, N. W.
teknik nafas dalam dan murottal (2015). Assesment Nyeri. Assesment
terhadap skala nyeri saat perawatan Nyeri, 42(3), 214–234.
luka pada pasien post operasi.

Wijaya, I. P. A., Wati, D. K., Pudjiadi,


Sumirta, I. N., Candra, I. wayan, & A., Latief, A., Francisco, A. R. L.,
Harini, I. (2020). Pelatihan Teknik Ogasawara, H., Megawahyuni, A.,
Visualsasi Untuk Menurunkan Stres Hasnah, H., & Azhar, M. U. (2018).
Pada Pasien Diabetes Mellitus di Factors Influence Pain Intensity
Puskesmas Sukawati I Kabupaten Patient Post Operation Lower Limb
Gianyar Tahun 2019. Jurnal Fracture In BRSU Tabanan. Journal of
Pengabmas Masyarakat Sehat (JPMS), Chemical Information and Modeling,
2(2), 97–102. 2(1), 8.
https://doi.org/10.33992/ms.v2i2.1004

Lela, A., & Reza, R. (2018). Pengaruh


Tjahya, A. (2017). Penilaian nyeri. teknik relaksasi nafas dalam terhadap
Academia, 133–163. penurunan nyeri pada pasien fraktur.
http://www.academia.edu/download/49 Jurnal Kesehatan, 9(2), 262–266.
499859/pemeriksan-dan-
penilaiannyeri. Marwadi, A. (2019). Efektifitas
Pemberian Teknik Non Farmakologi
Widianti, S. (2020). INTENSITAS Pada Nyeri akut.
NYERI PADA PASIEN POST
OPERASI FRAKTUR ( STUDI Dewi, N. P., Utami, S., Studi, P.,
LITERATUR ). 12(23), 92–99. Keperawatan, I., & Riau, U. (2016).
Efektivitas relaksasi autogenik
Yakub dan Herman. (2011). Tinjauan terhadap dysmenorrhea. 97–104.
Pustaka Tinjauan Pustaka. Convention
Center Di Kota Tegal, 4(80), Igiany, P. D. (2018). Teknik Relaksasi
Napas Dalam. 01(01), 16–21
Dosen, S., Keperawatan, I.,
Muhammadiyah, U., Dosen, S.,
Keperawatan, I., & Muhammadiyah,
U. (n.d.). obat-obatan dalam strategi
penanggulangan. 0–7. Freye, K.,
Lammers, W., Bartelt, D., & Pohlenz,
O. (2019). Fraktur. Radiologisches
Wörterbuch, 12

Hr, R., Azhar, M. U., & Irwan, M.


(2019). Terapi Non Farmakologi
dalam Penanganan Diagnosis Nyeri
Akut pada Fraktur : Systematic
Review. 4, 77– 87.

Anda mungkin juga menyukai