Anda di halaman 1dari 8

EVIDANCE BASED PRACTICE

“FRAKTUR”

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah

Dosen Pembimbing :

Hana Ariyani, M.Kep

Disusun Oleh :

Nadya Paramitha
NIM : J2014901054

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
2020
EVIDANCE BASED PRACTICE

1. PENDAHULUAN
Fraktur merupakan istilah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan, baik yang bersifat
total maupun sebagian (Helmi, 2012). Fraktur juga dikenal dengan istilah patah tulang,
biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik, kekuatan, sudut, tenaga, keadaan tulang,
dan jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi disebut
lengkap atau tidak lengkap.
Penyebab terbanyak fraktur adalah kecelakaan, baik itu kecelakaan kerja, kecelakaan
lalu lintas dan sebagainya. Tetapi fraktur juga bisa terjadi akibat faktor lain seperti proses
degeneratif dan patologi. Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat pada tahun 2011-2012
terdapat 5,6 juta orang meninggal dunia dan 1,3 juta orang menderita fraktur akibat kecelakaan
lalu lintas. Tingkat kecelakaan transportasi jalan di kawasan Asia Pasifik memberikan
kontribusi sebesar 44% dari total kecelakaan di dunia, yang didalamnya termasuk Indonesia.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) oleh Badan Penelitian dan
Pengembangan Depkes RI tahun 2013 didapatkan data kecenderungan peningkatan proporsi
cedera transportasi darat (sepeda motor dan darat lain) dari 25,9% pada tahun 2007 menjadi
47,7%.
Penanganan terhadap fraktur dapat dengan pembedahan atau tanpa pembedahan,
meliputi imobilisasi, reduksi dan rehabilitasi. Reduksi adalah prosedur yang sering dilakukan
untuk mengoreksi fraktur, salah satu cara dengan pemasangan fiksasi internal dan fiksasi
eksternal melalui proses operasi.
Hampir semua pengalaman fraktur mengakibatkan rasa nyeri. Nyeri merupakan
pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan
yang aktual atau potensial. Perawat lebih banyak menghabiskan waktunya bersama pasien
yang mengalami nyeri dibanding tenaga kesehatan lainnya dan perawat mempunyai
kesempatan untuk membantu menghilangkan nyeri dan efeknya yang membahayakan.
Tindakan untuk mengatasi nyeri dapat dilakukan dengan tindakan pengobatan
(farmakologis) dan tanpa pengobatan (non farmakologis). Tindakan farmakologis yaitu
dengan memberikan obat-obatan seperti obat analgesik, analgesik non narkotika dan obat anti
inflamasi non steroid (NSAID). Secara non farmakologis ada beberapa metode yang
digunakan untuk membantu penanganan nyeri paska pembedahan, seperti menggunakan
terapi fisik (dingin, panas) yang dapat mengurangi spasme otot, akupuntur untuk nyeri kronik
(gangguan muskuloskletal, nyeri kepala), terapi tubuh-pikiran (musik, hipnosis, terapi
kognitif, terapi tingkah laku) dan rangsangan elektrik pada sistem saraf (TENS, Spinal Cord
Stimulation, Intracerebral Stimulation) (Andarmoyo, 2013).
Salah satu tindakan non farmakologis adalah pemberian terapi musik yang merupakan
mind-body therapy pada terapi komplementer dan alternative. Terapi musik dipilih karena
musik mampu menstimulasi pelepasan endorfin di otak. Zat kimia otak ini mampu memblok
transmisi stimulus nyeri sehingga nyeri yang dirasakan oleh klien menjadi berkurang. Musik
terbukti menunjukkan efek yaitu menurunkan tekanan darah, dan mengubah persepsi
waktu.Perawat dapat menggunakan musik dengan kreatif diberbagai situasi klinik, pasien
umumnya lebih menyukai melakukan suatu kegiatan memainkan alat musik, menyanyikan
lagu atau mendengarkan musik. Musik yang sejak awal sesuai dengan suasana hati individu,
merupakan pilihan yang paling baik

2. ANALISIS JURNAL
NO 1 2 3
Judul Pengaruh Terapi Musik Pengaruh Pemberian Efektifitas Terapi Musik
Terhadap Skala Nyeri Pada Terapi Musik Klasik Mozart Terhadap
Pasien Fraktur Di Irina A Terhadap Penurunan Penurunan Intensitas Nyeri
Rsup Prof. Dr. R.D. Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operasi
Kandou Manado Pasien Post Operasi Fraktur
Fraktur Di Rsup Dr. M.
Djamil Padang
P Populasi dalam penelitian Populasi dalam penelitian Sampel pada penelitian ini
ini adalah seluruh pasien ini adalah seluruh Pasien adalah pasien post operasi
fraktur yang dirawat di Post Operasi Fraktur Di fraktur yang berjumlah15
rungan Irina A RSUP Prof. RSUP Dr. M. Djamil orang
Dr. R.D. Kandau Manado Padang, dan diambil
sample sebanyak 20 orang
I Pemberian terapi musik Pemberian terapi musik Melakukan intervensi
didengarkan minimal 15 klasik dengan pemberian terapi
menit satu kali terapi agar musik mozart selama 30
dapat memberikan efek menit.
teraupeutik.
C Pembanding dalam Pembanding dalam Pembanding dalam
penelitian ini terletak pada penelitian ini terletak pada penelitian ini terletak pada
satu kelompok yg sample yaitu 10 orang di perbedaan skala nyeri
diberikan intervensi dan kelompok intervensi dan sebelum dan sesudah
satu kelompok kontrol. 10 orang di kelompok dilakukan intervensi terapi
kontrol. musik Mozart.
O Berdasarkan uji T terdapat Hasil penelitian Hasil menunjukkan terapi
pengaruh terapi musik menunjukkan bahwa mozart efektif dalam
terhadap skala nyeri pasien terdapat perbedaan antara penurunan Intensitas Nyeri
fraktur di Irina A RSUP skala nyeri antara Pasien Post Operasi
Prof. Dr. R. D. Kandou kelompok kontrol dan Fraktur. Tingkat
Manado (P value = 0,000; kelompok intervensi kepercayaan 95% (α =
_ = 0,05). setelah diberikan terapi 0,05) diperoleh nilai p
musik klasik dengan nilai p value adalah 0,001, dengan
value 0,003 (p<0,05) demikian p value> α
(0,001>0,05)
T Juli-Oktober 2015 Oktober 2016 April - Oktober 2018.

3. PEMBAHASAN
Salah satu ketakutan terbesar pasien fraktur adalah nyeri karena tulang belum
tersambung dengan sempurna, atau posisi tulangnya tersambung namun belum segaris lurus
sehingga ada bagian tulang yang menusuk otot, pembuluh darah atau saraf-saraf di sekitar
tulang. Adanya cedera atau robekan pada otot, untuk itu perawat perlu memberikan informasi
kepada pasien dan keluarga pasien tentang terapi non farmakologi yang bisa membantu pasien
dalam menghilangkan atau mengurangi nyeri.
Nyeri dirasakan hebat jika anggota tubuh yang mengalami fraktur digerakkan. Sebagian
besar di Rumah Sakit hanya memberikan tindakan berupa farmakologis atau pemberian obat
analgesic untuk pereda nyeri, selain obat untuk mengatasi nyeri belum ada tindakan lain yang
diberikan petugas rumah sakit untuk mengatasi nyeri yang di alaminya. Nyeri setelah
pembedahan merupakan hal yang normal. Nyeri yang dirasakan klien bedah meningkat seiring
dengan berkurangnya pengaruh anestesi. Area insisi mungkin menjadi satu-satunya sumber
nyeri. Balutan atau gips yang ketat dan regangan otot akibat posisi ketika klien berada di atas
meja operasi menyebabkan klien merasa tidak nyaman. Secara signifikan nyeri dapat
memperlambat pemulihan.
Berdasarkan ke 3 jurnal diatas, Terapi musik merupakan salah satu penatalaksanaan
nyeri dengan metode non farmakologis.terapi musik mampu mempengaruhi persepsi dengan
cara mendistraksi, yaitu pengalihan pikiran dari nyeri, musik dapat mengalihkan konsentrasi
klien pada hal-hal yang menyenangkan. Selain itu, penggunaan musik untuk relaksasi dapat
mempercepat penyembuhan, meningkatkan fungsi mental dan menciptakan rasa sejahtera.
Terapi musik juga dapat mempengaruhi fungsi-fungsi fisiologis, seperti respirasi,
denyut jantung dan tekanan darah. Musik juga dapat menurunkan kadar hormon kortisol yang
meningkat pada saat stres. Musik juga merangsang pelepasan hormon endorfin, hormon tubuh
yang memberikan perasaan senang yang berperan dalam penurunan nyeri. Terapi musik bisa
menjadi distraksi dari nyeri seseorang dan mengurangi efek samping analgesik, terapi musik
juga bisa menurunkan kecemasan, gejala depresi, meningkatkan motivasi, sehingga
berkontribusi meningkatkan kualitas hidup pasien. Jenis musik relaksasi dan distraksi yang
dapat dijadikan alternatif adalah musik klasik mozart. Hal ini sejalan dengan penilitian djamal
tentang pengaruh terapi music terhadap skala nyeri pada pasien fraktur bahwa terapi music
bias digunakan sebagai terapi komplementer pada pasien fraktur. Penurunan nyeri ini dapat
membantu penyembuhan kondisi umum.
Terapi musik bisa mempengaruhi keadaan biologis tubuh seperti emosi, memori.
Ketukan yang tetap dan tenang memberi pengaruh kuat kepada pasien sehingga tercipta suatu
keadaan rileks. Keadaan rileks ini memicu teraktifasinya sistem syaraf parasimpatis yang
berfungsi sebagai penyeimbang dari fungsi simpatis. Terapi musik terhadap intensitas nyeri
dan hasil penelitian menunjukan bahwa musik yang paling disarankan untuk terapi yaitu terapi
musik klasik dan Mozart. Hal ini dikarenakan music klasik dan Mozart memiliki tempo dan
harmonisasi nada yang seimbang, tidak seperti musik yang berjenis rock, dangdut atau musik-
musik lainnya.
A. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TEKNIK DISTRAKSI PEMBERIAN MUSIK
KLASIK
Pengertian : Pemanfaatan kemampuan musik dan elemen musik oleh terapis kepada klien
Tujuan : Mengurangi intensitas nyeri
Persiapan alat :
1) Tape music / Radio, Hand phone
2) Compact Disc (CD) Musik
3) Headset
B. PROSEDUR
1) Pre interaksi
1. Cek catatan keperawatan atau catatan medis klien (jika ada)
2. Siapkan alat-alat
3. Identifikasi faktor atau kondisi yang dapat menyebabkan kontra indikasi
4. Cuci tangan
2) Tahap orientasi
1. Beri salam dan panggil klien dengan namanya
2. Jelaskan tujuan, prosedur, dan lamanya tindakan pada klien/keluarga
3) Tahap kerja
1. Berikan kesempatan klien bertanya sebelum kegiatan dilakukan
2. Menanyakan keluhan utama klien
3. Jaga privasi klien. Memulai kegiatan dengan cara yang baik
4. Menetapkan perubahan pada perilaku dan/atau fisiologi yang diinginkan seperti
relaksasi, stimulasi, konsentrasi, dan mengurangi rasa sakit.
5. Menetapkan ketertarikan klien terhadap musik
6. Identifikasi pilihan musik klien.
7. Berdiskusi dengan klien dengan tujuan berbagi pengalaman dalam musik.
8. Pilih pilihan musik yang mewakili pilihan musik klien
9. Bantu klien untuk memilih posisi yang nyaman.
10. Batasi stimulasi eksternal seperti cahaya, suara, pengunjung, panggilan telepon
selama mendengarkan musik.
11. Dekatkan tape musik/CD dan perlengkapan dengan klien.
12. Pastikan tape musik/CD dan perlengkapan dalam kondisi baik
13. Dukung dengan headphone jika diperlukan.
14. Nyalakan music dan lakukan terapi music 15-30 menit.
15. Pastikan volume musik sesuai dan tidak terlalu keras.
16. Hindari menghidupkan musik dan meninggalkannya dalam waktu yang lama.
17. Hindari stimulasi musik setelah nyeri/luka kepala akut.
4) Terminasi
1. Evaluasi hasil kegiatan (kenyamanan klien)
2. Simpulkan hasil kegiatan
3. Berikan umpan balik positif
4. Kontrak pertemuan selanjutnya
5. Akhiri kegiatan dengan cara yang baik
6. Bereskan alat-alat
7. Cuci tangan
5) Dokumentasi
Catat hasil kegiatan di dalam catatan keperawatan
1. Nama Pasien, Umur, Jenis kelamin, dan lain-lain
2. Keluhan utama
3. Tindakan yang dilakukan (terapi musik)
4. Lama tindakan
5. Jenis terapi musik yang diberikan
6. Reaksi selama, setelah terapi pemberian terapi musik
7. Respon pasien.
8. Nama perawat
9. Tanggal pemeriksaan
4. SIMPULAN DAN SARAN
Dari ke 3 jurnal diatas ditarik kesimpulan bahwa terapi musik, musik klasik ataupun
mozart sebagian besar responden yang sudah diberikan intervensi intensitas nyerinya dari
kategori nyeri berat menjadi kategori sedang hingga ringan yang berarti berkurang intensitas
nyerinya. Terapi musik, musik klasik ataupun mozart efektif dalam penurunan Intensitas
Nyeri Pasien fraktur maupun Post Operasi Fraktur.
Berdasarkan kesimpulan diatas terdapat beberapa saran diharapkan menjadi motivasi
untuk lebih meningkatkan program rumah sakit dalam meminimalkan nyeri pada pasien
fraktur maupun pasca operasi fraktur dan dapat menerapkan terapi music sebagai alternatif
untuk meminimalkan nyeri tidak hanya di rumah sakit melainkan di rumah saat sudah keluar
dari rumah sakit.

5. DAFTAR PUSTAKA
Arif, Muhammad. Permata Sari, Yuli. 2018. Efektifitas Terapi Musik Mozart Terhadap
Penurunan Intensitas Nyeri Pasien Post Operasi Fraktur. Jurnal Kesehatan Medika
Saintika. Volume 10 Nomor 1.
Djamal, Rivaldy. Rompas, Sefty. Bawotong, Jeavery. 2015. Pengaruh Terapi Musik Terhadap
Skala Nyeri Pada Pasien Fraktur Di Irina A Rsup Prof. Dr. R.D. Kandou Manado.
e-Journal Keperawatan (eKp) volume 3 Nomor 2 Oktober 2015.
Fitriani Nasution, Annisa. 2016. Pengaruh Pemberian Terapi Musik Klasik Terhadap
Penurunan Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operasi Fraktur Di Rsup Dr. M. Djamil
Padang. Jurnal Keperawatan. Universitas Andalas.

Anda mungkin juga menyukai