Anda di halaman 1dari 5

ANALISA JURNAL PICO

Judul Penelitian : Penurunan Intensitas Nyeri Pada Pasien Fraktur Tertutup Dengan
Pemberian Terapi Kompres Dingin
Tahun Penelitian : 28 Desember 2020

Nama peneliti : Made Suryani, Edy Soesanto


Lokasi penelitian : Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah
Semarang
NO KRITERIA
1. P (Problem) Fraktur merupakan terputusnya kontinuitas tulang yang disebabkan oleh
trauma ditandai gejala nyeri, bengkak, deformitas, gangguan fungsi,
pemendekan, dan krepitasi. Nyeri merupakan sensasi yang tidak
menyenangkan baik secara sensori maupun emosional bagi penderitanya,
sehingga apabila tidak diatasi individu merasa tidak nyaman dan menderita
yang akhirnya akan mengganggu aktivitas sehari-hari dan psikis. Mengatasi
nyeri fraktur tertutup dapat menggunakan cara non farmakologis salah
satunya terapi kompres dingin.
2. I (Intervensi) Penurunan nyeri pada pasien fraktur secara non farmakologi dapat
dilakukan dengan terapi kompres dingin. Kompres dingin diketahui
memiliki efek yang bisa menurunkan rasa nyeri, menurunkan respon
inflamasi jaringan, dan menurunkan aliran darah serta mengurangi
edema. Terapi kompres dingin dipilih karena lebih efektif dan mudah
dilakukan secara mandiri dalam menurunkan nyeri. Selain itu, terapi
kompres dingin berguna untuk mengurangi ketegangan otot dengan
menekan spasme otot serta dapat mengurangi bengkak sehingga subjek
studi kasus akan merasa lebih nyaman dan rileks. Studi kasus ini
bertujuan untuk mengetahui penurunan nyeri pasien fraktur tertutup
setelah dilakukan terapi kompres dingin. Penurunan nyeri pasien fraktur
tertutup setelah pemberian kompres dingin. Studi kasus ini menggunakan
desain deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Terapi kompres dingin
dilakukan selama 3 hari, dalam 1 hari pemberian 1 kali dengan durasi 5-
10 menit. Subjek pada studi kasus ini yaitu 2 pasien fraktur tertutup
dengan gejala nyeri sedang yang diambil menggunakan teknik purposive
sampling dengan melakukan pre and post test tingkat nyeri dengan
menggunakan lembar observasi numerical rating scale (NRS).
3. C (Comparison) Berdasarkan pada tabel 1 didapatkan data hasil studi kasus yang
menunjukkan nilai skala nyeri sebelum dan sesudah pemberian terapi
kompres dingin. Subjek studi kasus 1, hari pertama sebelum dan sesudah
pemberian terapi kompres dingin skala nyeri ada perubahan dari skala 6
menjadi skala 5 (nyeri sedang). Pada hari kedua sebelum diberikan terapi
kompres dingin, skala nyeri pasien 5, tetapi setelah diberikan terapi
kompres dingin skala nyeri menurun menjadi 4 (nyeri sedang) dan pada hari
ketiga sebelum diberikan terapi kompres dingin, skala nyeri pasien 4, tetapi
setelah diberikan terapi kompres dingin skala nyeri menurun menjadi 3
(nyeri ringan). Sedangkan pada subjek studi kasus 2, hari pertama sebelum
diberikan terapi kompres dingin skala nyeri yaitu 5 (nyeri sedang), tetapi
setelah diberikan terapi kompres dingin skala nyeri menurun menjadi skala
4. Kemudian pada hari kedua dan ketiga sebelum pemberian terapi kompres
dingin skala nyeri yaitu 4 dan setelah pemberian terapi kompres dingin
skala nyeri menurun menjadi 3 (nyeri ringan). Hasil studi terhadap 2 subjek
studi kasus didapatkan bahwa tingkat nyeri sebelum diberikan terapi
kompres dingin pada subjek studi kasus 1 adalah 6 dan sesudah dilakukan
terapi kompres dingin berkurang menjadi 3, sedangkan intensitas nyeri pada
subjek studi kasus 2 sebelum diberikan terapi kompres dingin adalah 5 dan
setelah diberikan terapi kompres dingin juga mengalami penurunan menjadi
3. Hal ini sejalan dengan penelitian (Manengkey) yang menyimpulkan cold
compress (es batu) efektif untuk penanganan nyeri terhadap pasien fraktur.
4. O (Outcome) Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan
pemberian terapi kompres dingin yang dilakukan selama 3 hari berhasil
menurunkan nyeri yang dirasakan oleh pasien fraktur tertutup. Selain itu,
terapi kompres dingin juga dapat bersinergi dengan terapi obat dalam
menurunkan nyeri. Berdasarkan teori nyeri Good yaitu perlu adanya
keseimbangan antara pemberian terapi analgesik dengan efek samping
sehingga juga perlu dilakukan terapi pembantu lainnya. Hasil ini
ditunjukkan adanya penurunan tingkat nyeri pada kedua subjek studi kasus.
Bagi tenaga kesehatan dapat menggunakan terapi kompres dingin sebagai
terapi non farmakologi untuk menurunkan intensiitas nyeri pada pasien
fraktur tertutup.
ANALISA JURNAL PICO

Judul Penelitian : Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri
Pada Post Operasi Fraktur Tertutup Pada Ekstremitas Bawah
Tahun Penelitian : April 2019
Nama penelitian : Harun Mulyadi, Cecep Triwibowo, S,Kep.M.Sc
Lokasi penelitian : RSUP H Adam Malik Medan
NO KRITERIA
1. P (Problem) Fraktur adalah setiap retak atau patah tulang yang disebabkan oleh trauma,
tenaga fisik, kekuatan, sudut, keadaan tulang dan jaringan lunak disekitar
tulang yang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi disebut lengkap
atau tidak lengkap. Gangguan kesehatan yang banyak dijumpai dan menjadi
salah satu masalah dipusat-pusat pelayanan kesehatan salah satunya adalah
Fraktur. Salah satu manifestasi klinik dari fraktur ini berupa nyeri. Nyeri
pada penderita fraktur bersifat tajam dan menusuk
2. I (Intervensi) Penanganan nyeri secara non farmakologis adalah dengan pemberian
teknik relaksasi (terapi music klasik), penurunan nyeri dengan teknik
relaksasi terletak pada fisiologi system syaraf otonom yang merupakan
bagian dari system syaraf perifer yang mempertahankan homeostatis
lingkungan internal individu. Teknik relaksasi yang dilakukan secara
berulang dapat menimbulkan rasa nyaman bagi pasien. Adanya rasa
nyaman inilah yang menyebabkan timbulnya toleransi terhadap nyeri yang
dirasakan. Sampel pada penelitian ini adalah 33 responden diambil dengan
teknik Accidental sampling dan desain yang digunakan adalah pretest-
posttestone grup design yaitu peneliti memberikan pretest (pengamatan
awal) terlebih dahulu sebelum diberikan intervensi,setelah itu diberikan
intervensi, kemudian dilakukan posttest/pengamatan akhir. Dalam
penelitian ini responden akan diberikan teknik relaksasi (terapi musik
klasik) selama 20 menit yang kemudian diukur tingkat nyeri menggunakan
Numeric rating scale (NRS).
3. C (Comparison) Hasil penelitia menunjukkan adanya perbedaan rata-rata tingkat nyeri pre
dan post dimana dari 33 responden sebelum dilakukan teknik terapi musik
klasik didapatkan mayoritas intensitas nyeri sedang sebanyak 22 orang
(66,7%) dan nyeri berat 11 orang (33.3%). Setelah dilakukan teknik
relaksasi didapatkan mayoritas mengalami nyeri ringan sebanyak 15 orang
(45,5%) responden, nyeri berat 5 orang (12.1%)dan nyeri sedang 14 orang
(42,4%) . Penelitian menunjukkan bahwa musik klasik bermanfaat untuk
membuat seseorang menjadi rileks, menimbulkan rasa aman dan sejahtera,
melepaskan rasa gembira dan sedih, menurunkan tingkat kecemasan pasien
pra operasi dan melepaskan rasa sakit dan menurunkan tingkat stress.
4. O (Outcome) Berdasarkan hasil uji statistic menggunakan willcoxon, menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan intensitas nyeri responden sebelum dan sesudah
dilakukannya terapi musik klasik dengan nilai p value = 0,000 (<0,05) yang
berarti terdapat pengaruh yang signifikan antara terapi music terhadap skala
nyeri. Nilai mean sebelum dilakukan terapi music klasik 2,33 dan sesudah
dilakukan terapi music klasik yaitu 1,67. Penelitian menunjukkan bahwa
musik klasik bermanfaat untuk membuat seseorang menjadi rileks. Musik
bisa menyentuh individu baik secara fisik, psikososial dan spiritual
sehingga dapat membantu pasien dalam menghilangkan atau mengurangi
nyeri

Anda mungkin juga menyukai