4
6
a. Mayor
1) Subjektif :
a) Mengeluh nyeri
2) Objektif:
a) Tampak meringis
b) Bersikap protektif (mis: waspada, posisi menghindari nyeri)
c) Gelisah
d) Frekuensi nadi meningkat
e) Sulit tidur
b. Minor
1) Subjektif:
a) (Tidak tersedia)
2) Objektif:
a) Tekanan darah meningkat
b) Pola nafas berubah
c) Nafsu makan berubah
d) Proses berpikir terganggu
e) Menarik diri
f) Berfokus pada diri sendiri
g) Diaforesis
4. Kondisi Klinis Terkait
Kondisi klinis yang terkait ataupun yang berhubungan dengan nyeri
ini dapat ditimbulkan atau dijumpai pada kasus penyakit atau masalah
kesehatan menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017) adalah sebagai
berikut:
a. Kondisi pembedahan
b. Cedera traumatis
c. Infeksi
d. Sindrom koroner akut
e. Glaukoma
7
5. Fisiologi Nyeri
Menurut Kozier & Snyder (2011) terdapat 5 fisiologi nyeri yaitu :
a. Nosisepsi
Sistem saraf tepi meliputi saraf sensorik primer yang khusus
mendeteksi kerusakan jaringan dan menimbulkan sensasi sentuhan,
panas, dingin, nyeri dan tekanan. Reseptor yang menyalurkan
sensasi nyeri disebut nosiseptor. Reseptor nyeri atau nosiseptor ini
dapat dieksitasi oleh stimulus mekanis, suhu, kimia proses fisiologi
yang berhubungan dengan persepsi nyeri digambarkan sebagai
nosisepsi. Empat proses terlibat dalam nosisepsi: transduksi,
transmisi, persepsi, modulasi (Paice 2002 dalam Kozier 2011).
b. Tranduksi
Selama fase transduksi, stimulus berbahaya (cedera jaringan)
memicu pelepasan mediator biokimia (misalnya prostaglandin,
bradykinin, serotonin, histamin, zat P) yang mensensitisasi
nosiseptor. Stimulasi menyakitkan atau berbahaya juga
menyebabkan pergerakan ion-ion menembus membran sel,
yang membangkitkan nosiseptor. Obat nyeri dapat bekerja selama
fase ini dengan menghambat produksi prostaglandin atau dengan
menurunkan pergerakan ion-ion menembus membran sel misalnya,
anastesi lokal (Kozier 2011).
c. Transmisi
Proses nosisepsi kedua, transmisi nyeri, meliputi tiga segmen
(McCaffery & Pasero 1999). Selama segmen pertama, impuls nyeri
berjalan dari serabut saraf tepi ke medula spinalis. Zat P bertindak
sebagai sebuah neurotransmiter, yang meningkatkan pergerakan
impuls menyeberangi sinaps saraf dari neuron aferen primer ke
neuron ordo ke dua di kornu dorsalis medula spinalis dua tipe
serabut nosiseptif menyebabkan transmisi ini ke kornu dorsalis
medula spinalis : serabut C yang menstimulasi nyeri
tumpul yang berkepanjangan dan serabut A-delta yang
mentransmisikan
8
nyeri tajam dan lokal. Segmen kedua adalah transmisi dari medula
spinalis dan asendens melalui traktus spinotalamikus ke batang
otak dan talamus. Segmen ketiga melibatkan transmisi sinyal antara
talamus ke korteks sensorik somatik tempat terjadinya persepsi
nyeri (Kozier 2011).
d. Persepsi
Proses ketiga, persepsi adalah saat klien menyadari rasa nyeri yaitu
diyakini bahwa persepsi nyeri terjadi dalam struktur kortikal, yang
memungkinkan strategi kognitif-perilaku yang berbeda dipakai
untuk mengurangi komponen sensorik dan afektif nyeri
(McCaffery & Pasero, 1999) misalnya, intervensi non farmakologi
seperti distraksi, imajinasi terbimbing, dan musik dapat
mengalihkan perhatian klien ke nyeri (Kozier 2011).
e. Modulasi
Seringkali digambarkan sebagai “sistem desendens” proses
keempat ini terjadi saat neuron di batang otak mengirimkan sinyal
menuruni kornu dorsalis medula spinalis (Paice, 2002, hal. 75).
Serabut desendens ini melepaskan zat seperti opioid endogen,
serotonin, dan norepinefrin, yang dapat menghambat naiknya
impuls berbahaya (menyakitkan) di kornu dorsalis. Namun,
neurotransmiter ini diambil kembali oleh tubuh, yang membatasi
kegunaan analgetiknya (McCaffery & Pasero, 1999). Klien yang
mengalami nyeri kronik dapat diberi resep antidepresan trisiklik,
yang menghambat kembali norepinefrin dan serotonin. Tindakan
ini meningkatkan fase modulasi yang membantu menghambat
naiknya stimulus yang menyakitkan (Kozier 2011).
6. Skala Nyeri
Penilaian nyeri merupakan elemen yang penting untuk menentukan
terapi nyeri yang efektif. Skala penilaian nyeri dan keterangan pasien
digunakan untuk menilai derajat nyeri. intensitas nyeri harus dimulai
sedini mungkin selama pasien dapat berkomunikasi dan menunjukan
9
6. Pathway
Trauma Non Trauma
Beban
Tumpul Tajam
Stress
Ekstrakarnial Intrakranial
Hormon
Terputusnya kontuinitas jaringan kulit otot dan vaskuler kortisol ↑
Jaringan Otak
Rusak (Kontusio
Faso kontriksi
Perubaha pemulih darah
Gangguan Suplai darah otak
Perdarahan Hematoma n
Kejang Gang. Pola Tidur
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai
respon Pasien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial (Tim Pokja
SDKI DPP PPNI, 2017). Diagnosa keperawatan dalam penelitian ini
yaitu diagnosa aktual. Diagnosa aktual terdiri dari tiga komponen yaitu
masalah (problem), penyebab (etiologi), tanda (sign), dan gejala
(symptom) (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Masalah (problem)
merupakan label diagnosa yang menggambarkan inti dari respons pasien
terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupannya. Label diagnosis
terdiri dari deskriptor atau penjelas dan fokus diagnostik. Nyeri
merupakan deskriptor, sedangkan akut merupakan fokus diagnostik.
Penyebab (etiologi) merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi
perubahan status kesehatan. Etiologi dapat mencangkup empat kategori
yaitu fisiologis, biologis atau psikologis, efek terapi/tindakan,
situasional(lingkungan atau personal), dan maturasional. Etiologi dari
nyeri akut terdiri dari agen pencedera fisiologis, agen pencemaran
kimiawi, agen cedera fisik(prosedur operasi). Tanda(sign) dan gejala
(sign and symptom). Tanda merupakan data objektif yang diperoleh dari
hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan prosedur
diagnostik, sedangkan gejala merupakan data subjektif yang diperoleh
dari hasil anamnesis. Tanda dan gejala dikelompokkan menjadi dua yaitu
mayor dan minor. Tanda dan gejala pada nyeri akut terdiri dari tanda
mayor yaitu
17
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan fase ketika perawat mengimplementasikan
rencana keperawatan. Implementasi terdiri atas melakukan dan
mendokumentasikan tindakan yang merupakan tindakan keperawatan
khusus yang diperlukan untuk melaksanakan intervensi. Penatalaksanaan
nyeri adalah pengurangan nyeri sampai pada tingkat kenyamanan yang
dapat diterima pasien. Penatalaksanaan tersebut terdiri dari dua tipe dasar
tindakan keperawatan yaitu farmakologi dan nonfarmakologi (Kozier et
al., 2010). Tindakan- tindakan pada intervensi keperawatan terdiri atas
23
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menilai
keberhasilan rencana tindakan yang telah dilaksanakan. Apabila hasil
yang diharapkan belum tercapai, intervensi yang sudah ditetapkan dapat
dimodifikasi. Evaluasi dapat berupa struktur, proses dan hasil evaluasi
terdiri dari evaluasi formatif yaitu menghasilkan umpan balik selama
program berlangsung. Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah
program selesai dan mendapatkan informasi efektifitas pengambilan
keputusan. Evaluasi asuhan keperawatan di dokumentasikan dalam
bentuk SOAP (subjektif, objektif, assessment, planning) (Achjar, 2012).
Format yang digunakan dalam tahap evaluasi menurut Alimul
(2012), yaitu format SOAP yang terdiri dari :
a. Subjective, yaitu informasi berupa ungkapan yang didapat dari
pasien setelah tindakan yang diberikan. Pada pasien cephalgia
dengan nyeri akut diharapkan keluhan nyeri berkurang.
b. Objective, yaitu informasi yang didapat berupa hasil pengamatan,
penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan.
c. Analysis, yaitu membandingkan antara informasi subjective dan
objective dengan tujuan dan kriteria hasil. Kemudian ditarik
kesimpulan dari tiga kemungkinan simpulan, yaitu :
1) Tujuan tercapai, yaitu respon pasien yang menunjukan
perubahan dan kemajuan yang sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan.
2) Tujuan tercapai sebagian, yaitu respon pasien yang menunjukan
masih dalam kondisi terdapat masalah.
3) Tujuan tidak tercapai, yaitu respon pasien tidak menunjukan
adanya perubahan kearah kemajuan.
d. Planning, yaitu rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan
berdasarkan hasil analisis.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
klien Ny.S dengan gangguan rasa nyaman : Nyeri akut berhubungan agen cedera
biologis. Asuhan keperawatan ini dimulai dari pengkajian diagnosa, rencana
keperawatan, catatan keperawatan (implementasi) dan catatan perkembangan
(evaluasi) yang diberikan selama 3 hari mulai dari tanggal 7 – 9 November 2021.
A. Pengkajian Keperawatan
1. Biodata Klien
Klein bernama Ny.S, umur 45 tahun, berjenis kelamin perempuan,
beragama islam dan suku jawa, beralamat di dusun mulyorejo, suaminya
bernama Tn. S, pekerjaan suami swasta, dirujuk masuk rumah sakit yaitu
dengan keluhan nyeri kepala, terdapat mual dan muntah.
2. Keluhan Utama
Klien mengeluh nyeri kepala, seperti berdenyut-denyut, dalam waktu
kurang lama 3 menit, terdapat mual muntah dan nafsu makan menurun.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengatakan kurang lebih 1 minggu klien mengalami nyeri di
bagian kepala, nyeri yang dirasakan seperti berdenyut-denyut, lokasi
nyeri merambat ke seluruh bagian kepala, skala nyeri yang dirasakan dari
1-10 berada di 5 (sedang), dan terdapat rasa mual dan ingin muntah.
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan dulu pernah rawat inap di rumah sakit lain dengan
keluhan terdapat gumpalan darah pada kepala.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan bahwa keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit
keturunan seperti Dm, Hipertensi, Jantung, Dll.
24
25
Genogram :
Keterangan :
6. Riwayat Lingkungan
Lingkungan rumah klien masih terdapat pohon-pohon, terdapat polusi
udara terutama pada musim panas dn sering terjadi kebakaran hutan.
7. Riwayat Psikososial
a. Bahasa
Klien menggunakan bahasa jawa saat bersama keluarga, dan saat di
lingkungan umum menggunakan bahasa melayu.
b. Sumber dukungan
Klien berharap agar bisa segera pulih dan dapat beraktivitas kembali,
suami, anak dan keluarganya selalu mendukung dan menemani.
c. Suasana hati
Klien mengatakan suasana hatinya tidak karuan karena rasa sakit
kepala yang berat.
d. Tingkat perkembangan
Klien tampak lebih banyak berbaring karena saat klien duduk, klein
merasa pusing.
26
8. Pemeriksaan Fisik
a. Kesadaran Umum
Kesadaran : Compos Mentis
Ttv :
Td : 118/70 mmHg Hr : 73 x/mnt
Rr : 20 x/mnt S : 37 °C
b. Kepala
Setelah dilakukan pemeriksaan kepala klien tidak terdapat benjolan,
rambut klien panjang, warna putih bercampur hitam, berantakan,
tidak terdapat nyeri tekan.
c. Mata
Setelah dilakukan pemeriksaan klien konjungtiva tidak anemis,
terdapat raccoon eye, tidak menggunakan alat bantuan penglihatan,
reflek kedip baik, tidak terdapat lesi dan katarak.
d. Hidung
Setelah dilakukan pemeriksaan bentuk hidung klien simetris, tidak
terdapat lesi atau pembengkakan, penciuman baik, tidak ada nyeri
tekan.
e. Mulut
Setelah dilakukan pemeriksaan kebersihan mulut klien baik, klien
mengatakan dia gosok gigi saat pagi.
f. Telinga
Setelah dilakukan pemeriksaan kedua daun telinga simetris. Tidak
ada lesi, pendengaran baik, tidak terdapat nyeri tekan.
g. Leher
Tidak terdapat lesi, tidak ada nyeri tekan, tidak ada kesulitan menelan.
h. Paru-paru
Gerak dada simetris, tidak ada pembengkakan di area dada, tidak ada
jejas di area dada, dan RR: 20x/menit.
27
i. Jantung
Pergerakan dada simetris, Tidak terdapat pembesaran pada jantung,
tidak terdapat nyeri tekan, RR: 20x/menit.
j. Abdomen
Tidak terdapat lesi, tidak terdapat pembesaran pada bagian abdomen,
bising usus 10 x/menit.
k. Ekstremitas
Atas:
Klien terpasang infus aserin pada sebelah kanan, pergerakan tangan
lemah.
Bawah:
Pada bagian kaki klien dapat digerakkan dengan normal.
Tonus Otot:
5 4
5 4
l. Kulit
Warna kulit klien sawo matang, tampak bersih, terpasang infus
aserin di sebelah tangan kanan.
9. Pola Nutrisi
a. Alergi
Klien mengatakan tidak memiliki alergi pada makanan, obat dan
cuaca.
b. Imunisasi
Klien mengatakan bahwa dirinya sudah lupa pernah mendapatkan
imunisasi atau tidak.
c. Kebiasaan
Klien mengatakan tidak memiliki kebiasaan merokok ataupun minum
alkohol.
d. Pola latihan
Sebelum masuk rumah sakit: tidak terjadi
28
B. DATA PENUNJANG
1. Laboratorium
Tanggal pemeriksaan : 10-november 2021
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
2. MSCT Kepala
Tanggal pemeriksaan : 10 November 2021
Tidak terlampir
3. Pengobatan
Jenis-jenis obat Dosis pemberian Jalur Pemberian
Infuse Aserin IV
Inf.PCT 3 x 1 gr IV
Keterolac 2 x 50 gr IV
4) Implementasi:
a) Implementasi hari pertama 7 november 2021. Pada pukul
14.00 wib mengkaji keluhan klien, mengidentifikasi makanan
yang disukai klien, mengidentifikasi alergi, menganjurkan
klien untuk tetap makan sedikit demi sedikit dan berhenti
sejenak ketika klien merasakan mual, menganjurkan klien
makan dengan posisi setengah duduk sambil menyandarkan
kepala.
b) Implementasi hari kedua 8 november 2021. Pada pukul 08.00
wib mengkaji keluhan klien, menganjurkan klien untuk tetap
makan sedikit demi sedikit dan berhenti sejenak ketika klien
merasakan mual, menganjurkan klien makan dengan posisi
setengah duduk sambil menyandarkan kepala.
c) Implementasi hari ketiga 9 november 2021. Pada pukul 08.00
wib mengkaji keluhan klien, menganjurkan klien untuk tetap
makan sedikit demi sedikit dan berhenti sejenak ketika klien
merasakan mual, menganjurkan klien mengkonsumsi buah-
buahan segar, menganjurkan klien makan dengan posisi
setengah duduk sambil menyandarkan kepala.
5) Evaluasi:
a) Evaluasi hari pertama 7 november 2021. Data Subjektif:
klien mengatakan merasa mual ketika makan, klien
mengatakan hanya mampu makan 2 suapan, klien
mengatakan pusing ketika makan dengan posisi duduk,
Suami klien mengatakan setiap makan selalu terdapat reflek
muntah. Data Objektif: klien tampak lemah, klien hanya
terbaring di tempat tidur. Analisa: masalah belum teratasi.
Perencanaan: lanjutkan intervensi.
b) Evaluasi hari kedua 8 november 2021. Data Subjektif: klien
mengatakan nafsu makan sudah sedikit membaik, klien
mengatakan memakan buah sedikit demi sedikit. Data
35