Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA REMAJA DENGAN


HIV/AIDS”

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Askep HIV/AIDS

Dosen pengempu : Ns. I Made Rio Dwi Djayanto, S.Kep., M.Kep

Disusun oleh :
1. SALLISATULLUTFIAH (102081804)
2. YURIDA ANANDA APRILLIA (102081805)
3. NI KADEK YOLANDA DEWI (102081806)

UNIVERSITAS TRIATMA MULYA


FAKULTAS KESEHATAN, SAINS DAN TEKNOLOGI
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
JEMBRANA
BALI
2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang, penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada
Remaja Dengan HIV/AIDS”. Makalah ilmiah ini telah penulis susun dengan
maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai sumber sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Penulisan makalah ini untuk memenuhi
tugas Asuhan Keperawatan HIV/AIDS.

Terlepas dari itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada


kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar penulis dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata penulis berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Jembrana, 20 Maret 2020

Penulis,

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................
C. Tujuan Penulisan..................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar........................................................................................
1. Definisi.....................................................................................
2. Etiologi.....................................................................................
3. Manifestasi Klinik....................................................................
4. Penularan..................................................................................
5. Pencegahan...............................................................................
B. Konsep Asuhan Keperawatan...............................................................
1. Pengkajian.................................................................................
2. Diagnosa...................................................................................
3. Intervensi..................................................................................
4. Implementasi.............................................................................
5. Evaluasi.....................................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................
B. Saran ....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
HIV/AIDS telah menjadi salah satu masalah kesehatan serius di abad
ke-20. UNAIDS (2004) menyebutkan bahwa saat ini di dunia terjadi
peningkatan jumlah orang dengan HIV/AIDS dari 36,6 juta orang pada tahun
2002 menjadi 39,4 juta orang pada tahun 2004. Sedangkan di Asia
diperkirakan mencapai 8,2 juta orang dengan HIV/AIDS (Kesrepro, 2007).
Perkembangan kasus HIV/AIDS di Indonesia pun memperlihatkan
peningkatan yang semakin pesat. Kasus HIV/AIDS di Indonesia ditemukan
pertama kali pada tahun 1987 dan jumlah kasus AIDS sampai dengan Maret
2011 adalah 10,62 per 100.000 penduduk (berdasarkan data BPS 2009, jumlah
penduduk Indonesia 230.632.700 jiwa). Secara kumulatif, jumlah kasus AIDS
yang dilaporkan sampai Maret 2011 sebanyak 24.482 kasus yang tersebar di
300 Kabupaten/Kota di 32 provinsi (Depkes, 2012).
DKI Jakarta menempati urutan pertama kasus HIV/AIDS di Indonesia
berdasarkan jumlah kumulatif kasus AIDS menurut provinsi dalam laporan
triwulan dari April hingga Juni 2011 (Spiritia, 2011). Jumlah kasus HIV/AIDS
di DKI Jakarta mencapai 3.997 kasus. Jumlah penderita yang meninggal
sebanyak 577 kasus. Pemprov DKI Jakarta mengatakan bahwa hingga bulan
Juli 2011 terdapat 1.200 penderita baru HIV/AIDS (Poskota, 2011). Kasus
HIV/AIDS pada remaja di Indonesia setiap tahun pun perlu mendapatkan
perhatian. Proporsi kasus AIDS tertinggi dalam laporan triwulan pertama
tahun 2011 dilaporkan pada kelompok umur 20-29 tahun (47,2%), dimana
pada kelompok umur tersebut, sebagian masuk pada kelompok remaja (15-24
tahun) (Bekti, 2010).
Hasil survei BKKBN menyebutkan bahwa karakteristik umur klien
potensial yang rawan tertular HIV/AIDS terbanyak adalah kelompok remaja
yaitu 31% yang terdiri 7% berumur di bawah 20 tahun dan 24% berumur
antara 20-24 tahun. Koordinator Kampanye Yayasan AIDS Indonesia
menyebutkan bahwa remaja merupakan populasi yang paling berisiko terkena

1
HIV/AIDS karena remaja menjadi sasaran empuk untuk menjadi konsumen
pelanggan narkotika dan industri seks (Kompas, 2009).
Remaja merupakan kelompok yang rentan terhadap IMS (Infeksi
Menular Seksual) dengan jumlah terbesar mengidap HIV/AIDS. Masa remaja
sangat erat kaitannya dengan perkembangan psikis pada periode pubertas dan
diiringi dengan perkembangan seksual. Remaja juga mengalami perubahan
yang mencakup perubahan fisik dan emosional yang kemudian tercermin
dalam sikap dan perilaku. Kondisi ini menyebabkan remaja menjadi rentan
terhadap masalah perilaku berisiko dalam penularan HIV/AIDS (Soetjiningsih
(ed), 2004).
Kasus HIV/AIDS pada remaja tidak terlepas dari perkembangan
globalisasi. Perkembangan globalisasi mengakibatkan adanya perubahan
social dan gaya hidup remaja saat ini terutama di daerah perkotaan. Kusuma
(2010) menyebutkan bahwa remaja di daerah perkotaan cenderung melakukan
perilaku berisiko seperti hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan,
hubungan seks pranikah, serta penyalahgunaan narkoba. Gaya hidup seperti
ini membahayakan kesehatan reproduksi terutama kemungkinan terjadinya
penularan penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS pada pasangannya
(Kusuma, 2010). Apabila permasalahan yang dihadapi remaja tersebut tidak
segera ditangani, maka akan berdampak pada makin tingginya angka
HIV/AIDS dan hilangnya masa produktif dari penderita, sehingga pada
akhirnya berdampak pada kehilangan usia produktif di Indonesia (Nurachmah
& Mustikasari, 2009).

B. Rumusan Masalah
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang konsep Asuhan Keperawatan pada
remaja dengan HIV/AIDS.

C. Tujuan Penulisan
Agar dapat mengetahui dan menambah pengetahuan bagi pembaca
maupun penulis tentang asuhan keperawatannya pada remaja dengan
HIV/AIDS.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar
1. Definisi
Pengertian HIV human immunodeficiency virus (HIV) adalah jenis
virus yang tergolong familia retrovirus, sel darah putih yang diserang oleh
HIV pada penderita yang terinfeksi adalah sel limfosit T (CD4) yang
berfungsi dalam system imun (kekebalan) tubuh. HIV memperbanyak diri
dalam sel limfosit yang diinfeksi dan merusak sel tersebut sehingga
mengakibatkan system imun terganggu dan daya tahan tubuh berangsur-
angsur menurun (Daili, F.S.,2009).
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan
gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem
kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. AIDS adalah infeksi
oportunistik yang menyerang seseorang dimana mengalami penurunan
sistem imun yang mendasar ( sel T berjumlah 200 atau kurang ) dan
memiliki antibodi positif terhadap HIV (Doenges, 1999)
Masa remaja adalah masa transisi dalam rentang kehidupan manusia,
menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock, 2003).
Masa remaja disebut pula sebagai masa penghubung atau masa peralihan
antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada periode ini terjadi
perubahan-perubahan besar dan esensial mengenai kematangan fungsi-
fungsi rohaniah dan jasmaniah, terutama fungsi seksual (Kartono, 1995).
Menurut Hockenberry (2005) remaja dibagi menjadi 3 fase yakni remaja
awal (usia 11-14 tahun), remaja tengah (usia 15-17 tahun), dan remaja akhir
(usia 18-20 tahun).

3
2. Etiologic
Virus masuk ke dalam tubuh manusia terutama melalui perantara
darah, semen dan sekret vagina. Setelah memasuki tubuh manusia, maka
target utama HIV adalah limfosit CD4 karena virus mempunyai afinitas
terhadap molekul permukaan CD4. Virus ini akan mengubah informasi
genetiknya kedalam bentuk yang terintegrasi di dalam informasi genetik
dari sel yang diserangnya, yaitu merubah bentuk RNA (ribonucleic acid)
menjadi DNA
(deoxyribonucleic acid) menggunakan enzim reverse transcriptase. DNA
pro-virus tersebut kemudian diintregasikan ke dalam sel hospes dan
selanjutnya diprogramkan untuk membentuk gen virus. Setiap kali sel yang
dimasuki retrovirus membelah diri, informasi genetik virus juga ikut
diturunkan. Human Immunodeficiency Virus menyerang CD4 baik secara
langsung maupun tidak langsung. Secara langsung, sampul HIV yang
mempunyai efek toksik akan menghambat fungsi sel T. Secara tidak
langsung, lapisan luar protein HIV yang disebut sampul gp120 dan anti
p24 berinteraksi dengan CD4 yang kemudian akan menghambat aktivasi sel
yang mempresentasikan antigen. Hilangnya fungsi CD4 menyebabkan
gangguan imunologis yang progresif.
Cukup sulit untuk mengukur berapa lama waktu diantara infeksi
HIV dan penyakit AIDS, sehingga banyak orang pengidap HIV tidak akan
tahu kapan mereka tertular HIV.Akan tetapi perkiraan WHO 60 % dari
orang dewasa pengidap HIV akan berkembang menjadi AIDS dalam waktu
12-13 tahun sesudah tertular HIV. Perkiraan para ahli menyebutkan pula
bahwa sebagian besar pengidap HIV akan sampai ke tahap AIDS. Dewasa
ini menunjukkan bahwa penderita HIV dan AIDS pada kelompok muda
(usia produktif) meningkat tajam disebabkan oleh beberapa hal:
a. Kaum muda lebih beresiko terhadap penularan infeksi
b. Perilaku seksual yang tidak sehat dan tidak bertanggung jawab
c. Jumlah kaum muda cukup besar
d. Perkembangan teknologi tidak sejalan dengan kesiapan anak untuk bisa
menerimanya

4
e. Anak muda berada pada posisi “transisi perilaku” atau masa gonjang-
ganjing sehingga mudah sekali terpengaruh dan keinginan lebih tinggi
untuk mencoba.

3. Manifestasi Klinis
Sindroma HIV akut adalah istilah untuk tahap awal infeksi HIV.
Gejalanya meliputi demam, lemas, nafsu makan turun, sakit tenggorokan
(nyeri saat menelan), batuk, nyeri persendian, diare, pembengkakkan
kelenjar getah bening, bercak kemerahan pada kulit (makula / ruam).
World Health Organization menandai progresi infeksi HIV dengan 4
stadium yaitu :.
a. Stadium 1 (asimtomatik), penderita belum memiliki gejala yang khas,
namun dapat mengalami limfadenopati generalisata yang persisten.
Berat badan penderita belum mengalami penurunan yang berarti.
Performance scale-nya adalah asimtomatik dan aktivitas masih normal
b. Stadium 2 atau sakit ringan ditandai dengan penurunan berat badan
kurang dari 10%, ulkus mulut mulut berulang, ruam kulit, dermatitis
seboroik, infeksi jamur kuku, luka disekitar bibir (kelitis angularis),
serta infeksi saluran napas akut yang berulang. Biasanya penderita juga
memiliki riwayat infeksi herpes zoster dalam lima tahun terakhir. Pada
stadium ini, penderita biasanya masih beraktivitas dengan normal.
c. Stadium 3 atau sakit sedang ditandai dengan infeksi yang lebih kronik.
Pada stadium ini, penderita telah mengalami penurunan berat badan
lebih dari 10%. Diare dan demam lebih dari satu bulan yang tidak
diketahui penyebabnya sering terjadi. Gejala lainnya yaitu terdapat
riwayat tuberkulosis paru dalam 1 tahum terakhir, kandidiasis oral atau
vaginal, oral hairy leukoplakia, serta infeksi bakterial berat seperti
pneumonia, piomiositis. Performance scale dan aktivitas penderita
mengalami penurunan. Biasanya pasien akan melakukan bed rest
kurang dari 50% hari dalam 1 bulan.
d. Stadium terakhir dari perjalanan infeksi HIV adalah AIDS. Penderita
AIDS memiliki kadar CD4 dibawah 200 sel/mm3, prognosis semakin

5
buruk dan pasien mengalami sakit berat. Stadium ini ditandai dengan
pneumonia pnemositis atau pneumonia bakterial berulang, herpes
simpleks ulseratif lebih dari satu bulan, kandidiasis esofageal,
tuberkulosis ekstrapulmonal, sarkoma kaposi, renitis Cytomegalo Virus,
abses otak toksoplasmosis, ensefalopati HIV, meningitis kriptokokus,
infeksi mikrobakteria non-tuberkulosis yang meluas, lekoensefalopati
multifokal progresif (PML), penisiliosis, kriptosporidiosis kronis,
isosporiasis kronis mikosis meluas, limfoma serebral, limfoma non-
Hodgkin, kanker serviks invasif leismaniasis atipik yang meluas dan
gejala neuropati atau kardiopati terkait HIV. Pada performance scale
biasanya pasien bed rest lebih dari 50% hari dalam satu bulan.

4. Penularan HIV/AIDS
Penyakit ini menular melalui berbagai cara, antara lain melalui
cairan tubuh seperti darah, cairan genitalia, dan ASI. Virus juga terdapat
dalam saliva, air mata, dan urin (sangat rendah). Terdapat 3 cara penularan
HIV, yaitu (Notoatmodjo, 2007):
a. Hubungan seksual, baik secara vagina, oral, maupun anal dengan
sorang pengidap. Cara ini merupakan cara paling umum terjadi, sekitar
80-90% dari kasus sedunia karena penularannya mudah terjadi.
Penularan (transmisi) HIV secara seksual terjadi ketika ada kontak
sekresi cairan vagina atau preseminal seseorang dengan rektum, alat
kelamin, atau membran mukosa mulut pasangannya.
b. Kontak langsung dengan darah Jalur penularan ini terutama
berhubungan dengan pengguna obat suntik penderita hemofilia, dan
resipien transfusi darah dan produk darah.
c. Secara vertikal, dari ibu hamil pengidap HIV kepada bayinya, baik
selama hamil, saat melahirkan, atau setelah melahirkan. Resiko sekitar
25-40% dan terdapat 0,1% dari total kasus sedunia.
5. Pencegahan HIV/AIDS
Tindakan pencegahan penularan HIV dapat dilakukan dengan mencegah
perilaku seks berisko. Ada beberapa metode yang direkomendasikan oleh

6
Kemenkes RI untuk mencegah penularan HIV yang dikenal dengan
perilaku ABCDE:
a. Secara umum
Lima cara pokok untuk mencegah penularan HIV (A, B, C, D, E), yaitu:
1) Abstinence : memilih untuk mencegah penularan hubungan seks
beresiko tinggi terutama seks pranikah
2) Befaithfil : saling setia dengan pasangan
3) Condom : menggunakan kondom secara konsisten dan benar
4) Drugs : tolak penggunaan NAPZA
5) Equipment : jangan pakai jarum suntik bersama
b. Untuk remaja
Karena semua orang tanpa kecuali dapat tertular HIV apabila
perilakunya sehari-hari termasuk dalam perilaku yang berisiko tinggi
terpapar HIV,maka yang perlu dilakukan remaja antara lain :
1) Tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah. Yang ditekankan
di sini yaitu hubungan seks tidak aman berisiko infeksi menular
seksual (IMS), dan memperbesar risiko penularan HIV dan AIDS
2) Mencari informasi yang lengkap dan benar yang berkaitan dengan
HIV dan AIDS
3) Mendiskusikan secara terbuka permasalahan yang sering dialami
remaja, dalam hal ini tentang masalah perilaku seksual dengan orang
tua, guru, teman maupun orang yang memang paham mengenai hal
ini
4) Menghindari penggunaan obat-obatan terlarang dan jarum suntik,
tato dan tindik
5) Tidak melakukan kontak langsung percampuran darah dengan orang
yang sudah terpapar HIV
6) Menghindari perilaku yang dapat mengarah pada perilaku yang tidak
sehat dan tidak bertanggung jawab

7
DAFTAR PUSTAKA

Bekti (2010). Remaja rentan terkena HIV/AIDS. Oktober 2,2011.


Depkes RI. 2011. Laporan Perkembangan HIV-AIDS Triwulan I Tahun 2011.
Jakarta : Depkes RI
Daili FS. 2009. Infeksi Menular Seksual, Edisi Keempat. Jakarta : FKUI
Doenges, E. Marilyn. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta :
EGC
Hurlock, E. B. 1995. Psikologi Perkembagan (Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan) . Jakarta: Erlangga
Hockenberry, J.M. (2005). Essential of pediatric nursing. Seventy edtion. USA
:Mosby Company
Kesrepro, 2007. Lawanlah Stigma dan Diskriminasi Untuk Memenangi Perang
Melawan HIV/AIDS.
Kemenkes RI. 2012. Profil Data Kesehatan Indonesia 2011. Jakarta : Kemenkes
RI
Kusuma, Heni. (2010). Hubungan antara Depresi dan Dukungan Keluarga dengan
Kualitas Hidup Pasien HIV/ AIDS yang Menjalani Perawatan di
RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta. Jakarta: Universitas Indonesia.
Notoatmodjo S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Penerbit Rineka
Cipta, Jakarta.
Santrock,J..2003 Adolescence Perkembangan remaja.Edisi ke -6. Jakarta:
Erlangga. Pp 557-571
Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahanya. Jakarta: PT
Sagung Seto
Spiritia. 2011. HIV&TB. Jakarta: Spiritia

Anda mungkin juga menyukai