Anda di halaman 1dari 17

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN HIV/AIDS

Disusun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan HIV/AIDS

Dosen pengampu : Ns. Mika Agustiana, M. Kep

DISUSUN OLEH:

1. Arif Sohiman (2002049) 8. Nova Rizqi S (2002068)


2. Dian Maharani (2002061) 9. Nurtiani R (2002069)
3. Dwi Putri .W (2002055) 10. Putri Meli A (2002071)
4. Inarotul Ulya (2002022) 11. Reni Ardiani (2002072)
5. Jenny Cantika (2002063) 12. Rustiani .A .O .L (2002034)
6. Lisa Tri .F (2002064) 13. Trecya Pebrianti (2002078)
7. Nimas Nur .A (2002067)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS SAINS DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS AN NUUR
TAHUN 2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
makalah dengan judul “Faktor yang berhubungan dengan HIV-AIDS” guna
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan HIV/AIDS. Shalawat
serta salam semoga tetap tercurah kepada nabi Muhammad SAW, yang telah
membimbing kita keluar dari zaman kebodohan menuju zaman ilmu
pengetahuan dan teknologi.

Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada pihak yang telah ikut
andil dalam pembuatan makalah ini. Penulis menyadari penuh bahwa makalah
ini jauh dari kata sempurna oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
penulis harapkan guna penyempurnaan makalah ini.

Purwodadi, 23 April 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................3
C. Tujuan.......................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................4
A. Pengertian HIV/AIDS..............................................................4
B. Etiologi HIV/AIDS..................................................................4
C. Patofisiologi HIV/AIDS...........................................................5
D. Tanda dan Gejala HIV/AIDS...................................................6
E. Penularan Seks Bebas .............................................................7
F. Penularan Napza.......................................................................8
G. Pencegahan Penularan HIV/AIDS dengan Seks Bebas .........9
H. Pencegahan Penularan HIV/AIDS dengan Napza ................10
BAB III PENUTUP..................................................................................12
A. Simpulan.................................................................................12
B. Saran.......................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan pathogen yang


menyerang sistem imun manusia, terutama semua sel yang memiliki penenda
CD 4+ dipermukaannya seperti makrofag dan limfosit T. AIDS (acquired
Immunodeficiency Syndrome) merupakan suatu kondisi immunosupresif yang
berkaitan erat dengan berbagai infeksi oportunistik, neoplasma sekunder, serta
manifestasi neurologic tertentu akibat infeksi HIV (Kapita Selekta, 2014).
Menurut WHO pada akhir tahun 2018 secara global ada sekitar 37,9 juta orang
yang hidup dengan HIV (Kementrian kesehatan RI, 2015). Di Indonesia
dengan terus meningkatnya populasi pasien HIV/AIDS setiap tahunnya,
dimana pada tahun 2017 terdapat sekitar 36,9 juta pasien di seluruh dunia dan
1,8 juta kasus baru infeksi HIV. Data Ditjen Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Kemenkes 2018, di Jawa Tengah jumlah kasus HIV mencapai 22.292
orang. Dinas Kesehatan Kabupaten Grobogan mencatat pada tahun 2017-2019
jumlah penderita HIV-AIDS di Grobogan yang dilaporkan menjadi 1.153
orang . Faktor risiko utama penyebab penyakit ini adalah akibat hubungan
seksual dan Pengguna Napza Suntik atau Penasun.. Diperkirakan ke depan,
Penasun akan menjadi faktor risiko utama menggeser hubungan seksual.
Penasun atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Injection Drug
User's (IDU's) menjadi salah satu faktor risiko utama penularan HIV AIDS
pada beberapa tahun terakhir.

NAPZA adalah (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif) adalah


bahan/zat/obat yang apabila masuk kedalam tubuh manusia bisa
mempengaruhi tubuh terutama pada otak/susunan saraf pusat, sehingga

1
menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosialnya karena
terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta ketergantungan (dependensi)
terhadap NAPZA. NAPZA sering disebut juga sebagai zat psikoaktif, yaitu zat
yang bekerja pada otak, sehingga menimbulkan perubahan perilaku, perasaan,
pikiran. ( Eko, 2014). Seks bebas adalah segala tingkah laku yang didorong
oleh hasrat seksual baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis, mulai dari
tingkah laku yang dilakukannya seperti sentuhan, berciuman (kissing)
berciuman belum sampai menempelkan alat kelamin yang biasanya dilakukan
dengan memegang payudara atau melalui oral seks pada alat kelamin tetapi
belum bersenggama (necking, dan bercumbuan sampai menempelkan alat
kelamin yaitu saling menggesek-gesekan alat kelamin dengan pasangan,
namun belum bersenggama (petting, dan sudah bersenggama (intercourse),
yang dilakukan diluar hubungan pernikahan (Sarwono, 2012).
Upaya untuk menangani permasalahan penularan HIV di kalangan
pengguna napza suntik (penasun) bisa dibilang sebagai pionir dalam respon
HIV di Indonesia. Hal ini sejalan dengan situasi epidemic HIV sekitar awal
2000an yang banyak disumbangkan akibat penggunaan jarum suntik secara
tidak aman. Saat itu, dukungan mitra pembangunan internasional (MPI) dalam
membuat intervensi di kalangan penasun sangat berlimbah, baik melalui
kerjasama langsung dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) ataupun
yang dilakukan melalui pemerintah nasional dan daerah. Program utama yang
dipromosikan adalah pendekatan pengurangan dampak buruk atau harm
reduction, melalui pendistribusian jarum suntik streril (LASS). Harm
reduction berperan untuk mmfasilitasi jumlah pengguna napza yang terlanjur
banyak agar berperilaku sehat dan terhindari dari penularan infeksi HIV,
dengan mempromosikan alat suntik steril yang diberikan langsung oleh LSM
atau diambil di Puskesmas. Alhasil, prevalensi HIV di kalangan penasun
berhasil ditekan sampai 20 persen (Robbins, 2011).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian HIV/AIDS ?

2
2. Apa saja etiologi HIV/AIDS ?
3. Jelaskan patofisiologi HIV/AIDS ?
4. Apa tanda dan gejala HIV/AIDS?
5. Bagaimana Penularan Seks Bebas?
6. Bagaimana Penularan Napza?
7. Bagaimana Pencegahan Penularan HIV/AIDS dengan Seks
Bebas ?
8. Bagaimana Pencegahan Penularan HIV/AIDS dengan Napza?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari HIV/AIDS.
2. Mengetahui etiologi HIV/AIDS.
3. Mengetahui patofisiologi HIV/AIDS.
4. Mengetahui tanda dan gejala HIV/AIDS.
5. Mengetahui penularan Seks bebas .
6. Mengetahui penularan Napza.
7. Mengetahui cara pencegahan penularan HIV/AIDS dengan
Seks bebas .
8. Mengetahui cara pencegahan penularan HIV/AIDS dengan
Napza.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian HIV/AIDS
Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan retrovirus yang
menyerang sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia dan menghancurkan atau
mengganggu fungsinya. Sebagian besar orang yang terinfeksi HIV tidak
menyadarinya karena tidak ada gejala yang muncul setelah terjadi infeksi,
seseorang yang terinfeksi HIV sangat mudah menularkan virus tersebut
kepada orang lain. Satu - satunya cara untuk mengetahui apakah virus HIV
ada di dalam tubuh seseorang adalah melalui tes HIV (Kementerian
Kesehatan RI, 2013). Acquired Immune Deficiency Syndrome atau dikenal
dengan singkatan AIDS adalah gambaran sebuah sindrom dengan berbagai
gejala dan infeksi yang terkait dengan menurunnya sistem kekebalan tubuh.
AIDS sendiri disebabkan oleh virus yang disebut HIV (Kementerian
Kesehatan RI, 2014) .

B. Etiologi
Menurut Kemenkes RI (2014) Penyakit AIDS disebabkan oleh Human
Immunodeficiency Virus HIV yang menginfeksi sistem kekebalan tubuh
manusia dan bekerja dengan cara merusak sel darah putih sehingga
terjadinya penurunan fungsi pada sistem kekebalan tubuh seseorang.
Menurut Kemenkes RI (2014) Penyakit AIDS disebabkan oleh Human
Immunodeficiency Virus HIV yang menginfeksi sistem kekebalan tubuh
manusia dan bekerja dengan cara merusak sel darah putih sehingga
terjadinya penurunan fungsi pada sistem kekebalan tubuh seseorang.
Menurut Rezeki & Sasanti (2017) di dalam tubuh, virus HIV memiliki
kecenderungan untuk berikatan dengan sel CD4, dimana sel ini berpengaruh

4
besar terhadap sistem kekebalan tubuh.

C. Patofisiologi
Dalam buku (Anik, 2009) dijelaskan perjalanan tahapan infeksi HIV
menjadi AIDS, yakni :
1. Tahap pertama.
Tahap pertama adalah “Window Period/Masa Jendela”dimana
virus HIV masuk kedalam tubuh menyerang sistem kekebalan
tubuh sampai akhir bulan kedua atau awal bulan ketiga setelah
virus HIV masuk kedalam tubuh, meskipun belum ditemukan
antibodi HIV dalam darah. Apabila darahnya diperiksa hasil tes
HIV akan negatif. Pengidap virus HIV ini sudah dapat
menularkan virus HIV kepada orang lain. Pemeriksaan darah
harus diulang 3 bulan kemudian, hasilnya akan positif.
2. Tahap kedua.
Tahap kedua adalah timbul gejala ringan seperti influenza, batuk,
nyeri sendi, nyeri tenggorokan dan lain-lain. Biasanya terjadi
pada minggu ke 3-6 mulai masuknya virus HIV, yang
berlangsung selama 1-2 minggu.
3. Tahap ketiga.
Tahap ketiga, gejala-gejala infeksi ringan tersebut diatas hilang,
disebut juga stadium tanpa gejala. Pengidap HIV nampak sehat,
namun dapat menjadi sumber penularan.
4. Tahap keempat.
Tahap keempat, stadium ARC ditandai dengan munculnya gejala-
gejala seperti turunnya berat badan lebih dari 10%, diare yang
terus menerus, demam, dan lain-lain tanpa sebab yang jelas.
5. Tahap kelima.
Tahap kelima stadium AIDS, pengidap HIV menunjukkan gejala-
gejala yang spesifik seperti kanker kulit (sarkoma kaposi), kanker

5
kelenjar getah bening, pneumocystis carinii, dan lain-lain.
Penderita yang telah menunjukkan gejala AIDS akan meninggal
dunia paling lama 2 tahun.

D. Tanda dan Gejala HIV/AIDS

Menurut Mandal (2014) tanda dan gejala penyakit HIV/AIDS menyebar


luas dan dasarnya dapat menguasai semua sistem organ. Adanya HIV dalam
tubuh seseorang tidak dapat di lihat dari penampilan luar.orang yang terinfeksi
tidak akan menunjukkan gejala apapun dalam jangka waktu relatife lama
(kurang lebih 7-10 tahun) setelah tertular HIV. Masa ini di sebut masalaten.
Dari masalaten kemudian masuk ke keadaan AIDS dengan gejala sebagai
berikut:

1. Gejala Mayor:
a) Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan.
b) Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan.
c) Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan.
2. Gejala Minor:
a) Batuk menetap lebih dari 1 bulan.
b) Adanya herpens zostermultisegmental dan zoster berulang.
c) Kandidias orofaringeal.
d) Limfadenopati generalisata.
e) Ruam.

Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut Human


Immunodeficiency Virus (HIV). Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari
lima fase yaitu:

a. Periode jendela: lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi.


Tidak ada gejala

6
b. Fase infeksi HIV primer akut: lamanya 1 – 2 minggu dengan gejala
flu like illness
c. Infeksi asimtomatik: lamanya 1 – 15 atau lebih tahun dengan gejala
tidak ada
d. Supresi imun simtomatik: diatas 3 tahun dengan gejala demam,
keringat malam hari, berat badan menurun, diare, neuropati, lemah,
rash, limfadenopati, lesi mulut
e. AIDS: lamanya bervariasi antara 1 – 5 tahun dari kondisi AIDS
pertama kali ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan
tumor pada berbagai sistem tubuh, dan manifestasi neurologis

E. Penularan Seks Bebas

Hubungan seksual baik secara vaginal, oral maupun anal dengan seseorang
yang terinfeksi, dapat menyebabkan tertularnya virus HIV (Wibisono, 2014).
Penularan melalui hubungan seksual juga didapati berprevalensi 70-80%
(Widoyono, 2012). Pada perilaku seksual beresiko tanpa penggunaan
kondom,virus HIV menjadi sangat mudah menginfeksi melalui hubungan
seksual ke orang yang sehat tapi pasangannya positif (Najmah.2016).
Kemudian risiko penularan menjadi lebih sangat mudah apabila terdapat lesi
penyakit kelamin dengan ulkus atau peradangan jaringan (Wibisono, 2014).
Jika orang yang terinfeksi melakukan hubuangan seksual lewat anus, maka
akan lebih meningkat risiko penularannya karena lapisan anus lebih mudah
terluka (Najmah.2016).

Selain menimbulkan penyakit langsung maupun tidak langsung dari


perilaku seks bebas dan pemakaian atau penyalahgunaan narkoba dengan
jarum suntik, juga dapat menimbulkan masalah lain terutama bagi kalangan
remaja dimana melakukan perilaku seks bebas dapat menimbulkan kehamilan
di luar nikah. Hamil di usia muda yang rentan dari segi medis dan belum siap
secara mental sehingga akibat dari tidak dapat menerima keadaan yang

7
membuat jadi hamil seorang remaja bisa nekad melakukan aborsi atau
menggugurkan kandungannya. Hal ini menimbulkan masalah baru dimana
melakukan aborsi adalah merupakan suatu kejahatan pidana yang dilarang
menurut undang-undang yang berlaku di Indonesia. Sudah merupakan suatu
kewajiban bagi kita untuk bisa membentuk remaja sebagai generasi penerus
bangsa, dimana Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan sebagai paradigma
baru berupaya memberdayakan remaja khususnya mahasiswa melaui proses
pendidikan agar mampu berperan aktif dalam sistem pemerintahan yang
demokratis (Ihsan, 2017).

F. Penularan NAPZA

Penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya (NAPZA)


biasanya dimulai dengan pemakaian yang pertama kalinya pada saat usia SD
atau SMP karena tawaran, bujukan, atau tekanan dari seseorang maupun
kawan sebaya. Dari pemakaian sekali, kemudian beberapa kali dan akhimya
menjadi ketergantungan terhadap zat yang digunakan. Dampak yang
ditimbulkan tergantung pada jenis NAPZA yang digunakan dan cara
menggunakannya, dapat terjadi berbagai masalah medis seperti infeksi Human
Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/
AIDS), hepatitis C atau B, kecemasan, depresi, dan psikosis. Pada beberapa
tahun terakhir, angka penderita HIV/AIDS di Jawa Tengah meningkat sangat
fantastis. Pada tahun 2000 hanya ditemukan 14 kasus, tapi tahun 2009 sudah
menjadi 2290 penderita. Faktor risiko utama penyebab penyakit ini adalah
akibat hubungan seksual dan Pengguna Napza Suntik atau Penasun..
Diperkirakan ke depan, Penasun akan menjadi faktor risiko utama menggeser
hubungan seksual. Penasun atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah
Injection Drug User's (IDU's) menjadi salah satu faktor risiko utama penularan
HIV AIDS pada beberapa tahun terakhir. Ditingkat nasional faktor penyebab
HIV AIDS pada kelompok ini sudah mencapai angka 42% sedangkan di Jawa

8
Tengah tercatat 21%. Di beberapa kota besar seperti Jakarta, Medan dan
Surabaya bahkan telah menggeser hubungan seksual sebagai penyebab nornor
satu dengan angka prevalensi sebesar 56%. Hal ini semakin membuktikan
bahwa penularan HIV AIDS melalui penggunaan jarum suntik NAPZA akan
menjadi penular utama dan mungkin hal tersebut akan terus menjadi pola
penularan utama. Survei perilaku penasun yang dilakukan pada tahun 2011,
menunjukkan bahwa para penasun menggunakan jarum suntik secara bersama-
sama dengan menggunakan jarum suntik bekas dan tidak steril. Seperti
diketahui bahwa salah satu penularan HIV AIDS dapat terjadi karena
penggunaan jarum suntik bekas yang tidak steril. Jarum suntik bekas dari
pengguna NAPZA yang menderita penyakit HIV AIDS dapat menularkan
kepada penasun yang lain. Karena virus di dalam darah penasun yang
terinfeksi, dapat bertahan di dalam jarum suntik selama 4 minggu (Kemenkes
RI, 2013).

G. Pencegahan Penularan HIV/AIDS dengan Seks Bebas

Upaya pencegahan penyakit menular seksual yang dilakukan pemerintah


melalui departemen kesehatan Rakyat Indonesia dan lembaga-lembaga lainnya
dalam mengurangi penderita PMS dilakukan melalui edukasi dan promosi
yaitu penyuluhan melalui kampanye, media massa dan penyebaran leaflet.
Tetapi usaha tersebut masih saja kurang atau belum menurunkan angka
mortalitas penyakit menular seksual (Depkes RI, 2013). Mencegah dan
mengobati penyakit menular seksual dapat ditempuh dengan beberapa
alternatif cara antara lain tidak mengunjungi tempat prostitusi. Tempat
prostitusi umumnya berisi orang-orang yang memiliki perilaku menyimpang
seksual, dan tempat merebaknya berbagai penyakit menular seksual. Sebab,
orang-orang yang berkunjung ke lokasi prostitusi banyak dari kalangan profesi
tertentu, dari banyak aneka ragam budaya dan asal negara, asal daerah dan
bahkan orang-orang asing dan tidak pernah dikenal sebelumnya. Kemudian

9
tidak melakukan hubungan seksual di luar nikah. Kalangan remaja saat ini
sudah banyak yang terbiasa dengan pergaulan keliru. Termasuk pacaran
merupakan salah satu penyimpangan pergaulan keliru yang tak terkontrol di
era globalisasi. Pacaran dianggap para remaja adalah sebuah trend dan budaya
modern. Pacaran dapat memicu terjadinya perkosaan, penyakit menular
seksual, bahkan kematian akibat perkelahian dengan pasangan (Priyono,
2015).

Pencegahan yang lainnya, menggunakan kondom sebagai alat kontrasepsi


pasangan suami-istri sebagai pengamanan dalam melakukan hubungan seksual
atau mencegah terjadinya kehamilan. Namun demikian, kondom tidak berarti
sepenuhnya dapat mencegah kehamilan dan penyakit menular seksual. Sebab,
ukuran sel sperma hampir setara dengan ukuran pori-pori pada kondom,
sehingga kemungkinan terjadinya kehamilan serta infeksi berbagai penyakit
menular reproduktif dapat terjadi. Mencari lingkungan bergaul yang baik dan
kondusif merupakan tempat rekomendasi untuk tumbuh kembang remaja.
Lingkungan ini akan mengajar, mendampingi, serta membentuk karakter
remaja menjadi pribadi yang berintegritas, religius, berwawasan luas, cerdas,
dan bersahabat. Dengan wawasan yang luas, seorang remaja akan
memperoleh pendidikan kesehatan reproduksi melalui bimbingan konseling,
sehingga remaja akan terbentengi dengan pengetahuan seksual yang
komprehensif (mampu mengetahui seputar kehidupan seksual yang sehat, tidak
melakukan pacaran, mengetahui berbagai risiko penyakit menular seksual dan
bagaimana mencegahnya). (Priyono, 2015).

H. Pencegahan Penularan HIV/AIDS dengan Napza

WHO memberikan upaya pencegahan dengan program Harm Reduction


atau pengurangan dampak buruk . WHO menggunakan istilah ini untuk
kegiatan yang dilakukan yang bertujuan untuk mengurangi dampak buruk

10
akibat penggunaan jarum suntik di kalangan penasun. Program ini tidak hanya
untuk mengurangi dampak buruk akibat tertular HIV/AIDS, tetapi juga
penyakit lain yang ditularkan melalui penggunaan jarum suntik. Ada 12
kegiatan yang termasuk dalarn program ini, salah satunya yang sedang
dikembangkan pelayanannya oleh pemerintah Indonesia di Puskesmas dan
Rumah Sakit, adalah Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM). Program ini
adalah program yang memberikan layanan rumatan atau pemeliharaan yang
diberikan kepada penasun, yaitu dengan menyediakan dan memberikan
metadon (sebagai obat legal) yang dikonsumsi secara oral (dengan cara
diminum), sebagai pengganti NAPZA (obat ilegal) yang biasanya dikonsumsi
dengan cara menyuntikkan ke tubuh. Program ini merupakan program
pemeliharaan jangka panjang yang dapat diberikan hingga 2 tahun atau lebih.
Metadon sendiri adalah heroin sintetik. Ditemukan pertama kali di Jerman
pada tahun 1937. Secara kimiawi metadon tidak sama dengan heroin dan
morpin, namun menimbulkan efek yang sama dengan kedua zat tersebut.
Didalam tubuh, metadon dapat menstabilkan kondisi pengguna NAPZA dari
sindrom ketergantungan obat-obatan, sehingga digunakan dalam pengobatan
dan rumatan terhadap penasun yang menyuntikkan napza golongan opiodis
seperti heron dan morpin tersebut (WHO, 2018).

11
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan

Hubungan seksual baik secara vaginal, oral maupun anal dengan


seseorang yang terinfeksi, dapat menyebabkan tertularnya virus HIV
(Wibisono, 2014). Penularan melalui hubungan seksual juga didapati
berprevalensi 70-80% (Widoyono, 2012). Pada perilaku seksual beresiko tanpa
penggunaan kondom,virus HIV menjadi sangat mudah menginfeksi melalui
hubungan seksual ke orang yang sehat tapi pasangannya positif
(Najmah.2016). Kemudian risiko penularan menjadi lebih sangat mudah
apabila terdapat lesi penyakit kelamin dengan ulkus atau peradangan jaringan
(Wibisono, 2014). Jika orang yang terinfeksi melakukan hubuangan seksual
lewat anus, maka akan lebih meningkat risiko penularannya karena lapisan
anus lebih mudah terluka (Najmah.2016).

Penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya


(NAPZA) biasanya dimulai dengan pemakaian yang pertama kalinya pada saat
usia SD atau SMP karena tawaran, bujukan, atau tekanan dari seseorang
maupun kawan sebaya. Dari pemakaian sekali, kemudian beberapa kali dan
akhimya menjadi ketergantungan terhadap zat yang digunakan. Dampak yang
ditimbulkan tergantung pada jenis NAPZA yang digunakan dan cara
menggunakannya, dapat terjadi berbagai masalah medis seperti infeksi Human
Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/
AIDS), hepatitis C atau B, kecemasan, depresi, dan psikosis. UpayaUpaya
pencegahan penyakit menular seksual yang dilakukan pemerintah melalui
departemen kesehatan Rakyat Indonesia dan lembaga-lembaga lainnya dalam
mengurangi penderita PMS dilakukan melalui edukasi dan promosi yaitu

12
penyuluhan melalui kampanye, media massa dan penyebaran leaflet. Tetapi
usaha tersebut masih saja kurang atau belum menurunkan angka mortalitas
penyakit menular seksual (Depkes RI, 2013). Pencegahan yang lainnya,
menggunakan kondom sebagai alat kontrasepsi pasangan suami-istri sebagai
pengamanan dalam melakukan hubungan seksual atau mencegah terjadinya
kehamilan. WHO memberikan upaya pencegahan dengan program Harm
Reduction atau pengurangan dampak buruk .

B. Saran
Penulis mengharapkan agar makalah ini dapat bermanfaat bagi kita,
menambah ilmu pengetahuan serta wawasan bagi para pembaca khususnya
bagi mahasiswa, namun penulis menyadari makalah ini jauh dari
kesempurnaan, maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca demi perbaikan makalah selanjutnya.

1. Institusi Pendidikan
Untuk Dosen mata kuliah HIV-AIDS kami mengharapkan dapat
disimpan di perpustakaan untuk bahan bacaan dan dijadikan
literatur dalam pembuatan makalah selanjutnya.
2. Pembaca
Untuk Mahasiswa S1 keperawatan kami mengharapkan makalah
kami ini dapat dijadikan bahan bacaan yang menambah wawasan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Asyiah, A. K., Sundari, R. S., & Risana, D. (2021). Mengkonsumsi Narkoba


Menimbulkan Perilaku Seks Bebas Dikalangan Remaja. 12(April), 87–
95.

Ihsan. (2017). Kecenderungan Global Dalam Proses Pembelajaran


Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan Di Sekolah. Jurnal
Pancasila Dan Kewarganegaraan, 2(2), 49–58.

Kementrian kesehatan RI.(2014). Estimasi Jumlah Populasi Kunci Terdampak


HIV Tahun 2012. Jakarta: Sekretaris Jenderal

Kementrian kesehatan RI. (2015). Laporan situasi perkembangan HIV & AIDS
di indonesia Triwulan III. Jakarta: KPAP

Kementrian Kesehatan RI. (2014). Profil Kesehatan Indonesia 2014. Jakarta:


Sekretaris Jenderal

Konsulat Jendral RI. (2011). HIV/AIDS. Jakarta: KPAP

Kunoli, F. J. (2012). Asuhan Keperawatan Penyakit Tropis. Jakarta: CV. Trans


Info Media

Mandal,ibhatK.,Wilkins,EdmundG.L.,Dunbar,Edward
M.,MayonWhite,Richard T.Lecture Notes.(2014) : Penyakit Infeksi.
Jakarta: Erlangga

14

Anda mungkin juga menyukai