Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KASUS HIV/AIDS


X

OLEH :

KELOMPOK 3

X NAMA NIM
IREN HAUMASE S.0019.P.012
NELA CAHYA PRATIWI S.0019.P.015
NUR ISRAWATI S.0019.P.017

PRODI S1 KEPERAWATAN

STIKES KARYA KESEHATAN KENDARI

2021

KATA PENGANTAR

1
Segala puji bagi tuhan yang telah menolong hambanya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan kemudahan. Tanpa pertolongannya mungkin penyusun
tidak akan sanggup menyelesaikan tepat pada waktunya, makalah ini di susun agar dapat
mengetahui mengenai penyakit HIV/AIDS.

Sebagai hamba tuhan yang tidak perna luput dari kesalahan dan kekurangan, penulis
menyadari sedalam-dalamnya bahwa apa yang penulis sajikan ini bukanlah merupakan suatu
bentuk penulisan sempurna, meskipun pada prinspinya penulis telah berupaya semaksimal
mungkin dengan segenap modal pengetahuan, pengelaman dan keterampilan yang dimiliki
untuk mewujudkan penulisan makalah ini sebagai penulisan yang sempurna.

Dalam penulisan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penulis dapatkan, namun
berkat rahmat dan hidayahnya melalui hamba-hamba yang berhati mulia dengan niat tulus
dan ikhlas memberikan bimbingan serta arahan kepada penulis, sehingga tantangan dan
hambatan yang penulis temukan dapat teratasi dengan baik. Untuk itu melalui kesempatan
ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen
pembimbing memberikan bimbingan, arahan dan petunjuk yang bermanfaat bagi penulis.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun
makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan, penulis menyadari bahwa penulis makalah
ini kurang sempurna. Oleh karena itu, kritik yang membangun dan pembaca sangat penulis
harapkan. Terima kasih.

DAFTAR ISI

2
KATA PENGANTAR...................................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG.......................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH...................................................................................3
C. TUJUAN.............................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian HIV..................................................................................................4
B. Penyebab HIV/AIDS.........................................................................................5
C. Gejala..................................................................................................................6
D. Perilaku Beresiko Tinggi Tertular HIV/AIDS................................................7
E. Pencegahan Penularan HIV/AIDS...................................................................7
F. Pengobatan HIV/AIDS......................................................................................7

BAB III KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN..................................................................................................12
B. DIAGNOSA.......................................................................................................13
C. INTERVENSI....................................................................................................13
D. IMLEMENTASI...............................................................................................15
E. EVALUASI........................................................................................................16

BAB IV PENUTUP

A. KESIMPULAN.................................................................................................17
B. SARAN..............................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................

BAB I

3
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit HIV/AIDS di berbagai negara menjadi ancaman tersendiri sebagai


masalah kehidupan sosial dan kesehatan, sehingga kebijakan pemerintah maupun
lembaga-lembaga atau organisasi internasional yang berperan dibutuhkan dalam
menanggulangi penyebaran HIV/AIDS ini. Disetiap negara-negara masih
memungkinkan memiliki masalah terhadap kesehatan terutama pada penyakit yang
dapat menular dan berpengaruh besar terhadap kehidupan sosial. Namun negara-
negara yang ada di dunia terinfeksi virus HIV yang sangat membahayakan ini, tidak
hanya di negara berkembang saja melainkan negara maju pun banyak masyarakatnya
telah terinfeksi virus HIV/AIDS. Penyakit mematikan ini menyebar dengan cepat ke
berbagai penjuru dunia mulai dekade 80an di kawasan Amerika Utara. Sedangkan
virus dari penyakit ini ialah Human Immuno Deficiency virus (HIV), yang pertama
kali diidentifikasi pada tahun 1983 sebagai penyebab timbulnya penyakit HIV/AIDS.
Human Immuno Deficiency virus (HIV) merupakan retrovirus yang terdiri dari
sampul dan inti. HIV merupakan virus yang melemahkan sistem kekebalan tubuh atau
perlindungan tubuh manusia. Virus inilah yang menyebabkan AIDS. Dan AIDS
merupakan definisi yang diberikan kepada orang terinfeksi HIV pada stadium infeksi
berat. Virus ini terbagi menjadi dua sub-tipe, yaitu HIV-1 dan HIV-2. Virus ini
menyerang sel limfosit, Limfosit adalah sel darah putih yang merupakan bagian
penting dari sistem kekebalan tubuh. -CD4 (salah satu sel darah putih). Virus HIV
ditemukan dalam cairan tubuh terutama pada cairan sperma, cairan vagina dan darah.
Penularan terutama terjadi melalui hubungan seksual yang tidak aman, transfusi
darah, penggunaan jarum suntik yang tidak steril, transplantasi organ/jaringan dan
penularan dari ibu hamil ke janin yang dikandungannya.

Adapun penyebaran penyakit menular HIV berpengaruh pada kehidupan


masyarakat. Pertama yaitu pengaruhnya terhadap pola trend dan sebab kematian,
Penyebaran penyakit ini selain akan menurunkan angka harapan hidup rata-rata, juga
akan menurunkan rata-rata lama hidup yang dilalui dalam keadaan sehat. Karena
ketika seseorang sudah mulai terjangkit HIV, dia sudah mulai sakitsakitan, walaupun
secara fisik mereka masih dapat bekerja dan relatif tampak sehat. Mereka terinfeksi
HIV dan telah memasuki pada tahap AIDS maka daya tahan tubuhnya menjadi sangat

4
lemah. Pada saat itu penyakit-penyakit yang semula tergolong ringan menjadi
berbahaya dan dapat menyebabkan kematian. Kedua, Pengaruhnya terhadap angkatan
kerja. Dengan adanya peledakan HIV/AIDS yang melanda pada kelompok usia
produktif (20-49 tahun) maka akan mempengaruhi komposisi angkatan kerja, yaitu
komposisi angkatan kerja akan dibanjiri oleh mereka yang berusia tua dengan kata
lain semakin sulit mencari tenaga kerja muda, dan pelaksanaan pembangunan akan
lebih mengandalkan pada tenaga kerja tua yang secara praktis tingkat produktifitasnya
sudah mulai menurun. Dengan demikian pertumbuhan angkatan kerja akan rendah
dengan mutu yang rendah pula.

Ketiga, Pengaruhnya terhadap beban ekonomi keluarga dan negara. Penyakit


HIV/AIDS membutuhkan masa inkubasi kurang lebih sekitar 10 tahun. Pada awalnya
seseorang terkena infeksi HIV, ditandai dengan penurunan kondisi kesehatan yang
kemudian penurunan kesehatan tersebut akan semakin cepat pada masa memasuki
tahap AIDS, dimana orang yang bersangkutan sudah tidak dapat terobati lagi secara
medis. Diperkirakan seorang penderita AIDS membutuhkan biaya sekitar 33 juta
rupiah, yang terdiri dari 3 juta rupiah biaya langsung dan 30 juta rupiah biaya tidak
langsung. Jika beban tersebut harus dipikul oleh pemerintah maka akan merupakan
beban pembangunan yang tidak ringan, sehingga akan mempengaruhi stabilitas
pembangunan negara baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dan yang
keempat, Pengaruhnya terhadap upaya pengentasan kemiskinan.

Kebanyakan kelompok berisiko tinggi, adalah kelompok berpendidikan rendah


dan berasal dari kelompok yang secara ekonomi diharapkan masih produktif. Jika
terjadi ledakan HIV/AIDS maka kelompok penduduk miskin dan kelompok yang
dekat dengan garis kemiskinan yang akan banyak mengalami penderitaan. Oleh
karena itu akan mengganggu upaya-upaya untuk mengentaskan kemiskinan yang
selama ini menjadi prioritas utama.

B. Rumusan Masalah

5
Perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Apakah pengetahuan tentang ARV berhubungan dengan kepatuhan terapi ARV
pada pasien HIV/AIDS?
2. Apakah persepsi keseriusan penyakit berhubungan dengan kepatuhan terapi ARV
pada pasien HIV/AIDS?
3. Apakah manfaat dan hambatan berhubungan dengan kepatuhan terapi ARV pada
pasien HIV/AIDS?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum Untuk mengetahui “Hubungan antara pengetahuan tentang ARV,


persepsi keseriusan penyakit, manfaat dan hambatan serta dukungan keluarga
dengan kepatuhan terapi ARV pada pasien HIV/AIDS
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang ARV dengan kepatuhan
terapi ARV pada pasien HIV/AIDS
b. Untuk mengetahui hubungan persepsi keseriusan penyakit dengan kepatuhan
terapi ARV pada pasien HIV/AIDS
c. Untuk mengetahui hubungan manfaat dan hambatan dengan kepatuhan terapi
ARV pada pasien HIV/AIDS di Puskesmas Manahan Kota Surakarta.

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian HIV

Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus golongan Rubonucleat


Acid (RNA) yang spesifik menyerang sistem kekebalan tubuh/imunitas manusia dan
menyebabkan Acquired Immunodeficiency Symndrome (AIDS). HIV positif adalah
orang yang telah terinfeksi virus HIV dan tubuh telah membentuk antibodi (zat anti)
terhadap virus. Mereka berpotensi sebagai sumber penularan bagi orang lain. adalah
kumpulan gejala klinis akibat penurunan sistem imun yang timbul akibat infeksi HIV.
AIDS sering bermanifestasi dengan munculnya berbagai penyakit infeksi
oportunistik, keganasan, gangguan metabolisme dan lainnya (Nuraeni, et al, 2013).

AIDS merupakan sindrom dengan gejala penyakit infeksi oportunistik atau


kanker tertentu akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh infeksi HIV (Daili, et
al, 2009). HIV merupakan virus sitopatik diklasifikasikan dalam famili Retrovirus,
subfamili Lentivirinae, genus Lentivirus. Menurut Nursalam (2009), ada dua tipe HIV
yang dapat menyebabkan AIDS, yaitu HIV-1 dan HIV-2.

HIV adalah virus golongan Rubonucleat Acid (RNA) yang spesifik


menyerang sistem kekebalan tubuh/imunitas manusia dan menyebabkan AIDS. HIV
positif adalah orang yang telah terinfeksi virus HIV dan tubuh telah membentuk
antibodi (zat anti) terhadap virus. Mereka berpotensi sebagai sumber penularan bagi
orang lain. AIDS adalah kumpulan gejala klinis akibat penurunan sistem imun yang
timbul akibat infeksi HIV. AIDS sering bermanifestasi dengan munculnya berbagai
penyakit infeksi oportunistik, keganasan, gangguan metabolisme dan lainnya (DepKes
RI, 2008).

AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang disebut HIV. HIV
terus menerus merusak kekebalan tubuh. Sistem kekebalan yang sehat mengendalikan
kuman (infeksi ikutan), kurang lebih 7-10 tahun setelah penularan oleh HIV. AIDS
belum bisa disembuhkan, namun infeksi ini dapat dikendalikan dengan obat
antiretroviral (ARV) (Martoni, 2012).
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa AIDS
adalah sekumpulan gejala penyakit yang timbul karena turunnya kekebalan tubuh

7
yang didapat. AIDS tersebut disebabkan virus HIV di dalam tubuh virus HIV ini
hidup di dalam empat cairan tubuh manusia yaitu cairan darah, cairan sperman, cairan
vagina dan air susu ibu.

B. Penyebab HIV/AIDS

HIV tidak dapat tersebar dengan sendirinya atau bertahan lama diluar tubuh
manusia. Virus tersebut membutuhkan cairan tubuh manusia untuk bisa hidup,
bereproduksi dan mampu menularkan ke orang lain. Virus tersebut ditularkan melalui
darah, air mani, cairan vagina, dan air susu ibu dari pengidap HIV. Widjajanti (2009)
mengatakan ada tiga metode penyebaran virus HIV tersebut, yaitu sebagai berikut :
1) Hubungan seks tidak aman
Hubungan seks melalui vagina, anal, dan oral dengan pengidap HIV atau
penderita AIDS merupakan cara yang banyak terjadi pada penularan HIV dan
AIDS, dimana hubungan seks penetrative (penis masuk ke dalam vagina/ anus)
tanpa menggunakan kondom sehingga memungkinkan tercampurnya cairan
sperma dengan cairan vagina (untuk hubungan seks lewat vagina), atau
tercampurnya cairan sperma dengan darah yang mungkin terjadi dalam hubungan
seks lewat anus. Selain itu cara penularan HIV melalui kontak seksual
heteroseksual, homoseksual dan biseksual.
2) Melalui Darah yang Tercemar HIV
Penyebaran virus HIV juga terjadi ketika orang menggunakan jarum suntik atau
alat injeksi yang tidak steril secara bersama, biasanya terjadi di kalangan para
pengguna narkoba yang di antara mereka ada yang mengidap HIV. Penyebaran
juga terjadi di beberapa tempat-tempat perawatan kesehatan yang tidak memenuhi
standar atau melalui transfusi darah yang belum dilakukan screening terhadap
HIV. Penggunaan peralatan tato dan alat tindik yang tidak steril dapat juga
menyebarkan virus HIV.
3) Melalui Ibu kepada Anaknya
Seorang wanita yang mengidap HIV dapat menularkan virus HIV kepada anaknya
pada saat kehamilan, kelahiran atau pada masa menyusui. Penularan ini
dimungkinkan dari seorang ibu hamil yang HIV positif dan melahirkan lewat
vagina kemudian menyusui bayinya dengan ASI. Kemungkinan penularan dari ibu
ke bayi (mother to child transmission) ini berkisar hingga 30% artinya dari setiap

8
10 kehamilan dari ibu HIV positif kemungkinan ada 3 bayi yang lahir dengan HIV
positif.

HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung


antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh
yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan
air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun
oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama
kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan
tubuh tersebut (Zeth, et al, 2010).

HIV memang ditemukan dalam air ludah, air mata, air kencing, serta tinja
penderita. Tetapi jumlahnya sangat sedikit, dan karena itu tidak pernah dilaporkan
berperan sebagai sumber penularan. Bersalaman dan atau berpelukan dengan
penderita AIDS tidak akan menularkan AIDS. Nasehat untuk tidak sampai
menimbulkan luka memang sangat dianjurkan, terutama untuk petugas kesehatan
yang merawat penderita AIDS. Memakai peralatan minum dan makan penderita
AIDS, mandi dalam satu kolam renang dengan penderita AIDS, menggunakan kamar
mandi atau kakus yang sama dengan penderita AIDS, dan atau gigitan atau serangga
yang telah menggigit penderita AIDS, juga tidak akan menularkan HIV (Harahap dan
Andayani, 2004).

C. Gejala

Penyakit ini disertai kumpulan gejala (syndrome) antara lain gejala infeksi dan
penyakit oportumistik yang timbul akibat menurunnya daya tahan tubuh penderita.
Menurunnya kekebalan menjadikan penderita rentan terhadap infeksi oportunitik
dimana infeksi mikroorganisme yang dalam keadaan normal bersifat apatogen. Pada
penderita AIDS mikroorganisme yang bersifat apatogen dapat menjadi pathogen
(Djoerban dan Syamsuridjal, 2009). Adapun yang termasuk gejala mayor yaitu: berat
badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan, diare kronik berlangsung lebih dari 1
bulan, demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan, penurunan kesadaran dan gangguan
15 neorologis, demensia atau HIV ensepalopati. Sedangkan beberapa gejala minor
antara lain : batuk menetap lebih dari 1 bulan, dermatitis generalisata yang gatal,
adanya Herpes Zoster Multisegmental dan atau berulang, kandidiasis orofariengeas,

9
herpes Simpleks kronik progresif, limfadenopati generalisata (pembesaran kelenjar
getah bening) dan infeksi jamur berulang pada alat kelamin.

D. Perilaku Beresiko Tinggi Tertular HIV/AIDS

Perilaku beresiko tinggi tertular HIV/AIDS adalah melakukan sesuatu yang


membawa resiko tinggi terkena infeksi pada dirinya atau orang lain baik melalui
hubungan seks yang tidak aman di dalam dan di luar nikah dengan pasangan yang
berganti-ganti, menerima transfusi darah yang terinfeksi dan memakai jarum suntik
secara bersama-sama secara bergiliran dan bergantian (Harahap dan Andayani, 2004).

E. Pencegahan Penularan HIV/AIDS

Pencegahan penularan HIV pada wanita dilakukan secara primer, yang


mencakup mengubah perilaku seksual dengan menetapkan prinsip ABC, yaitu
Abstinence (tidak melakukan hubungan seksual), Be faithful (setia pada pasangan),
dan kondom. Wanita juga disarankan tidak menggunakan narkoba, terutama narkoba
suntik dengan pemakaian jarum bergantian, serta pemakaian alat menoreh kulit dan
benda tajam secara bergantian dengan orang lain (misalnya tindik, tato, silet, cukur,
dan lain-lain). Petugas kesehatan perlu menetapkan kewaspadaan universal dan
menggunakan darah serta produk darah yang bebas dari HIV untuk pasien (Nursalam,
2009).

WHO mencanangkan empat strategi untuk mencegah penularan HIV dari ibu
ke bayi dan anak, yaitu dengan mencegah jangan sampai wanita terinfeksi HIV/AIDS.
Apabila sudah dengan HIV/AIDS, dicegah supaya tidak hamil. Apabila sudah hamil,
dilakukan pencegahan supaya tidak menular pada bayi dan anaknya, namun bila ibu
dan anaknya sudah terinfeksi, maka sebaiknya diberikan dukungan dan perawatan
bagi ODHA dan keluarganya (Nursalam, 2009).

F. Pengobatan HIV/AIDS

Infeksi HIV/AIDS merupakan suatu penyakit dengan perjalanan yang panjang.


Sistem imunitas menurun secara progresif sehingga muncul infeksi-infeksi
oportunistik yang dapat muncul secara bersamaa dan berakhir pada kematian.

10
Sementara itu belum ditemukan obat maupun vaksin yang efektif, sehingga
pengobatan HIV/AIDS dapat dibagi dalam tiga kelompok antara lain:
1) Pengobatan Suportif
Pengobatan suportif adalah pengobatan untuk meningkatkan keadaan umum
penderita. Pengobatan ini terdiri dari pemberian gizi yang baik, obat simtomatik,
vitamin, dan dukungan psikososial agar penderita dapat melakukan aktivitas
seperti semula/seoptimal mungkim. Pengobatan infeksi oportunistik dilakukan
secara empiris.
2) Pengobatan Infeksi Oportunistik
Pengobatan infeksi oportunistik adalah pengobatan yang ditujukan untuk infeksi
oportunistik dan dilakukan secara empiris.
3) Pengobatan Antiretroviral (ARV)
ARV bekerja langsung menghambat perkembangbiakan HIV. ARV bekerja
langsung menghambat enzim reverse transcriptase atau menghambat enzim
protease. Kendala dalam pemberian ARV antara lain kesukaran ODHA untuk
minum obat secara langsung, dan resistensi HIV terhadap obat ARV (Depkes RI,
2008).

11
BAB III

KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Identitas Klien
Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, alamat, penanggung
jawab, tanggal pengkajian, dan diagnose medis.

2. Keluhan Utama / Alasan Masuk Rumah Sakit


Mudah lelah, tidak nafsu makan, demam, diare, infermitten, nyeri panggul, rasa
terbakar saat miksi, nyeri saat menelan, penurunan BB, infeksi jamur di mulut,
pusing, sakit kepala, kelemahan otot, perubahan ketajaman penglihatan,
kesemutan pada extremitas, batuk produkti / non.

3. Riwayat Kesehatan
 Riwayat kesehatan sekarang
Meliputi keluhan yang dirasakan biasanya klien mengeluhkan
diare,demam berkepanjangan,dan batuk berkepanjangan.
 Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat menjalani tranfusi darah, penyakit herper simplek, diare yang
hilang timbul, penurunan daya tahan tubuh, kerusakan immunitas
hormonal (antibody), riwayat kerusakan respon imun seluler (Limfosit T),
batuk yang berdahak yang sudah lama tidak sembuh.
 Riwayat Keluarga
Human Immuno Deficiency Virus dapat ditularkan melalui hubungan
seksual dengan penderita HIV positif, kontak langsung dengan darah
penderita melalui ASI.

4. Pemeriksaan Fisik
 Aktifitas Istirahat Mudah lemah, toleransi terhadap aktifitas berkurang,
progresi, kelelahan / malaise, perubahan pola tidur.

12
 Gejala subyektif Demam kronik, demam atau tanpa mengigil, keringat
malam hari berulang kali, lemah, lelah, anoreksia, BB menurun, nyeri,
sulit tidur.
 Psikososial Kehilangan pekerjaan dan penghasilan, perubahan poa hidup,
ungkapkan perasaan takut, cemas, meringis.
 Status Mental Marah atau pasrah, depresi, ide bunuh diri, apati, withdrawl,
hilanginterest pada lingkungan sekiar, gangguan proses piker, hilang
memori, gangguan atensi dan konsentrasi, halusinasi dan delusi.
 Neurologis Gangguan reflex pupil, nystagmus, vertigo, ketidak
seimbangan, kaku kuduk, kejang, paraf legia.
 Muskuloskletal Focal motor deficit, lemah, tidak mampu melakukan ADL.
 Kardiovaskuler Takikardi, sianosis, hipotensi, edem perifer, dizziness.
 Pernafasan Nafas pendek yang progresif, batuk (sedang - parah), batuk
produktif/non produktif, bendungan atau sesak pada dada.
 Integument Kering, gatal, rash dan lesi, turgor jelek, petekie positif.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan nafsu


makan
2. Nyeri akut b.d agen injuri fisik
3. Intoleransi aktivitas b.d penurunan nafsu makan.

13
14
C. INTERVENSI

NO DIAGNOSA NOC NIC


1. ketidakseimbangan Tujuan: 1. Kaji adanya alergi makanan
nutrisi kurang dari  Nutritional Status : 2. Monitor adanya penurunan berat badan
kebutuhan tubuh b.d  Nutritional Status : food and Fluid Intake 3. Monitor adanya mual, muntah dan diare
penurunan nafsu makan  Nutritional Status: nutrient Intake Weight 4. kolaborasi dengan dokter untuk pemasangan NGT

control 5. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori

Kriteria hasil: 6. Monitor kadar albumin, Hb dan Ht

 Adanya peningkatan berat badan sesuai 7. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah

dengan tujuan kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien

 Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan 8. Berikan substansi gula
9. Berikan makanan yang sudah dikonsultasikan dengan
 Tidak adanya tanda-tanda malnutrisi
ahli gizi.
 Menunjukan peningkatan fungsi menelan
 Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
2. Nyeri akut b.d agen Tujuan: 1. lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
injuri fisik  Pain Level, lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan
 Pain control faktor presipitasi.

 Comfort leve 2. control lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri,

Kriteria hasil: seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan.

 pasien dapat mengontrol nyerinya 3. ajarkan tentang tehnik nonfarmakologi.


4. berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
 skala nyeri berkurang dari skala 6 menjadi

15
skala 3 5. ajarkan teknik relaksasi
 Klien mengatakan nyeri sudah berkurang
 Dapat mengenali faktor penyebab nyeri
3. Intoleransi aktivitas b.d Tujuan : 1. Monitoring vital sign sebelum/sesudah latihan dan lihat
penurunan kekuatan  Joint Movement : Active respon pasien saat latihan
otot  Mobility level 2. Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana

 Self care : ADLs ambulasi sesuai dengan kebutuhan

 Transfer performance 3. Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan

Kriteria hasil: dan cegah terhadap cedera


4. Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang
 Klien meningkat dalam aktivitas fisik
teknik ambulasi
 Mengerti tujuan dan peningkatan mobilitas
5. Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
 Memverbalisasikan perasaan dalam
6. Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan
meningkatkan kekuatan dan kemampuan
7. ADLs secara mandiri sesuai kemampuan
berpindah
8. Dampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi dan bantu
 Memperagakan penggunaan alat Bantu untuk
penuhi kebutuhan
mobilisasi
9. ADLs pasien. Berikan alat bantu jika klien memerlukan.

16
D. IMPLEMENTASI

Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana rencana


keperawatan dilaksanakan : melaksanakan intervensi/aktivitas yang telah ditentukan,
pada tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah
dicatat dalam rencana perawatan klien. Agar implementasi perencanaan dapat tepat
waktu dan efektif terhadap biaya, pertama-tama harus mengidentifikasi prioritas
perawatan klien, kemudian bila perawatan telah dilaksanakan, memantau dan
mencatat respons pasien terhadap setiap intervensi dan mengkomunikasikan informasi
ini kepada penyedia perawatan kesehatan lainnya. Kemudian, dengan menggunakan
data, dapat mengevaluasi dan merevisi rencana perawatan dalam tahap proses
keperawatan berikitnya.

E. EVALUASI

Tahap evaluasi menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil yang


diinginkan dan respons pasien terhadap dan keefektifan intervensi keperawatan
kemudian mengganti rencana perawatan jika diperlukan. Tahap akhir dari proses
keperawatan perawat mengevaluasi kemampuan pasien ke arah pencapaian hasil.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Terjadinya peningkatan pengetahuan responden disebabkan karena responden


telah mendapatkan cukup banyak informasi melalui pendidikan kesehatan yang
diberikan. Peningkatan perilaku pencegahan HIV/AIDS pada reseponden setelah
dilakukan pendidikan kesehatan. Hal ini dikarenakan remaja atau responden telah
cukup banyak mendapat informasi kesehatan tentang HIV/AIDS dan responden telah
memahami sisi positif dalam perlaku pencegahan HIV/AIDS tersebut. Dengan adanya
pendidikan kesehatan seseorang yang sebelumnya tidak tahu mengenai HIV/AIDS
dapat mengalami peningkatan pengetahuan dan perilaku pencegahan HIV/AIDS yang
semula dari kurang menjadi baik.

B. Saran

1) Bagi Tenaga Keperawatan


Dengan hasil penelitian ini, diharapkan para tenaga keperawatan dapat
meningkatkan pendidikan kesehatan tentang HIV/AIDS bukan hanya dikalangan
remaja tetapi sebaiknya pada semua usia dengan mnggunakan metode dan media
health education yang lebih menarik, serta mampu memvasilitasi masyarakat
untuk melakukan promosi pencgahan HIV/AIDS.
2) Bagi Masyarakat
Dengan hasil penelitian ini, diharapkan masyarakat luas lebih banyak mencari info
tentang HIV/AIDS agar dapat mengetahui pentingnya pengetahuan tentang
HIV/AIDS serta mampu mencegah perilaku negatif yang dapat berpengaruh pada
penyebaran HIV/AIDS.
3) Bagi Peneliti
Diharapkan peneliti selanjutnya, dapat melakukan penelitian tentang perilaku
masyarakat dalam melakukan pencegahan HIV/AIDS.

18
DAFTAR PUSTAKA

Hardiningsih. 2011. Tesis: Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan dan Sikap
Dalam Rangka Pencegahan Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency
Syndrome (HIV/AIDS) Pada Siswa Kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Surakarta:
UNS.

Infodatin (Situasi dan analisa HIV/AIDS). (2014). Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

Kusmiran, Eni. (2011). Reproduksi remaja dan wanita. Jakarta: Salemba Medika

Bulechek,G.2013. Nursing Interventions Classification (NIC) 6 Edition. Missouri :


Elseiver Mosby

Moorhead, S. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) 6 Edition. Missouri : Elseiver


Saunder.

Herdeman, T. Heather. 2015. Nanda International Inc. Diagnosis Keperawatan : Definisi


& klasifikasi 2015 – 2017. Jakarta : EGC

Michael W Dafidson. 2015. The Human Immunodeficiency Virus (HIV) The Florinda State
University.

Alifah, N. 2010. HIV dan AIDS. Journal Of Universitas Sumatera Utara

19

Anda mungkin juga menyukai