Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN ISOLASI SOSIAL DAN DEFISIT PERAWATAN


DIRI (DPD)

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa II

Dosen pengampu: Ns. Tri Monja Mandira, M.Kep

Nama kelompok 4 :

Agustia Nirmalasari (191030100267)

AnisaFitria (191030100287)

Dewi Afni Astuti (191030100282)

Elisa Yuslani BR. Parapat (191030100288)

Ramli Rumodar (191030100261)

Selvi Aprilia Putri (191030100289)

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN

STIKes WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik, dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang “asuhan keperawatan isolasi social dan deficit perawatan diri” Meskipun
masih banyak kekurangan didalamnya. Kami juga berterimakasih atas beberapa
pihak yang telah membantu dan memberi tugas ini kepada kami. Kami sangat
berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai asuhan keperawatan isolasi social dan deficit perawatan
diri dan beberapa hal yang bersangkutan dengan materi tersebut. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari
kata sempurna. Oleh sebab itu kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat.

Pamulang, 18 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................i
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................

DAFTAR ISI..............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latarbelakang.............................................................................................................1
....................................................................................................................................
B. Rumusan masalah......................................................................................................1
C. Tujuan penulisan........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi isolasi social.................................................................................................2


B. Proses terjadinya isolasi social...................................................................................2
C. Factor predisposisi.....................................................................................................4
D. Factor presipitasi........................................................................................................5
E. Tanda dan gejala........................................................................................................5
F. Mekanisme koping.....................................................................................................5
G. Proses keperawatan isolasi social..............................................................................6
H. Penyebab defisit perawatan diri.................................................................................8
I. Jenis deficit perawatan diri........................................................................................8
J. Factor predisposisi.....................................................................................................8
K. Factor presipitasi........................................................................................................9
L. Proses keperawatan DPD ..........................................................................................9

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................................11
B. Saran .........................................................................................................................11

ii
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Isolasi sosial adalah Kesepian yang dialami oleh individu dan dirasakan saat
didorong oleh keberadaaan orang lain dan sebagai pernyataan negatif atau
mengancam (Nanda, 2012). Perawatan diri erat kaitannya dengan kebersihan diri
(personal hygiene), dimana hal ini perlu diperhatikan dalam kehidupan sehari-hari
karena memengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan merupakan
bagian dari penampilan dan harga diri sehingga jika seseorang mengalami
keterbatasan dalam pemenuhan kebutuhan tersebut mungkin saja akan
memengaruhi kesehatan secara umum.
Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami
kelemahan kemampuan dalam melengkapi aktivitas perawatan diri secara mandiri
seperti mandi, berhias, makan dan BAK/BAB (Khaeriyah,2013). Menurut Yusuf
(2015) Defisit perwatan diri adalah suatu keadaan seseorang mengalami kelainan
dalam kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan
sehari-hari secara mandiri. Tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur, tidak
menyisir rambut, pakaian kotor, bau badan, bau napas dan penampilan tidak rapi.

B. Rumusan masalah
1. Apa definisi isolasi social?
2. Bagaimana proses terjadinya isolasi social?
3. Apa saja Factor predisposisi isolasi social?
4. Apa saja Factor presipitasi isolasi social?
5. Apa saja Tanda dan gejala isolasi social?
6. Bagaimana mekanisme koping isolasi social?
7. Bagaimana proses keperawatan isolasi social?
8. Apa saja penyebab defisit perawatan diri?
9. Apa saja jenis deficit perawatan diri?
10. Apa saja Factor predisposisi deficit perawatan diri?
11. Apa saja Factor presipitasi deficit perawatan diri?
12. Bagaimana proses keperawatan DPD ?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi isolasi social
2. Untuk mengetahui proses terjadinya isolasi social
3. Untuk mengetahui Factor predisposisi isolasi social
4. Untuk mengetahui Factor presipitasi isolasi social
5. Untuk mengetahui Tanda dan gejala isolasi social
6. Untuk mengetahui mekanisme koping isolasi social
7. Untuk mengetahui proses keperawatan isolasi social
8. Untuk mengetahui penyebab defisit perawatan diri
9. Untuk mengetahui jenis deficit perawatan diri
10. Untuk mengetahui Factor predisposisi deficit perawatan diri
11. Untuk mengetahui Factor presipitasi deficit perawatan diri
12. Untuk mengetahui proses keperawatan DPD

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi isolasi sosial


Isolasi sosial merupakan upaya menghindari komunikasi dengan orang lain karena
merasa kehilangan keakraban dan tidak mempunyai kesempatan untuk berbagi
rasa, pikiran dan kegagalan, klien mengalami kesulitan dalam berhubungan
dengan orang lain yang di manifestasikan dengan mengisolasi diri, tidak ada
perhatian dan tidak sanggup berbagai pengalaman dengan orang lain (Dermawan,
2013).
Isolasi sosial yaitu upaya klien untuk menghindari komunikasi dengan orang lain
karena merasa kehilangan hubungan keakraban dan tidak mempunyai kesempatan
untuk berbagi rasa, pikiran dan kegagalan. Klien mengalami kesulitan dalam
berhubungan secara spontan dengan orang lain yang dimanifestasikan dengan
mengisolasi diri, tidak ada perhatian dan tidak sanggup berbagi pengalaman
(Yosep, 2011). Isolasi sosial adalah Kesepian yang dialami oleh individu dan
dirasakan saat didorong oleh keberadaaan orang lain dan sebagai pernyataan
negatif atau mengancam (Nanda, 2012). Beberapa pengertian diatas isolasi sosial
adalah keadaan seseorang cenderung menghindar apabila berinteraksi dengan
orang lain atau lingkungan.

B. Proses terjadinya isolasi social


1) Pola asuh.
Pada anak yang kelahirannya tidak dikehendaki akibat kegagalan KB, hamil di
luar nikah, jenis kelamin yang tidak dikehendaki, bentuk fisik kurang menawan
menyebabkan keluarga mengeluarkan komentar-komentar negatif, merendahkan,
menyalahkan anak.
2) Koping individu tidak efektif, misalnya:
Saat individu menghadapi kegagalan menyalahkan orang lain, ketidakberdayaan,
menyangkal tidak mampu menghadapi kenyataan dan menarik diri dari
lingkungan, terlalu tingginya self ideal dan tidak mampu menerima realitas
dengan rasa syukur.
3) Gangguan tugas perkembangan, misalnya:

3
Kegagalan menjalani hubungan intim dengan sesama jenis atau tidak, mampu
mandiri dan menyelesaikan tugas, bekerja, bergaul, bersekolah menyebabkan
ketergantungan pada orang tua, rendahnya ketahanan terhadap berbagai
kegagalan.
4) Stresor internal and external (stress internal dan eksternal), misalnya:
Stress terjadi akibat ansietas yang berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan
keterbatasan kemampuan individu untuk mengatasinya , ansietas dapat terjadi
karena akibat berpisah dengan orang terdekat, hilangnya pekerjaan atau orang
yang dicintai (Dermawan, 2013).

C. Factor predisposisi
Ada beberapa faktor yang pendukung terjadinya perilaku isolasi sosial
diantaranya:
a) Faktor Perkembangan
Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan dari masa bayi sampai
dewasa tua akan menjadi pencetus seseorang sehingga mempunyai masalah
respon sosial menarik diri. Sistem keluarga yang terganggu juga dapat
mempengaruhi terjadinya menarik diri. Organisasi anggota keluarga bekerja sama
dengan tenaga professional untuk mengembangkan gambaran yang lebih cepat
tentang hubungan antara kelainan jiwa dan stress keluarga. Pendekatan kolaboratif
dapat mengurangi masalah respon sosial menarik diri.
b) Faktor biologis
Faktor genetik dapat menunjang terhadap respon sosial maladaptif. Genetik
merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Kelainan struktur otak
seperti: atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak serta
perubahan limbik diduga dapat menyebabkan skizofrenia.
c) Faktor strukutral
Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan hal ini merupakan
akibat dari norma yang tidak mendukung pendekatan dengan orang lain, atau tidak
menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif, seperti pada lansia, orang
cacat dan berpenyakit kronik. Isolasi sosial dapat terjadi karena mengadopsi
norma, perilaku dan system nilai yang berbeda dari yang dimiliki budaya
mayoritas. Harapan yang tidak realistis terhadap hubungan merupakan faktor lain
yang berkaitan dengan gangguan ini (Dermawan, 2013).

4
D. Factor presipitasi
faktor prespitasi menurut Direja (2011), terjadinya gangguan isolasi sosial dapat
ditimbulkan adanya faktor internal ataupun eksternal seseorang, adapun faktor
prespitasi dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a) Faktor eksternal
Contohnya adalah stressor sosial budaya, yaitu stress yang dtimbulkan oleh faktor
sosial budaya seperti keluarga.
b) Faktor internal
Contohnya adalah stresor psikologis, yaitu stress terjadi akibat ansietas atau
kecemasan yang berkepanjangan dan terjadi bersamaan keterbatasan individu,
untuk mengatasinya. Ansietas ini dapat terjadi akibat tuntunan untuk berpisah
dengan orang terdekat atau tidak terpenuhinya kebutuhan individu.

E. Tanda dan gejala


tanda gejala isolasi sosial menurut Damaiyanti (2012) diantaranya:
1) Kurang spontan.
2) Apatis (kurang acuh terhadap lingkungan).
3) Ekspresi wajah kurang berseri (sedih).
4) Menyendiri.
5) Komunikasi verbal menurun bahkan tidak ada.
6) Klien terlihat memisahkan diri dengan lingkungan.
7) Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitar.
8) Posisi seperti janin saat tidur.
9) Menolak hubungan dengan orang lain.

F. Mekanisme koping
Mekanisme koping digunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan yang
merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Kecemasan koping
yang sering digunakan adalah regrasi, represi dan isolasi, contoh sumber koping
yang digunakan misalnya keterlibatan dalam hubungan yang luas dalam keluarga
dan teman, hubungan dengan hewan peliharaan, menggunakan kreativitas untuk
mengekspresikan stress interpersonal seperti kesenian musik ataupun yang lain.
(Stuart & Sundeen, 2009).

5
G. Proses keperawatan isolasi sosial
1. Pengkajian
a) Tanda dan gejala mayor
Subjektif
- merasa ingin sendirian
- Merasa tidak aman di tempat umum
Objektif
- Menarik diri
- Tidak berminat atau menolak berinteraksi dengan orang lain atau
lingkungan
b) Tanda dan gejala minor
Subjektif
- Merasa berbeda dengan orang lain
- Merasa asyik dengan pikiran sendiri
- Merasa tidak mempunyai tujuan yang jelas
Objektif
- Afek datar
- Afek sedih
- Riwayat ditolak
- Menunjukkan permusuhan
- Tidak mampu memenuhi harapan orang lain
- Kondisi difable
- Tindakan tidak berarti
- Tidak ada kontak mata
- Perkembangan terlambat
- Tidak bergairah atau lesu
2. Kriteria hasil keperawatan
Dengan dilakukan perawatan 3 x 24 jam diharapkan keterlibatan sosial
meningkat dengan kriteria hasil :
Minat interaksi meningkatVerbalisasi tujuan yang jelas meningkat (5)
Minat terhadap aktivitas meningkat (5)
Verbalisasi isolasi menurun (5)
Verbalisasi ketidakamanan di tempat umum menurun (5)

6
Perilaku menarik diri menurun (5)
Verbalisasi perasaan berbeda dengan orang lain menurun (5)
Verbalisasi preokupasi dengan pikiran sendiri menurun (5)
Afek murung atau sedih menurun (5)
Perilaku sesuai dengan harapan orang lain membaik (5)
Kontak mata membaik (5)

3. Intervensi keperawatan
SIKI promosi sosialisasi ( I.13498)
Tindakan
Observasi
- Identifikasi kemampuan melakukan interaksi dengan orang lain
- Identifikasi hambatan melakukan interaksi dengan orang lain
Terapeutik
- Motivasi meningkatkan keterlibatan dalam suatu hubungan
- Motivasi kesabaran dalam mengembangkan suatu hubungan
- Motivasi berinteraksi di luar lingkungan
- Diskusikan perencanaan kegiatan di masa depan
- Berikan umpan balik positif dalam perawatan diri
Edukasi
- Anjurkan berinteraksi dengan orang lain secara bertahap
- Anjurkan ikut serta kegiatan sosial dan kemasyarakatan
- Anjurkan berbagi pengalaman dengan orang lain
- Anjurkan meningkatkan kejujuran diri dan menghormati hak orang lain
- Anjurkan penggunaan alat bantu
- Anjurkan membuat perencanaan kelompok kecil untuk kegiatan
khusus
- Latih bermain peran untuk meningkatkan keterampilan komunikasi
- Latih mengekspresikan marah dengan tepat

7
H. Penyebab deficit perawatan diri
Menurut PPNI (2016) penyebab terjadinya defisit perawatan diri yaitu:
1) Gangguan muskuloskeletal
2) Gangguan neuromuskuler
3) Kelemahan
4) Gangguan psikologis dan/atau psikotik
5) Penurunan motivasi/minat.
Perawatan diri erat kaitannya dengan kebersihan diri (personal hygiene), dimana
hal ini perlu diperhatikan dalam kehidupan sehari-hari karena memengaruhi
kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan merupakan bagian dari penampilan
dan harga diri sehingga jika seseorang mengalami keterbatasan dalam pemenuhan
kebutuhan tersebut mungkin saja akan memengaruhi kesehatan secara umum.

I. Jenis deficit perawatan diri


Menurut Nurjannah (2004, dalam Dermawan (2013) Jenis-jenis defisit
perawatan diri terdiri dari:
4. Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan
Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan aktivitas mandi / kebersihan diri.
5. Kurang perawatan diri : mengenakan pakaian / berhias
Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan kemampuan
memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.
6. Kurang perawatan diri : makan
Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk
menunjukkan aktivitas makan.
7. Kurang perawatan diri : toileting
Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan atau menyelesaikan.

J. Factor predisposisi
1) Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya suatu
kondisi. Faktor predisposisi defisit perawatan diri meliputi:
a) Faktor psikologis

8
Pada faktor ini, keluarga terlalu melindungi dan memanjakan pasien, sehingga
pasien menjadi begitu bergantung dan perkembangan inisiatifnya terganggu.
Pasien gangguan jiwa, misalnya, mengalami defisit perawatan diri dikarenakan
kemampuan realitas yang kurang. Hal ini menyebabkan pasien tidak peduli
terhadap diri dan lingkungannya, termasuk perawatan diri.
b) Faktor biologis
Pada faktor ini, penyakit kronis berperan sebagai penyebab pasien tidak mampu
melakukan perawatan diri. Defisit perawatan diri disebabkan oleh adanya penyakit
fisik dan mental yang menyebabkan pasien tidak mampu melakukan perawatan
diri. Selain itu, faktor herediter (keturunan) berupa anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa, juga turut menjadi penyebab.
c) Faktor sosial
Faktor ini berkaitan dengan kurangnya dukungan dan latihan kemampuan
perawatan diri lingkungannya.

K. Factor presipitasi
Faktor presipitasi defisit perawatan diri meliputi kurangnya motivasi, kerusakan
kognitif atau perseptual, cemas, dan kelelahan yang dialami pasien.

L. Proses keperawatan DPD


1. Pengkajian
Menurut PPNI (2016) defisit perawatan diri adalah keadaan dimana individu
tidak mampu melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri. Adapun
pengkajian keperawatan sesuai dengan gejala dan tanda mayor dari defisit
perawatan diri:
a. Gejala dan tanda mayor
1) Subyektif
 Menolak melakukan perawatan diri.
2) Obyektif
 Tidak mampu mandi/ mengenakan pakaian /makan /ke toilet /berhias
secara mandiri
 Minat melakukan perawatan diri kurang.
2. Diagnosa keperawatan

9
Diagnosa keperawatan yang muncul adalah Defisit Perawatan Diri.
3. Kriteria hasil keperawatan
Dengan dilakukannya tindakan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan
perawatan diri klien meningkat dengan kriterian hasil :
Kemampuan mandi meningkat (5)
Kemampuan mengenakan pakaian meningkat (5)
Kemampuan ke toilet (BAB/BAK) meningkat (5)
Verbalisasi keinginan perawatan diri meningkat (5)
Minat melakukan perawatan diri meningkat (5)

4.intervensi keperawatan
SIKI dukungan perawatan diri ( I.11348)
Tindakan
Observasi
- Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai usia
- Monitor tingkat kemandirian
- Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri berpakaian berhias, dan
makan

Therapeutic

- Sediakan lingkungan yang terapetik (mis. Suasana hangat, rileks, privacy)


- Siapkan keperluan pribadi (mis. parfum, sikat gigi, dan sabun mandi)
- Dampingi dalam melakukan perawatan diri sampai mandiri
- Fasilitasi untuk menerima keadaan ketergantungan
- Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak mampu melakukan perawatan diri
- Jadwalkan rutinitas perawatan diri

Edukasi

- Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai kemampuan

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Isolasi sosial merupakan upaya menghindari komunikasi dengan orang lain karena
merasa kehilangan keakraban dan tidak mempunyai kesempatan untuk berbagi rasa,
pikiran dan kegagalan, klien mengalami kesulitan dalam berhubungan dengan orang
lain yang di manifestasikan dengan mengisolasi diri, tidak ada perhatian dan tidak
sanggup berbagai pengalaman dengan orang lain (Dermawan, 2013). Defisit
perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan
kemampuan dalam melengkapi aktivitas perawatan diri secara mandiri seperti mandi,
berhias, makan dan BAK/BAB (Khaeriyah,2013).

B. Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah
ini akan tetapi masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal ini
dikarenakan masih minimnya pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu,
penulis perlu bimbingan dari dosen pembimbing maupun pembaca untuk
kesempurnaan dari makalah ini, kami berharap semoga penyusunan makalah ini dapat
memberikan ilmu dan pengetahuan dalam bidang pendidikan dan praktik
keperawatan. Dan juga dengan makalah ini dapat menjadi acuan untuk tindakan
proses keperawatan jiwa.

11
DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=18969#:~:text=Isolasi%20sosial%20dapat
%20terjadi%20karena,ini%20(Dermawan%2C%202013) diakses pada minggu 17 oktober
jam 14.00 WIB

https://pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/DINO_SAPUTRA.pdf diakses pada minggu 17


oktober jam 19.00 WIB

http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/4991/3/Bab%20II%20Tinjauan%20Pustaka.pdf
diakses pada senin 18 oktober jam 10.00 WIB

12

Anda mungkin juga menyukai