Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN

ISOLASI SOSIAL ATAU MENARIK DIRI

Laporan Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa 2

DISUSUN OLEH :

Kelompok 4/ Kelas 3A

1. Arvian Ellysthiana R (A11701528)


2. Ema Tri Indah Sari (A11701537)
3. Fathurozak (A11701546)
4. Fitri Pebriyani (A11701549)
5. Fiyandari Setianingsih (A11701551)

KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH


GOMBONG

2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan
rahmat dan karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “ Makalah Laporan Pendahuluan Dan Strategi
Pelaksanaan Isolasi Sosial atau Menarik Diri. Dimana makalah ini merupakan
salah satu dari tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa 2.

Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing dan


teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah
ini. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak memiliki
kekurangan, oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun sehingga kami dapat memperbaikinya dikemudian hari. Dan semoga
dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman.

Gombong, 25 Februari 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER.................................................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................... ii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Pendahuluan...................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................1
1.3 Tujuan......................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Isolasi Sosial..........................................................................2
2.2 Tanda dan Gejala Isolasi Sosial...............................................................2
2.3 Faktor Predisposisi..................................................................................3
2.4 Faktor Presipitasi.....................................................................................4
2.5 Fokus Pengkajian....................................................................................4
2.6 Psikopatologi/Pohon Masalah Isolasi Sosial...........................................5
2.7 Tindakan Keperawatan............................................................................5
2.8 Strategi Keperawatan..............................................................................7
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.............................................................................................12
3.2 Saran......................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................13

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gangguan jiwa (psikosis) merupakan suatu keadaan jiwa yang tidak
mempunyai hubungan dengan realitas, dimana selama periode gangguan jiwa,
individu tersebut tidak menyadari apa yang dialami oleh orang lain tentang hal
yang sama dan orang lain tidak mempunyai respons dengan cara yang sama
(Stuard, Keliat & Pasaribu, 2016)
Isolasi sosial adalah salah satu diagnose keperawatn berdasarkan tanda
egative dari klien skzofrenia. Isolasi sosial terjadi dipengaruhi oleh berbagai
faktor yaitu usia, gender, Pendidikan, pekerjaan, latar belakang budaya,
keyakinan religi, politik, kemiskinan, penghasilan rendah, tinggal sendirian,
penyakit kronis, tidak mempunyai anak, tidak ada kontak dengan keluarga dan
kesulitan akses transformasi (Massom, 2016 : DeVylder & Hilimire, 2015;
Junardi, Daulima & Wardani, 2015; Wakhid, Hamid & Helena, 2013)
Isolasi sosial atau menarik diri adalah pengalaman menyendiri seseorang
individu dan dirasakan dipaksa karena orang lain dan keadaan yang negatife
atau mengancam (NANDA, 2012-2014).

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa pengertian dari isolasi sosial
b. Tanda dan gejala
c. Faktor Predisposisi
d. Faktor Presipitasi
e. Fokus pengkajian
f. Psikopatologi/Pohon Masalah
g. Tindakan keperawatan
h. Strategi keperawatan

1.3 Tujuan

1
Tujuan penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa mampu
melakukan asuhan keperawatan pada klien
dengan Gangguan Isolasi Sosial Menarik Diri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. DEFINISI
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu
mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi
dengan orang lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak
diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti
dengan orang lain (Purba, dkk. 2018).
Isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan yang
merupakan mekanisme individu terhadap sesuatu yang mengancam
dirinya dengan cara menghindari interaksi dengan orang lain dan
lingkungan (Dalami, dkk. 2019). 
Isolasi soaial adalah pengalaman kesendirian seorang individu
yang diterima sebagai perlakuan dari orang lain serta sebagai kondisi yang
negatif atau mengancam (Wilkinson, 2017).
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh
seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan
mengancam. Atau suatu keadaan dimana seseorang individu mengalami
penurunan bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang
lain disekitarnya, pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian,
dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dan tidak mampu
membina hubungan yang berarti dengan orang lain. Menarik diri
merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,
menghindari hubungan dengan orang lain. Faktor perkembangan dan
sosial budaya merupakan faktor predisposisi terjadinya perilaku isolasi
sosial. (Budi Anna Kelliat,2016).

2. TANDA DAN GEJALA


Subyektif :

2
1. Menolak interaksi dengan orang lain
2. Merasa sendirian
3. Tidak berminat
4. Merasa tidak diterima
5. Perasaan berbeda dengan orang lain
6. Mengungkapkan tujuan hidup yang tidak adekuat
7. Tidak ada dukungan orang yang dianggap penting
Obyektif :
1. Tidak ada kontak mata
2. Menyendiri atau menarik diri
3. Tidak komunikatif
4. Tindakan tidak berarti atau berulang
5. Afek tumpul
6. Afek sedih
7. Adanya kecacatan (misal : fisik dan mental)

3. FAKTOR PREDISPOSISI
Menurut Stuart, (2011) ada beberapa faktor predisposisi penyebab isolasi
sosial, meliputi :
a. Faktor perkembangan
Sistem keluarga yang terganggu dapat berperan dalam perkembangan
respons sosial maladaptif. Beberapa orang percaya bahwa individu
yang mengalami masalah ini adalah orang yang tidak berhasil
memisahkan dirinya dari orang tua. Norma keluarga mungkin tidak
mendukung hubungan dengan pihak di luar keluarga. Peran keluarga
sering kali tidak jelas.
b. Faktor sosiokultural
Isolasi sosial merupakan faktor utama dalam gangguan hubungan. Hal
ini akibat dari transiensi; norma yang tidak mendukung pendekatan
terhadap orang lain; atau tidak menghargai anggota masyarakat yang
kurang produktif, seperti lanjut usia (lansia), orang cacat, dan penderita
penyakit kronis. Isolasi dapat terjadi karena mengadopsi norma,

3
perilaku, dan sistem nilai yang berbeda dari yang dimiliki budaya
mayoritas. Harapan yang tidak realistis terhadap hubungan merupakan
faktor lain yang berkaitan dengan gangguan ini.
c. Faktor biologis
Faktor genetik dapat berperan dalam respons sosial maladaptif. Bukti
terdahulu menunjukkan keterlibatan neurotransmiter dalam
perkembangan gangguan ini, namun tetap diperlukan penelitian lebih
lanjut.

4. FAKTOR PRESIPITASI
Menurut Direja, (2011) ada beberapa faktor presipitasi isolasi sosial,
meliputi :
a. Faktor eksternal
Contohnya adalah stressor sosial budaya, yaitu stress yang
ditinggalkan oleh faktor sosial budaya seperti keluarga.
b. Faktor internal
Contohnya adalah stressor psikologis, yaitu stress yang terjadi akibat
ansietas atau kecemasan yang berkepanjangan dan terjadi bersamaan
dengan keterbatasan kemampuan individu untuk berpisah untuk
mengatasinya. Ansietas ini dapat terjadi akibat tuntutan untuk berpisah
dengan orang terdekat atau tidak terpenuhnya kebutuhan
individu.

5. FOKUS PENGKAJIAN
1. Objektif
a. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.
b. Menghindari orang lain, tampak menyendiri, dan memisahkan
diri dari orang lain.
c. Komunikasi kurang/tidak ada, pasien tidak tampak bercakap-
cakap dengan orang lain.
d. Tidak ada kontak mata dan sering menunduk.
e. Berdiam diri di kamar.

4
f. Menolak berhubungan dengan orang lain, memutuskan
pembicaraan, atau pergi saat diajak bercakap-cakap.
g. Tidak tampak melakukan kegiatan sehari-hari, perawatan diri
kurang, dan kegiatan rumah tangga tidak dilakukan.
h. Posisi janin pada saat tidur.
2. Subjektif
a. Pasien menjawab dengan singkat “ya”, “tidak”, “tidak tahu”.
b. Pasien tidak menjawab sama sekali.

6. PSIKOPATOLOGI (POHON MASALAH)

Resiko gangguan sensori persepsi halusinasi

Isolasi sosial Defisit Perawatan Diri

Mekanisme Koping Tidak Efektif

Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah


Keliat, 2011

7. TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Tindakan keperawatan pada klien isolasi sosial
a. Klien mampu mengenal masalah isolasi sosial.
1) Mengidentifikasikan tanda dan gejala, penyebab, dan akibat
isolasi sosial
2) Mendiskusikan keuntungan memiliki teman, kerugian tidak
memiliki teman

5
b. Klien mampu berkenalan dengan orang lain.
Menjelaskan, mendemonstrasikan dan melatih cara berkenalan.
Klien mampu bercakap-cakap dalam melakukan kegiatan harian.
c. Menjelaskan, mendemonstrasikan dan melatih klien bercakap-
cakap saat melakukan kegiatan sehari-hari.
d. Klien mampu berbicara dalam melakukan kegiatan sosial.
e. Menjelaskan, mendemonstrasikan, dan melatih berbicara dalam
melakukan kegiatan sosial : meminta sesuatu, member bantuan,
berbelanja, pergi ke warung, pergi ke bank.
2. Tindakan keperawatan untuk keluarga dengan klien isolasi sosial
a. Mengenal masalah isolasi sosial
1) Mengidentifikasi masalah keluarga dalam merawat klien
isolasi sosial.
2) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, serta proses
terjadinya isolasi sosial
b. Mengambil keputusan untuk merawat klien isolasi sosial
1) Mendiskusikan masalah dan akibat yang terjadi pada klien
isolasi sosial.
2) Menganjurkan keluarga mengambil keputusan untuk merawat
klien isolasi sosial.
c. Merawat klien isolasi sosial
1) Menjelaskan cara melatih klien berkenalan .
2) Menjelaskan cara melatih klen bercakap-cakap saat
melakukan kegiatan harian.
3) Menjelaskan cara melatih klien berbicara sosial : meminta
sesuatu, memberi bantuan, berbelanja ke warung, ke pasar
dan ke bank.
4) Memotivasi, membimbing dan member pujian kepada klien
untuk latihan berbicara sosial.
5) Memotivasi, membimbing dan member pujian kepada klien
untuk latihan bercakap-cakap saat melakukan kegiatan sehari-
hari.

6
6) Memotivasi, membimbing dan member pujian kepada klien
untuk latihan berbicara sosial.
d. Menciptakan lingkungan yang terapeutik untuk klien isolasi sosial
1) Mendiskusikan dengan anggota keluarga yang terlibat dalam
perawatan klien.
2) Mendiskusikan seting lingkungan rumah yang mendukung
perawatan klien.
3) Menganjurkan keluarga melibatkan anggota keluarga lain
dalam merawat klien.
e. Memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk follow up kesehatan
klien isolasi sosial dan mencegah kekambuhan
1) Menjelaskan cara memanfaatkan fasilitas : kesehatan yang
tersedia (pelayanan kesehatan primer : puskesmas, pelayanan
kesehatan sekunder : RSU, pelayanan kesehatan tersier :
RSJ).
2) Menjelaskan tanda-tanda relaps dan kemungkinan kambuh
serta pencegahannya.
3) Menjelaskan dan menganjurkan follow up dan merujuk klien
ke pelayanan kesehatan.

8. STRATEGI KEPERAWATAN
1. Strategi Komunikasi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Klien
Isolasi Sosial
SP 1 pasien : mengenal masalah isolasi sosial (tanda dan gejala,
penyebab dan akibat isolasi sosial) dan menjelaskan,
mendemonstrasikan dan melatih cara berkenalan.
Orientasi :
Salam terapeutik
“Selamat pagi Ibu, saya Ana perawat dari IGD RSMM, nama ibu
siapa?”
“Senang dipanggil siapa?”
Evaluasi

7
“Bagaimana perasaan ibu X hari ini?”
Validasi
“Kegiatan apa yang sudah ibu lakukan untuk mengatasi perasaan ini?”
Kontrak (topic, tujuan, tempat dan waktu)
“Baiklah, kita akan bercakap-cakap tentang interaksi ibu dengan orang
lain. Tujuannnya agar ibu dirumah dapat berinteraksi dengan baik.
Berapa lama kita mau bercakap-cakap? Mau dimana?”
Kerja
“Apa yang menyebabkan ibu sering mengurung diri? Oh ibu merasa
sendirian. Saat ibu dirumah, ibu tinggal dengan siapa saja? Siapa yang
paling dekat dengan Ibu? Apa yang menyebabkan ibu dekat dengan
orang tersebut? Siapa anggota keluarga yang ibu rasa tidak dekat? Apa
yang membuat ibu tidak dekat dengan mereka?”
“Apa saja kegiatan yang biasa ibu lakukan saat bersama keluarga?
Bagaimana dengan teman-teman yang lain? Apakah ada pengalaman
yang tidak menyenangkan ketika berinteraksi dengan orang lain?”
“Menurut ibu apa saja keuntungan kalau kita mempunyai teman? Wah,
benar, ada teman bercakap-cakap ya bu. Apa lagi bu? (sampai pasien
menyebutkan beberapa) Nah kalau kerugian tidak mempunyai teman
apa ya bu? Ya, apa lagu bu? (sampai pasien menyebutkan beberapa)
jadi banyak juga ruginya tidak punya teman ya bu. Kalau begitu
inginkah ibu belajar berkenalan dengan orang lain agar ibu mempunyai
teman?”
“Nah untuk memulainya sekarang ibu latihan berkenalan dengan saya
dahulu ya. Begini bu, untuk berkenalan dengan orang lain kita
memberikan salam, menyebutkan nama dan nama panggilan yang kita
sukai serta asal kita. Ini saya contohkan : selamat pagi, nama saya
Rosdiana, sering dipanggil Ana, asal saya dari Bogor. Selanjutnya ibu
menanyakan nama orang yang diajak berkenalan. Contohnya begini :
nama ibu siapa? Senang dipanggil apa? Asalnya dari mana? Ayo bu
dicoba! Misalnya saya belum kenal dengan ibu ya. Coba berkenalan
dengan saya!”

8
“Ya bagus sekali! Coba sekali lagi. Bagus sekali. Setelah ibu
berkenalan dengan orang tersebut ibu bisa melanjutkan percakapan
tentang hal-hal yang menyenangkan ibu berbicara. Misalnya tentang
cuaca, tentang hobi, tentang keluarga pekerjaan dan sebagainya. Nah,
bagaimana kalau sekarang kita latihan berkenalan dengan pasien lain?
(damping pasien saat bercakap-cakap)
Terminasi
Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan ibu setelah latihan berkenalan hari ini?”
Evaluasi objektif
“Coba ibu peragakan lagi cara berkenalan dengan orang lain!”
“Baik bu, dalam satu hari mau berapa kali ibu latihan berkenalan
dengan orang lain? Dua kali? Baiklah jam berapa ibu akan latihan?”
Rencana tindak lanjut
“Ini ada jadwal kegiatan, kita isi jam 11.00 dan 15.00 kegiatan ibu
adalah berkenalan dengan orang lain. Jika ibu melakukannya sendiri
tanpa diingatkan ibu tulis M (mandiri), jika ibu masih harus diingatkan
tilis B (bantuan), dan jika ibu tidak melakukan tulis T (tergantung).
Kita mulai dari besok tah bu tanggal 29 februari 2020.
Kontrak yang akan datang
“baik ibu besok kita bertemu lagi. Kita akan berbincang-bincang
tentang pengalaman ibu berkenalan dengan 2 teman baru dan besok
kita akan latihan bercakap-cakap dalam melakukan kegiatan harian
pada 2 teman baru ibu tersebut. Waktunya seperti sekarang ini.
Tempatnya disini saja. Baik bu kalau begitu saya permisi dulu.”
Selamat pagi bu…
2. Strategi Komunikasi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan pada
Keluarga dengan klien Isolasi Sosial
SP 1 Keluarga : mengenal, mengambil keputusan, dan merawat klien
dengan melatih klien cara berkenalan dan edukasi tentang isolasi sosial
dengan menggunakan leaflet.
Orientasi :

9
“Selamat pagi mba Tina, bagaimana perasaan mba saat ini? Baiklah
sekarang kita akan diskusi tentang bagaimana tugas keluarga dalam
menghadapi ibunya mba dengan masalah keperawatan isolasi sosial.
Bagaimana jika kita berdiskusi di depan meja perawat? Kira-kira 30
menit ya mba? Tujuannya supaya mba tahu apa yang dialami oleh
ibunya, apa yang harus dilakukan, cara merawatnya, lingkungan yang
seperti apa yang mendukung untuk ibunya mba dan control
berobatnya.”
Kerja :
“mba coba diceritakan apa yang mba ketahui tentang masalah isolasi
sosial yang terjadi pada ibu mba? Iya betul mba, isolasi sosial
merupakan salah satu gejala yang dialami oleh pasien-pasien gangguan
jiwa, tanda dan gejalnya adalah tidak mau bergaul dengan orang lain,
mengurumg diri, dan kalupun berbicara hanya sebentar dengan wajah
menunduk. Biasanya masalah ini muncul karena memiliki pengalaman
yang mengecewakan ketika berhubungan dengan orang lain, seperti
ditolak, tidak dihargai, atau berpisah dengan orang yang dicintai. Jika
tidak diatasi, seseorang dapat mengalami halusinasi yaitu mendengar
suara atau melihat bayangan yang sebetulnya tidak ada. Setelah mba
mengetahui bahwa ibunya mempunyai masalah kejiwaan, apa yang
mba lakukan? Dengan mba membawanya ke puskesmas itu sudah
tepat, meskipun dari puskesmas harus dirujuk kesini ya mba, selama
ini apa yang sudah mba lakukan dalam merawat ibu? Wah mba hebat,
selain memenuhi makan, minum dan kebersihan diri, apa lagi yang
sudah mba lakukan? Misalnya mengingatkan ibu untuk berlatih
berkenalan dan bercakap-cakap dengan orang lain, apa sudah mba
lakukan? Mba hebat ya, itu sudah bagus tapi tidak salahnya jika mba
tingkatkan lagi dengan selalu melibatkan ibu dalam semua kegiatan
yang ada disekitar rumah. Menurut mba, kegiatan apa yang bisa mba
lakukan disekitar rumah? Kalau dirumah selain mba apakah ada yang
membantu dalam merawat ibunya? Nah berarti mba bisa berbagi tugas
dengan adik dan kakak mba dalam merawat ibunya. Mba, ibu diijinkan

10
dokter pulang sehingga tidak peril rawat inap, namun ketika dirumah
muncul kembali tanda dan gejala isolasi sosial seperti menyendiri,
kontak mata kurng, tidak mau berbicara maka mba harus membawa
ibu ke pelayanan kesehatan terdekat, misalnya pelayanan puskesman
san banyak lagi.”
Terminasi :
Bagaimana perasaan mba setelah kita berdiskusi? Coba jelaskan
kembali apa saja yang harus diperhatikan dalam merawat ibunya saat
berkomunikasi dalam kegiatan sosial? Baik mba, setelah ini mba terus
damping ibu dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari, dan tetap bantu
ibu berkenalan dengan orang baru dan bercakap-cakap dengan orang
yang sudah dikenal. Jika ibu kambuh maka segera keluarga harus
membawa klien ke pelayanan kesehatan terdekat ya mba? Baik
sepertinya cukup ya mba diskusi kita kali ini, silahkan mba ke apotik
untuk mengambil obatnya. Terimakasih banyak mba, selamat pagi.”

11
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh
seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan
mengancam. Atau suatu keadaan dimana seseorang individu mengalami
penurunan bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang
lain disekitarnya, pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian,
dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dan tidak mampu
membina hubungan yang berarti dengan orang lain. Menarik diri
merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,
menghindari hubungan dengan orang lain. Faktor perkembangan dan
sosial budaya merupakan faktor predisposisi terjadinya perilaku isolasi
sosial. (Budi Anna Kelliat,2016).
3.2 SARAN
a. Bagi mahasiswa
Mahasiswa diharapkan memahami tentang kebutuhan dasar manusia
dalam pemberian asuhan keperawatan terutama dengan masalah isolasi
sosial.
b. Bagi pelayanan kesehatan
Menjalin hubungan kerjasama yang baik antara perawat dengan tim
kesehatan lainnya serta kerjasama perawat dengan keluarga sangat
diperlukan untuk membantu kesembuhan, meningkatan kesehatan klien
dan agar menggunakan waktu seefisien mungkin dalam melakukan
tindakan asuhan keperawatan pada klien.
c. Bagi institusi pendidikan
Diharapkan bagi staff pengajar dapat meningkatkan penerapan dan
pengajaran asuhan keperawatan kepada mahasiswa, meningkatkan ilmu
pengetahuan dan memberikan keterampilan yang lebih kepada
mahasiswa dan menambah referensi tentang pemahaman kesenjangan
teori dan aplikasi asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
isolasi sosial.

12
DAFTAR PUSTAKA

Fadly Muhammad, Hargiana Glur., 2018. Studi Kasus: Asuhan Keperawatan


pada klien isolasi Sosial Pasca Pasung. ISSN 2088-673X/ e-ISSN 2597-8667.

Dermawan D Dan Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa; Konsep dan Kerangka Kerja
Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing

Kirana, Keliat & Mustikasari. (2015).Pengaruh Cognitive Behaviour Therapy dan


Cognitive Beharioral Social Skills Training Terhadap Gejala Klien
Halusinasi dan Isolasi Sosial. Jurnal Keperawatan Stikes Hang Tuah
Surabaya Edisi Maret 2016

Herman, Ade. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika

Amin Muhammad, Saputra Yoga, Vioneery Deoni. 2019. Pengaruh Edukasi


Keluarga Terhadap Kemampuan Keluarga Dalam Merawat Klien Dengan
Isolasi Sosial. e-ISSN : 2684-8988 p-ISSN : 2684-8996 DOI:
https://doi.org/10.31539/joting.v1i1.518

Listiqamah Lia, Syarniah ,Mulyati Yeni. 2018. Hubungan Dukungan Sosial


Dengan Kemampuan Sosialisasi Pada Klien Isolasi Sosial. ISSN: 2502 –
3454 (Online) Journal homepage: http://ejurnal-citrakeperawatan.com

13

Anda mungkin juga menyukai