Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkah dan rahmat-Nya, sehingga penyusunan “Pedoman Penanggulangan Bencana
di UPT Pemasyarakatan” dapat diselesaikan. Kesiapsiagaan merupakan hal yang
penting dan harus dibangun pada setiap UPT Pemasyarakatan terutama yang
terdampak langsung dengan bencana. Pengalaman membuktikan bahwa pada saat
terjadi bencana, UPT Pemasyarakatan tidak dapat berbuat apa-apa dan masing
masing UPT Pemasyarakatan melakukan penanganannya atas dasar persepsi
masing-masing Ka.UPT, sehingga potensi terjadinya gangguan keamanan dan
ketertiban cukup tinggi. Penerbitan pedoman penanggulangan bencana di UPT
Pemasyarakatan merupakan bentuk tanggungjawab Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan selaku pembuat kebijakan dalam rangka mewujudkan konsep
pengurangan risiko bencana serta untuk meminimalisir korban dan potensi gangguan
keamanan di UPT Pemasyarakatan, sehingga diharapkan UPT Pemasyarakatan
menjadi UPT Pemasyarakatan tangguh bencana. Besar harapan saya semoga melalui
pedoman penanggulangan bencana ini, setiap UPT Pemasyarakatan selalu siap dan
tangguh dalam menghadapi bencana. Tidak lupa saya juga ingin mengucapkan terima
kasih kepda semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu yang telah
memberikan sumbangan pemikiran dan pengalaman yang sangat berharga dalam
penyusunan buku pedoman ini. Mohon maaf atas segala kekurangan yang tersaji.
Semoga buku pedoman ini dapat bermanfaat bagi UPT Pemasyarakatan di seluruh
Indonesia dalam rangka meningkatkan kesadaran, kewaspadaan dan kesiapsiagaan
menghadapi ancaman bencana.
Tejo Harwanto,Bc.IP,S.IP,M.Si
.
A. Latar Belakang
Wilayah NKRI terbentuk dari pertemuan 3 lempeng tektonik dunia (di dunia
terdapat 13 lempeng tektonik), yaitu dari selatan lempeng Indo-Australia, dari barat
lempeng Pasific (keduanya lempeng samudra) dan dari utara lempeng Eurasia
(lempeng benua). Hasil pertemuan tiga lempeng ini dihasilkan lempeng tektonik
(garis merah) yang merupakan gempabumi dan deretan gunung api. Terdapat 129
gunungapi aktif yang ada di Indonesia, yang saat ini dimonitor oleh Direktorat
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (ESDM). Untuk lempeng tektonik
dimonitor oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang
secepatnya akan memberikan informasi mengenai gempabumi dan tsunami. Secara
geografis dan geologis Indonesia sebenarnya rawan terhadap bencana, seperti
gempa bumi, tanah longsor, tsunami, banjir, letusan gunung berapi, angin kencang
bahkan kebakaran hutan. Bencana alam ini menimbulkan kerugian dan kerusakan
yang sangat parah. Bencana alam sebagai fenomena geografis, geologis dan
geofisis tidak dapat dicegah terjadinya oleh manusia. Selain bencana alam ada juga
bencana non alam seperti konflik sosial, epidemi, wabah penyakit serta kegagalan
teknologi. Penanganan bencana pada dasarnya di tujukan sebagai upaya untuk
meredam risiko dan dampak bencana serta memperkecil jumlah korban jiwa,
kerusakan dan kerugian yang diakibatkan.
Dengan berbagai banyak terjadinya bencana, secara tidak langsung
memberikan risiko terhadap kondisi hunian di UPT Pemasyarakatan. UPT
Pemasyarakatan di seluruh Indonesia sebanyak 657 UPT Pemasyarakatan, dengan
jumlah warga sebanyak 254.303 orang, kondisi bencana menjadi risiko tinggi bagi
lembaga pemasyarakatan. Warga binaan pemasyarakatan merupakan orang yang
sedang menjalani pidana hilang kemerdekaan di lembaga pemasyarakatan/rumah
tahanan, dengan kata lain bahwa warga binaan pemasyarakatan mengalami
keterbatasan dalam bergerak, sehingga pada saat terjadi peristiwa bencana posisi
warga binaan pemasyarakatan memiliki keterbatasan untuk melakukan evakuasi
dan menyelamatkan diri dengan bebas sehingga menjadi sangat rentan terhadap
risiko bencana. Sementara itu, ada hak hak dasar manusiawi yang tetap harus
dipastikan dapat diakses oleh warga binaan, yaitu hak hidup. Berdasarkan
pengalaman dari berbagai peristiwa bencana yang sudah terjadi dan setidaknya
banyak menimbulkan kerugian baik jiwa maupun materi maka sangatlah tepat
B. Permasalahan
Permasalahan yang ditemui terkait penanggulangan bencana di UPT
Pemasyarakatan, sebagai berikut:
1. Lokasi UPT Pemasyarakatan seluruh Indonesia yang berada di kawasan rawan
bencana, utamanya bencana alam;
2. Warga binaan dan pegawai di UPT pemasyarakatan sangat rentan terhadap
risiko bencana;
3. Belum ada panduan maupun Standard Operating Procedure (SOP) yang dapat
menjadi acuan bagi UPT Pemasyarakatan untuk melaksanakan
penanggulangan bencana mulai dari mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat
bencana sampai pada rehabilitasi dan rekonstruksi untuk menuju UPT
Pemasyarakatan Tangguh Bencana.
C. Dasar Hukum
1. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan;
2. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana;
E. Pengertian
Pengertian istilah yang digunakan dalam pedoman ini merupakan pengertian
istilah berdasarkan undang undang dan peraturan terkait.
1. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik
oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia
sehingga mengakibatkan timbulnya penyintas (orang yang selamat) jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
2. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa
bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan
tanah longsor.
3. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
rangkaian peristiwa non alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal
modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.
4. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik
sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat, dan teror.
5. Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang
meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana,
kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi.
Ketiga pilar tersebut di atas harus selalu dimonitoring, dievaluasi, dan dilatihkan.
C. Struktur Organisasi
Pertolongan medis
Memberikan pertolongan medis
bagi yang membutuhkan
Pengamanan
1. Mengamankan Warga binaan
dari upaya melarikan diri
2. Mengamankan dokumen penting
dan gudang senjata
3. Mengamankan pemenuhan
kebutuhan dasar
Laporan bencana alam
Pemulihan
Pelaksanaan Rehabilitasi Sosial
Rehabilitasi
Penyintas (orang yang selamat)
Bencana Alam.
1. Strategi penyelamatan mengeluarkan warga binaan dari sel atau keluar dari Lembaga
Pemasyarakatan diukur dari tingkat kerusakan serta akses pengeluarannya (take and out
tim) setelah bahaya berlalu.
2. Berdasarkan riwayat kerusakan Lembaga Pemasyarakatan diawali dari gempa, bahaya susulan
akibat alam di Lembaga Pemasyarakatan yang berlokasi dekat pantai 7 menit kemudian akan
terjadi tsunami .
3. Dipercaya bangunan dan tembok Lembaga Pemasyarakatan mampu menahan guncangan gempa
sampai 7,2 SR. 7 (tujuh) menit ini (golden time) adalah keputusan yang dapat diambil kepala UPT
Pemasyarakatan untuk pengurangan risiko bersama petugas dan WBP memimpin operasi
penyelamatan dan menyelamatkan diri dengan kelompok wbp yang terakhir.
4. Penting diberi pengertian sebelum WBP meninggalkan Lembaga Pemasyarakatan; “Untuk
kembali ke lembaga pemasyarakatan setelah bahaya berlalu, Lembaga Pemasyarakatan masih
menyediakan kebutuhan dasar bagi wbp yang kembali. Jangan menjadi dpo dampaknya
menyusahkan diri dan keluarga. Akan ada kebijakan jika ada kepentingan keluarga selama pasca
bencana (keluar menghadiri pemakamam keluarga inti/mengetahui kondisi keluarga yang terkena
bencana). Mari berdoa bersama kita menyelamatkan diri dan saling melindungi”.
5. Bagi lembaga pemasyarakatan yang akrab dengan bencana ada baiknya strategi
penyelamatan diri dalam rangka mengurangi risiko akibat bencana tindakan ini
disosialisasikan secara tertulis dan diketahui semua orang yang berada dalam Lapas/Rutan
yang berada dalam peta bencana indonesia.
3. Rencana Kesiapsiagaan
Rencana kesiapsiagaan masing-masing UPT Pemasyarakatan meliputi,
antara lain:
1. Mempersiapkan dan atau terkoneksi dengan deteksi dini/ early warning
system lembaga/instansi pemerintah terkait, misalnya BMKG, VMBG
(Vulkanologi dan Mitigasi bencana Geologi), BNPB (Badan Nasional
Penanggulangan Bencana),dll;
2. Mempersiapkan dan mengelola tim siaga;
3. Mempersiapkan sistem komando penanganan darurat bencana;
4. Mempersiapkan sistem komunikasi cadangan;
5. Mempersiapkan rencana dan jalur evakuasi;
6. Mempersiapkan safe room beserta akomodasinya sesuai standar di dalam
UPT Pemasyarakatan;
7. Mempersiapkan jalur evakuasi dan perimeter keluar dari UPT
Pemasyarakatan menuju ke lokasi aman;
8. Mempersiakan shelter berikut akomodasinya sesuai standar.
4. Rencana Evakuasi
Masing masing UPT Pemasyarakatan harus terlebih dahulu membuat
Aturan status bencana sebagai pra syarat melakukan evakuasi warga binaan
keluar dari Lembaga Pemasyarakatan tersebut. Rencana evakuasi masing
masing Lembaga Pemasyarakatan mengikuti petunjuk pelaksanaan lapas
yang terbagi atas petunjuk pelaksanaan lapas maximum, medium,
minimum security, dan bapas (balai pemasyarakatan). SOP kesipasiagaan
dan evaluasi sesuai petunjuk pelaksanaan lapas maximum, medium,
minimum dan bapas ini secara detail di masing masing jenis lapas pada
lampiran berdasarkan status bencana masing masing.
5. Rencana Kontingensi
Setiap UPT Pemasyarakatan wajib membuat rencana kontingensi.
Rencana kontingensi tersebut menjelaskan elemen-elemen kunci yang perlu
dikembangkan agar UPT Pemasyarakatan dapat secara efektif mengantisipasi,
mengelola, melakukuan penanganan darurat bencana dan insiden dengan
Sistem Komando Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan serta
melakukan proses transisi pemulihan awal.
Rencana kontingensi harus dijelaskan secara singkat padat, dalam
kondisi darurat bencana siapa akan melakukan tugas apa dengan
menggunakan metode apa. Rencana kontingensi dibuat dengan singkat padat
jelas agar memudahkan saat akan diaktifasi menjadi rencana operasi darurat
bencana. Isi dari rencana kontingensi adalah sebagai berikut:
a. Skenario terburuk yang mungkin terjadi di UPT Pemasyarakatan;
b. Penentuan status bencana dan secara rinci menjelaskan penggunaan
wewenang untuk menangani kondisi darurat bencana/insiden tersebut;
c. Berdasarkan penentuan status bencana tersebut, rencana kontingensi
dapat diaktifkan jika kondisi darurat yang harus ditangani lebih berat
daripada kemampuan terpasang yang dimilki oleh Lembaga
Pemasyarakat terkait. Rencana kontingensi diaktifasi untuk meminta
bantuan dari pihak-pihak lain terkait baik lokal maupun nasional;
d. Peran, tanggungjawab dan rantai komando pegawai Pemasyarakatan
(Sistem Komando Penanggulangan Bencana di UPT Lembaga
Pemasyarakatan);
e. Koordinasi, kemitraan dan peran personel pendukung (polisi, pemadam
kebakaran, layanan medis, militer, BPBD, dll);
2. Khusus:
Kegiatan khusus sebelum terjadi bencana berdasarkan ancaman, sebagai
berikut:
a. Gempa bumi
Sebelum Terjadi Bencana:
b. Tsunami
Sebelum Terjadi Bencana:
1) UPT mempelajari tanda-tanda sebelum tsunami terjadi, terutama
setelah gempa bumi (intensitas gempa bumi lama dan terasa kuat, air
laut surut, bunyi gemuruh dari tengah lautan, banyak ikan
menggelepar di pantai yang airnya surut, dan tanda-tanda alam lain);
2) UPT mengetahui tingkat kerawanan tempat tinggal akan bahaya
tsunami dan jalur evakuasi tercepat ke dataran yang lebih tinggi (dapat
saja berada di dalam lokasi komplek UPT tersebut);
3) Jika terj adi gempabumi, segera arahkan warga binaan untuk bergerak
ke tempat yang lebih tinggi, jauhi pantai, dan bertahan di lokasi tinggi
tersebut sampai ada pengumumuan dari pihak berwenang (BMKG)
bahwa gempa bumi tersebut tidak berpotensi tsunami;
4) UPT tetap memantau informasi dari media resmi pemerintah mengenai
potensi tsunami setelah gempa bumi terjadi.
Saat Terjadi Bencana:
1) Setelah gempa bumi terjadi, UPT segera memerintahkan untuk
menjauhi pantai, menuju lokasi yang lebih tinggi dan aman;
2) Tidak semua gempa bumi memicu tsunami, namun lebih baik waspada
dan siaga;
3) UPT memperhatikan peringatan dan arahan dari pihak berwenang
terkait potensi terjadi tsunami atau tidak setelah gempa bumi terjadi.
Perlu diingat bahwa tsunami sapat saja terjadi berkali kali;
c. Gunung Meletus
Sebelum Terjadi Bencana:
1) UPT mengenali dan mewaspadai beberapa tanda letusan yang
muncul. Beberapa tanda letusan yang bisa diwaspadai diantaranya
peningkatan suhu lereng gunung, sumber mata air yang mengering,
gempa tremor, banyak hewan turun gunung, dan sering terdengar
gemuruh;
2) UPT melakukan tindakan pencegahan antara lain menutup pintu dan
jendela untuk menghindari hujan abu masuk ke dalam rumah, matikan
semua peralatan listrik;
3) UPT tetap memantau informasi dari media resmi pemerintah mengenai
potensi letusan gunung api.
Saat Terjadi Bencana:
1) Saat UPT menerima peringatan dini gunung meletus STATUS AWAS,
UPT segera mengarahkan warga binaan untuk segera mengungsi ke
d. Asap
Sebelum Terjadi Bencana:
1) UPT melakukan kajian risiko terpapar bencana asap, sosialisasi dan
simulasi kepada para petugas dan warga binaan terkait penanganan
bencana asap;
2) UPT Menyediakan kelengkapan masker, fasilitas 02 dan safe room
serta peralatan keamanan yang dapat digunakan dalam kondisi
terburuk
3) UPT membuat jalur evakuasi dan titik kumpul
4) UPT melakukan koordinasi dengan Kanwil dan instansi terkait (BNPB,
BPBD, Forkopimda plus);
5) UPT memastikan nomor penting emergency terpasang dekat telepon,
atau program telepone untuk nomor-nomor penting.
e. Kebakaran
Sebelum Terjadi Bencana:
1) UPT memastikan semua instalasi listrik di dalam komplek UPT
Pemasyarakatan aman;
2) UPT memastikan tidak ada beban yang berlebihan pada satu stop
kontak sebab akan menyebabkan kabel panas dan memicu
kebakaran. Penumpukan beberapa stop kontak atau sambungan “T”
pada satu titik sumber listrik;
3) UPT memastikan untuk menggunakan pemutus arus listrik (kontak
tusk) dalam keadaan baik;
4) UPT memastikan apabila ada kabel listrik yang terkelupas atau
terbuka, harus segera diperbaiki, sebab dapat menyebabkan
hubungan pendek;
g. Longsor
Sebelum Terjadi Bencana
UPT berkoordinasi dengan para pihak di wilayah tersebut agar
terhubung dengan sistem peringatan dini hujan dengan intensitas tinggi
dan longsor di wilayah tersebut.
Saat Terjadi Bencana
Dengan melihat kondisi UPT Pemasyarakatan yang sebagian besar masuk dalam
zona rawan bencana, maka sangat dibutuhkan tindakan komprehensif untuk merespon
bencana alam yang sering terjadi di Indonesia khususnya di jajaran pemasyarakatan.
Selama ini ada 3 (tiga) hal yang perlu diperhatikan dalam mengatasi masalah bencana
alam yaitu pencegahan bencana alam, penanganan bencana alam dan pemulihan
pasca bencana alam. 3 (tiga) hal tersebut mutlak harus diperhatikan oleh seluruh pihak.
Kendati demikian, pencegahan bencana perlu mendapat perhatian lebih dalam
mengatasi masalah ini, disadari bahwa pencegahan bencana alam sendiri merupakan
serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi dan/atau menghilangkan resiko
bencana baik melalui pengurangan ancaman bencana maupun kerentanan pihak yang
terancam bencana, bagaimanapun dengan pencegahan bencana alam sejak dini, bukan
tidak mungkin korban materil bahkan korban jiwa bisa terhindar. Agar upaya
penanganan dan pemulihan pasca bencana dapat berjalan lebih mudah. 3 (tiga) hal
dalam pencegahan bencana alam di jajaran Pemasyarakatan yang perlu dilakukan yaitu
perolehan informasi, proses pengolahan informasi dan sosialisasi bencana alam.
Pertama, perolehan informasi bertujuan menghimpun segala informasi terkait bencana
alam yang didapat dari berbagai sumber. Teknologi dan koordinasi seluruh pihak yang
terkait bencana alam berperan sangat penting. Pemanfaatan teknologi berperan dalam
mendukung manajemen bencana dengan menyediakan informasi yang akurat dan tepat
waktu. Teknologi yang digunakan harus tersedia dan memiliki jaringan yang luas.
Selanjutnya perlu koordinasi seluruh pihak yang terkait pencegahan bencana alam
seperti instansi terkait, masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), akademisi,
dan lain-lain sehingga dengan adanya informasi yang luas sangat memberikan manfaat
dalam menghadapi bencana alam. Kedua, pemrosesan bertujuan mengolah informasi
yang diperoleh untuk digunakan sebagai perencanaan penanggulangan bencana alam.
Setelah mendapatkan informasi yang berguna, maka pemerintah dalam hal ini
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan diharapkan dapat menyusun regulasi/ kebijakan
pencegahan yang tepat. Kebijakan pencegahan bencana yang tepat sangat penting
dimiliki Direktorat Jenderal Pemasyarakatan sehingga diharapkan dapat meminimalisir
dampak bencana alam yang terjadi. Ketiga, sosialisasi bertujuan untuk memastikan
bahwa seluruh informasi yang telah diproses dapat diketahui oleh seluruh semua orang
secara luas dan tepat sasaran, terutama oleh masyarakat. Minimnya kesadaran dan
pengetahuan dalam menanggulangi bencana alam dan manajemen risiko bencana alam
Nomor SOP
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA Tanggal Pembuatan
Tanggal Revisi
Tanggal Efektif
1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan; 1. Telah mengikuti Pendidikan Dasar Pemasyarakatan
2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana; 2. Telah mengikuti pendidikan Kesamaptaan
4. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor 6 Tahun 2013 tentang
4. Memiliki kemampuan bernegosiasi dan berkomunikasi
Tata Tertib Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara;
5. Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor E.22.PR.08.03. Tahun 2001
5. Telah mengikuti pelatihan penanggulangan gangguan Keamanan dan Ketertiban
Tentang Prosedur Tetap Pelaksanaan Tugas Pemasyarakatan.
Keterkaitan Peralatan/perlengkapan
1. Sepatu Boots 11. Senter
2. Buku Laporan 12. Papan Instruksi/ Pengumuman
3. Kunci Gembok pintu cadangan 13. Lonceng (Alat Tanda Bahaya)
4.. Alat Komunikasi (HT) 14. Alat transportasi
5. Lampu Darurat 15. Borgol dan Rantai
6. Alat Komunikasi (HT) 16. Genset
7. Lampu Darurat 17. Pengeras Suara
8. Lemari Penyimpanan 18. Buku Petunjuk Manual
9. Papan Pengumuman/Brosur 19. Site Plan
10. Alat Pertukangan 20. Tandon Air
Peringatan Pencatatan dan pendataan
Apabila SOP ini tidak dilaksanakan maka pelaksanaan penanganan bencana alam gempa 1. Mencatat data jumlah WBP yang ada di dalam kamar blok hunian
bumi pada saat terjadi bencana tidak akan terlaksana dengan baik 2. Menempatkan warga binaan kelompok rentan (lansia, penyandang disabilitas, perempuan hamil) di
blok yang dapat dijangkau dengan mudah untuk evakuasi dan pertolongan.
3. Memasang Emergency Kontak di tempat tempat yang mudah dilihat
Setiap orang
Alat Tulis,
Mengenali apa yang disebut gempa bumi, Pastikan bahwa struktur dan letak UPT mengetahui tentang
Denah dan
1 dapat terhindar dari bahaya yang disebabkan oleh gempa bumi (longsor, 5 Menit gempa bumi dan
Brosur/Papan
liquefaction dll); prosedur
Pengumuman
penyelamatan
Alat Tulis, SK
Terbentuk Tim Siaga
Tim Siaga,
2 Membentuk Tim Siaga Bencana; 7 Hari Bencana yang setiap
Struktur
saat digerakkan
Organisasi
Alat Tulis, Tersedianya sarana
Melakukan kajian, evaluasi dan merenovasi ulang struktur bangunan,
Dokumen dan prasarana
3 mendesain sentral lock kamar hunian untuk mengurangi dampak dari gempa 12 Bulan
Perencanan dan bangunan yang tahan
Bumi (Korban dan Kerugian Material/Imateril) sesuai dengan zona;
RAB gempa bumi
Alat Tulis,
Membuat rencana jalur evakuasi dan titik kumpul dengan memperhatikan letak Denah, Blue Tersedianya jalur
4 pintu, akses jalananan serta tangga darurat, apabila terjadi gempa bumi, sudah Print Bangunan 3 Hari evakuasi dan titik
mengetahui tempat paling aman untuk berlindung; (Site Plan) kumpul
petunjuk arah
Tersusunnya kembali
Melakukan pengaturan kembali peletakan semua perabotan (lemari, cabinet,
Alat sarpras yang aman
5 dll) diatur menempel pada dinding (dipaku, diikat, dll) untuk menghindari jatuh, 7 Hari
Pertukangan dan sesuai dengan
roboh, bergeser pada saat terjadi gempa bumi;
posisi dan fungsinya
Ruangan dan
Melakukan pengaturan dan menyimpan semua bahan yang mudah terbakar pada
lemari tahan
6 tempat yang tidak mudah pecah agar terhindar dari kebakaran. Selalu 1 Bulan Tertib Penggunaan
api, Petunjuk
mematikan air, gas dan listrik apabila tidak sedang digunakan;
Pemakaian
Setiap orang
mengetahui tentang
Melakukan sosialisasi dan melatih seluruh warga binaan dan staff UPT untuk Alat Peraga,
7 4 Jam gempa bumi dan
melakukan drop, cover and hold jika terjadi gempa bumi; Modul, SDM
prosedur
penyelamatan
Buku Catatan Tersedianya gudang
Menyiapkan lumbung pangan, air bersih dan Obat-obatan bagi WBP minimal Nama Barang, penyimpanan bahan
8 1 Bulan
untuk 7 hari. Gudang makanan dan obat-
Penyimpanan, obatan
SOP PENANGANAN BENCANA GEMPA BUMI (PRA BENCANA)
Jumlah : 8
Waktu : 14 Bulan, 17 Hari, 4 Jam, 5 Menit
Nomor SOP
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA Tanggal Pembuatan
Tanggal Revisi
Tanggal Efektif
1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan; 1. Telah mengikuti Pendidikan Dasar Pemasyarakatan
2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana; 2. Telah mengikuti pendidikan Kesamaptaan
4. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor 6 Tahun 2013
4. Memiliki kemampuan bernegosiasi dan berkomunikasi
tentang Tata Tertib Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara;
Melakukan evakuasi WBP keluar kamar hunian, menuju HT, Sarana Penerangan Terlaksanannya evakuasi di
5 lokasi terbuka/titik kumpul didalam area lapas/rutan Kunci Kamar Hunian, 5 Menit titik kumpul area dalam
(hindari gedung, pohon, tiang listrik); pengeras Suara lapas/rutan
Menyelamatkan yang
Senter, HT, Helm, Alat
ditemukan, mendeteksi Terlebih dulu semua warga sdh
Melakukan penyisiran ke setiap bangunan dalam rangka Pengungkit dan alat
6 1 Jam bangunan, tembok, menara berada di titik kumpul sblm Tim Jaga
pencarian dan penyelamatan korban yang masih tertinggal; pendukung, logistik
pengawas dan branggang yang melakukan penyisiran (sweeper)
lainnya
rusak dan roboh
Melaporkan Kejadian bencana alam (Situasi dan Kondisi) Melaporkan temuan di nomer 6.
Alat Komunikasi (HT/HP Laporan atensi pimpinan dan
7 kepada Kadivpas, Kakanwil, Dirjenpas pada kesempatan 1-5 Menit Aktifasi peran dan fungsi ERT
dll) petunjuk selanjutnya
pertama Dirjenpas
1. Harus Mempertimbangkan
KODE MERAH: (eskalasi bencana meningkat): Setelah
Alat Pengeras Suara, peningkatan Ekskalasi gempa untuk
berkoordinasi dengan Kadicpas dan Kanwil, Kalapas Terlaksanannya evakuasi ke
10 Ya Alat Penerangan, Alat 15 Menit mengambil keputusan evakuasi ke
memerintahkan kepada seluruh tim siaga bencana untuk shelter
Komunikasi shelter. 2. Koordinasi dengan pemda
melakukan evakuasi terhadap WBP ke shelter
dan instansi terkait sejajar. 3.
Memperkatikan proses evakuasi ut
Alat Perlengkapan warga binaaan penyandag disabilitas,
Pengawalan, Alat lansia, dan wbp sakit di klinik lapas, 4
KODE MERAH: Melakukan pengamanan selama perjalanan penerangan, Alat Terlaksananya Evakuasi Saat senjata dikeluarkan dari gudang
11 2 Jam
menuju lokasi Evakuasi shelter transportasi, Alat dengan Aman dan tertib senjata maka SOP Pengamanan
Komunikasi, Petugas berlaku.
Pengamanan
Tindakan penyelaman dan
Tersedianya tenaga bantuan
Meminta bantuan kepada Instansi terkait (BPBD, BMKG, Alat Komunikasi (HT, HP pengamanan internal tetap
12 1 Jam pengamanan dan keperluan
POLRI,TNI dll) terkait pengamanan dan keperluan lainnya dll), Alat Tulis dilaksankan dengan atau tanpa bala
logistik lainnya
bantuan dari luar
gerakan nomer 12,13 dan 14 dilakukan
Alat transportasi, Box
Mengikuti KODE MERAH : Melakukan Pengamanan Terlaksananya Pengamanan bersamaan oleh masing masing yang
13 Kontainer, Alat 1 Jam
Dokumen WBP evakuasi ke shelter Dokumen sesuai SOPnya bertugas mengikuti SOP masing
Penerangan
masing
gerakan nomer 12,13 dan 14 dilakukan
Alat transportasi, Box
Mengikuti KODE MERAH: Melakukan Pengamanan Terlaksananya Pengamanan bersamaan oleh masing masing yang
14 Kontainer, Alat 1 Jam
Dokumen-Dokumen Kepegawaian dan Keuangan. Dokumen sesuai SOPnya bertugas mengikuti SOP masing
Penerangan
masing
gerakan nomer 12,13 dan 14 dilakukan
Mengikuti KODE MERAH: Melakukan pengamanan Alat dan Alat transportasi, Box Terlaksananya Pengamanan
bersamaan oleh masing masing yang
15 Sarana Pengamanan (Senjata dan Amunisi) untuk Kontainer, Alat 2 Jam Alat dan Sarana Pengamanan
bertugas mengikuti SOP masing
menghindari penjarahan/pencurian Penerangan sesuai SOPnya
masing
SOP PENANGANAN BENCANA GEMPA BUMI
Jumlah : 15
Waktu : 8 Jam, 73 Menit
Nomor SOP
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA Tanggal Pembuatan
Tanggal Revisi
Tanggal Efektif
1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan; 1. Telah mengikuti Pendidikan Dasar Pemasyarakatan
2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana; 2. Telah mengikuti pendidikan Kesamaptaan
3. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 1999 tentang Syarat-Syarat dan 3. Memiliki kemampuan mengumpulkan informasi Ancaman, Tantangan, Hambatan dan Gangguan
Tatacara Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Perawatan Tahanan;
4. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor 6 Tahun 4. Memiliki kemampuan bernegosiasi dan berkomunikasi
2013 tentang Tata Tertib Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan
Negara;
5. Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor E.22.PR.08.03. 5. Telah mengikuti pelatihan penanggulangan gangguan Keamanan dan Ketertiban
Tahun 2001 Tentang Prosedur Tetap Pelaksanaan Tugas Pemasyarakatan.
Melanjutkan koordinasi
Tenda, Alat Tersedianya Pos
Membuat posko darurat dengan mengutamakan antara Kalapas/Karutan
Penerangan, Alat Komando, Crisis Centre
keselamatan dan keamanaan WBP serta pemenuhan dengan Kanwil dan
1 Perlengkapan Dapur, 1 Hari dan Dapur Umum serta
kebutuhan dasar warga binaan (sandang, pangan, Dirjenpas. Melanjutkan
Alat Perlengkapan pelayanan terkait paska
kesehatan, dan Informasi). fungsi peran ERT dari
Tidur bencana
Dirjenpas
Melakukan pemeriksaan lingkungan sekitar; apabila terjadi
kebakaran, apabila terjadi kebocoran gas, apabila terjadi Alat Penerangan, Alat Laporan dan evaluasi
hubungan arus pendek listrik, aliran dan pipa air, apabila Komunikasi, Alat terkait kondisi
2 1 Hari
ada hal-hal yang membahayakan segera melakukan Pertukangan, Alat lingkungan internal
tindakan seperti memadamkan listrik, tidak menyalakan Pelindung Diri fasilitas Lapas/Rutan
api dll;
Melarang semua WBP dan staff UPT untuk tidak mendekati Alat Komunikasi, Alat
Terciptanya lingkungan
3 daerah sekitar gempa. Kemungkinan terjadi bahaya pengeras Suara, Alat 15 Menit
aman dan tertib
susulan masih ada; Penerangan
Melakukan Evaluasi dan Monitoring Penanganan Bencana Alat Tulis dan Tersedianya data dan
7 7 Hari
sebagai bahan laporan Dokumentasi Informasi Pasca Bencana
Tersedianya bangunan
Melakukan recovery bangunan darurat dan fasilitas Dokumen Perencanaan
8 1 Tahun dan fasilitas lapas/rutan
lapas/rutan dan RAB
sementara yang layak
Tersusunnya rencana
Melakukan Perencanaan Pengembalian WBP ke Dokumen, Alat Tulis,
9 3 Hari pengembalian WBP ke
Lapas/Rutan semula Alat transportasi
lapas/rutan semula
Tersedianya bantuan
Meminta Bantuan Pengawalan POLRI dalam Proses Alat Komunikasi, Alat
10 1 Hari tenaga Pengawalan dari
Pengembalian WBP Ke Lapas/Rutan Semula Kepada Transportasi, SDM
POLRI
dokumen, alat tulis,
Alat Komunikasi, Alat
Melaksanakan Pengembalian WBP ke lapas/rutan semula Kembalinya WBP ke
11 Transportasi, Alat 3 Bulan
secara bertahap lapas/rutan semula
Pengamanan SDM,
anggaran
SOP PENANGANAN BENCANA GEMPA BUMI
Jumlah : 11
Waktu : 1 Tahun, 5 Bulan, 27 Hari, 2 Jam, 15 Menit
Nomor SOP
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA Tanggal Pembuatan
Tanggal Revisi
Tanggal Efektif
Staf UPT mempelajari potensi kerawanan bencana dan SOP ini merupakan SOP ancamab
tanda-tanda sebelum tsunami terjadi, terutama setelah bencana tsunami yang
Setiap orang mengetahui
gempa bumi (intensitas gempa bumi lama dan terasa kuat, Setiap diakibatkan oleh gempa bumi,
1 Alat Tulis tentang tsunami dan
air laut surut, bunyi gemuruh dari tengah lautan, banyak Waktu sehingga penting untuk terlebih
prosedur penyelamatan
ikan menggelepar di pantai yang airnya surut, dan tanda- dahulu mengetahui SOP
tanda alam lain); gempabumi.
Terlaksananya sosialisasi
mengenai tsunami, tanda
Melaksanakan sosialiasi mengenai tsunami, tanda tanda
tanada yang mendahului Semua staff dan WBP penting
yang mendahului datangnya tsunami dan cara melakukan video drill
tsunami dan cara untuk memiliki pengetahuan
4 tindakan penyelamatan diri (baik terhadap ancaman gempa dan bahan 3 bulan
melakukan tindakan terkait kesiapsiagaan ancmaan
bumi sbg pemicu tsunami maupun terhadap ancaman sosialisasi
penyelaman diri baik bencana gemabumi dan tsunami
tsunami)
gempabumi mapun
tsunami
Nomor SOP
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA Tanggal Pembuatan
Tanggal Revisi
Tanggal Efektif
2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana; 2. Telah mengikuti pendidikan Kesamaptaan
4. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor 6 Tahun 2013
4. Memiliki kemampuan bernegosiasi dan berkomunikasi
tentang Tata Tertib Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara;
Saat gempa pertama berhenti sejenak, Staf Piket + Regu Gerakan nomer 3,4, 5 dan 6
Jaga melakukan tindakan : penyelamatan warga binaan, dilakukan bersamaan oleh masing
Tersampaikannya
penyelamatan dokumen WBP dan penyelamatan ruang HT/HP, Pengeras 10 - 15 masing yang bertugas.
5 Informasi terjadinya
senjata (regu jaga). Dalam kondisi darurat Suara Menit Pengamanan Ruang senjata dan
bencana
WBP/Tamping/Pemuka dapat membantu dlm senjata menggunakan SOP terkait
penyelamatan WBP lainnya. senjata dan pengamanan.
HT, Sarana
Melakukan evakuasi WBP keluar kamar hunian, menuju Terlaksanannya evakuasi
Penerangan Kunci 10 - 15
6 lokasi terbuka/titik kumpul didalam area lapas/rutan di titik kumpul area dalam
Kamar Hunian, Menit
(hindari gedung, pohon, tiang listrik); lapas/rutan
pengeras Suara
Ka.Rupam mengecek kondisi personil Lapas. Setelah semua
personil terdeteksi keberadaan dan kondisinya, tugas
Menyelamatkan yang
penyelamatan dan pengamanan dilanjutkan. Tim Jaga yang Senter, HT, Helm,
ditemukan, mendeteksi Terlebih dulu semua warga sdh
bertugas melakukan penyisiran segera melakukan Alat Pengungkit
bangunan, tembok, berada di titik kumpul sblm Tim
7 penyisiran ke setiap bangunan dalam rangka pencarian dan dan alat 30 Menit
menara pengawas dan Jaga melakukan penyisiran
penyelamatan korban yang masih tertinggal, memeriksa pendukung, logistik
branggang yang rusak dan (sweeper)
jenset, memeriksa kondisi tembok dan branggang dan lainnya
roboh
menara pengawas, selanjutnya melaporkan ke Ka.
Lapas/Ka. KPLP
Melaporkan Kejadian bencana alam (Situasi dan Kondisi) Melaporkan temuan di nomer 6.
Alat Komunikasi Laporan atensi pimpinan
8 kepada Kadivpas, Kakanwil, Dirjenpas pada kesempatan 1-5 Menit Aktifasi peran dan fungsi ERT
(HT/HP dll) dan petunjuk selanjutnya
pertama Dirjenpas
Tsunami dipicu oleh gempa bumi. Saat terjadi gempa bumi, Setiap orang mengetahui
Lonceng/peluit/
10 staf dan wbp sudah harus siap melakukan evakuasi secara Tidak 1 Menit dan siap siaga
serine
mandiri. menghadapi bencana
Nomor SOP
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA Tanggal Pembuatan
Tanggal Revisi
Tanggal Efektif
2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana; 2. Telah mengikuti pendidikan Kesamaptaan
Pasca Bencana
Tenda, Alat
Membuat posko darurat dengan mengutamakan
Penerangan, Alat
keselamatan dan keamanaan warga binaan serta Tersedianya Posko
1 Perlengkapan 24 Jam
pemenuhan kebutuhan dasar warga binaan (sandang, Pelayanan
Dapur, Alat
pangan, kesehatan, dan Informasi).
Perlengkapan Tidur
Melakukan himbauan agar tetap tenang kepada WBP yang pengeras suara tersampainya
3 15 menit
terdampak portable, HT himbauan
sarana pemberian
Memberikan layanan darurat (makanan, kesehatan, dan makanan dan tepenuhinya
4 24 Jam
informasi) medis, alat tulis, layanan
alat komunikasi, HT
Redistribusi WBP ke UPT terdekat atau tempat yang lebih Alat transportasi, terdistribusikan
5 24 Jam
aman dan telah ditunjuk kepala kantor wilayah sarana pengawalan wbp sesuai tujuan
berfungsinya
bangunan dan
Dokumen
Melakukan pemulihan dan menempatkan tenaga bantuan fasilitas
7 Perencanaan dan 14 Hari
(BKO) dan logistik lapas/rutan,
RAB
terlaksananya
penempatan BKO
SOP PENANGANAN BENCANA TSUNAMI
Jumlah : 7
Waktu : 14 Hari, 99 Jam, 15 Menit
Nomor SOP
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA Tanggal Pembuatan
Tanggal Revisi
Tanggal Efektif
Disahkan oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan
Jumlah : 11
Nomor SOP
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA Tanggal Pembuatan
Tanggal Revisi
Tanggal Efektif
Direktur Jenderal Pemasyarakatan
Disahkan oleh
Membagikan alat penutup mulut dan hidung dengan masker masker, penutup telah diterimanya
4 2 menit
Kepada Seluruh Petugas dan WBP hidung, HT masker oleh WBP
tersampaikan
Melakukan kordinasi dengan Kadivpas terkait dengan situasi dan HT,HP dan alat
5 5 Menit informasi situasi
kondisi Lapas komunikasi
dan kondisi Lapas
Jika perkembangan situasi memburuk dan berpotensi
mengancam jiwa Kalapas dapat mengarahkan WBP ke alat Tidak telah
alat transportasi, Mempertimbangka
transportasi untuk mengungsi ke tempat evakuasi ke Lapas/Rutan terevakuasinya
6 sarana 60 Menit n ekskalasi tingkat
terdekat atau tempat yang ditunjuk (Hindari area berbahaya Wbp ke tempat
pengawalan, HT bencana
seperti lereng gunung dan lembah) setelah menerima peringatan yang aman
resmi terkait status Awas dari BMKG Ya
terlaksananya
Melakukan pengamanan terhadap proses evakuasi dan sarana Sesuai dengan
7 120 Menit pengawalan,
menghimbau WBP untuk tetap tenang pengawalan, HT kebutuhan
pengamanan
Alat pengungkit,
tidak ada Wbp,
Melakukan Penyisiran area lapas/Rutan untuk memastikan WBP senter, alat
8 60 Menit petugas yang
dan Petugas tidak ada yang tertinggal pelindung diri,
tertinggal
masker, HT
terlaksanya
Melakukan Pengamanan Dokumen-Dokumen Kepegawaian dan
9 alat angkut 15 menit pengamanan
Keuangan.
dokumen
terlaksanya
10 Melakukan Pengamanan Dokumen WBP alat angkut 15 menit pengamanan
dokumen
terlaksanya
Melakukan pengamanan dokumen keamanan dan sarana pengamanan
11 alat angkut 15 menit
keamanan (Senjata dan Amunisi) dokumen dan
sarana keamanan
Setiap Regu
sarana bergantian, Sesuai
12 Melakukan pengamanan terhadap WBP ditempat pengungisian: 24 Jam situasi aman
pengamanan dengan jadwal yang
telah ditentukan
Nomor SOP
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA Tanggal Pembuatan
Tanggal Revisi
Tanggal Efektif
Mencari rekomendasi terjadinya bencana alam beserta dampaknnya Alat tulis, alat tersedianya
3 24 Hari
dari BPBD, BMKG, dan PU untuk proses recovery komunikasi rekomendasi
berfungsinya
bangunan dan
Dokumen
Melakukan perbaikan fasilitas Lapas/Rutan, memobilisasi, fasilitas
4 Perencanaan dan 365 Hari
menempatkan tenaga bantuan (BKO) dan logistik lapas/rutan,
RAB
terlaksananya
penempatan BKO
Nomor SOP
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA Tanggal Pembuatan
Tanggal Revisi
Tanggal Efektif
2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana; 2. Telah mengikuti pendidikan Kesamaptaan
4. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor 6 Tahun 2013
4. Memiliki kemampuan bernegosiasi dan berkomunikasi
tentang Tata Tertib Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara;
Nomor SOP
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA Tanggal Pembuatan
Tanggal Revisi
Tanggal Efektif
Disahkan oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan
Saat Bencana
Melakukan evakuasi warga binaan ke ruangan khusus bebas wbp berada di tempat
3 dari asap (safe room) dengan prioritas Lansia, Disabilitas, Peralatan keamanan 60 menit yang aman di dalam
anak dan wanita. area Lapas
Memperoleh
UPT tetap memantau informasi dari media resmi pemerintah
4 Peralatan komunikasi 30 menit informasi bencana
mengenai perkembangan bencana asap.
asap yang akurat.
Nomor SOP
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA Tanggal Pembuatan
Tanggal Revisi
Tanggal Efektif
Disahkan oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan
1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan; 1. Telah mengikuti Pendidikan Dasar Pemasyarakatan
Pasca Bencana
Membuat posko darurat dengan mengutamakan
keselamatan dan keamanaan warga binaan serta
Sandang, Pangan, Obat- Terpenuhinya kebutuhan Layanan
1 pemenuhan kebutuhan dasar warga binaan (sandang, 24 jam
obatan dasar dan kesehatan wbp
pangan dan kesehatan). Memastikan stock makanan
tidak
tersedia untuk persediaan 1 bulan
Memastikan kondisi bencana asap telah berhenti Memastikan kondisi keselamatan WBP tidak diperbolehkan
peralatan dan perlengkapan
2 sebelum menghentikan distribusi cadangan O2 di 30 menit dan kesehatan WBP setelah keluar dari ruang masing
cadangan O2
setiap ruangan di dalam kompleks Lapas Minimum terjadi bencana asap masing
ya
Nomor SOP
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA Tanggal Pembuatan
Tanggal Revisi
Tanggal Efektif
Disahkan oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan
2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana; 2. Telah mengikuti pendidikan Kesamaptaan
Pra Bencana
Sosialisasi dan simulasi kepada para petugas dan warga binaan peralatan keamanan, peralatan
wbp dan petugas memahami sop penanganan
1 mengenai pencegahan, penanggulangan dan penanganan komunikasi, Masker 6 jam
bencana Kebakaran
kebakaran. respirator,kendaraan
Tim Siaga Bencana adalah
terbentuknya Tim Siaga Bencana yang setiap
2 Pembentukan tim siaga bencana SK Tim Siaga Bencana 2 jam Regu Jaga pada saat terjadi
saat dapat di gerakkan
bencana
Menyediakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR), Fire Alarm
System, Fire hydrant system, Fire trap panel system, bonpet,
kitchen protection system, FM200 Fire suppression system, Alat Pemadam Api Ringan (APAR),
Tersedianya alat Pemadam Api Ringan (APAR),
3 selimut pemadam (fire blanket) disetiap ruangan. Sebagai selimut pemadam (fire 6 jam
selimut pemadam (fire blanket),karung goni
pengganti fire blanket, sediakan karung goni (karung beras yang blanket),karung goni
terbuat dari serat manila hennep) serta menyediakan kelengkapan
masker dan fasilitas 02 cadangan di setiap ruang tahanan
6 Menyiapkan senter di setiap pos jaga senter 30 menit Tersedianya senter di setiap pos jaga
Melaporkan situasi dan kondisi terkini ke Kepala Divisi Pimpinan mengetahui informasi bencana
9 Peralatan komunikasi 15 menit
Pemasyarakatan kebakaran di Lapas
Nomor SOP
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA Tanggal Pembuatan
Tanggal Revisi
Tanggal Efektif
Disahkan oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan
Saat Bencana
Membuka pintu kamar dan mengarahkan semua kamar hunian terbuka di wbp di evakuasi ke titik kumpul
kunci kamar hunian, peralatan
6 staf dan warga binaan yang ada di UPT tersebut 30 menit dalam Lapas dengan /lokasi aman di dalam area
keamanan
ke titik kumpul di dalam area Lapas pengawasan oleh petugas Lapas
Tidak
Pimpinan mengetahui
Melaporkan situasi dan kondisi terkini ke Kepala
9 Peralatan komunikasi 15 menit informasi bencana
Divisi Pemasyarakatan
kebakaran di Lapas
Nomor SOP
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA Tanggal Pembuatan
Tanggal Revisi
Tanggal Efektif
Disahkan oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan
Jumlah : 4
Waktu : 168 jam
Nomor SOP
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA Tanggal Pembuatan
Tanggal Revisi
Tanggal Efektif
Disahkan oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan
2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana; 2. Telah mengikuti pendidikan Kesamaptaan
4. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor 6 Tahun 2013
4. Memiliki kemampuan bernegosiasi dan berkomunikasi
tentang Tata Tertib Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara;
Tim Siaga Bencana adalah Regu Jaga pada saat terjadi bencana
terbentuknya Tim
Siaga Bencana yang
2 Pembentukan tim siaga bencana SK Tim Siaga Bencana 2 jam
setiap saat dapat di
gerakkan
Jumlah : 8
Waktu : 224 jam
Nomor SOP
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA Tanggal Pembuatan
Tanggal Revisi
Tanggal Efektif
Disahkan oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan
Unit Kerja Nama SOP SOP PENANGANAN BENCANA ALAM BANJIR (SAAT
LAPAS / RUTAN BENCANA) KATEGORI KUNING
1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan; 1. Telah mengikuti Pendidikan Dasar Pemasyarakatan
2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana; 2. Telah mengikuti pendidikan Kesamaptaan
Dapat terselamatkannya
Melakukan upaya penyelamatan aset senjata,
dokumen kepegawaian, Nomor #2, #3 dan #4 dilakukan
3 dokumen kepegawaian, keuangan dan berkas warga Kontainer box 60 meint
keuangan dan berkas bersamaan.
binaan.
warga binaan
Memperoleh informasi
Memantau informasi dari media resmi pemerintah
6 Peralatan komunikasi 30 menit bencana banjir yang
mengenai potensi banjir
akurat
Nomor SOP
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA Tanggal Pembuatan
Tanggal Revisi
Tanggal Efektif
Disahkan oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan
2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana; 2. Telah mengikuti pendidikan Kesamaptaan
4. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor 6 Tahun 2013
4. Memiliki kemampuan bernegosiasi dan berkomunikasi
tentang Tata Tertib Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara;
Menetapkan sebagian WBP untuk tetap wbp berada di tempat yang aman
6 Peralatan keamanan 60 menit
tinggal didalam Lapas di dalam Lapas
Nomor SOP
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA Tanggal Pembuatan
Tanggal Revisi
Tanggal Efektif
Disahkan oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan
Pasca Bencana
Mengetahui kondisi
2 Memeriksa keamanan semua instalasi listrik Peralatan listrik 1 jam
intalasi listrik
Terpenuhinya
pemenuhan kebutuhan layanan dasar dan
Sandang, Pangan, Obat- kebutuhan Layanan
3 pemeriksaan kesehatan warga binaan 24 jam
obatan dasar dan kesehatan
(sandang, pangan dan obat-obatan)
wbp
Pulihnya kesehatan
Merehabilitasi petugas dan wbp (secara fisik fisik dan psikologi
peralatan kesehatan,
5 dan psikologi) serta perbaikan sarpras yang 168 jam petugas dan wbp
peralatan bangunan
terdampak banjir serta berfungsi
kembalinya sarpras
Pimpinan mengetahui
Melaporkan perkembangan terkini pasca informasi pasca
6 Peralatan komunikasi 15 menit
bencana ke Kanwil bencana banjir di
Lapas
Nomor SOP
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA Tanggal Pembuatan
Tanggal Revisi
Tanggal Efektif
Pasca Bencana
Sosialisasi dan simulasi kepada para peralatan keamanan, wbp dan petugas memahami sop
1 petugas dan warga binaan penanganan peralatan komunikasi, 6 jam penanganan bencana Alam
bencana longsor. kendaraan Longsor
Membuat tanggul penahan longsor dan bibit pohon dan rencana Pohon yang sudah tertanam dan
4 48 jam
menanam pohon. pembangunan tanggul tanggul
Nomor SOP
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA Tanggal Pembuatan
Tanggal Revisi
Tanggal Efektif
Disahkan oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan
1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan; 1. Telah mengikuti Pendidikan Dasar Pemasyarakatan
Saat Bencana
Dapat terselamatkannya
Melakukan upaya penyelamatan dokumen,
dokumen Senjata Api,
Senjata Api, Server, dokumen kepegawaian,
4 Kontainer box 60 menit Server, kepegawaian,
dokumen keuangan dan dokumen/berkas
keuangan dan berkas
warga binaan.
warga binaan
Pimpinan mengetahui
Melaporkan situasi dan kondisi terkini ke
7 Peralatan komunikasi 15 menit informasi bencana
Kepala Divisi Pemasyarakatan
kebakaran di Lapas
Nomor SOP
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA Tanggal Pembuatan
Tanggal Revisi
Tanggal Efektif
Disahkan oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan
Pasca Bencana
Membuat posko darurat dengan
mengutamakan keselamatan dan keamanaan Terpenuhinya kebutuhan
Sandang, Pangan, Obat-
1 warga binaan serta pemenuhan kebutuhan 24 jam Layanan dasar dan
obatan
dasar warga binaan (sandang, pangan dan kesehatan wbp
kesehatan).
tidak
Memastikan kondisi bangunan dan sarana
Mendapatkan kondisi
penunjang lainnya untuk warga binaan
2 peralatan keamanan 30 menit yang terupdate dan wbp
sebelum mengembalikan mereka ke blok
kembali ke blok hunian
kamar hunian.
ya
kamar hunian terbuka di wbp di evakuasi ke titik
Melakukan evakuasi korban bencana dengan kunci kamar hunian,
3 60 menit dalam Lapas dengan kumpul /lokasi aman di
prioritas Lansia, Disabilitas, anak dan wanita. peralatan keamanan
pengawasan oleh petugas dalam area Lapas
Terlayaninya layanan
Memberikan pelayanan medis kepada korban peralatan kesehatan, obat-
4 24 jam medis kepada korban
bencana . obatan
bencana