Anda di halaman 1dari 95

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkah dan rahmat-Nya, sehingga penyusunan “Pedoman Penanggulangan Bencana
di UPT Pemasyarakatan” dapat diselesaikan. Kesiapsiagaan merupakan hal yang
penting dan harus dibangun pada setiap UPT Pemasyarakatan terutama yang
terdampak langsung dengan bencana. Pengalaman membuktikan bahwa pada saat
terjadi bencana, UPT Pemasyarakatan tidak dapat berbuat apa-apa dan masing
masing UPT Pemasyarakatan melakukan penanganannya atas dasar persepsi
masing-masing Ka.UPT, sehingga potensi terjadinya gangguan keamanan dan
ketertiban cukup tinggi. Penerbitan pedoman penanggulangan bencana di UPT
Pemasyarakatan merupakan bentuk tanggungjawab Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan selaku pembuat kebijakan dalam rangka mewujudkan konsep
pengurangan risiko bencana serta untuk meminimalisir korban dan potensi gangguan
keamanan di UPT Pemasyarakatan, sehingga diharapkan UPT Pemasyarakatan
menjadi UPT Pemasyarakatan tangguh bencana. Besar harapan saya semoga melalui
pedoman penanggulangan bencana ini, setiap UPT Pemasyarakatan selalu siap dan
tangguh dalam menghadapi bencana. Tidak lupa saya juga ingin mengucapkan terima
kasih kepda semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu yang telah
memberikan sumbangan pemikiran dan pengalaman yang sangat berharga dalam
penyusunan buku pedoman ini. Mohon maaf atas segala kekurangan yang tersaji.
Semoga buku pedoman ini dapat bermanfaat bagi UPT Pemasyarakatan di seluruh
Indonesia dalam rangka meningkatkan kesadaran, kewaspadaan dan kesiapsiagaan
menghadapi ancaman bencana.

Jakarta, Desember 2019


Direktur Keamanan dan Ketertiban,

Tejo Harwanto,Bc.IP,S.IP,M.Si
.

Page | i. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang ...................................................................... 1
B. Permasalahan .......................................................................... 2
C. Dasar Hukum ........................................................................... 2
D. Tujuan ....................................................................................... 4
E. Pengertian ................................................................................. 4
BAB II UPT PEMASYARAKATAN TANGGUH BENCANA ...................... 7
A. Prioritas Program Penanggulangan Bencana Dilingkungan
Pemasyarakatan ....................................................................... 7
B. UPT Pemasyarakatan Tangguh Bencana ................................. 7
C. Struktur Organisasi .................................................................... 8
D. Sarana dan Prasarana Pendukung Manajemen Resiko ........... 10
E. Pengurangan Akibat Resiko Bencana .................................. .... 10
F. Riwayat Bencana di UPT Pemasyarakatan ............................ 11
G. Petunjuk Penyelenggaraan UPT Pemasyarakatan Tangguh
Bencana .................................................................................... 11
H. Petunjuk Penelolaan Bantuan Dana Bencana .......................... 21
BAB III PENANGGULANGAN BENCANA DI UPT
PEMASYARAKATAN .................................................................... 23
A. Infrastruktur UPT Pemasyarakatan .......................................... 23
B. Kesiapsiagaan Bencana di Lingkungan UPT
Pemasyarakatan ...................................................................... 24
C. Tahapan Penanggulangan Bencana di UPT
Pemasyarakatan ...................................................................... 31
D. Prosedur Ancaman Bencana di Lingkungan
Pemasyarakatan....................................................................... 33
BAB IV PENUTUP ...................................................................................... 44
LAMPIRAN 1. SOP GEMPA BUMI (PRA BENCANA) ......................................... 46
LAMPIRAN 2. SOP GEMPA BUMI (SAAT BENCANA)........................................ 58
LAMPIRAN 3. SOP GEMPA BUMI (PASCA BENCANA)..................................... 50
LAMPIRAN 4. SOP TSUNAMI (PRA BENCANA)................................................ 52
LAMPIRAN 5. SOP TSUNAMI (SAAT BENCANA) .............................................. 54
LAMPIRAN 6. SOP TSUNAMI (PASCA BENCANA)............................................ 56

Page | ii. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


LAMPIRAN 7. SOP GUNUNG MELETUS (PRA BENCANA)............................... 58
LAMPIRAN 8. SOP GUNUNG MELETUS (SAAT BENCANA)............................. 60
LAMPIRAN 9. SOP GUNUNG MELETUS (PASCA BENCANA)......................... 62
LAMPIRAN 10. SOP ASAP (PRA BENCANA)..................................................... 64
LAMPIRAN 11. SOP ASAP (SAAT BENCANA)................................................... 66
LAMPIRAN 12. SOP ASAP (PASCA BENCANA) ............................................... 68
LAMPIRAN 13. SOP KEBAKARAN (PRA BENCANA)........................................ 70
LAMPIRAN 14. SOP KEBAKARAN (SAAT BENCANA)...................................... 72
LAMPIRAN 15. SOP KEBAKARAN (PASCA BENCANA)................................... 74
LAMPIRAN 16. SOP BANJIR (PRA BENCANA) ................................................. 76
LAMPIRAN 17. SOP BANJIR (SAAT BENCANA) KATEGORI KUNING............. 78
LAMPIRAN 18. SOP BANJIR (SAAT BENCANA) KATEGORI MERAH ............. 80
LAMPIRAN 19. SOP BANJIR (PASCA BENCANA) ............................................ 82
LAMPIRAN 20. SOP LONGSOR (PRA BENCANA)............................................. 84
LAMPIRAN 21. SOP LONGSOR (SAAT BENCANA) .......................................... 86
LAMPIRAN 22. SOP LONGSOR (PASCA BENCANA)........................................ 88

Page | iii. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Wilayah NKRI terbentuk dari pertemuan 3 lempeng tektonik dunia (di dunia
terdapat 13 lempeng tektonik), yaitu dari selatan lempeng Indo-Australia, dari barat
lempeng Pasific (keduanya lempeng samudra) dan dari utara lempeng Eurasia
(lempeng benua). Hasil pertemuan tiga lempeng ini dihasilkan lempeng tektonik
(garis merah) yang merupakan gempabumi dan deretan gunung api. Terdapat 129
gunungapi aktif yang ada di Indonesia, yang saat ini dimonitor oleh Direktorat
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (ESDM). Untuk lempeng tektonik
dimonitor oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang
secepatnya akan memberikan informasi mengenai gempabumi dan tsunami. Secara
geografis dan geologis Indonesia sebenarnya rawan terhadap bencana, seperti
gempa bumi, tanah longsor, tsunami, banjir, letusan gunung berapi, angin kencang
bahkan kebakaran hutan. Bencana alam ini menimbulkan kerugian dan kerusakan
yang sangat parah. Bencana alam sebagai fenomena geografis, geologis dan
geofisis tidak dapat dicegah terjadinya oleh manusia. Selain bencana alam ada juga
bencana non alam seperti konflik sosial, epidemi, wabah penyakit serta kegagalan
teknologi. Penanganan bencana pada dasarnya di tujukan sebagai upaya untuk
meredam risiko dan dampak bencana serta memperkecil jumlah korban jiwa,
kerusakan dan kerugian yang diakibatkan.
Dengan berbagai banyak terjadinya bencana, secara tidak langsung
memberikan risiko terhadap kondisi hunian di UPT Pemasyarakatan. UPT
Pemasyarakatan di seluruh Indonesia sebanyak 657 UPT Pemasyarakatan, dengan
jumlah warga sebanyak 254.303 orang, kondisi bencana menjadi risiko tinggi bagi
lembaga pemasyarakatan. Warga binaan pemasyarakatan merupakan orang yang
sedang menjalani pidana hilang kemerdekaan di lembaga pemasyarakatan/rumah
tahanan, dengan kata lain bahwa warga binaan pemasyarakatan mengalami
keterbatasan dalam bergerak, sehingga pada saat terjadi peristiwa bencana posisi
warga binaan pemasyarakatan memiliki keterbatasan untuk melakukan evakuasi
dan menyelamatkan diri dengan bebas sehingga menjadi sangat rentan terhadap
risiko bencana. Sementara itu, ada hak hak dasar manusiawi yang tetap harus
dipastikan dapat diakses oleh warga binaan, yaitu hak hidup. Berdasarkan
pengalaman dari berbagai peristiwa bencana yang sudah terjadi dan setidaknya
banyak menimbulkan kerugian baik jiwa maupun materi maka sangatlah tepat

Page | 1. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


apabila sudah saatnya Pemasyarakatan mempunyai suatu regulasi terkait
penanggulangan bencana di UPT Pemasyarakatan.
Penanggulangan bencana merupakan salah satu wujud dari upaya untuk
melindungi manusia dan lingkungannya, merupakan tugas dan kewajiban bersama
pemerintah dan masyarakat. Penanggulangan bencana dititik beratkan pada
kegiatan pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan dan kewaspadaan untuk
memperkecil, dan mengurangi risiko dampak yang ditimbulkan oleh bencana alam
atau bencana non alami. Saat ini, informasi kajian risiko bencana dapat dengan
mudah diakses melalui InaRisk, portal kajian risiko bencana yang disediakan oleh
Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nasional. InaRisk merupakan portal
kajian risiko bencana yang menampilkan informasi ancaman bencana, kerentanan
(polulasi, kerugian fisik, ekonomi, dan lingkungan) kapasitas, dan risiko bencana.
InaRisk dapat digunakan oleh semua UPT Pemasyarakatan untuk mengetahui risiko
bencana di wilayah masing masing, serta untuk mengetahui langkah langkah yang
dapat dilakukan sebelum terjadi bencana, saat terjadi bencana dan setelah terjadi
bencana, untuk mengurangi risiko bencana.
Pedoman Penanggulangan bencana di UPT Pemasyarakatan ini disusun
sebagai panduan bagi UPT Pemasyarakatan di seluruh Indonesia untuk berproses
menuju UPT Pemasyarakatan Tangguh Bencana.

B. Permasalahan
Permasalahan yang ditemui terkait penanggulangan bencana di UPT
Pemasyarakatan, sebagai berikut:
1. Lokasi UPT Pemasyarakatan seluruh Indonesia yang berada di kawasan rawan
bencana, utamanya bencana alam;
2. Warga binaan dan pegawai di UPT pemasyarakatan sangat rentan terhadap
risiko bencana;
3. Belum ada panduan maupun Standard Operating Procedure (SOP) yang dapat
menjadi acuan bagi UPT Pemasyarakatan untuk melaksanakan
penanggulangan bencana mulai dari mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat
bencana sampai pada rehabilitasi dan rekonstruksi untuk menuju UPT
Pemasyarakatan Tangguh Bencana.

C. Dasar Hukum
1. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan;
2. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana;

Page | 2. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


3. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
4. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja;
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan;
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1999 sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 99
Tahun 2012 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan
Pemasyarakatan;
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 1999 tentang
Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Wewenang, Tugas dan Tanggung Jawab
Perawatan Warga;
8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana;
9. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor:
M.HH.16.KP.05.02 Tahun 2011 tentang Kode Etik Pegawai Pemasyarakatan;
10. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor
: M.HH.01.PW.01.01 Tahun 2011 tentang Pengawasan Internal
Pemasyarakatan;
11. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 6
Tahun 2013 tentang Tata Tertib Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Warga
Negara;
12. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor :
33 Tahun 2015 tentang Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah
Warga Negara;
13. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 441/KPTS/1998 tentang
Persyaratan Teknis Bangunan Gedung;
14. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 10/KPTS/2000 tentang Ketentuan
Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Gedung
dan Lingkungan;
15. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.26/PRT/M/2008 tentang Persyaratan
Teknis Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan;
16. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.25/PRT/2007 tentang Pedoman
Sertifikat Laik Fungsi (SLF) Bangun Gedung;
17. Peraturan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Nomor 3 Tahun 2016
tentang Sistem Komando Penanganan Darurat Bencana.

Page | 3. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan pedoman atau panduan dalam penyelenggaraan penanggulangan
bencana di lingkungan pemasyarakatan secara menyeluruh, terarah dan
terpadu untuk mencapai UPT Pemasyarakatan tangguh bencana.
2. Tujuan Khusus
a. Menghindarkan atau mengurangi kerugian fisik maupun jiwa yang dialami
oleh warga binaan dan pegawai UPT Pemasyarakatan;
b. Memberikan perlindungan terhadap risiko bencana bagi warga binaan dan
pegawai UPT pemasyarakatan;
c. Mempercepat pemulihan fungsi UPT Pemasyakarakatan setelah terjadi
bencana.

E. Pengertian
Pengertian istilah yang digunakan dalam pedoman ini merupakan pengertian
istilah berdasarkan undang undang dan peraturan terkait.
1. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik
oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia
sehingga mengakibatkan timbulnya penyintas (orang yang selamat) jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
2. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa
bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan
tanah longsor.
3. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
rangkaian peristiwa non alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal
modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.
4. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik
sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat, dan teror.
5. Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang
meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana,
kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi.

Page | 4. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


6. Kegiatan pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
sebagai upaya untuk menghilangkan dan/atau mengurangi ancaman bencana.
7. Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang
tepat guna dan berdaya guna.
8. Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera
mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada
suatu tempat oleh lembaga yang berwenang.
9. Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik
melalui pembangunan fisik (mitigasi struktural) maupun penyadaran dan
peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana (mitigasi non
struktural).
10. Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan
segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang
ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi penyintas
(orang yang selamat), harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar,
perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan
prasarana dan sarana.
11. Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik
atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pasca bencana
dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar
semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pasca
bencana.
12. Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua pra sarana dan sarana,
kelembagaan pada wilayah pasca bencana, baik pada tingkat pemerintahan
maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya
kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban,
dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan
bermasyarakat pada wilayah pascabencana.
13. Ancaman bencana adalah suatu kejadian atau peristiwa yang bisa
menimbulkan bencana.
14. Rawan bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis,
klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada
suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi kemampuan
mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk
menanggapi dampak buruk bahaya tertentu.

Page | 5. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


15. Pemulihan adalah serangkaian kegiatan untuk mengembalikan kondisi
masyarakat dan lingkungan hidup yang terkena bencana dengan
memfungsikan kembali kelembagaan, prasarana, dan sarana dengan
melakukan upaya rehabilitasi.
16. Pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengurangi atau menghilangkan risiko bencana, baik melalui pengurangan
ancaman bencana maupun kerentanan pihak yang terancam bencana.
17. Risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada
suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka,
sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau
kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat.
18. Bantuan darurat bencana adalah upaya memberikan bantuan untuk memenuhi
kebutuhan dasar pada saat keadaan darurat.
19. Status keadaan darurat bencana adalah suatu keadaan yang ditetapkan
oleh Pemerintah untuk jangka waktu tertentu atas dasar rekomendasi Badan
yang diberi tugas untuk menanggulangi bencana.
20. Tim Tanggap Darurat ialah unit kerja yang dibentuk untuk menanggulangi
keadaaan darurat dalam lingkungan suatu organisasi Unit kerja tersebut
dibentuk dengan tujuan untuk memenuhi persyaratan OHSAS 18001:2007
klausul 4.4.7 Emergency Preparedness and Response (Persiapan Tanggap
Darurat).
21. UPT Pemasyarakatan Tangguh Bencana adalah UPT Pemasyarakatan yang
mampu menurunkan resiko dan gangguan keamanan akibat bencana alam.

Page | 6. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


BAB II
UPT PEMASYARAKATAN TANGGUH BENCANA

A. Prioritas Program Penanggulangan Bencana di Lingkungan Pemasyarakatan


Memperhatikan beberapa kejadian bencana di UPT Pemasyarakatan,
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan perlu menentukan prioritas program
penanggulangan bencana di lingkungan Pemasyarakatan, hal ini diperlukan sebagai
upaya dalam rangka menuju UPT Pemasyarakatan yang tangguh terhadap
bencana. Berkenaan dengan hal tersebut prioritas program penanggulangan
bencana yang perlu menjadi prioritas antara lain:
1. Mengurangi risiko bencana yang disebabkan oleh faktor alam dan kegagalan
teknologi dengan mengurangi risiko kerugian jiwa, infrastruktur serta fasilitas
yang ada dengan melakukan kegiatan deteksi dini terhadap ancaman baik yang
bersifat struktural maupun fisik;
2. Manajemen Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan merupakan
tahapan proses yang tidak terputus diawali dengan deteksi dini, kesiapsiagaan,
peringatan dini, penanganan darurat bencana termasuk pertolongan yang
dilakukan oleh tim tanggap darurat, serta rehabilitasi rekonstruksi;
3. Membangun sistem Penangulangan Bencana di lingkungan Pemasyarakatan
berupa legislasi, kelembagaan, dan pendanaan yang berkesinambungan.

B. UPT Pemasyarakatan Tangguh Bencana


Dalam rangka menuju UPT Pemasyarakatan Tangguh Bencana, terdapat 3
pilar yang perlu diisiapkan guna menuju UPT Pemasyarakatan tangguh bencana,
sebagai berikut:
1. Infrastruktur UPT Pemasyarakatan, meliputi:
a. Kelayakan bangunan;
b. Keamanan bangunan;
c. Jalur evakuasi didalam UPT Pemasyarakatan;
d. Lokasi dan/atau Ruang Aman (safe area/room) sebagai internal shelter;
e. Shelter evakuasi yang berada di dalam komplek fasilitas/UPT
Pemasyarakatan;
f. Jalur evakuasi.
2. Kesiapsiagaan Bencana UPT Pemasyarakatan
a. Tim Siaga;
b. Kajian Resiko (ancaman, kerentanan, kapasitas);

Page | 7. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


c. Rencana kesiapsiagan;
d. Rencana evakuasi;
e. Rencana kontigensi.
3. Penanganan Darurat UPT Pemasyarakatan
a. Rencana operasi penangganan darurat bencana;
b. Rencana evakuasi;
c. Rencana pemulihan awal.

Ketiga pilar tersebut di atas harus selalu dimonitoring, dievaluasi, dan dilatihkan.

C. Struktur Organisasi

Page | 8. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


1. M 01 ( Menteri ), dengan tugas sebagai berikut:
Memerintahkan pembentukan Pusat Crisis, dan menunjuk komando operasi
penanganan darurat bencana di UPT Pemasyarakatan.
2. Crisis Center (Direktur Jenderal Pemasyarakatan), dengan tugas sebagai
berikut:
a. Memberikan perintah penugasan;
b. Membuat rencana kebutuhan tanggap darurat;
c. Mengelola informasi yang akurat untuk kepentingan internal dan
pertanggungjawaban;
d. Mengendalikan akses keluar masuk bantuan dan informasi;
e. Mendokumentasikan kronologis kejadian bencana;
f. Membuat laporan prestasi kinerja minimum 2 (dua) kali dalam masa
tanggap darurat.
3. Komando Operasi (Kepala Divisi Pemasyarakatan), dengan tugas sebagai
berikut:
a. Menyusun kajian cepat dan melaporkan kepada Menteri melalui Direktur
Jenderal Pemasyarakatan;
b. Menetapkan jaringan kerja pengendalian;
c. Membuka akses menuju lokasi emergency dan distres;
d. Mengendalikan dan melaporkan kegiatan koordinasi;
e. Menyusun perencanaan pengunaan anggaran tanggap darurat;
f. Membuat perintah penugasan tim tanggap darurat.
4. Perwira komunikasi dan Humas ( Kanwil ), dengan tugas sebagai berikut:
a. Bertanggung jawab terhadap berita masuk dan keluar dari pos komando;
b. Mengkomunikasikan dengan semua unsur yang terlibat;
c. Membangun jaringan komunikasi dan berita dari lokasi bencana;
d. Melaporkan aktivitas pada komandan operasi.
5. Perwira logistik ( Kanwil/ UPT), dengan tugas sebagai berikut:
a. Menyusun daftar dan pencatatan semua aktifitas keluar masuk barang dan
unsur pendukung, petugas, Tim IRT, bantuan dan logistik;
b. Membantu komandan operasi dalam tindakan, penyediaan bahan
kebutuhan dasar, personil dan BBM, armada transportasi, sarana pra
sarana tanggap darurat;
c. Menyusun rencana dan anggaran kebutuhan selama masa tanggap
darurat.

Page | 9. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


6. Operation (Kepala UPT Pemasyarakatan), dengan tugas sebagai berikut:
a. Memimpin dan mengendalikan upaya evakuasi;
b. Mengendalikan berjalannya upaya penyelamatan;
c. Mengendalikan dan mengambil keputusan di daerah operasionalnya;
d. Memimpin Tim Emergency Respon Tim.
7. Pengamanan (Ka.KPLP/Ka.KPR), dengan tugas sebagai berikut:
a. Mengendalikan dan mengawasi parameter keselamatan;
b. Bersama Tim Operasi Tanggap Darurat, mengendalikan upaya wbp
melarikan diri;
c. Mengendalikan dan mencegah risiko yang lebih besar dari bahaya lanjutan;
d. Mengurangi potensi ancaman dan risiko korban jiwa;
e. Melakukan pencatatan dan penghitungan wbp setiap pergantian shift.
f. Melakukan /memberikan informasi tentang upaya penyelamatan bersama
operation tim;
g. Memfasilitasi keselamatan jiwa WBP;
h. Membuat kesepakatan dengan WBP untuk mengurangi risiko akibat
bencana dan bencana susulan atau tindakan anarkis yang memanfaatkan
situasi bencana;
i. Berkoordinasi dengan aparat terkait bidang keamanan.

D. Sarana dan Prasarana Pendukung Manajemen Resiko


Dalam rangka mendukung manajemen resiko ada beberapa sarana dan
prasarana yang dibutuhkan antara lain meliputi:
1. Akses internet mandiri;
2. Kamera multi fungsi / handphone;
3. Kajian risiko dan portal informasi kesiapsiagaan bencana online, misalnya:
InaRisk, MHEWS (Multi Hazard Early Warning System);
4. Radio transistor / Handy transiver;
5. Telepon satelit.

E. Pengurangan Akibat Risiko Bencana


1. UPT Pemasyarakatan yang memiliki kerentanan bencana alam tidak dalam
kondisi melebihi kapasitas;
2. Tidak membangun UPT Pemasyarakatan di daerah yang rentan terhadap
bencana alam;

Page | 10. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


3. Dibutuhkan kemampuan mengelola informasi dan pelatihan menghadapi
bencana alam;
4. Dibutuhkan teknologi dan lokal jenius akrab dengan bencana alam;
5. Profesionalisme pengendalian keamanan dan keselamatan.

F. Riwayat Bencana di UPT Pemasyarakatan


Riwayat bencana yang terjadi di UPT Pemasyarakatan, ancaman utama yang
muncul secara mendadak mengerakan manusia secara naluriah untuk
menyelamatkan dirinya, bagi warga binaan pemasyarakatan dorongan yang timbul
adalah berupaya meninggalkan lokasi musibah.
Mengacu pada kejadian di Propinsi Sulawesi Tengah bentuk bencana
memiliki 3 bencana yang berlangsung simultan, mulai dari gempa bumi, tsunami/
longsor, dan likuifaksi. Ancaman dari bencana alam ini adalah dorongan yang besar
untuk keluar dari lembaga pemasyarakatan dengan paksa yang dilakukan oleh wbp.
Berdasarkan hal tersebut, uapaya menurunkan risiko bencana di UPT
Pemasyarakatan dipengaruhi oleh pengelolaan Lingkungan, pengelolaan
kebiasaan buruk manusia, kesediaan sarana keselamatan. Dipahami bahwa
area pengamanan lembaga pemasyarakatan terbatas pada pengamanan statis
berupa bangunan fisik tembok, pos jaga, portir, oleh sebab itu batas kemampuan
mengamankan masyarakat dari pelanggar hukum berada pada pengamanan statis,
jika pengamanan statis (tembok runtuh sebagai dampak awal bencana alam) maka
lepaslah kendali pengamanan. Kerentanan ini akan menjadi hal yang perlu
disiapkan rencana kesiapsiagannya untuk mengurangi jumlah korban jiwa pada
bencana alam lanjutan.

G. Petunjuk Penyelenggaraan UPT Pemasyarakatan Tangguh Bencana


Kegiatan : Penanggulangan Bencana Alam di UPT Pemasyarakatan
A. Umum
1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan;
2. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan
Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 tentang Syarat dan Tata Cara

Page | 11. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 1999 tentang Syarat dan Tata Cara
Pelaksanaan Wewenang, Tugas dan Tanggung Jawab Perawatan Warga;
7. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor : M.HH.16.KP.05.02
Tahun 2011 tentang Kode ETIK Pegawai Pemasyarakatan;
8. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor : M.HH.01.PW.01.01
Tahun 2011 tentang Pengawasan Internal Pemasyarakatan;
9. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor : 6 Tahun 2013 tentang
Tata Tertib Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Warga Negara;
10. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor : 33 Tahun 2015
tentang Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Warga Negara.
11. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor : 4 Tahun
2008 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana.

B. Mengukur skala tingkat kerusakan menggunakan pedoman sebagai berikut:


- Rusak ringan tingkat kerusakan 25 – 50 %
- Rusak berat tingkat kerusakan 51 – 75 %
- Rusak total tingkat kerusakan 76 – 100 %
JENIS KEGIATAN
PENANGGULANGAN BENCANA
PROSEDUR TETAP HASIL KEGIATAN
UPT KEMASYARAKATAN
1. Kajian risiko bencana Dilakukan sebelum
2. Peta dan jalur evakuasi terjadinya bencana , masa
3. Deteksi dini tidak menentu berupa
4. Tanda bahaya kegiatan kajian
5. Sistem Peringatan Dini (assessment) dan
Kesiapsiagaan
6. Koordinasi dengan pihak terkait mempersiapkan Sistem
(BPBD, TNI dan POLRI). Peringatan Dini.

1. Surat perintah Menteri kepada Setelah diterima laporan


Dirjenpas kejadian bencana yang
2. Perintah pembentukan organisasi dialami UPT
Pos Komando
komando tanggap darurat pemasyarakan berupa
Tanggap bencana
nasional dan daerah kegiatan aksi inisiatif.
Kemenkumham
3. Membentuk pos komando divisi
pemasyarakatan
4. Membentuk dan mengerakan

Page | 12. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


Emergency Response Ability.
5. Koordinasi dengan BPBD
Daerah dan Pos Pendukung
Nasional BNPB.
Upaya penyelamatan Waktu Tanggap darurat
1. Mengeluarkan warga binaan dari Selama 14 hari ,
kamar selanjutnya dilakukan
2. Mengarahkan ke titik evakuasi di tindakan rehabilitasi
dalam lokasi UPT Lapas.
ERT :
Evakuasi melakukan pengawasan,
1. Melakukan penyelamatan pembersihan dan
penyintas (orang yang selamat) penjagaan keselamatan
(warga binaan hidup) yang narapidana dan
masih terjebak menangkal upaya pelarian
2. Penyintas (orang yang selamat) atau pemberontakan
tewas (penyintas (orang yang
selamat) tewas tidak perlu
Tanggap darurat di
dievakuasi saat terjadi bencana,
lokasi bencana
tapi menunggu sampai bencana
alam Dirjen PAS
selesai) dan kondisi aman untuk
Divisi PAS
melakukan evakuasi.

Pertolongan medis
Memberikan pertolongan medis
bagi yang membutuhkan

Pengamanan
1. Mengamankan Warga binaan
dari upaya melarikan diri
2. Mengamankan dokumen penting
dan gudang senjata
3. Mengamankan pemenuhan
kebutuhan dasar
Laporan bencana alam
Pemulihan
Pelaksanaan Rehabilitasi Sosial
Rehabilitasi
Penyintas (orang yang selamat)
Bencana Alam.

Page | 13. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


1. Rehabilitasi rumah/gedung
fasilitas pendukung yang
mengalami rusak total/rusak
berat akibat bencana alam.
2. Hunian /Perbaikan kembali
penyintas (orang yang selamat)
bencana alam ketempat yang
aman dari ancaman bencana
alam
3. Perbaikan /hunian kembali
penyintas (orang yang selamat)
bencana alam yang berlokasi di
daerah rawan bencana alam
ketempat yang aman dari
ancaman bencana alam.
4. Lakukan relokasi warga binaan di
lembaga pemasyarakatan
terdekat apabila diperlukan.
5. Pelaksanaan pemberian bantuan
berupa kebutuhan dasar dan
perlu mendapat bantuan
kematian

Ringkasan assesment kecenderungan riwayat bencana dan tindakan di


lembaga pemasyarakatan/rutan.
Kajian ini didasari pada tindakan Kepala UPT Pemasyarakatan yang
dilakukan dengan ukuran tingkat informasi kewaspadaan bencana yang
dikeluarkan institusi yang berwenang.

Kecenderungan Tindakan penangulangan Fase momentum kejadian darurat bencana


Fase Komandan
Kementerian Ditjenpas Kanwil/ divpas Kepala UPT
bencana jaga
Peringatan Melaporkan Memantau Kesiapsiagaan Siap siaga
1 kegiatan pada perkembangan Memberikan
bencana kementerian informasi
bahaya yang
mengancam

Page | 14. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


pada wbp
Peringatan Memerintahkan Koordinasi kesiapsiagaan Siap siaga
2 bentuk kesiapsiagaan kesiapsiagaan Membantu wbp
bencana untuk
menghadapi
bencana (antara
lain: melakukan
evakuasi di
dalam lapas,
menyiapkan
logistic selama
masa darurat)
Peringatan Menunjuk Menentukan Membentuk Menugaskan Sosialisasi
bahaya perwira crisis perwira crisis poskodal komandan strategi dan
dari operasi tahapan
pemerintah penyelamatan
wbp yang telah
dikelompokan.
Peringatan Rencana Siaga Membantu cek
bahaya 3 pengurangan penyelamatan penggunaan
bencana/ diri dengan apd Alat Pelindung
pemindahan Diri
sebagian yang Melindungi Menunjukan titik
rentan dokumen Evakuasi di
Membagi tugas dalam lembaga
tim wbp pemasyarakatan
Melindungi
dokumen dan
logistik/ bahan
makanan dan
air. Serta bahan
bahan yng
mudah terbakar
Distres Mempersiapkan Mempersiap- Perintah lisan Persiapan Melindungi diri
/kondisi dukungan dan kan waktu membuka membuka pintu dalam sel
bahaya relawan keberangkat- kunci sel sel dan perintah dengan Alat
an tanda bahaya Pelindung Diri
ERT
(Emergency

Page | 15. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


Response
Tim) Tim
Tanggap
Darurat ke
lokasi
Pertolonga Menerima Briefing ERT Mengirimkan Perintah menuju Buka kunci dan
n laporan kejadian tim assessment titik Evakuasi 1, menyelamatkan
Menyusun penilaian dalam Lembaga dan memberi
rencana tindak kerusakan Pemasyarakata pertolongan
lanjut n. Menuju titik
Melaporkan Menenangkan Evakuasi
kerusakan dan wbp dan Melakukan
penyintas persiapan pendataan
(orang yang Evakuasi
selamat)

1. Strategi penyelamatan mengeluarkan warga binaan dari sel atau keluar dari Lembaga
Pemasyarakatan diukur dari tingkat kerusakan serta akses pengeluarannya (take and out
tim) setelah bahaya berlalu.
2. Berdasarkan riwayat kerusakan Lembaga Pemasyarakatan diawali dari gempa, bahaya susulan
akibat alam di Lembaga Pemasyarakatan yang berlokasi dekat pantai 7 menit kemudian akan
terjadi tsunami .
3. Dipercaya bangunan dan tembok Lembaga Pemasyarakatan mampu menahan guncangan gempa
sampai 7,2 SR. 7 (tujuh) menit ini (golden time) adalah keputusan yang dapat diambil kepala UPT
Pemasyarakatan untuk pengurangan risiko bersama petugas dan WBP memimpin operasi
penyelamatan dan menyelamatkan diri dengan kelompok wbp yang terakhir.
4. Penting diberi pengertian sebelum WBP meninggalkan Lembaga Pemasyarakatan; “Untuk
kembali ke lembaga pemasyarakatan setelah bahaya berlalu, Lembaga Pemasyarakatan masih
menyediakan kebutuhan dasar bagi wbp yang kembali. Jangan menjadi dpo dampaknya
menyusahkan diri dan keluarga. Akan ada kebijakan jika ada kepentingan keluarga selama pasca
bencana (keluar menghadiri pemakamam keluarga inti/mengetahui kondisi keluarga yang terkena
bencana). Mari berdoa bersama kita menyelamatkan diri dan saling melindungi”.
5. Bagi lembaga pemasyarakatan yang akrab dengan bencana ada baiknya strategi
penyelamatan diri dalam rangka mengurangi risiko akibat bencana tindakan ini
disosialisasikan secara tertulis dan diketahui semua orang yang berada dalam Lapas/Rutan
yang berada dalam peta bencana indonesia.

Page | 16. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


Rekomendasi Tindakan Pengamanan Prosedural Persfektif Kepemimpinan Berdasarkan Skala
Kerusakan Yang Ditimbulkan Akibat Bencana Pada Parametri Pengamanan Statis
Kondisi Kementerian Ditjenpas Kanwil/ divpas Kepala UPT Komandan jaga
Darurat
Kerusakan Monitoring Mengirimkan Koordinasi Mempersiapkan  Evakuasi di
tingkat satu tim dengan evakuasi dalam lokasi yang
25 % Dukungan assessment POLDA/TNI/ Lembaga aman di
pengamanan persetujuan DAMKAR/ Pemasyarakat-an dalam
statis rusak dana Mengirimkan BPBD Melaporkan ke lembaga
bencana ERT divisi pemasyaraka
(Emergency Menutup tan
Response tembok yang  Merawat
Tim 15 hari rusak / stringline yang luka
kerja) police  Mengumpulk
an yang
tewas dan
makamkan
sesuai
aturan.

Kerusakan Menggalang ERT Melaporkan Mempersiapkan  Memberi


tingkat dua bantuan membantu kondisi Evakuasi menuju tanda
50 % poskodal kerusakan dan daerah aman di pengenal
bangunan untuk kemungkinan luar lembaga khusus pada
tembok rusak pengamanan bahaya lanjutan pemasyarakatan wbp .
di lokasi  Mempersiapka
bencana Menurunkan tim Mengendalikan n logistik dan
dan membuat operasi kelengkapann
policy line pada penyelamatan di ya
bagian yang Lembaga  Di daerah
rusak. Pemasyarakatan. aman di dalam
Mengelola Lembaga
poskodal 14 hari Mencegah Pemasyarakat
setelah distres terjadinya an bagi yang
pemberontakan masih selamat
Mempersiapkan  Merawat yang
lokasi Evakuasi Perintah menutup luka
diluar Lembaga pelayanan  Petugas
Pemasyarakata Lembaga memimpin

Page | 17. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


n yang terkena Pemasyarakatan regu
bencana penyelamat
Pemimpin Mengeluarkan beranggotaka
perpindahan. tamu/ pengunjung n wbp
Koordinasi Lembaga  Mengumpulka
dengan polda Pemasyarakatan n yang tewas
setempat melalui portir . dan
Menutup makamkan
mengunci pintu sesuai aturan.
portir
Kerusakan Mengalang ERT Melaporkan Mempersiapkan  Memberi tanda
Tingkat tiga bantuan dan membantu kondisi Evakuasi menuju khusus pada
dukungan poskodal kerusakan dan daerah aman di wbp
75 % pemerintah untuk kemungkinan luar Lembaga  Mempersiapka
bangunan pengamanan bahaya lanjutan Pemasyarakat-an n logistik dan
tembok kelengkapanny
rusak Menyalurkan Menurunkan tim Mengendalikan a
bantuan dan membuat operasi  Di daerah
policy line pada penyelamatan di aman di dalam
Menggalang bagian yang Lembaga Lembaga
relawan rusak Pemasyarakatan Pemasyarakat
paska an bagi yang
tanggap Mengelola Mencegah masih selamat
darurat. poskodal 14 hari terjadinya  Merawat yang
setelah distres pemberontakan luka / tewas
 Petugas
Mempersiap- Perintah menutup memimpin
kan lokasi pelayanan regu
Evakuasi di luar Lembaga penyelamat
Lembaga Pemasyarakatan beranggotakan
Pemasyarakata wbp
n yang terkena Mengeluarkan  Memimpin
bencana tamu/ wbp
Pemimpin pengunjung meninggalkan
perpindahan. lembaga titik Evakuasi
pemasyarakatan 1 menuju titik
Mempersiapkan melalui portir. Evakuasi 2 di
pengawalan dan luar Lembaga
koordinasi Menutup Pemasyarakat

Page | 18. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


dengan bantuan mengunci pintu an.
Polda setempat portir  Berkoordinasi
dengan pihak
terkait kanwil,
polri, bnpb ,
muspika.
 Laporan ke
crisis centre
Kemenkumha
m
Evakuasi Dukungan Memimpin Mempersiap-kan  Memberi tanda
Darurat pemindahan perpindahan Evakuasi menuju khusus pada
/segera terkait dari UPT daerah aman di wbp
keamanan luar Lembaga  Mempersiapka
dan Pemasyarakata Pemasyarakatan n logistik dan
Evakuasi keselamatan n yang kelengkapanny
dilakukan menerima Mengendalikan a
JIKA Dukungan musibah menuju operasi  Mempersiapka
distres logistik ERT UPT penyelamatan di n sarana
(gempa dan dan relawan Lembaga perlindungan
terjadi bertugas 15 Pemasyarakata Pemasyarakatan diri darurat.
kerusakan hari n yang lebih  Di daerah
besar 7,2 SR aman, atau titik Mencegah aman di dalam
dan akan terjadinya Lembaga
mendatang Evakuasi yang pemberontakan Pemasyarakat
kan bahaya disediakan an bagi yang
susulan dari pemerintah Perintah menutup masih selamat
kejadian Mempersiapkan pelayanan  Merawat yang
alam armada Lembaga luka / tewas
tsunami evakuasi Pemasyarakatan  Petugas
bagi UPT memimpin
Pemasyarak Memberikan Mengeluarkan regu
atan yang dukungan tamu/ penyelamat
berada di logistik relawan pengunjung beranggotakan
tepi pantai Lembaga wbp
Sosialisasi  Memimpin wbp
tanda yang Pemasyarakatan meninggalkan
digunakan melalui portir. titik Evakuasi 1
WBP, lokasi Menutup menuju titik

Page | 19. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


crisis centre mengunci pintu Evakuasi 2 di
dengan pihak portir] luar Lembaga
terkait Pemasyarakat
Note Emergency an dan
Memerintahkan memberi tanda
Jika kondisi wbp
memaksa  Mempersiapka
pengeluaran n penyataan
warga binaan di wbp kembali
pimpin oleh lagi setelah
petugas melalui kondisi aman.
bangunan yang  Melakukan
rusak / tembok tindakan
yang bisa dilewati pengeluaran
bergerak bersama warga binaan
menuju tempat di pimpin oleh
aman diawali petugas dalam
memberikan satuan gerak
laporan tindakan kelompok
darurat ke melalui
poskodal bangunan
yang rusak /
tembok yang
bisa dilewati
bergerak
bersama
menuju tempat
aman.
 Koordinasi
dengan pos
/pengendalian
pengungsian
sementara
 Menghitung
wbp untuk
menuju lokasi
Lembaga
Pemasyarakat
an terdekat

Page | 20. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


 Terkoordinasi terdata dan terdokumentasi di poskodal dan crisis centre Kementerian Hukum
dan HAM RI setiap aktifitasnya.
 Pengeluaran warga binaan dilakukan paska distres bencana alam (gempa) TIDAK BOLEH
DILAKUKAN JIKA bangunan Lembaga Pemasyarakatan tidak mengalami kerusakan sampai 25
% (tembok keliling Lembaga Pemasyarakatan.
 Dalam hal terjadi ancaman tsunami, pengeluaran WBP dari dalam Lembaga Pemasyarakatan dapat
dilakukan secara terpimpin dan tidak melalui pintu P2U apabila terlihat tanda/bencana alam tsunami,
serentak secara terpimpin (Karupam) menyelamatkan diri dengan membawa bekal/ sarana pelindung
diri menuju ke lokasi yang lebih tinggi yang tidak terjangkau tsunami.
 Dampak bencana wbp melakukan pemberontakan sementara parametri (tembok keliling) tidak ada
yang terbuka penanggulangannya terdapat pada Permenkumham Nomor 33 tahun 2015 tentang
Peraturan Pengamanan pada Lapas/Rutan.

H. Petunjuk pengelolaan Bantuan Dana Bencana


Pada dasarnya, dana penanggulangan bencana menjadi tanggung jawab
pemerintah pusat dan pemerintah daerah, yang mana juga mendorong partisipasi
masyarakat. Dalam penyelenggaraan penanggulangan bencana, pemerintah
mempunyai tanggung jawab antara lain:
1. Pengalokasian anggaran penanggulangan bencana dalam APBN yang
memadai;
2. Pengalokasian anggaran penanggulangan bencana dalam bentuk dana siap
pakai yaitu dana yang dicadangkan oleh pemerintah untuk dapat dipergunakan
sewaktu waktu apabila terjadi bencana;
3. Pada saat tanggap darurat menggunakan dana siap pakai yang disediakan oleh
pemerintah dalam anggaran BNPB.
Tanggap darurat itu sendiri adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang
ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta
benda, pemenuhan layanan dasar, pelindungan, pengurusan, pengungsian,
penyelamatan serta pemulihan sarana dan prasarana.
Berdasarkan pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 2008 tentang
Pengaturan Pendanaan Dan Pengelolaan Bantuan Bencana meliputi :
1. Sumber dana penanggulan bencana.
2. Penggunaan dana penanggulangan bencana.
3. Pengelolaan bantuan bencana dan.

Page | 21. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


4. Pengawasan, pelaporan dan pertanggungjawaban pendanaan dan pengelolaan
bantuan bencana.
Penggunaan anggaran penanggulangan bencana baik pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah disediakan pada tahap pra bencana, saat tanggap
darurat / bencana dan pasca bencana. Dalam hal bencana alam berdampak kepada
Lapas dan Rutan, maka langkah penangannya adalah sebagai berikut:
1. Pra bencana :
a. pembentukan Tim tanggap darurat.
b. pembuatan rekening hibah dalam rekening penerimaan bantuan bencana.
c. Sosialisasi rekening penerimaan bantuan hibah.
2. Saat tanggap darurat; penggunaan rekening tanggap darurat / rekening siap
pakai dari APBN / APBD
3. Pasca bencana:
a. membuat laporan posisi saldo rekening penerimaan bantuan bencana.
b. membuat laporan pertanggung jawaban keuangan dana bantuan bencana.
Terkait dengan penerimaan dana hibah dan bantuan bencana harus
dibuatkan rekening penerima dana bantuan bencana alam dan diberikan nomor
register hibah serta dilaporkan secara periodik kepada Direktorat Jenderal
Anggaran dengan tembusan BNPB.

Page | 22. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


BAB III
PENANGGULANGAN BENCANA DI UPT PEMASYARAKATAN

A. Infrastruktur UPT Pemasyarakatan


Infrastruktur UPT Pemasyarakatan yang harus disiapkan dalam upaya menuju
UPT Pemasyarakatan tangguh bencana, adalah sebagai berikut:
1. Kelayakan bangunan UPT Pemasyarakatan;
2. Keamanan bangunan UPT Pemasyarakatan;
3. Jalur evakuasi di dalam UPT Pemasyarakatan;
4. Lokasi dan ruang aman (safe location/room) sebagai internal shelter di dalam
lingkungan UPT Pemasyarakatan;
5. Jalur evakuasi dari UPT Pemasyarakatan keluar menuju ke lokasi yang lebih
aman;
6. Lokasi shelter evakuasi yang berada di lingkungan UPT Pemasyarakatan.
Bangunan fasilitas komplek UPT Pemasyarakatan seharusnya dibangun di
lokasi yang menghindari ancaman bencana alam yang sudah dideteksi oleh
pemerintah di lokasi tersebut. Bangunan fasilitas kompleks UPT Pemasyarakatan
harus dibangun sesuai aturan bangunan yang kuat dan serta aman untuk menjadi
lokasi berlindung saat terjadi kondisi bencana, mengingat dalam situasi bencanapun
ada aturan tidak boleh mengeluarkan wbp tanpa pertimbangan pertimbangan risiko
yang meningkat. Tersedianya shelter evakuasi di dalam komplek UPT
Pemasyarakatan merupakan salah satu syarat mutlak untuk mencapai UPT
Tangguh Bencana. Sehingga kompleks fasilitas UPT pemasyarakatan seharusnya
aman dan menjadi lokasi berlindung saat terjadi kondisi bencana alam.
Kelayakan bangunan UPT Pemasyarakatan terkait lokasi dan kekuatan
bangunan kompleks Lapas tersebut. Lapas terbagi atas 3 jenis yaitu Lapas
Maksimum, Lapas Medium dan Lapas Minimum. Khusus untuk Lapas Maksimum,
pembangunan infrastruktur lapas harus dibangun di lokasi yang bebas dari
ancaman bencana yang bisa diprediksi akan terjadi di lokasi tersebut, misalnya
banjir, longsor, gunung berapi, tsunami.
Lapas Maksimum lebih menekankan pada upaya pencegahan dan
kesipasiagaan, utamanya pemabungan bangunan Lapas Maksimum yang harus
benar benar menghindari ancaman bencana dan melengkapi Lapas Maksimum
dengan perlatan dan kelengkapan yang memadai. Sesuai dengan aturan yang
berlaku, saat terjadi kondisi bencana yang sangat massive, warga binaan yang
berada dalam lapas maksimum tidak diperbolehkan untuk dievakuasi keluar dari

Page | 23. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


kompleks Lapas Maksimum. Sehingga Lapas Maksimum seharusnya menjadi "The
Last Safe Building Standing". Lapas yang memiliki ancaman bencana tsunami perlu
agar pembangunan infrastruktur lapas tersebut juga memasukkan shelter bertingkat
sebagai lokasi evakuasi di dalam kompleks fasilitas terssebut.
Infrastruktur setiap UPT Pemasyarakatan harus secara berkala di monitor,
diuji kelayakannya, dan dievaluasi berdasarkan peraturan nasional yang berlaku
mengenai kelayakan gedung, bangunan dan kelengkapan keamanan infrastruktur
tersebut.

B. Kesiapsiagaan Bencana di Lingkungan UPT Pemasyarakatan


Kesiapsiagaan Bencana di UPT Pemasyarakatan perlu menyiapkan, sebagai
berikut:
1. Tim Siaga
Tim Siaga di UPT Pemasyarakatan bertugas sebagai pelaksana dari
semua rencana penanggulangan bencana yang telah disusun oleh UPT
Pemasyarakatan tersebut berikut perangkat SOPnya. Tim Siaga merupakan tim
yang bertugas 24/7 di UPT Pemasyarakatan tersebut, artinya TIM SIAGA
adalah TIM JAGA atau REGU JAGA yang pengelolaan dan pembagian
tugasnya diatur oleh UPT Pemasyarakatan.
Tim Siaga sebaiknya merupakan tim petugas jaga yang sudah ada di
masing masing UPT Pemasyarakatan, yang diberikan peningkatan
kapasitas terkait kesiapsiagaan dan penanganan darurat bencana. Untuk
membentuk Tim Siaga, UPT Pemasyarakatan secara umum memiliki tiga
tantangan terkait sumber daya, operasional dan kompetensi, sebagai berikut:
a. Jumlah pegawai Pemasyarakatan yang tidak memadai meskipun terlatih
dengan baik (jumlah mencukupi dan kompeten);
b. Banyak Pegawai yang tidak terlatih (jumlah mencukupi namun sedikit
kompetensi);
c. Terlalu sedikit pegawai yang mempunyai kompetensi atau tidak memiliki
kompetensi.
Selain itu diperlukan kapasitas pegawai dalam rangka menjaga keamanan dan
ketertiban, melakukan kontrol dalam kesiapsiagaan dan tanggap darurat
bencana di UPT Pemasyarakatan, mencakup, antara lain:
a. Kehadiran pegawai;
b. Prosedur serta praktik yang harus mereka ikuti;
c. Rasio pegawai dengan warga binaan pemasyarakatan;

Page | 24. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


d. Tanggung jawab yang berbeda;
e. Garis pelaporan;
f. Pengawasan terhadap pegawai.
Kompetensi pegawai juga perlu ditingkatkan untuk memberikan
keterampilan dan kemampuan yang diperlukan kepada pegawai di semua
tingkatan untuk memastikan upaya kesiapsiagaan menghadapi bencana yang
dilaksanakan sesuai dengan SOP keamanan di UPT Pemasyarakatan. Selain
itu pelatihan kepada seluruh pegawai UPT Pemasyarakatan harus
dilaksanakan sejalan dengan kerangka kerja operasional masing masing UPT
Pemasyarakatan, termasuk kebijakan keamanan, prosedur operasi, praktik,
rutinitas harian termasuk di dalamnya kesiapsiagaan menghadapi
bencana, rencana darurat, prosedur manajemen insiden dan bencana,
penggunaan kekuatan, deskripsi pekerjaan dan kode perilaku. Prinsip-
prinsip hak asasi manusia internasional dan standar manajemen UPT
Pemasyarakatan yang diatur secara nasional harus mendukung semua
pelatihan.
Tim Siaga juga harus melakukan patroli rutin semua area di UPT
Pemasyarakatan, dan di dalam serta di luar perimeter keamanan (dinding,
pagar, dll) bersamaan dengan patroli rutin harian dalam rangka:
a. Mendeteksi ancaman bencana secara dini, misalnya korslet listrik,dll;
b. Mencegah potensi insiden dengan memberikan kehadiran pegawai yang
sering, mengidentifikasi gerakan atau kegiatan yang tidak sah,(maksudnya
bagaimana).
c. Mendeteksi / mencegah pelanggaran keamanan dan ketertiban;
d. Mendeteksi dan mencegah ancaman terhadap dan atau merusak
infrastruktur keamanan
e. Melakukan pengecekan secara menyeluruh terhadap elemen keamanan
statis (kunci, penghalang, pagar, dinding, kawat berduri, penerangan,
kebakaran peralatan, dll).
f. Mendeteksi barang yang dilarang atau tidak sah, termasuk barang yang
dapat membantu pelarian dan atau mengakibatkan bencana misalnya tali,
kawat, pemantik api, dll. atau digunakan sebagai senjata untuk
mengidentifikasi kondisi kerja yang tidak aman.
g. Mengidentifikasi kesenjangan dalam keefektifan (bisa diperjelas) dan
merekomendasikan tindakan, termasuk pengembangan prosedur,
pelatihan dll, untuk mengatasinya. Prosedur harus mencakup frekuensi

Page | 25. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


patroli, staf patroli melaporkan pengamatan dan tindakan yang diambil oleh
Kepala UPT untuk mengatasi masalah yang diidentifikasi.
PENTING: Ketika Tim Siaga melaporkan pengamatan kepada Kepala UPT,
kemudian Kepala UPT harus mengkonfirmasi informasi dan menilai risiko
keamanan, dan menindaklanjuti laporan tersebut dengan segera.

2. Kajian Risiko (ancaman, kerentanan, dan kapasitas) UPT Pemasyarakatan


Kajian risiko yang harus dilakukan oleh UPT Pemasyarakatan, adalah sebagai
berikut:
a. Identifikasi Keamanan Statis, termasuk:
1) Infrastruktur dan peralatan yang digunakan untuk mengelola dan
menahan warga. Infrastruktur fisik termasuk dinding bangunan, pagar,
menara keamanan, penerangan, sel, penghalang, pintu, jalur evakuasi.
dan pos kontrol, dll.
2) Peralatan keamanan termasuk peralatan komunikasi, peralatan
kerusuhan, peralatan kebakaran, dll.
Identifikasi keamanan yang memeriksa infrastruktur dianggap sebagai
tindakan keamanan statis rutin. Informasi yang diperoleh melalui
inspeksi rutin harus menjadi acuan bagi pengambilan langkah-langkah
keamanan dinamis, termasuk hal-hal seperti perbaikan pintu,
penghapusan penghalang, mengidentifikasi semua bangunan,
hambatan keamanan, titik rawan, dan titik kontrol untuk daya dan air.
b. Identifikasi Kapasitas Tim Siaga, termasuk:
1) Jumlah anggota/staf yang menjadi tim siaga;
2) Pengaturan patroli rutin;
3) Pengetahuan, kemampuan, keahlian dan pengalaman anggota tim
siaga dalam kesiapsiagaan dan penanganan darurat bencana.
Hasil identifikasi kapasitas Tim Siaga harus ditindaklanjuti dengan proses
peningkatan kapasitas kepada tim siaga tersebut melalui pelatihan dan
mentoring.
c. Identifikasi Jalur Evakuasi menuju ke lokasi aman (yang berada di
dalam kompleks Lembaga Pemasyarakatan), terdiri atas:
1) Identifikasi pintu pintu keluar dari sel menuju jalur evakuasi ke arah
lokasi aman;
2) Keamanan jalur evakuasi menuju lokasi aman tersebut;
3) Akses/pintu masuk ke lokasi aman.

Page | 26. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


d. Identifikasi Lokasi/Ruang Aman di dalam Komplek Lembaga
Pemasyarakatan.
Lokasi/ruang aman di dalam kompleks Lembaga Pemasyarakatan
dibutuhkan oleh semua UPT Pemasyarakatan sebab tidak semua jenis
ancaman bencana harus melakukan evakuasi warga binaan
pemasyarakatan keluar UPT Pemasyarakatan. Lokasi/ruang aman adalah
ruangan (tempat tertutup) atau tempat terbuka aman yang berada di dalam
UPT Pemasyarakatan, yang dibuat dengan standar keamanan dan
dilengkapi dengan fasilitas akomodasi untuk warga binaan
pemasyarakatan.
Akomodasi di Lokasi aman harus aman dan memenuhi standar
nasional/internasional. Sebagai bagian dari rencana kesiapsiagaan
menghadapi bencana, UPT Pemasyarakatan harus mengupayakan untuk
memiliki sumber daya/energi alternatif (generator diesel, tenaga surya, dll.),
juga memiliki sumber air dengan infrastruktur saluran air limbah yang
memadai.
e. Identifikasi Jalur Evakuasi keluar UPT Pemasyarakatan.
Dalam kondisi terburuk, dimana warga binaan pemasyarakatan harus
dievakuasi keluar dari dalam UPT Pemasyarakatan, kajian risikonya terdiri
atas:
1) Identifikasi pintu keluar dari lokasi aman menuju ke jaluar evakuasi ke
arah luar UPT Pemasyarakatan;
2) Identifikasi keamanan gerbang keluar;
3) Identifikasi perimeter jalur evakuasi menuju ke lokasi shelter aman di
luar UPT Pemasyarakatan.
f. Koordinasi dengan instansi keamanan dan penanggulangan bencana
lokal terkait.
Koordinasi dengan instansi keamanan dan penanggulangan bencana
lokal, baik BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah), Kepolisian
maupun Militer setempat sangat penting. BPBD setempat dapat
merupakan stakeholder UPT Pemasyarakatan dalam mempersiapakan dan
mengkoordinasikan kesiapsiagaan menghadapi ancaman bencana. Militer
dan Kepolisian setempat merupakan stakeholder UPT Pemasyarakatan
jika dalam kondisi terburuk menghadapi ancaman bencana yang
mengharuskan untuk melakukan evakuasi terhadap seluruh warga binaan

Page | 27. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


pemasyarakatan keluar dari UPT Pemasyarakatan menuju lokasi yang
lebih aman.

3. Rencana Kesiapsiagaan
Rencana kesiapsiagaan masing-masing UPT Pemasyarakatan meliputi,
antara lain:
1. Mempersiapkan dan atau terkoneksi dengan deteksi dini/ early warning
system lembaga/instansi pemerintah terkait, misalnya BMKG, VMBG
(Vulkanologi dan Mitigasi bencana Geologi), BNPB (Badan Nasional
Penanggulangan Bencana),dll;
2. Mempersiapkan dan mengelola tim siaga;
3. Mempersiapkan sistem komando penanganan darurat bencana;
4. Mempersiapkan sistem komunikasi cadangan;
5. Mempersiapkan rencana dan jalur evakuasi;
6. Mempersiapkan safe room beserta akomodasinya sesuai standar di dalam
UPT Pemasyarakatan;
7. Mempersiapkan jalur evakuasi dan perimeter keluar dari UPT
Pemasyarakatan menuju ke lokasi aman;
8. Mempersiakan shelter berikut akomodasinya sesuai standar.

4. Rencana Evakuasi
Masing masing UPT Pemasyarakatan harus terlebih dahulu membuat
Aturan status bencana sebagai pra syarat melakukan evakuasi warga binaan
keluar dari Lembaga Pemasyarakatan tersebut. Rencana evakuasi masing
masing Lembaga Pemasyarakatan mengikuti petunjuk pelaksanaan lapas
yang terbagi atas petunjuk pelaksanaan lapas maximum, medium,
minimum security, dan bapas (balai pemasyarakatan). SOP kesipasiagaan
dan evaluasi sesuai petunjuk pelaksanaan lapas maximum, medium,
minimum dan bapas ini secara detail di masing masing jenis lapas pada
lampiran berdasarkan status bencana masing masing.

Status Bencana berdasarkan levelnya sebagai berikut:


a. Status Siaga Bencana.
Status siaga bencana, artinya sudah ada peringatan dini dari pihak
berwenang terkait. Peringatan dini ini disertai dengan rekomendasi untuk
evakuasi keluar dari lokasi tersebut atau tidak. Jika tidak ada rekomendasi

Page | 28. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


untuk keluar dari lokasi tersebut, maka warga binaan cukup dipindahkan ke
lokasi aman di dalam UPT Pemasyarakatan, dan tidak perlu di evakuasi
keluar UPT Pemasyarakatan.
b. Status Darurat Bencana.
Status Darurat Bencana, artinya bencana sudah terjadi. Perintah evakuasi
atau tidak perlu evakuasi sudah dikeluarkan oleh pihak berwenang terkait.
Kepala UPT Pemasyarakatan harus mengambil keputusan berdasarkan
kajian risiko internal UPT Pemasyarakatan dan hasil koordinasi dengan
Kepala divisi Pemasyarakatan apakah warga binaan akan di evakuasi
keluar dari UPT Pemasyarakatann atau cukup di evakuasi ke lokasi aman
di dalam komplek lapas sebab berada di kompleks Lembaga
Pemasyarakat jauh lebih aman dari pada keluar dari UPT Pemasyarakatan
tersebut.
c. Status Transisi Darurat Bencana ke Pemulihan Awal.
Status transisi darurat bencana ke pemulihan awal merupakan kondisi di
mana bencana telah terjadi, proses pencarian dan penyelamatan warga
sedang dan atau sudah berlangsung. Warga binaan Pemasyarakatan
yang selamat perlu dirawat dan diurus sesuai dengan standar
kemanusiaan yang berlaku. Secara khusus, keputusan untuk melakukan
evakuasi warga binaan keluar dari UPT Pemasyarakatan harus
berdasarkan pertimbangan risiko atas:
1) Keselamatan dan keamanan jiwa warga binaan;
2) Keselamatan dan keamanan jiwa pegawai Pemasyarakatan.
Akses ke dan dari area penahanan harus dikontrol dengan ketat hanya
pegawai dan orang yang berwenang yang memiliki akses. Jika jumlah pegawai
terbatas, maka Rencana Kontingensi untuk meminta bantuan Kepolisian
dan Militer setempat mungkin juga diperlukan untuk menambah
keamanan di UPT Pemasyarakatan. Penting untuk selalu mengedepankan
keselamatan semua orang, setiap orang yang terluka harus dikeluarkan
secepat mungkin dari tempat kejadian dan dirujuk ke layanan medis.
Dalam kondisi darurat bencana yang chaos, Kepala UPT dalam hal ini
melalui Sistem Komando Penanganan Darurat Bencana di UPT
Pemasyarakatan harus menentukan derajat dan jenis kekuatan yang akan
digunakan oleh pegawai pemasyarakatan yang terlatih dan memberi wewenang
kepada mereka untuk menggunakannya dalam konteks keamanan dan
keselamatan baik staf tersebut maupun warga binaan.

Page | 29. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


Setiap penggunaan kekuatan yang tidak direncanakan dan spontan oleh
pegawai pemasyarakatan harus dikaitkan dengan kebijakan dan prosedur UPT
Pemasyarakatan yang ada dan pelatihan yang diterima. Penggunaan kekuatan
semacam jika menghadapi kondisi tidak aman.
Penting untuk selalu diingat bahwa bagi warga binaan yang rentan ada
pertimbangan khusus ketika berhadapan dengan warga binaan
pemasyarakatan yang rentan (wanita, remaja, warga yang sakit jiwa, dll) dalam
kondisi chaos. Penggunaan kekuatan, termasuk pengekangan, tidak boleh
diterapkan pada warga binaan pemasyarakatan tersebut, kecuali tidak ada
pilihan lain untuk manyelamatkan mereka.

5. Rencana Kontingensi
Setiap UPT Pemasyarakatan wajib membuat rencana kontingensi.
Rencana kontingensi tersebut menjelaskan elemen-elemen kunci yang perlu
dikembangkan agar UPT Pemasyarakatan dapat secara efektif mengantisipasi,
mengelola, melakukuan penanganan darurat bencana dan insiden dengan
Sistem Komando Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan serta
melakukan proses transisi pemulihan awal.
Rencana kontingensi harus dijelaskan secara singkat padat, dalam
kondisi darurat bencana siapa akan melakukan tugas apa dengan
menggunakan metode apa. Rencana kontingensi dibuat dengan singkat padat
jelas agar memudahkan saat akan diaktifasi menjadi rencana operasi darurat
bencana. Isi dari rencana kontingensi adalah sebagai berikut:
a. Skenario terburuk yang mungkin terjadi di UPT Pemasyarakatan;
b. Penentuan status bencana dan secara rinci menjelaskan penggunaan
wewenang untuk menangani kondisi darurat bencana/insiden tersebut;
c. Berdasarkan penentuan status bencana tersebut, rencana kontingensi
dapat diaktifkan jika kondisi darurat yang harus ditangani lebih berat
daripada kemampuan terpasang yang dimilki oleh Lembaga
Pemasyarakat terkait. Rencana kontingensi diaktifasi untuk meminta
bantuan dari pihak-pihak lain terkait baik lokal maupun nasional;
d. Peran, tanggungjawab dan rantai komando pegawai Pemasyarakatan
(Sistem Komando Penanggulangan Bencana di UPT Lembaga
Pemasyarakatan);
e. Koordinasi, kemitraan dan peran personel pendukung (polisi, pemadam
kebakaran, layanan medis, militer, BPBD, dll);

Page | 30. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


f. Kapasitas/sumberdaya yang tersedia di UPT Pemasyarakatan untuk
melaksanakan rencana kontingensi tersebut. Jika ada yang tidak/belum
tersedia, apa rencana tindak lanjutnya?
g. Wewenang untuk melakukan aktifasi rencana kontingensi menjadi rencana
operasi penanganan darurat bencana dan/atau insiden.

C. Tahapan Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan, meliputi:
1. Rencana Operasi Penanggulangan Bencana
Rencana Operasi Penanggulangan bencana merupakan rencana
kontingensi yang diaktifasi setelah terlebih dulu diupdate dengan kondisi
bencana yang terjadi terkini. Fase respon tahap awal meliputi:
a. Evakuasi warga ke lokasi yang lebih aman;
b. Layanan darurat medis;
c. Pengamanan
d. Pencarian jika ada warga binaan yang tertinggal atau hilang;
e. Mekanisme peringatan masyarakat untuk memberi tahu orang-orang yang
tinggal di dekat UPT Pemasyarakatan tentang bahaya potensial.
Kepala UPT Pemasyarakatan harus melaksanakan upaya
mengembangkan dan melatihkan rencana kontingensi diaktifasi menjadi
rencana operasi penanggulangan bencana. Latihan dan simulasi diperlukan
untuk mempelajari kejadian (dan skenario) bencana sebelumnya dan atau yang
dilatihkan, kemudian menentukan kapasitas respons UPT Pemasyarakatan
dalam menangani kondisi darurat tersebut. UPT Pemasyarakatan untuk
menanggapi insiden didasarkan pada:
a. Struktur kelembagaan yang ada dan berfungsi;
b. Parameter operasi;
c. Proses peningkatan kapasitas pengelola dan pegawai pemasyarakatan
untuk menjadi kreatif, berimprovisasi dan dapat beradaptasi.
Rencana Operasi diikuti dengan Perintah Operasi, di mana Sistem
Komando Penanggulangan bencana di UPT Pemasyarakatan diaktifkan
bersamaan. Sangat disarankan, Pusat Komando Operasi ditempatkan di lokasi
yang aman dan dekat dengan lokasi kejadian.
Sistem Komando Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan,
membutuhkan kemampuan untuk secara akurat menilai sifat dan ruang lingkup
insiden dan risiko yang terlibat; cepat, dan mengendalikan area kejadian; terus

Page | 31. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


mengoperasikan UPT Pemasyarakatan; menentukan strategi/opsi intervensi
yang sesuai (menggunakan proporsionalitas, artinya sifat atau jumlah kekuatan
yang digunakan harus proporsional dengan kebutuhan); campur tangan secara
efektif untuk menyelesaikan insiden; dan kemudian ikuti rencana untuk
melanjutkan kegiatan UPT Pemasyarakatan sampai normal kembali.
Dalam kondisi darurat/insiden, fokus harus pada upaya memastikan
keberlangsungan hidup dan keselamatan pegawai, warga binaan dan
pengunjung, dan tujuan ini harus diperkuat secara teratur dengan pegawai
pemasyarakatan melalui pelatihan reguler, monitoring dan evaluasi.
Langkah-langkah berikut dapat diterapkan pada penanganan darurat
bencana/insiden di semua UPT Pemasyarakatan meliputi:
a. Segera mengisolasi dan melaporkan pada Kepala UPT Pemasyarakatan;
b. Lakukan identifikasi sumber daya respons. Kapasitas untuk merespon
tergantung pada: ketersediaan peralatan yang diperlukan untuk menangani
insiden (kunci, pengekangan, komunikasi, peralatan kebakaran, dan lain-
lain) jumlah staf yang tersedia, pengetahuan dan keterampilan pegawai
c. Lakukan isolasi dan pengamanan area untuk mengamankan warga binaan,
membatasi pergerakan, menunggu mendapatkan dukungan staf tambahan,
dan lain-lain.
d. Beri pengarahan pada warga binaan. Jelaskan apa yang harus dilakukan,
apa yang tidak boleh dilakukan, beserta konsekuensi dari ketidakpatuhan.
e. Jika pada saat jam kunjungan arahkan pegawai tambahan ke posisi
keamanan utama, amankan semua warga binaan dan menghentikan
pergerakan warga, segera pindahkan pengunjung.
f. Warga binaan yang rentan seperti perempuan, remaja, dan warga binaan
yang cacat mental, harus dilindungi secara khusus dan mungkin perlu
dipindahkan ke lokasi alternatif (internal atau eksternal).
g. Catat dan laporkan segera pada Kepala UPT Pemasyarakatan,
selanjutnya, dari Kepala UPT Pemasyarakatan melaporkan kepada
nasional.
Kemampuan pegawai Pemasyarakatan untuk menanggapi insiden dan
menyelesaikannya sebelum meningkat, tergantung pada ketepatan waktu
dan kemampuan pegawai pemasyarakatan untuk dengan cepat
mengakses tempat kejadian akan tergantung pada lokasi kejadian di UPT
Pemasyarakatan dan kemampuan untuk membuka penghalang, pintu,
akses ke kunci keamanan adalah faktor penting, dan lain-lain.

Page | 32. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


2. Rencana Pemulihan Awal
Tujuan dari tahap pemulihan awal adalah mengembalikan area yang
terkena dampak ke kondisi sebelumnya. Ini berbeda dari tahap respon darurat,
karena fokusnya adalah pada masalah dan keputusan yang harus diambil
setelah kebutuhan mendesak ditangani. Upaya pemulihan terutama
menyangkut tindakan yang melibatkan perbaikan infrastruktur penting, merawat
mereka yang terluka dan bekerja dengan polisi untuk menangkap pelarian (jika
ada).
Proses pemulihan awal adalah upaya untuk dapat segera melanjutkan
rutinitas UPT Pemasyarakatan secara normal setelah kejadian bencana.
Langkah selanjutnya adalah membangun kembali rutinitas normal. Langkah ini
mencakup tindakan segera dan selanjutnya, yang harus diidentifikasi secara
jelas, termasuk: memulihkan rutinitas harian warga normal (makanan, olahraga,
kebersihan, kunjungan, perawatan kesehatan, akses ke pengadilan, dll.)
memulihkan aktivitas staf harian yang normal. Kepala UPT Pemasyarakatan
harus memastikan pada tindakan yang berhasil atau tidak berhasil, pelajaran
yang dipetik dan kesenjangan yang diidentifikasi dalam kapasitas pegawai
pemasyarakatan untuk merespon (prosedur, pelatihan, dll.). Selain itu, tinjauan
harus mengidentifikasi dan menyelidiki dugaan penggunaan kekuatan yang
berlebihan atau pelanggaran lain oleh peserta dalam menanggapi dan
menyelesaikan insiden dan meminta pertanggungjawaban mereka yang
bertanggung jawab. Kepala UPT Pemasyarakatan sangat perlu untuk
berkonsultasi dengan dukungan nasional, mengidentifikasi sumber-sumber
yang mungkin untuk penyediaan peralatan keamanan, termasuk mendapatkan
bantuan atau peralatan yang dinonaktifkan dari layanan UPT Pemasyarakatan
lainnya.

D. Prosedur Ancaman Bencana di Lingkungan Pemasyarakatan


Berdasarkan InaRisk maka ancaman bencana alamiah di lokasi UPT
Pemasyarakatan adalah sebagai berikut:
1. Banjir 5. Letusan gunung api
2. Longsor 6. Kebakaran
3. Gempa bumi 7. Asap
4. Tsunami

Page | 33. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


1. Kegiatan Umum:
Kegiatan umum terkait penanggulangan bencana yang harus dilakukan oleh
masing-masing UPT Pemasyarakatan sebelum terjadi bencana, sebagai
berikut:
a. UPT melakukan kajian risiko bencana di lokasi masing masing untuk
mengenali ancaman dan risiko bencananya;
b. UPT mempersiapkan rencana kesiapsiagaan bencana, antara lain:
membuat rencana evakuasi, membuat jalur evakuasi, membuat lokasi
evakuasi sementara (lokasi evakuasi sementara dapat saja berada di
dalam komplek UPT dan merupakan lokasi yang lebih aman), menyiapkan
sumber daya dukungan logistik (misalnya: air minum, makanan kering
seperti biskuit, air minum, kotak kecil berisi obat-obatan penting, lampu
senter dan baterai cadangan, kain sarung), di lokasi evakuasi sementara
tersebut. Penting diingat pemilihan stok yang disiapkan wajib menghindari
barang barang yang berbahaya bagi warga binaan, misalnya lilin dan korek
api;
c. UPT mempersiapkan rencana kontingensi, yang berisi rencana
pengamanan warga binaan saat melakukan proses evakuasi menuju lokasi
aman dari ancaman risiko bencana;
d. UPT membentuk Tim Tanggap Darurat, memberikan pelatihan
penanggulangan bencana dan menyiapkan sumber daya perlengkapan
peralatan tim;
e. UPT menyiapkan perlengkapan APAR, Perlengkapan P3K, lampu darurat,
senter dan baterai cadangan, perlengkapan pertolongan dan logistik
darurat lainnya di jalur jalur strategis di dalam kompleks yang menjadi jalur
gerak evakuasi maupun pengamanan;
f. UPT membangun jaringan koordinasi penanggulangan bencana dengan
BPBD setempat, TNI setempat dan POLRI setempat;
g. UPT melaksanakan latihan kesiapsiagaan dan evakuasi mandiri secara
internal di dalam UPT masing masing.

2. Khusus:
Kegiatan khusus sebelum terjadi bencana berdasarkan ancaman, sebagai
berikut:
a. Gempa bumi
Sebelum Terjadi Bencana:

Page | 34. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


1) UPT mengenali apa yang disebut gempa bumi; Pastikan bahwa
struktur dan letak UPT dapat terhindar dari bahaya yang disebabkan
oleh gempa bumi (longsor, liquefaction dll);
2) UPT melakukan evaluasi dan merenovasi ulang struktur bangunan
agar terhindar dari bahaya gempa bumi;
3) UPT membuat rencana evakuasi dengan memperhatikan letak pintu,
lift serta tangga darurat, apabila terjadi gempa bumi, sudah
mengetahui tempat paling aman untuk berlindung;
4) UPT mengatur kembali peletakan semua perabotan (lemari, cabinet,
dll) diatur menempel pada dinding (dipaku, diikat, dll) untuk
menghindari jatuh, roboh, bergeser pada saat terjadi gempa bumi;
5) UPT mengatur dan menyimpan semua bahan yang mudah terbakar
pada tempat yang tidak mudah pecah agar terhindar dari kebakaran.
Selalu mematikan air, gas dan listrik apabila tidak sedang digunakan;
6) UPT melatih seluruh warga binaan dan staf UPT untuk melakukan
drop, cover and hold jika terjadi gempa bumi.
Saat Terjadi Bencana:
1) Saat gempa pertama terjadi, Lakukan DROP, COVER and HOLD;
2) Saat gempa pertama berhenti sejenak, sebelum gempa kedua, segera
lakukan evakuasi keluar ruangan, menuju lokasi terbuka dengan
menghindari gedungm pohon, tiang listrik.
3) Jika saat melakukan evakuasi keluar ruangan terjadi gempa kedua,
lakukan kembali DROP, COVER and HOLD, begitu seterusnya sampai
tiba di lokasi evakuasi sementara.
4) Jauhi pantai, untuk menghidari ancaman tsunami.
5) Jika UPT berada di lokasi pegunungan, hindari daerah yang berpotensi
longsor akibat gempabumi.
6) Lihat SOP Gempabumi.
Setelah Terjadi Bencana
1) UPT mengutamakan keselamatan dan keamanaan warga binaan serta
pemenuhan kebutuhan dasar warga binaan (sandang, pangan dan
kesehatan).
2) UPT melakukan pemeriksaan lingkungan sekitar; apabila terjadi
kebakaran, apabila terjadi kebocoran gas, apabila terjadi hubungan
arus pendek listrik, aliran dan pipa air, apabila ada tindakan-tindakan

Page | 35. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


yang membahayakan (segera memadamkan listrik, tidak menyalakan
api dll);
3) UPT melarang untuk memasuki bangunan yang sudah terkena rusak
gempa karena kemungkinan masih terdapat reruntuhan;
4) UPT melarang semua warga binaan dan staf UPT untuk tidak berjalan
di daerah sekitar gempa. Kemungkinan terjadi bahaya susulan masih
ada;
5) UPT tetap berkoordinasi dengan pihak terkait penanggulangan
bencana setempat (BPB, TNI dan POLRI) untuk mendapatkan
informasi dan update terkini;

b. Tsunami
Sebelum Terjadi Bencana:
1) UPT mempelajari tanda-tanda sebelum tsunami terjadi, terutama
setelah gempa bumi (intensitas gempa bumi lama dan terasa kuat, air
laut surut, bunyi gemuruh dari tengah lautan, banyak ikan
menggelepar di pantai yang airnya surut, dan tanda-tanda alam lain);
2) UPT mengetahui tingkat kerawanan tempat tinggal akan bahaya
tsunami dan jalur evakuasi tercepat ke dataran yang lebih tinggi (dapat
saja berada di dalam lokasi komplek UPT tersebut);
3) Jika terj adi gempabumi, segera arahkan warga binaan untuk bergerak
ke tempat yang lebih tinggi, jauhi pantai, dan bertahan di lokasi tinggi
tersebut sampai ada pengumumuan dari pihak berwenang (BMKG)
bahwa gempa bumi tersebut tidak berpotensi tsunami;
4) UPT tetap memantau informasi dari media resmi pemerintah mengenai
potensi tsunami setelah gempa bumi terjadi.
Saat Terjadi Bencana:
1) Setelah gempa bumi terjadi, UPT segera memerintahkan untuk
menjauhi pantai, menuju lokasi yang lebih tinggi dan aman;
2) Tidak semua gempa bumi memicu tsunami, namun lebih baik waspada
dan siaga;
3) UPT memperhatikan peringatan dan arahan dari pihak berwenang
terkait potensi terjadi tsunami atau tidak setelah gempa bumi terjadi.
Perlu diingat bahwa tsunami sapat saja terjadi berkali kali;

Page | 36. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


4) UPT berkoordinasi dengan pihak pihak terkait utamanya BPBD, TNI
dan POLRI setempat untuk antisipasi evakuasi keluar dari lokasi UPT
dan pengamanan;
5) Lihat SOP Tsunami.
Setelah Terjadi Bencana:
1) UPT mengutamakan keselamatan dan keamanaan warga binaan serta
pemenuhan kebutuhan dasar warga binaan (sandang, pangan dan
kesehatan);
2) UPT tetap mengarahkan semua warga binaan dan staf untuk waspada
dengan instalasi listrik dan pipa gas, menjauhi area yang tergenang
dan rusak sampai ada informasi aman dari pihak berwenang,
menghindari air yang menggenang karena kemungkinan kontaminasi
zat-zat berbahaya dan ancaman tersengat aliran listrik, menghindari air
yang bergerak karena arusnya dapat membahayakan, menghindari
area bekas genangan untuk menghindari risiko terperosok atau
terjebak dalam kubang, dan menjauhi reruntuhan di dalam genangan
air karena sangat berpengaruh terhadap keamanan perahu
penyelamat dan orang-orang di sekitar. Berhati-hati saat memasuki
gedung karena ancaman kerusakan yang tidak terlihat seperti pada
bagian fondasi.

c. Gunung Meletus
Sebelum Terjadi Bencana:
1) UPT mengenali dan mewaspadai beberapa tanda letusan yang
muncul. Beberapa tanda letusan yang bisa diwaspadai diantaranya
peningkatan suhu lereng gunung, sumber mata air yang mengering,
gempa tremor, banyak hewan turun gunung, dan sering terdengar
gemuruh;
2) UPT melakukan tindakan pencegahan antara lain menutup pintu dan
jendela untuk menghindari hujan abu masuk ke dalam rumah, matikan
semua peralatan listrik;
3) UPT tetap memantau informasi dari media resmi pemerintah mengenai
potensi letusan gunung api.
Saat Terjadi Bencana:
1) Saat UPT menerima peringatan dini gunung meletus STATUS AWAS,
UPT segera mengarahkan warga binaan untuk segera mengungsi ke

Page | 37. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


tempat evakuasi. Hindari area berbahaya seperti lereng gunung dan
lembah;
2) Semua warga binaan dan staf UPT harus menutup mulut dan hidung
dengan masker. Jika masker tak tersedia, gunakan kain basah sebagai
penutup.
3) Semua warga binaan dan staf UPT harus mengenakan pakaian
tertutup yang melindungi tubuh seperti pakaian berlengan panjang,
celana panjang, dan kacamata pelindung. Jika ada yang mengenakan
lensa kontak, akan lebih baik jika dilepas terlebih dahulu.
4) Lihat SOP Gunung Meletus.
Setelah Terjadi Bencana:
1) UPT mengutamakan keselamatan dan keamanan warga binaan serta
pemenuhan kebutuhan dasar warga binaan (sandang, pangan dan
kesehatan);
2) UPT hanya memerintah untuk kembali ke gedung awal jika pihak
berwenang mengatakan bahwa kondisi sudah aman dan kembali
normal.
3) UPT mengarahkan agar semua warga binaan dan staf tetap lindungi
diri dari hujan abu, tetap mengenakan masker atau kain basah untuk
menutupi mulut dan hidung; hindari lokasi yang terkena hujan abu,
bersihkan atas gedung dari timbunan debu vulkanik.

d. Asap
Sebelum Terjadi Bencana:
1) UPT melakukan kajian risiko terpapar bencana asap, sosialisasi dan
simulasi kepada para petugas dan warga binaan terkait penanganan
bencana asap;
2) UPT Menyediakan kelengkapan masker, fasilitas 02 dan safe room
serta peralatan keamanan yang dapat digunakan dalam kondisi
terburuk
3) UPT membuat jalur evakuasi dan titik kumpul
4) UPT melakukan koordinasi dengan Kanwil dan instansi terkait (BNPB,
BPBD, Forkopimda plus);
5) UPT memastikan nomor penting emergency terpasang dekat telepon,
atau program telepone untuk nomor-nomor penting.

Page | 38. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


Saat Terjadi Bencana:
1) UPT Membunyikan lonceng/alarm tanda bahaya dan mengumumkan
agar semua warga binaan dan staff segera menggunakan masker;
2) UPT mengaktifasi 02 cadangan yang sudah diinstal di semua ruangan
di dalam komplek Lapas Maksimum;
3) UPT tetap memantau informasi dari media resmi pemerintah mengenai
perkembangan bencana asap;
4) UPT melakukan koordinasi dengan instansi terkait (BNPB, BPBD,
BMKG, Forkopimda plus) untuk melakukan evakuasi korban bencana.
Setelah Terjadi Bencana:
1) UPT menyiapkan kebutuhan dasar warga binaan (sandang, pangan
dan kesehatan). Memastikan stock makanan tersedia untuk persedian
1 bulan;
2) UPT memastikan kondisi bencana asap telah berhenti sebelum
menghentikan distribusi cadangan 02 di setiap ruangan di dalam
kompleks LAPAS Maksimum
3) UPT melakukan koordinasi dengan pihak terkait penanggulangan
bencana setempat (BPBD, TNI dan POLRI) untuk mendapatkan
informasi dan update terkini;
4) UPT melakukan monitoring dan evaluasi.

e. Kebakaran
Sebelum Terjadi Bencana:
1) UPT memastikan semua instalasi listrik di dalam komplek UPT
Pemasyarakatan aman;
2) UPT memastikan tidak ada beban yang berlebihan pada satu stop
kontak sebab akan menyebabkan kabel panas dan memicu
kebakaran. Penumpukan beberapa stop kontak atau sambungan “T”
pada satu titik sumber listrik;
3) UPT memastikan untuk menggunakan pemutus arus listrik (kontak
tusk) dalam keadaan baik;
4) UPT memastikan apabila ada kabel listrik yang terkelupas atau
terbuka, harus segera diperbaiki, sebab dapat menyebabkan
hubungan pendek;

Page | 39. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


5) UPT memastikan tidak ada tindakan mencantol listrik, karena PLN
biasanya sudah memperhitungkan distribusi beban listrik, apabila ada
beban berlebihan akan mengganggu jaringan listrik yang ada;
6) UPT membentuk satuan tugas (yang terdiri atas floor captain, dll) dan
membuat rencana (evakuasi) penyelamatan diri bersama dengan
menentukan sedikitnya dua jalur keluar dari setiap ruangan. Ini bisa
melalui pintu ataupun jendela. Perhatikan apakah teralis kantor akan
mengganggu rencana ini. Buatlah denah penyelamatan diri dikantor
bersama seluruh staf.
7) UPT wajib menyiapkan lampu senter di dekat tempat tidur bagi setiap
petugas jaga;
8) UPT memastikan semua instalasi listrik di dalam komplek UPT aman;
9) UPT memastikan tidak ada beban yang berlebihan pada satu stop
kontak sebab akan menyebabkan kabel panas dan memicu
kebakaran. Penumpukan beberapa stop kontak atau sambungan “T”
pada satu titik sumber listrik;
10) UPT memastikan untuk menggunakan pemutus arus listrik (kontak
tusk) dalam keadaan baik;
11) UPT memastikan apabila ada kabel listrik yang terkelupas atau
terbuka, harus segera diperbaiki, sebab dapat mengakibatkan
hubungan pendek;
12) UPT memastikan tidak ada tindakan mencantol listrik, karena PLN
biasanya sudah memperhitungkan distribusi beban listrik, apabila ada
beban berlebihan akan mengganggu jaringan listrik yang ada;
13) UPT membentuk satuan tugas dan membuat rencana (evakuasi)
penyelamatan diri bersama dengan menentukan sedikitnya dua jalur
keluar dari setiap ruangan. Ini bisa melalui pintu ataupun jendela.
Perhatikan apakah teralis kantor akan mengganggu rencana ini.
Buatlah denah penyelamatan diri dikantor bersama seluruh staf;
14) UPT wajib menyiapkan lampu senter di sekitar tempat tidur bagi setiap
petugas jaga;
15) UPT memastikan semua staf terlatih melakukan pemadaman api;
16) UPT memastikan nomor penting emergency terpasang dekat telepon,
atau program telepone untuk nomor-nomor penting;
17) UPT wajib menyediakan alat pemadam kebakaran, selimut pemadam
(fire blanket) disetiap ruangan, sebagai pengganti fire blanket,

Page | 40. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


sediakan karung goni (karung beras yang terbuat dari serat manila
hennep).
Saat Terjadi Bencana:
1) UPT Segera membunyikan peluit, lonceng atau alarm tanda terjadinya
kebakaran;
2) UPT melakukan usaha pertama untuk memadamkan titik api dengan
karung goni yang sebelum dibasahi;
3) UPT segera memanggil pemadam kebakaran apabila masih sempat.
Ingat bahwa mereka tidak akan datang dalam waktu singkat,
kemungkinan api telah berkobar lebih besar sehingga warga binaan
perlu segera di arahkan untuk menjauhi sumber api;
4) UPT melaksanakan prinsip-prinsip dalam penanggulangan bencana
kebakaran yaitu cepat dan tepat, prioritaskan bagian yang harus
dipadamkan segera, koordinasi dan keterpaduan, berdaya guna dan
berhasil guna, efektifkan kemitraan, pemberdayaan, dan non
diskriminasitif;
5) UPT melakukan upaya penyelamatan diri bagi semua staf dan binaan
yang ada di UPT tersebut;
6) UPT melakukan Teknik evakuasi saat kebakaran: Saat kebakaran,
sebenarnya asap yang membuat orang menjadi panik dan tidak dapat
bernafas dengan leluasa. Asap akan berada sekitar 1 (satu) meter di
atas permukaan, maka merangkaklah atau menunduk di bawah, tutup
mulut dan hidung dengan kain yang dibasahi. Keluarlah dari pintu atau
jendela yang terdekat menuju ke tempat yang aman. Pastikan bahwa
pintu dapat dengan cepat dibuka pada kondisi darurat, demikian pula
jika harus melalui jendela. Apabila terjebak api, pastikan balut tubuh
dengan selimut tebal yang dibasahi. Ini hanya dilakukan sebagai
pilihan terakhir apabila tidak ada jalan keluar menerobos kobaran api.
Setelah Terjadi Bencana:
2) UPT Pemasyarakatan melakukan pembersihan pasca terjadinya
kebakaran;
3) Melakukan pendataan dan menginvetarisir kerusakan akibat terjadinya
kebakaran;
4) UPT melakukan pemeriksaan terhadap asset.yang rusak dan yang
masih bisa diselamatkan;
5) UPT menghitung kerugian akibat terjadinya kebakaran.

Page | 41. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


f. Banjir
Sebelum Terjadi Bencana:
1) UPT melakukan kegiatan yang dapat mengurangi risiko banjir, antara
lain: menaman pohon untuk menahan run off (aliran permukaan),
membuat sumur resapan, mengelola sampah, menjaga kebersihan
salura air dan limbah.
2) UPT memindahkan hunian warga binaan ke lokasi di dalam kompleks
yang bebas banjir atau meninggikan bangunan tersebut, atau
membuat tanggul banjir. Pilihan tindakan merupakan rekomendasi dari
hasil kajian risiko yang dilakukan oleh UPT terkait;
3) UPT berkoordinasi dengan para pihak di wilayah tersebut agar
terhubung dengan sistem peringatan dini banjir di wilayah tersebut.
Saat Terjadi Bencana:
1) UPT memadamkan semua sumber listrik dan peralatan listik;
2) UPT melakukan evakuasi warga binaan ke lokasi yang lebih tinggi
(dapat saja berada di dalam kompleks UPT tersebut;
3) UPT tetap memantau informasi dari media resmi pemerintah mengenai
potensi banjir.
4) UPT melakukukan koordinasi dengan BPBD, TNI dan POLRI setempat
untuk antisipasi.
5) Lihat SOP Banjir.
Setelah Terjadi Bencana
1) UPT mengutamakan keselamatan dan keamanan warga binaan serta
pemenuhan kebutuhan dasar warga binaan (sandang, pangan dan
kesehatan);
2) UPT segera melakukan pembersihan lokasi, memeriksa keamanan
semua instalasi listrik, dan pemberantasan penyakit, dll agar dapat
digunakan kembali.

g. Longsor
Sebelum Terjadi Bencana
UPT berkoordinasi dengan para pihak di wilayah tersebut agar
terhubung dengan sistem peringatan dini hujan dengan intensitas tinggi
dan longsor di wilayah tersebut.
Saat Terjadi Bencana

Page | 42. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


1) UPT melakukan pengawasan lokasi sekitar jika hujan turun dengan
lebat dan mulai terdengar gemuruh yang tidak biasa, segera arahkan
warga binaan untuk menjauh dari lokasi yang kemungkinan akan
terpapar longsor;
2) Jika terdengar suara gemuruh, segera arahkan warga binaan ke lokasi
evakuasi tempat lapang dan tanpa penghalang yang berada di dalam
UPT Pemasyarakatan. Perhatikan sisi tebing atau tanah yang
mengalami longsor.
3) Segera hubungi pihak BPBD atau pihak terkait (TNI dan POLRI)
terdekat sebelum kondisi longsor semakin parah.
4) Lihat SOP Longsor.
Setelah Terjadi Bencana:
1) UPT mengutamakan keselamatan dan keamanaan warga binaan serta
pemenuhan kebutuhan dasar warga binaan (sandang, pangan dan
kesehatan).
2) UPT pastikan lebih dulu keamanan bangunan untuk warga binaan
sebelum mengembalikan mereka ke ruangan tersebut;
3) Bila UPT harus menghadapi menghadapi reruntuhan bangunan untuk
menyelamatkan korban yang selamat, pastikan tidak menimbulkan
dampak yang lebih buruk. Sebaiknya menunggu pihak berkompoten
(BASARNAS) bersama TNI dan POLRI untuk melakukan evakuasi
korban yang selamat.

Page | 43. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


BAB IV
PENUTUP

Dengan melihat kondisi UPT Pemasyarakatan yang sebagian besar masuk dalam
zona rawan bencana, maka sangat dibutuhkan tindakan komprehensif untuk merespon
bencana alam yang sering terjadi di Indonesia khususnya di jajaran pemasyarakatan.
Selama ini ada 3 (tiga) hal yang perlu diperhatikan dalam mengatasi masalah bencana
alam yaitu pencegahan bencana alam, penanganan bencana alam dan pemulihan
pasca bencana alam. 3 (tiga) hal tersebut mutlak harus diperhatikan oleh seluruh pihak.
Kendati demikian, pencegahan bencana perlu mendapat perhatian lebih dalam
mengatasi masalah ini, disadari bahwa pencegahan bencana alam sendiri merupakan
serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi dan/atau menghilangkan resiko
bencana baik melalui pengurangan ancaman bencana maupun kerentanan pihak yang
terancam bencana, bagaimanapun dengan pencegahan bencana alam sejak dini, bukan
tidak mungkin korban materil bahkan korban jiwa bisa terhindar. Agar upaya
penanganan dan pemulihan pasca bencana dapat berjalan lebih mudah. 3 (tiga) hal
dalam pencegahan bencana alam di jajaran Pemasyarakatan yang perlu dilakukan yaitu
perolehan informasi, proses pengolahan informasi dan sosialisasi bencana alam.
Pertama, perolehan informasi bertujuan menghimpun segala informasi terkait bencana
alam yang didapat dari berbagai sumber. Teknologi dan koordinasi seluruh pihak yang
terkait bencana alam berperan sangat penting. Pemanfaatan teknologi berperan dalam
mendukung manajemen bencana dengan menyediakan informasi yang akurat dan tepat
waktu. Teknologi yang digunakan harus tersedia dan memiliki jaringan yang luas.
Selanjutnya perlu koordinasi seluruh pihak yang terkait pencegahan bencana alam
seperti instansi terkait, masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), akademisi,
dan lain-lain sehingga dengan adanya informasi yang luas sangat memberikan manfaat
dalam menghadapi bencana alam. Kedua, pemrosesan bertujuan mengolah informasi
yang diperoleh untuk digunakan sebagai perencanaan penanggulangan bencana alam.
Setelah mendapatkan informasi yang berguna, maka pemerintah dalam hal ini
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan diharapkan dapat menyusun regulasi/ kebijakan
pencegahan yang tepat. Kebijakan pencegahan bencana yang tepat sangat penting
dimiliki Direktorat Jenderal Pemasyarakatan sehingga diharapkan dapat meminimalisir
dampak bencana alam yang terjadi. Ketiga, sosialisasi bertujuan untuk memastikan
bahwa seluruh informasi yang telah diproses dapat diketahui oleh seluruh semua orang
secara luas dan tepat sasaran, terutama oleh masyarakat. Minimnya kesadaran dan
pengetahuan dalam menanggulangi bencana alam dan manajemen risiko bencana alam

Page | 44. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


pada jajaran pemasyarakatan membuat tidak tahu apa saja yang harus dilakukan dalam
menanggulangi bencana alam. Selain itu, sosialisasi terkait dengan penanggulangan
bencana alam juga masih dirasa masih sangat minim serta kurang mendapat perhatian
dan dukungan dari semua pihak. Oleh karena itu, perlu komitmen serius serta
kerjasama dari semua pihak dalam mengatasi masalah bencana alam.
Pedoman penanggulangan bencana di UPT Pemasyarakatan merupakan
panduan bagi UPT Pemasyarakatan dalam upaya melakukan pencegahan, penanganan
dan pemulihan bencana alam yang terjadi di UPT Pemasyarakatan, diharapkan dengan
adanya pedoman penanggulangan bencana di UPT Pemasyarakatan dapat memberikan
petunjuk dan arahan serta mekanisme penanggulangan bencana serta menjadikan UPT
Pemasyarakatan menjadi UPT Pemasyarakatan tangguh bencana.

Page | 45. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


LAMPIRAN 1. SOP GEMPA BUMI (PRA BENCANA)

Nomor SOP
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA Tanggal Pembuatan
Tanggal Revisi

Tanggal Efektif

Disahkan oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan

Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Sri Puguh Budi Utami


NIP.19620702 198703 2 001

Unit Kerja Nama SOP SOP PENANGANAN BENCANA ALAM


GEMPA BUMI (PRA BENCANA)
LAPAS/RUTAN
Dasar Hukum Kualifikasi Pelaksana

1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan; 1. Telah mengikuti Pendidikan Dasar Pemasyarakatan

2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana; 2. Telah mengikuti pendidikan Kesamaptaan

3. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 1999 tentang Syarat-Syarat dan Tatacara


3. Memiliki kemampuan mengumpulkan informasi Ancaman, Tantangan, Hambatan dan Gangguan
Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Perawatan Tahanan;

4. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor 6 Tahun 2013 tentang
4. Memiliki kemampuan bernegosiasi dan berkomunikasi
Tata Tertib Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara;
5. Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor E.22.PR.08.03. Tahun 2001
5. Telah mengikuti pelatihan penanggulangan gangguan Keamanan dan Ketertiban
Tentang Prosedur Tetap Pelaksanaan Tugas Pemasyarakatan.

6. Mengikuti Pelatihan dan Memahami SOP Bencana Alam

Keterkaitan Peralatan/perlengkapan
1. Sepatu Boots 11. Senter
2. Buku Laporan 12. Papan Instruksi/ Pengumuman
3. Kunci Gembok pintu cadangan 13. Lonceng (Alat Tanda Bahaya)
4.. Alat Komunikasi (HT) 14. Alat transportasi
5. Lampu Darurat 15. Borgol dan Rantai
6. Alat Komunikasi (HT) 16. Genset
7. Lampu Darurat 17. Pengeras Suara
8. Lemari Penyimpanan 18. Buku Petunjuk Manual
9. Papan Pengumuman/Brosur 19. Site Plan
10. Alat Pertukangan 20. Tandon Air
Peringatan Pencatatan dan pendataan
Apabila SOP ini tidak dilaksanakan maka pelaksanaan penanganan bencana alam gempa 1. Mencatat data jumlah WBP yang ada di dalam kamar blok hunian
bumi pada saat terjadi bencana tidak akan terlaksana dengan baik 2. Menempatkan warga binaan kelompok rentan (lansia, penyandang disabilitas, perempuan hamil) di
blok yang dapat dijangkau dengan mudah untuk evakuasi dan pertolongan.
3. Memasang Emergency Kontak di tempat tempat yang mudah dilihat

Page | 46. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


PROSEDUR

PELAKSANA MUTU BAKU


NO. KEGIATAN Keterangan
Kasi Kasubag Kasi Ka.
Ka. KPLP Ka. Lapas Kelengkapan Waktu Output
Binadik TU Kamtib Divpas
Sebelum Terjadi Bencana

Setiap orang
Alat Tulis,
Mengenali apa yang disebut gempa bumi, Pastikan bahwa struktur dan letak UPT mengetahui tentang
Denah dan
1 dapat terhindar dari bahaya yang disebabkan oleh gempa bumi (longsor, 5 Menit gempa bumi dan
Brosur/Papan
liquefaction dll); prosedur
Pengumuman
penyelamatan
Alat Tulis, SK
Terbentuk Tim Siaga
Tim Siaga,
2 Membentuk Tim Siaga Bencana; 7 Hari Bencana yang setiap
Struktur
saat digerakkan
Organisasi
Alat Tulis, Tersedianya sarana
Melakukan kajian, evaluasi dan merenovasi ulang struktur bangunan,
Dokumen dan prasarana
3 mendesain sentral lock kamar hunian untuk mengurangi dampak dari gempa 12 Bulan
Perencanan dan bangunan yang tahan
Bumi (Korban dan Kerugian Material/Imateril) sesuai dengan zona;
RAB gempa bumi

Alat Tulis,
Membuat rencana jalur evakuasi dan titik kumpul dengan memperhatikan letak Denah, Blue Tersedianya jalur
4 pintu, akses jalananan serta tangga darurat, apabila terjadi gempa bumi, sudah Print Bangunan 3 Hari evakuasi dan titik
mengetahui tempat paling aman untuk berlindung; (Site Plan) kumpul
petunjuk arah
Tersusunnya kembali
Melakukan pengaturan kembali peletakan semua perabotan (lemari, cabinet,
Alat sarpras yang aman
5 dll) diatur menempel pada dinding (dipaku, diikat, dll) untuk menghindari jatuh, 7 Hari
Pertukangan dan sesuai dengan
roboh, bergeser pada saat terjadi gempa bumi;
posisi dan fungsinya
Ruangan dan
Melakukan pengaturan dan menyimpan semua bahan yang mudah terbakar pada
lemari tahan
6 tempat yang tidak mudah pecah agar terhindar dari kebakaran. Selalu 1 Bulan Tertib Penggunaan
api, Petunjuk
mematikan air, gas dan listrik apabila tidak sedang digunakan;
Pemakaian
Setiap orang
mengetahui tentang
Melakukan sosialisasi dan melatih seluruh warga binaan dan staff UPT untuk Alat Peraga,
7 4 Jam gempa bumi dan
melakukan drop, cover and hold jika terjadi gempa bumi; Modul, SDM
prosedur
penyelamatan
Buku Catatan Tersedianya gudang
Menyiapkan lumbung pangan, air bersih dan Obat-obatan bagi WBP minimal Nama Barang, penyimpanan bahan
8 1 Bulan
untuk 7 hari. Gudang makanan dan obat-
Penyimpanan, obatan
SOP PENANGANAN BENCANA GEMPA BUMI (PRA BENCANA)
Jumlah : 8
Waktu : 14 Bulan, 17 Hari, 4 Jam, 5 Menit

Page | 47. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


LAMPIRAN 2. SOP GEMPA BUMI (SAAT BENCANA)

Nomor SOP
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA Tanggal Pembuatan
Tanggal Revisi

Tanggal Efektif

Disahkan oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan

Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Sri Puguh Budi Utami


NIP.19620702 198703 2 001

Unit Kerja Nama SOP SOP PENANGANAN BENCANA ALAM GEMPA


LAPAS/RUTAN BUMI (SAAT BENCANA)
Dasar Hukum Kualifikasi Pelaksana

1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan; 1. Telah mengikuti Pendidikan Dasar Pemasyarakatan

2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana; 2. Telah mengikuti pendidikan Kesamaptaan

3. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 1999 tentang Syarat-Syarat dan


3. Memiliki kemampuan mengumpulkan informasi Ancaman, Tantangan, Hambatan dan Gangguan
Tatacara Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Perawatan Tahanan;

4. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor 6 Tahun 2013
4. Memiliki kemampuan bernegosiasi dan berkomunikasi
tentang Tata Tertib Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara;

5. Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor E.22.PR.08.03. Tahun


5. Telah mengikuti pelatihan penanggulangan gangguan Keamanan dan Ketertiban
2001 Tentang Prosedur Tetap Pelaksanaan Tugas Pemasyarakatan.
6. Mengikuti Pelatihan dan Memahami SOP Bencana Alam
Keterkaitan Peralatan/perlengkapan
1. Sepatu Boots 11. Senter
2. Buku Laporan 12. Papan Instruksi/ Pengumuman
3. Kunci Gembok pintu cadangan 13. Lonceng (Alat Tanda Bahaya)
4.. Alat Komunikasi (HT) 14. Alat transportasi
5. Lampu Darurat 15. Borgol dan Rantai
6. Alat Komunikasi (HT) 16. Genset
7. Lampu Darurat 17. Pengeras Suara
8. Lemari Penyimpanan 18. Buku Petunjuk Manual
9. Papan Pengumuman/Brosur 19. Site Plan
10. Alat Pertukangan 20. Tandon Air
Peringatan Pencatatan dan pendataan
Apabila SOP ini tidak dilaksanakan maka pelaksanaan penanganan bencana alam 1. Mencatat data jumlah WBP yang ada di dalam kamar blok hunian
gempa bumi pada saat terjadi bencana tidak akan terlaksana dengan baik 2. Menempatkan warga binaan kelompok rentan (lansia, penyandang disabilitas, perempuan hamil) di blok
yang dapat dijangkau dengan mudah untuk evakuasi dan pertolongan.
3. Memasang Emergency Kontak di tempat tempat yang mudah dilihat

Page | 48. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


PROSEDUR

PELAKSANAAN MUTU BAKU


NO. KEGIATAN Keterangan
Anggota Ka. Kasi Kasubag Kasi Ka. Ka.
Ka. KPLP Ka. Lapas Dirjenpas Kelengkapan Waktu Output
Rupam Rupam Binadik TU Kamtib Divpas Kanwil
Saat Terjadi Bencana

Tanda bahaya dapat dibunyikan oleh


siapa saja yang berada di lokasi
Ka. Rupam melaporkan ke Ka. KPLP, Ka. Lapas/Pejabat yang Setiap orang mengetahui dan
terdekat dgn lonceng. Tidak perlu
1 dapat dihubungi tentang kejadian bencana dan memohon Lonceng/peluit/serine 1 - 2 Menit siap siaga menghadapi
memunggu perintah Karupam untuk
petunjuk. bencana
membunyikan tanda bahaya
gempabumi

Evakuasi ke lokasi aman dilakukan


Saat gempa pertama berhenti sejenak, Staf Piket + Regu
saat gempa berhenti. Jika gempa
Jaga melakukan tindakan : penyelamatan warga binaan, Gunakan perlindungan
Setiap orang dapat terjadi lagi, lakukan lagi DROP
penyelamatan dokumen WBP dan penyelamatan ruang atau benda yang dapat
2 1-5 Menit menyelamatkan diri dari COVER and HOLD. Saat gempa
senjata (regu jaga). Dalam kondisi darurat melindungi diri dari
gempa bumi berhenti, segera mengarah ke lokasi
WBP/Tamping/Pemuka dapat membantu dlm bencana
aman. Begitu seterusnya sampai
penyelamatan WBP lainnya.
tiba di lokasi aman
Ka. Rupam melaporkan ke Ka. KPLP, Ka. Lapas/Pejabat yang
Alat Komunikasi (HT, HP Tersampaikannya Informasi
3 dapat dihubungi tentang kejadian bencana dan memohon 1 Menit
dll) terjadinya bencana
petunjuk.
Gerakan nomer 3, 4 dan 5 dilakukan
bersamaan oleh masing masing yang
Saat gempa pertama berhenti sejenak, Memerintahkan 10-15 Tersampaikannya Informasi
4 HT/HP, Pengeras Suara bertugas. Pengamanan Ruang senjata
kepada Seluruh Tim Siaga Bencana untuk berkumpul Menit terjadinya bencana
dan senjata menggunakan SOP terkait
senjata dan pengamanan.

Melakukan evakuasi WBP keluar kamar hunian, menuju HT, Sarana Penerangan Terlaksanannya evakuasi di
5 lokasi terbuka/titik kumpul didalam area lapas/rutan Kunci Kamar Hunian, 5 Menit titik kumpul area dalam
(hindari gedung, pohon, tiang listrik); pengeras Suara lapas/rutan

Menyelamatkan yang
Senter, HT, Helm, Alat
ditemukan, mendeteksi Terlebih dulu semua warga sdh
Melakukan penyisiran ke setiap bangunan dalam rangka Pengungkit dan alat
6 1 Jam bangunan, tembok, menara berada di titik kumpul sblm Tim Jaga
pencarian dan penyelamatan korban yang masih tertinggal; pendukung, logistik
pengawas dan branggang yang melakukan penyisiran (sweeper)
lainnya
rusak dan roboh
Melaporkan Kejadian bencana alam (Situasi dan Kondisi) Melaporkan temuan di nomer 6.
Alat Komunikasi (HT/HP Laporan atensi pimpinan dan
7 kepada Kadivpas, Kakanwil, Dirjenpas pada kesempatan 1-5 Menit Aktifasi peran dan fungsi ERT
dll) petunjuk selanjutnya
pertama Dirjenpas

Melakukan pengarahan agar tetap tenang dan memberikan


peringatan kepada WBP untuk tidak meninggalkan titik Alat Pengeras Suara,
8 5-15 Menit WBP tenang dan tertib
kumpul yang ada didalam area lapas serta tidak melakukan Alat Penerangan
hal-hal yang dapat mengganggu keamanan dan ketertiban;
Tidak
Penangambilan keputusan untuk
Penangambilan keputusan
Melakukan analisa cepat berdasarkan eskalasi bencana melakukan evakuasi ke shelter
9 alat komunikasi, media 10 menit untuk melakukan evakuasi ke
yang terjadi dan mengambil keputusan evakuasi ke shelter diketahui dan didukung oleh
shelter
Kadivpas, Kanwil dan Dirjenpas

1. Harus Mempertimbangkan
KODE MERAH: (eskalasi bencana meningkat): Setelah
Alat Pengeras Suara, peningkatan Ekskalasi gempa untuk
berkoordinasi dengan Kadicpas dan Kanwil, Kalapas Terlaksanannya evakuasi ke
10 Ya Alat Penerangan, Alat 15 Menit mengambil keputusan evakuasi ke
memerintahkan kepada seluruh tim siaga bencana untuk shelter
Komunikasi shelter. 2. Koordinasi dengan pemda
melakukan evakuasi terhadap WBP ke shelter
dan instansi terkait sejajar. 3.
Memperkatikan proses evakuasi ut
Alat Perlengkapan warga binaaan penyandag disabilitas,
Pengawalan, Alat lansia, dan wbp sakit di klinik lapas, 4
KODE MERAH: Melakukan pengamanan selama perjalanan penerangan, Alat Terlaksananya Evakuasi Saat senjata dikeluarkan dari gudang
11 2 Jam
menuju lokasi Evakuasi shelter transportasi, Alat dengan Aman dan tertib senjata maka SOP Pengamanan
Komunikasi, Petugas berlaku.
Pengamanan
Tindakan penyelaman dan
Tersedianya tenaga bantuan
Meminta bantuan kepada Instansi terkait (BPBD, BMKG, Alat Komunikasi (HT, HP pengamanan internal tetap
12 1 Jam pengamanan dan keperluan
POLRI,TNI dll) terkait pengamanan dan keperluan lainnya dll), Alat Tulis dilaksankan dengan atau tanpa bala
logistik lainnya
bantuan dari luar
gerakan nomer 12,13 dan 14 dilakukan
Alat transportasi, Box
Mengikuti KODE MERAH : Melakukan Pengamanan Terlaksananya Pengamanan bersamaan oleh masing masing yang
13 Kontainer, Alat 1 Jam
Dokumen WBP evakuasi ke shelter Dokumen sesuai SOPnya bertugas mengikuti SOP masing
Penerangan
masing
gerakan nomer 12,13 dan 14 dilakukan
Alat transportasi, Box
Mengikuti KODE MERAH: Melakukan Pengamanan Terlaksananya Pengamanan bersamaan oleh masing masing yang
14 Kontainer, Alat 1 Jam
Dokumen-Dokumen Kepegawaian dan Keuangan. Dokumen sesuai SOPnya bertugas mengikuti SOP masing
Penerangan
masing
gerakan nomer 12,13 dan 14 dilakukan
Mengikuti KODE MERAH: Melakukan pengamanan Alat dan Alat transportasi, Box Terlaksananya Pengamanan
bersamaan oleh masing masing yang
15 Sarana Pengamanan (Senjata dan Amunisi) untuk Kontainer, Alat 2 Jam Alat dan Sarana Pengamanan
bertugas mengikuti SOP masing
menghindari penjarahan/pencurian Penerangan sesuai SOPnya
masing
SOP PENANGANAN BENCANA GEMPA BUMI
Jumlah : 15
Waktu : 8 Jam, 73 Menit

Page | 49. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


LAMPIRAN 3. SOP GEMPA BUMI (PASCA BENCANA)

Nomor SOP
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA Tanggal Pembuatan
Tanggal Revisi
Tanggal Efektif

Disahkan oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan

Direktorat Jenderal Pemasyarakatan

Sri Puguh Budi Utami


NIP.19620702 198703 2 001

Unit Kerja Nama SOP SOP PENANGANAN BENCANA ALAM


LAPAS/RUTAN GEMPA BUMI (PASKA BENCANA)
Dasar Hukum Kualifikasi Pelaksana

1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan; 1. Telah mengikuti Pendidikan Dasar Pemasyarakatan

2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana; 2. Telah mengikuti pendidikan Kesamaptaan

3. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 1999 tentang Syarat-Syarat dan 3. Memiliki kemampuan mengumpulkan informasi Ancaman, Tantangan, Hambatan dan Gangguan
Tatacara Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Perawatan Tahanan;

4. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor 6 Tahun 4. Memiliki kemampuan bernegosiasi dan berkomunikasi
2013 tentang Tata Tertib Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan
Negara;
5. Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor E.22.PR.08.03. 5. Telah mengikuti pelatihan penanggulangan gangguan Keamanan dan Ketertiban
Tahun 2001 Tentang Prosedur Tetap Pelaksanaan Tugas Pemasyarakatan.

6. Mengikuti Pelatihan dan Memahami SOP Bencana Alam


Keterkaitan Peralatan/perlengkapan
1. Sepatu Boots 11. Senter
2. Buku Laporan 12. Papan Instruksi/ Pengumuman
3. Kunci Gembok pintu cadangan 13. Lonceng (Alat Tanda Bahaya)
4.. Alat Komunikasi (HT) 14. Alat transportasi
5. Lampu Darurat 15. Borgol dan Rantai
6. Alat Komunikasi (HT) 16. Genset
7. Lampu Darurat 17. Pengeras Suara
8. Lemari Penyimpanan 18. Buku Petunjuk Manual
9. Papan Pengumuman/Brosur 19. Site Plan
10. Alat Pertukangan 20. Tandon Air
Peringatan Pencatatan dan pendataan
Apabila SOP ini tidak dilaksanakan maka pelaksanaan penanganan bencana 1. Mencatat data jumlah WBP yang ada di dalam kamar blok hunian
alam gempa bumi tidak akan terlaksana dengan baik
2. Menempatkan warga binaan kelompok rentan (lansia, penyandang disabilitas, perempuan hamil) di
blok yang dapat dijangkau dengan mudah untuk evakuasi dan pertolongan.
3. Memasang Emergency Kontak di tempat tempat yang mudah dilihat

Page | 50. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


PROSEDUR
PELAKSANAAN MUTU BAKU
NO. KEGIATAN Keterangan
Anggota Ka. Kasi Kasubag Kasi Ka. Ka.
Ka. KPLP Ka. Lapas Dirjenpas Kelengkapan Waktu Output
Rupam Rupam Binadik TU Kamtib Divpas Kanwil
Paska Bencana

Melanjutkan koordinasi
Tenda, Alat Tersedianya Pos
Membuat posko darurat dengan mengutamakan antara Kalapas/Karutan
Penerangan, Alat Komando, Crisis Centre
keselamatan dan keamanaan WBP serta pemenuhan dengan Kanwil dan
1 Perlengkapan Dapur, 1 Hari dan Dapur Umum serta
kebutuhan dasar warga binaan (sandang, pangan, Dirjenpas. Melanjutkan
Alat Perlengkapan pelayanan terkait paska
kesehatan, dan Informasi). fungsi peran ERT dari
Tidur bencana
Dirjenpas
Melakukan pemeriksaan lingkungan sekitar; apabila terjadi
kebakaran, apabila terjadi kebocoran gas, apabila terjadi Alat Penerangan, Alat Laporan dan evaluasi
hubungan arus pendek listrik, aliran dan pipa air, apabila Komunikasi, Alat terkait kondisi
2 1 Hari
ada hal-hal yang membahayakan segera melakukan Pertukangan, Alat lingkungan internal
tindakan seperti memadamkan listrik, tidak menyalakan Pelindung Diri fasilitas Lapas/Rutan
api dll;

Melarang semua WBP dan staff UPT untuk tidak mendekati Alat Komunikasi, Alat
Terciptanya lingkungan
3 daerah sekitar gempa. Kemungkinan terjadi bahaya pengeras Suara, Alat 15 Menit
aman dan tertib
susulan masih ada; Penerangan

Tetap berkoordinasi dengan pihak terkait (BPBD, BMKG,


TNI dan POLRI) tentang penanggulangan bencana Alat Komunikasi , Alat
4 2 Jam Tersedianya bantuan
setempat untuk mendapatkan informasi dan update Transportasi
terkini;
SK penempatan BKO,
Alat Medis, Alat
Pengamanan, Alat Terselenggaranya tenaga
5 Melakukan penempatan tenaga bantuan BKO dan logistik 14 Hari
Pertukangan dan BKO dan Logistik
Bahan Sandang
Pangan,
Alat Tulis, Alat Tersedianya
Mencari rekomendasi terjadinya bencana alam beserta
Komunikasi, Alat Rekomendasi prioritas
6 dampaknnya dari Pemprof, Pemda, BPBD, BMKG, dan PU 2 Bulan
Dokumentasi, Alat pembangunan dampak
untuk proses recovery
transportasi gempa bumi

Melakukan Evaluasi dan Monitoring Penanganan Bencana Alat Tulis dan Tersedianya data dan
7 7 Hari
sebagai bahan laporan Dokumentasi Informasi Pasca Bencana

Tersedianya bangunan
Melakukan recovery bangunan darurat dan fasilitas Dokumen Perencanaan
8 1 Tahun dan fasilitas lapas/rutan
lapas/rutan dan RAB
sementara yang layak
Tersusunnya rencana
Melakukan Perencanaan Pengembalian WBP ke Dokumen, Alat Tulis,
9 3 Hari pengembalian WBP ke
Lapas/Rutan semula Alat transportasi
lapas/rutan semula
Tersedianya bantuan
Meminta Bantuan Pengawalan POLRI dalam Proses Alat Komunikasi, Alat
10 1 Hari tenaga Pengawalan dari
Pengembalian WBP Ke Lapas/Rutan Semula Kepada Transportasi, SDM
POLRI
dokumen, alat tulis,
Alat Komunikasi, Alat
Melaksanakan Pengembalian WBP ke lapas/rutan semula Kembalinya WBP ke
11 Transportasi, Alat 3 Bulan
secara bertahap lapas/rutan semula
Pengamanan SDM,
anggaran
SOP PENANGANAN BENCANA GEMPA BUMI
Jumlah : 11
Waktu : 1 Tahun, 5 Bulan, 27 Hari, 2 Jam, 15 Menit

Page | 51. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


LAMPIRAN 4. SOP TSUNAMI (PRA BENCANA)

Nomor SOP
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA Tanggal Pembuatan
Tanggal Revisi

Tanggal Efektif

Disahkan oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan

Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Sri Puguh Budi Utami


NIP.19620702 198703 2 001

Unit Kerja Nama SOP SOP PENANGANAN BENCANA ALAM


LAPAS/RUTAN TSUNAMI (PRA BENCANA)

Dasar Hukum Kualifikasi Pelaksana


1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan; 1. Telah mengikuti Pendidikan Dasar Pemasyarakatan
2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
2. Telah mengikuti pendidikan Kesamaptaan
Bencana;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 1999 tentang Syarat-Syarat
dan Tatacara Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Perawatan 3. Memiliki kemampuan mengumpulkan informasi Ancaman, Tantangan, Hambatan dan Gangguan
Tahanan;
4. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor 6
Tahun 2013 tentang Tata Tertib Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah 4. Memiliki kemampuan bernegosiasi dan berkomunikasi
Tahanan Negara;
5. Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor
E.22.PR.08.03. Tahun 2001 Tentang Prosedur Tetap Pelaksanaan 5. Telah mengikuti pelatihan penanggulangan gangguan Keamanan dan Ketertiban
Tugas Pemasyarakatan.
6. Mengikuti Pelatihan dan Memahami SOP Bencana Alam
Keterkaitan Peralatan/perlengkapan
1. Sepatu Boots 11. Senter
2. Buku Laporan 12. Papan Instruksi/ Pengumuman
3. Kunci Gembok pintu cadangan 13. Lonceng (Alat Tanda Bahaya)
4.. Alat Komunikasi (HT) 14. Alat transportasi
5. Lampu Darurat 15. Borgol dan Rantai
6. Alat Komunikasi (HT) 16. Genset
7. Lampu Darurat 17. Pengeras Suara
8. Lemari Penyimpanan 18. Buku Petunjuk Manual
9. Papan Pengumuman/Brosur 19. Site Plan
10. Alat Pertukangan 20. Tandon Air
Peringatan Pencatatan dan pendataan
1. Mencatat data jumlah WBP yang ada di dalam kamar blok hunian
Apabila SOP ini tidak dilaksanakan maka pelaksanaan penanganan 2. Menempatkan warga binaan kelompok rentan (lansia, penyandang disabilitas, perempuan hamil) di
bencana alam Tsunami tidak akan terlaksana dengan baik blok yang dapat dijangkau dengan mudah untuk evakuasi dan pertolongan.
3. Memasang Emergency Kontak di tempat tempat yang mudah dilihat

Page | 52. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


PROSEDUR

Pelaksana Mutu Baku


NO. KEGIATAN Keterangan
Anggota Ka. Kasi Kasubbag Kasi
Ka. KPLP Ka. UPT Ka. Divpas Ka. Kanwil Dirjenpas Kelengkapan Waktu Output
Rupam Rupam Binadik TU Kamtib

Sebelum Terjadi Bencana

Staf UPT mempelajari potensi kerawanan bencana dan SOP ini merupakan SOP ancamab
tanda-tanda sebelum tsunami terjadi, terutama setelah bencana tsunami yang
Setiap orang mengetahui
gempa bumi (intensitas gempa bumi lama dan terasa kuat, Setiap diakibatkan oleh gempa bumi,
1 Alat Tulis tentang tsunami dan
air laut surut, bunyi gemuruh dari tengah lautan, banyak Waktu sehingga penting untuk terlebih
prosedur penyelamatan
ikan menggelepar di pantai yang airnya surut, dan tanda- dahulu mengetahui SOP
tanda alam lain); gempabumi.

Tim Siaga memiliki kemampuan


Terbentuk Tim Siaga untuk kesiapsiagaan bencana,
2 Membentuk dan memperkuat kapasitas Tim Siaga Bencana Alat Tulis 6 bulan Bencana yang setiap saat penanganan darurat bencana dan
digerakkan recovery awal setelah terjadi
bencana

Tersedianya sarana dan


Melakukan kajian, evaluasi dan merenovasi ulang struktur
prasarana bangunan
bangunan untuk mengurangi dampak dari Tsunami (Korban
shelter di dalam komleks
dan Kerugian Material/Imateril). Setiap LAPAS/RUTAN yang
3 Alat Tulis 1 Tahun Lapas/Rutan yang dapat
berpotensi mengalami ancaman tsunami (letak fasilitas di
berfungsi sbg lokasi
dekat pantai) seharusnya memiliki shelter evakuasi di
evakuasi penyelamatan
dalam kompleks fasilitas Lapas/rutan tsb.
saat terjadi tsunami

Terlaksananya sosialisasi
mengenai tsunami, tanda
Melaksanakan sosialiasi mengenai tsunami, tanda tanda
tanada yang mendahului Semua staff dan WBP penting
yang mendahului datangnya tsunami dan cara melakukan video drill
tsunami dan cara untuk memiliki pengetahuan
4 tindakan penyelamatan diri (baik terhadap ancaman gempa dan bahan 3 bulan
melakukan tindakan terkait kesiapsiagaan ancmaan
bumi sbg pemicu tsunami maupun terhadap ancaman sosialisasi
penyelaman diri baik bencana gemabumi dan tsunami
tsunami)
gempabumi mapun
tsunami

Menyusun rencana dan mengetahui tingkat kerawanan


Sesuaikan dengan Kode Kuning,
tempat tinggal akan bahaya tsunami dan jalur evakuasi Tersedianya jalur
5 Alat Tulis 3 Hari Kode mErah dan Kode Hitam
tercepat ke dataran yang lebih tinggi (dapat saja berada di evakuasi dan titik kumpul
dalam PEDUM
dalam lokasi komplek UPT tersebut);

Persedian emergency harus


Tersedianya gudang
diganti setiap 6 bulan sekali
Menyiapkan stock (lumbung) pangan dan Obat-obatan bagi penyimpanan bahan
6 Gudang 1 Bulan untuk emmastikan persedian
WBP minimal untuk 1 bulan makanan dan obat-
masih layak untuk dikonsumsi
obatan
dan layak digunakan

Pemantauan secara terus


menerus dapat dilakukan dgn
berbagai cara, antara lain:
Memantau informasi dari pemerintah (BMKG) mengenai
Alat koordinasi dgn isntasni terkait
potensi tsunami setelah gempa bumi terjadi (Tidak semua setiap Informasi potensi
7 komunikasi, (MKKG), melakukan pengamatan
gempa bumi memicu tsunami, namun lebih baik waspada waktu Tsunami
media langsung terhadap kondisi air
dan siaga);
laut (surut setelah gempa),
mendengarkan sirene tanda
bahaya tsunami
SOP PENANGANAN BENCANA TSUNAMI
Jumlah : 6
Waktu : 1 Tahun, 10 Bulan, 3 Hari

Page | 53. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


LAMPIRAN 5. SOP TSUNAMI (SAAT BENCANA)

Nomor SOP
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA Tanggal Pembuatan
Tanggal Revisi
Tanggal Efektif

Disahkan oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan

Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Sri Puguh Budi Utami


NIP.19620702 198703 2 001

Unit Kerja Nama SOP SOP PENANGANAN BENCANA ALAM


TSUNAMI (SAAT BENCANA)
LAPAS/RUTAN
Dasar Hukum Kualifikasi Pelaksana
1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan; 1. Telah mengikuti Pendidikan Dasar Pemasyarakatan

2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana; 2. Telah mengikuti pendidikan Kesamaptaan

3. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 1999 tentang Syarat-Syarat dan


3. Memiliki kemampuan mengumpulkan informasi Ancaman, Tantangan, Hambatan dan Gangguan
Tatacara Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Perawatan Tahanan;

4. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor 6 Tahun 2013
4. Memiliki kemampuan bernegosiasi dan berkomunikasi
tentang Tata Tertib Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara;

5. Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor E.22.PR.08.03. Tahun


5. Telah mengikuti pelatihan penanggulangan gangguan Keamanan dan Ketertiban
2001 Tentang Prosedur Tetap Pelaksanaan Tugas Pemasyarakatan.
6. Mengikuti Pelatihan dan Memahami SOP Bencana Alam
Keterkaitan Peralatan/perlengkapan
1. Sepatu Boots 11. Senter
2. Buku Laporan 12. Papan Instruksi/ Pengumuman
3. Kunci Gembok pintu cadangan 13. Lonceng (Alat Tanda Bahaya)
4.. Alat Komunikasi (HT) 14. Alat transportasi
5. Lampu Darurat 15. Borgol dan Rantai
6. Alat Komunikasi (HT) 16. Genset
7. Lampu Darurat 17. Pengeras Suara
8. Lemari Penyimpanan 18. Buku Petunjuk Manual
9. Papan Pengumuman/Brosur 19. Site Plan
10. Alat Pertukangan 20. Tandon Air
Peringatan Pencatatan dan pendataan
1. Mencatat data jumlah WBP yang ada di dalam kamar blok hunian
Apabila SOP ini tidak dilaksanakan maka pelaksanaan penanganan bencana alam 2. Menempatkan warga binaan kelompok rentan (lansia, penyandang disabilitas, perempuan hamil) di
Tsunami tidak akan terlaksana dengan baik blok yang dapat dijangkau dengan mudah untuk evakuasi dan pertolongan.
3. Memasang Emergency Kontak di tempat tempat yang mudah dilihat

Page | 54. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


PROSEDUR

PELAKSANAAN MUTU BAKU


NO. KEGIATAN Keterangan
Anggota Ka. Kasi Kasubag Kasi Ka.
Ka. KPLP Ka. UPT Ka. Kanwil Dirjenpas Kelengkapan Waktu Output
Rupam Rupam Binadik TU Kamtib Divpas
Saat Bencana

Tanda bahaya dapat dibunyikan


Saat gempa pertama terjadi, Membunyikan oleh siapa saja yang berada di
Setiap orang mengetahui
lonceng/peluit/serine sebagai tanda bahaya dan segera Lonceng/ lokasi terdekat dgn lonceng. Tidak
1 1 - 2 Menit dan siap siaga
memberikan perintah untuk melakukan DROP COVER and peluit/serine perlu memunggu perintah
menghadapi bencana
HOLD Karupam untuk membunyikan
tanda bahaya gempabumi

Evakuasi ke lokasi aman


dilakukan saat gempa berhenti.
Jika gempa terjadi lagi, lakukan
Seluruh Petugas dan WBP melakukan DROP, COVER and Setiap benda yang Setiap orang dapat
lagi DROP COVER and HOLD.
2 HOLD (Dilakukan saat gempa pertama, kedua dan dapat melindungi 1-5 Menit menyelamatkan diri dari
Saat gempa berhenti, segera
seterusnya) diri dari bencana bencana
mengarah ke lokasi aman. Begitu
seterusnya sampai tiba di lokasi
aman

Ka. Rupam melaporkan ke Ka. KPLP, Ka. Lapas/Pejabat yang Tersampaikannya


Alat Komunikasi
3 dapat dihubungi tentang kejadian bencana dan memohon 1 - 2 Menit Informasi terjadinya
(HT, HP dll)
petunjuk. bencana
Ka. UPT / Ka. KPLP memerintahkan regu jaga untuk Tersampaikannya
Alat Komunikasi
4 melakukan tindakan penyelamatan WBP, Dokumen dan 1 - 2 Menit Informasi terjadinya
(HT, HP dll)
Senjata API bencana

Saat gempa pertama berhenti sejenak, Staf Piket + Regu Gerakan nomer 3,4, 5 dan 6
Jaga melakukan tindakan : penyelamatan warga binaan, dilakukan bersamaan oleh masing
Tersampaikannya
penyelamatan dokumen WBP dan penyelamatan ruang HT/HP, Pengeras 10 - 15 masing yang bertugas.
5 Informasi terjadinya
senjata (regu jaga). Dalam kondisi darurat Suara Menit Pengamanan Ruang senjata dan
bencana
WBP/Tamping/Pemuka dapat membantu dlm senjata menggunakan SOP terkait
penyelamatan WBP lainnya. senjata dan pengamanan.

HT, Sarana
Melakukan evakuasi WBP keluar kamar hunian, menuju Terlaksanannya evakuasi
Penerangan Kunci 10 - 15
6 lokasi terbuka/titik kumpul didalam area lapas/rutan di titik kumpul area dalam
Kamar Hunian, Menit
(hindari gedung, pohon, tiang listrik); lapas/rutan
pengeras Suara
Ka.Rupam mengecek kondisi personil Lapas. Setelah semua
personil terdeteksi keberadaan dan kondisinya, tugas
Menyelamatkan yang
penyelamatan dan pengamanan dilanjutkan. Tim Jaga yang Senter, HT, Helm,
ditemukan, mendeteksi Terlebih dulu semua warga sdh
bertugas melakukan penyisiran segera melakukan Alat Pengungkit
bangunan, tembok, berada di titik kumpul sblm Tim
7 penyisiran ke setiap bangunan dalam rangka pencarian dan dan alat 30 Menit
menara pengawas dan Jaga melakukan penyisiran
penyelamatan korban yang masih tertinggal, memeriksa pendukung, logistik
branggang yang rusak dan (sweeper)
jenset, memeriksa kondisi tembok dan branggang dan lainnya
roboh
menara pengawas, selanjutnya melaporkan ke Ka.
Lapas/Ka. KPLP
Melaporkan Kejadian bencana alam (Situasi dan Kondisi) Melaporkan temuan di nomer 6.
Alat Komunikasi Laporan atensi pimpinan
8 kepada Kadivpas, Kakanwil, Dirjenpas pada kesempatan 1-5 Menit Aktifasi peran dan fungsi ERT
(HT/HP dll) dan petunjuk selanjutnya
pertama Dirjenpas

Melakukan pengarahan agar tetap tenang dan memberikan


Alat Pengeras
peringatan kepada WBP untuk tidak meninggalkan titik
9 Suara, Alat 5-15 Menit WBP tenang dan tertib
kumpul yang ada didalam area lapas serta tidak melakukan
Penerangan
hal-hal yang dapat mengganggu keamanan dan ketertiban;

Tsunami dipicu oleh gempa bumi. Saat terjadi gempa bumi, Setiap orang mengetahui
Lonceng/peluit/
10 staf dan wbp sudah harus siap melakukan evakuasi secara Tidak 1 Menit dan siap siaga
serine
mandiri. menghadapi bencana

Melakukan analisa cepat berdasarkan eskalasi bencana


alat komunikasi, maksimum
11 yang terjadi dan mengambil keputusan perlu atau tidaknya EVAKUASI KE SHELTER EVAKUASI KE SHELTER.
media 3 menit
dilakukan evakuasi keluar lapas
Ya
Meminta bantuan dengan pihak pihak terkait utamanya
12 BPBD, TNI dan POLRI setempat untuk antisipasi evakuasi alat komunikasi 15 menit tersedia bantuan personil
dan pengamanan;

Melakukan evakuasi WBP segera untuk menjauhi pantai,


menuju lokasi yang lebih tinggi (SHELTER} dan aman sesuai pengeras suara
13 30 menit terlaksananya evakuasi
dengan jalur evakuasi, serta menghimbau WBP untuk tetap portable, HT
tenang;

gerakan nomer 12,13, 14 dan 15


Alat transportasi, Terlaksananya
Mengikuti KODE MERAH : Melakukan Pengamanan dilakukan bersamaan oleh masing
14 Box Kontainer, Alat 1 Jam Pengamanan Dokumen
Dokumen WBP keliau fasilitas Lapas/Rutan masing yang bertugas mengikuti
Penerangan sesuai SOPnya
SOP masing masing

gerakan nomer 12,13 dan 14


Alat transportasi, Terlaksananya
Mengikuti KODE MERAH: Melakukan Pengamanan dilakukan bersamaan oleh masing
15 Box Kontainer, Alat 1 Jam Pengamanan Dokumen
Dokumen-Dokumen Kepegawaian dan Keuangan. masing yang bertugas mengikuti
Penerangan sesuai SOPnya
SOP masing masing

Terlaksananya gerakan nomer 12,13 dan 14


Mengikuti KODE MERAH: Melakukan pengamanan Alat dan Alat transportasi,
Pengamanan Alat dan dilakukan bersamaan oleh masing
16 Sarana Pengamanan (Senjata dan Amunisi) untuk Box Kontainer, Alat 2 Jam
Sarana Pengamanan masing yang bertugas mengikuti
menghindari penjarahan/pencurian Penerangan
sesuai SOPnya SOP masing masing

SOP PENANGANAN BENCANA TSUNAMI


Jumlah : 16
Waktu : 6 Jam, 20 Menit

Page | 55. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


LAMPIRAN 6. SOP TSUNAMI (PASCA BENCANA)

Nomor SOP
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA Tanggal Pembuatan
Tanggal Revisi

Tanggal Efektif

Disahkan oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan

Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Sri Puguh Budi Utami


NIP.19620702 198703 2 001

Unit Kerja Nama SOP SOP PENANGANAN BENCANA ALAM


LAPAS/RUTAN TSUNAMI (PASCA BENCANA)

Dasar Hukum Kualifikasi Pelaksana


1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan; 1. Telah mengikuti Pendidikan Dasar Pemasyarakatan

2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana; 2. Telah mengikuti pendidikan Kesamaptaan

3. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 1999 tentang Syarat-Syarat dan


3. Memiliki kemampuan mengumpulkan informasi Ancaman, Tantangan, Hambatan dan Gangguan
Tatacara Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Perawatan Tahanan;
4. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor 6 Tahun 2013
4. Memiliki kemampuan bernegosiasi dan berkomunikasi
tentang Tata Tertib Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara;

5. Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor E.22.PR.08.03. Tahun


5. Telah mengikuti pelatihan penanggulangan gangguan Keamanan dan Ketertiban
2001 Tentang Prosedur Tetap Pelaksanaan Tugas Pemasyarakatan.
6. Mengikuti Pelatihan dan Memahami SOP Bencana Alam
Keterkaitan Peralatan/perlengkapan
1. Sepatu Boots 11. Senter
2. Buku Laporan 12. Papan Instruksi/ Pengumuman
3. Kunci Gembok pintu cadangan 13. Lonceng (Alat Tanda Bahaya)
4.. Alat Komunikasi (HT) 14. Alat transportasi
5. Lampu Darurat 15. Borgol dan Rantai
6. Alat Komunikasi (HT) 16. Genset
7. Lampu Darurat 17. Pengeras Suara
8. Lemari Penyimpanan 18. Buku Petunjuk Manual
9. Papan Pengumuman/Brosur 19. Site Plan
10. Alat Pertukangan 20. Tandon Air
Peringatan Pencatatan dan pendataan
Apabila SOP ini tidak dilaksanakan maka pelaksanaan penanganan bencana 1. Mencatat data jumlah WBP yang ada di dalam kamar blok hunian
alam Tsunami tidak akan terlaksana dengan baik 2. Menempatkan warga binaan kelompok rentan (lansia, penyandang disabilitas, perempuan hamil) di
blok yang dapat dijangkau dengan mudah untuk evakuasi dan pertolongan.
3. Memasang Emergency Kontak di tempat tempat yang mudah dilihat

Page | 56. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


PROSEDUR
Pelaksana Mutu Baku
No. Kegiatan Keterangan
Kasi Kasubbag Kasi Ka. Ka.
Ka. KPLP Ka. Lapas Dirjenpas Kelengkapan Waktu Output
Binadik TU Kamtib Divpas Kanwil

Pasca Bencana

Tenda, Alat
Membuat posko darurat dengan mengutamakan
Penerangan, Alat
keselamatan dan keamanaan warga binaan serta Tersedianya Posko
1 Perlengkapan 24 Jam
pemenuhan kebutuhan dasar warga binaan (sandang, Pelayanan
Dapur, Alat
pangan, kesehatan, dan Informasi).
Perlengkapan Tidur

media, alat informasi update


Memantau informasi dari BMKG dan BPBD terkait situasi
2 komunikasi, alat 24 Jam perkembangan
kondisi dan perkembangan Tsunami
tulis bencana tsunami

Melakukan himbauan agar tetap tenang kepada WBP yang pengeras suara tersampainya
3 15 menit
terdampak portable, HT himbauan

sarana pemberian
Memberikan layanan darurat (makanan, kesehatan, dan makanan dan tepenuhinya
4 24 Jam
informasi) medis, alat tulis, layanan
alat komunikasi, HT

Redistribusi WBP ke UPT terdekat atau tempat yang lebih Alat transportasi, terdistribusikan
5 24 Jam
aman dan telah ditunjuk kepala kantor wilayah sarana pengawalan wbp sesuai tujuan

Melakukan Evaluasi dan Monitoring Penanganan Bencana


6 alat tulis 3 jam Laporan
sebagai bahan laporan

berfungsinya
bangunan dan
Dokumen
Melakukan pemulihan dan menempatkan tenaga bantuan fasilitas
7 Perencanaan dan 14 Hari
(BKO) dan logistik lapas/rutan,
RAB
terlaksananya
penempatan BKO
SOP PENANGANAN BENCANA TSUNAMI
Jumlah : 7
Waktu : 14 Hari, 99 Jam, 15 Menit

Page | 57. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


LAMPIRAN 7. SOP GUNUNG MELETUS (PRA BENCANA)

Nomor SOP
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA Tanggal Pembuatan
Tanggal Revisi
Tanggal Efektif
Disahkan oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan

Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Sri Puguh Budi Utami


NIP.19620702 198703 2 001

Unit Kerja SOP PENANGANAN BENCANA ALAM


Nama SOP
LAPAS/RUTAN GUNUNG MELETUS (PRA BENCANA)
Dasar Hukum Kualifikasi Pelaksana
1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan; 1. Telah mengikuti Pendidikan Dasar Pemasyarakatan
2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
2. Telah mengikuti pendidikan Kesamaptaan
Bencana;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 1999 tentang Syarat-Syarat dan
3. Memiliki kemampuan mengumpulkan informasi Ancaman, Tantangan, Hambatan dan Gangguan
Tatacara Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Perawatan Tahanan;
4. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor 6 Tahun
2013 tentang Tata Tertib Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan 4. Memiliki kemampuan bernegosiasi dan berkomunikasi
Negara;
5. Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor E.22.PR.08.03.
5. Telah mengikuti pelatihan penanggulangan gangguan Keamanan dan Ketertiban
Tahun 2001 Tentang Prosedur Tetap Pelaksanaan Tugas Pemasyarakatan.
6. Mengikuti Pelatihan dan Memahami SOP Bencana Alam
Keterkaitan Peralatan/perlengkapan
1. Sepatu Boots 11. Senter
2. Buku Laporan 12. Papan Instruksi/ Pengumuman
3. Kunci Gembok pintu cadangan 13. Lonceng (Alat Tanda Bahaya)
4.. Alat Komunikasi (HT) 14. Alat transportasi
5. Lampu Darurat 15. Borgol dan Rantai
6. Alat Komunikasi (HT) 16. Genset
7. Lampu Darurat 17. Pengeras Suara
8. Lemari Penyimpanan 18. Buku Petunjuk Manual
9. Papan Pengumuman/Brosur 19. Site Plan
10. Alat Pertukangan 20. Tandon Air
Peringatan Pencatatan dan pendataan
Apabila SOP ini tidak dilaksanakan maka pelaksanaan penanganan bencana 1. Mencatat data jumlah WBP yang ada di dalam kamar blok hunian
alam Gunung Meletus tidak akan terlaksana dengan baik 2. Menempatkan warga binaan kelompok rentan (lansia, penyandang disabilitas, perempuan hamil) di
blok yang dapat dijangkau dengan mudah untuk evakuasi dan pertolongan.
3. Memasang Emergency Kontak di tempat tempat yang mudah dilihat

Page | 58. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


PROSEDUR
Pelaksana Mutu Baku
NO. KEGIATAN Anggota Ka. Kasubbag Kasi Kasi Ka. Keterangan
Ka. KPLP Ka. Lapas Kelengkapan Waktu Output
Rupam Rupam TU Binadik Kamtib Divpas
Pra Bencana
Setiap orang
UPT mengenali dan mewaspadai beberapa tanda letusan yang muncul. mengetahui
Alat Tulis,
Beberapa tanda letusan yang bisa diwaspadai di antaranya peningkatan tentang bencana
1 Denah dan 5 Menit
suhu lereng gunung, sumber mata air yang mengering, gempa tremor, gunung meletus
Brosur
banyak hewan turun gunung, dan sering terdengar gemuruh; dan prosedur
penyelamatan
Alat Tulis, SK Terbentuk Tim Siaga
Tim Siaga, Bencana yang setiap
2 Membuat Tim Siaga Bencana 2 Jam
Struktur saat dapat
Organisasi digerakkan
Terpenuhi
Dokumen
Melakukan evaluasi dan merenovasi ulang struktur bangunan agar bangunan tahan
3 Perencanaan 1 Tahun
meminimalisir jumlah korban dan kerugian material dan imateril bencana gunung
dan RAB
meletus
membuat rencana jalur evakuasi dan titik kumpul dengan memperhatikan Tersedianya jalur
4 letak pintu, serta tangga darurat, apabila terjadi gunung meletus, sudah Alat Tulis 3 Hari evakuasi dan titik
mengetahui tempat paling aman untuk berlindung; kumpul

Menginventarisir Kebutuhan dan perlengkapan saat terjadi Gunung


5 Meletus seperti Makananan, Obat-obatan, Masker, Lampu Emergency, alat Alat tulis 7 Hari Informasi
penjernih air (water treatment), dll;

melakukan tindakan pencegahan antara lain menutup pintu dan jendela


Sarana Terlaksananya
6 untuk menghindari hujan abu masuk ke dalam rumah, matikan semua 3 hari
pertukangan penutupan
peralatan listrik;
Tersusunnya
mengatur kembali peletakan semua perabotan (lemari, cabinet, dll) diatur
kembali sarpras
menempel pada dinding (dipaku, diikat, dll) untuk menghindari jatuh, Alat
7 7 Hari yang aman dan
roboh, bergeser pada saat terjadi gempa bumi akibat Gunung meletus Pertukangan
sesuai dengan
(Vulkanik);
posisi dan fungsinya
mengatur dan menyimpan semua bahan yang mudah terbakar pada Ruangan dan
8 tempat yang tidak mudah pecah agar terhindar dari kebakaran. Selalu Lemari tahan 1 Bulan Tertib Penggunaan
mematikan air, gas dan listrik apabila tidak sedang digunakan; api
Setiap orang
Alat Peraga,
mengetahui
Melakukan sosialisasi dan melatih seluruh warga binaan dan staff UPT Alat
9 3 Jam tentang gempa
untuk melakukan drop, cover and hold jika terjadi gempa bumi. Pengeras
bumi dan prosedur
Suara
penyelamatan
Gudang, Tersedianya gudang
Menyiapkan lumbung pangan dan Obat-obatan dan air bersih bagi WBP Lemari penyimpanan
10 3 Hari
minimal untuk 7 hari Penyimpana bahan makanan dan
n, Tandon air obat-obatan

Alat Setiap akan


Melakukan pemantauan informasi dari media resmi pemerintah (BMKG) Informasi Potensi
11 komunikasi, 10 Menit melakukan
mengenai potensi letusan gunung api. Tsunami
Media tugas

SOP PENANGANAN BENCANA GUNUNG MELETUS

Jumlah : 11

Waktu : 1 Tahun, 1Bulan, 23 Hari, 5 Jam, 15 Menit

Page | 59. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


LAMPIRAN 8. SOP GUNUNG MELETUS (SAAT BENCANA)

Nomor SOP
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA Tanggal Pembuatan
Tanggal Revisi
Tanggal Efektif
Direktur Jenderal Pemasyarakatan
Disahkan oleh

Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Sri Puguh Budi Utami


NIP.19620702 198703 2 001

Unit Kerja Nama SOP SOP PENANGANAN BENCANA ALAM


GUNUNG MELETUS (SAAT BENCANA)
LAPAS/RUTAN
Dasar Hukum Kualifikasi Pelaksana
1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan; 1. Telah mengikuti Pendidikan Dasar Pemasyarakatan
2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
2. Telah mengikuti pendidikan Kesamaptaan
Bencana;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 1999 tentang Syarat-Syarat
dan Tatacara Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Perawatan 3. Memiliki kemampuan mengumpulkan informasi Ancaman, Tantangan, Hambatan dan Gangguan
Tahanan;
4. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor 6
Tahun 2013 tentang Tata Tertib Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah 4. Memiliki kemampuan bernegosiasi dan berkomunikasi
Tahanan Negara;
5. Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor
E.22.PR.08.03. Tahun 2001 Tentang Prosedur Tetap Pelaksanaan 5. Telah mengikuti pelatihan penanggulangan gangguan Keamanan dan Ketertiban
Tugas Pemasyarakatan.
6. Mengikuti Pelatihan dan Memahami SOP Bencana Alam
Keterkaitan Peralatan/perlengkapan
1. Sepatu Boots 11. Senter
2. Buku Laporan 12. Papan Instruksi/ Pengumuman
3. Kunci Gembok pintu cadangan 13. Lonceng (Alat Tanda Bahaya)
4.. Alat Komunikasi (HT) 14. Alat transportasi
5. Lampu Darurat 15. Borgol dan Rantai
6. Alat Komunikasi (HT) 16. Genset
7. Lampu Darurat 17. Pengeras Suara
8. Lemari Penyimpanan 18. Buku Petunjuk Manual
9. Papan Pengumuman/Brosur 19. Site Plan
10. Alat Pertukangan 20. Tandon Air
Peringatan Pencatatan dan pendataan
Apabila SOP ini tidak dilaksanakan maka pelaksanaan penanganan 1. Mencatat data jumlah WBP yang ada di dalam kamar blok hunian
bencana alam Gunung Meletus tidak akan terlaksana dengan baik 2. Menempatkan warga binaan kelompok rentan (lansia, penyandang disabilitas, perempuan hamil) di
blok yang dapat dijangkau dengan mudah untuk evakuasi dan pertolongan.
3. Memasang Emergency Kontak di tempat tempat yang mudah dilihat

Page | 60. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


PROSEDUR
Pelaksana Mutu Baku
NO. KEGIATAN Keterangan
Anggota Rupam Ka. Rupam Kasubbag TU Kasi Binadik Ka. KPLP Kasi Kamtib Ka. Lapas Kelengkapan Waktu Output
Saat Bencana
Setiap orang
Segera Membuyikan lonceng/peluit/serine sebagai tanda bahaya mengetahui dan
Lonceng/peluit/se
1 setelah menerima peringatan dini letusan gunung api Startus 1 Menit siap siaga
rine
Waspada/Siaga/Awas menghadapi
bencana
Terlaksanannya
Mengeluarkan dari kamar hunian dan mengumpulkan WBP pada Kunci Kamar
evakuasi di titik
2 titik kumpul yang ada diarea lapas setelah menerima peringatan Hunian, pengeras 5 Menit
kumpul area dalam
status Siaga dari BMKG Suara
lapas/rutan
informasi
Meminta bantuan dengan pihak pihak terkait utamanya BPBD, TNI
HT,HP dan alat kebersediaan
3 dan POLRI setempat untuk antisipasi evakuasi WBP keluar dari 10 menit
komunikasi memberikan
lokasi UPT dan pengamanan;
bantuan

Membagikan alat penutup mulut dan hidung dengan masker masker, penutup telah diterimanya
4 2 menit
Kepada Seluruh Petugas dan WBP hidung, HT masker oleh WBP

tersampaikan
Melakukan kordinasi dengan Kadivpas terkait dengan situasi dan HT,HP dan alat
5 5 Menit informasi situasi
kondisi Lapas komunikasi
dan kondisi Lapas
Jika perkembangan situasi memburuk dan berpotensi
mengancam jiwa Kalapas dapat mengarahkan WBP ke alat Tidak telah
alat transportasi, Mempertimbangka
transportasi untuk mengungsi ke tempat evakuasi ke Lapas/Rutan terevakuasinya
6 sarana 60 Menit n ekskalasi tingkat
terdekat atau tempat yang ditunjuk (Hindari area berbahaya Wbp ke tempat
pengawalan, HT bencana
seperti lereng gunung dan lembah) setelah menerima peringatan yang aman
resmi terkait status Awas dari BMKG Ya

terlaksananya
Melakukan pengamanan terhadap proses evakuasi dan sarana Sesuai dengan
7 120 Menit pengawalan,
menghimbau WBP untuk tetap tenang pengawalan, HT kebutuhan
pengamanan
Alat pengungkit,
tidak ada Wbp,
Melakukan Penyisiran area lapas/Rutan untuk memastikan WBP senter, alat
8 60 Menit petugas yang
dan Petugas tidak ada yang tertinggal pelindung diri,
tertinggal
masker, HT
terlaksanya
Melakukan Pengamanan Dokumen-Dokumen Kepegawaian dan
9 alat angkut 15 menit pengamanan
Keuangan.
dokumen
terlaksanya
10 Melakukan Pengamanan Dokumen WBP alat angkut 15 menit pengamanan
dokumen
terlaksanya
Melakukan pengamanan dokumen keamanan dan sarana pengamanan
11 alat angkut 15 menit
keamanan (Senjata dan Amunisi) dokumen dan
sarana keamanan
Setiap Regu
sarana bergantian, Sesuai
12 Melakukan pengamanan terhadap WBP ditempat pengungisian: 24 Jam situasi aman
pengamanan dengan jadwal yang
telah ditentukan

SOP PENANGANAN BENCANA GUNUNG MELETUS


Jumlah : 12
Waktu : 24 Jam, 308 Menit

Page | 61. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


LAMPIRAN 9. SOP GUNUNG MELETUS (PASCA BENCANA)

Nomor SOP
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA Tanggal Pembuatan
Tanggal Revisi

Tanggal Efektif

Disahkan oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan

Sri Puguh Budi Utami


Direktorat Jenderal Pemasyarakatan
NIP.19620702 198703 2 001

Unit Kerja Nama SOP


SOP PENANGANAN BENCANA ALAM
GUNUNG MELETUS (PASCA BENCANA)
LAPAS/RUTAN
Dasar Hukum Kualifikasi Pelaksana
1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan; 1. Telah mengikuti Pendidikan Dasar Pemasyarakatan
2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
2. Telah mengikuti pendidikan Kesamaptaan
Bencana;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 1999 tentang Syarat-Syarat dan
3. Memiliki kemampuan mengumpulkan informasi Ancaman, Tantangan, Hambatan dan Gangguan
Tatacara Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Perawatan Tahanan;

4. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor 6 Tahun


2013 tentang Tata Tertib Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan 4. Memiliki kemampuan bernegosiasi dan berkomunikasi
Negara;
5. Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor E.22.PR.08.03.
5. Telah mengikuti pelatihan penanggulangan gangguan Keamanan dan Ketertiban
Tahun 2001 Tentang Prosedur Tetap Pelaksanaan Tugas Pemasyarakatan.
6. Mengikuti Pelatihan dan Memahami SOP Bencana Alam
Keterkaitan Peralatan/perlengkapan
1. Sepatu Boots 8. Senter
2. Buku Laporan 9. Papan Instruksi/ Pengumuman
3. Kunci Gembok pintu cadangan 10. Lonceng (Alat Tanda Bahaya)
4.. Alat Komunikasi (HT) 11. Alat transportasi
5. Lampu Darurat 12. Borgol dan Rantai
6. Alat Komunikasi (HT) 13. Genset
7. Lampu Darurat 14. Pengeras Suara
Peringatan Pencatatan dan pendataan
Apabila SOP ini tidak dilaksanakan maka pelaksanaan penanganan bencana 1. Mencatat data jumlah WBP yang ada di dalam kamar blok hunian
alam Tsunami tidak akan terlaksana dengan baik 2. Menempatkan warga binaan kelompok rentan (lansia, penyandang disabilitas, perempuan hamil) di
blok yang dapat dijangkau dengan mudah untuk evakuasi dan pertolongan.
3. Memasang Emergency Kontak di tempat tempat yang mudah dilihat

Page | 62. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


PROSEDUR
Pelaksana Mutu Baku
NO. KEGIATAN Kasubbag Kasi Kasi Ka. Ka. Keterangan
Ka. KPLP Ka. Lapas Dirjenpas Kelengkapan Waktu Output
TU Binadik Kamtib Divpas Kanwil
Pasca Bencana
Tenda, Alat
Membuat posko darurat dengan mengutamakan keselamatan dan
Penerangan, Alat Tersedianya
1 keamanaan warga binaan serta pemenuhan kebutuhan dasar warga 24 Jam
Perlengkapan Posko Pelayanan
binaan (sandang, pangan, kesehatan, dan Informasi).
Dapur, Alat
Berkoordinasi dengan pihak terkait penanggulangan bencana
Alat Komunikasi , Tersedianya
2 setempat (BPBD, BMKG, TNI dan POLRI) untuk mendapatkan 24 Jam Setiap Waktu
Alat Transportasi bantuan
informasi dan update terkini;

Mencari rekomendasi terjadinya bencana alam beserta dampaknnya Alat tulis, alat tersedianya
3 24 Hari
dari BPBD, BMKG, dan PU untuk proses recovery komunikasi rekomendasi

berfungsinya
bangunan dan
Dokumen
Melakukan perbaikan fasilitas Lapas/Rutan, memobilisasi, fasilitas
4 Perencanaan dan 365 Hari
menempatkan tenaga bantuan (BKO) dan logistik lapas/rutan,
RAB
terlaksananya
penempatan BKO

memerintahkan pengembalian WBP ke Lapas/Rutan awal jika pihak sarana pengamanan


terlaksanya
5 berwenang mengatakan bahwa kondisi sudah aman dan kembali dan pengawalan, 24 Jam
pemindahan wbp
normal. alat komunikasi
SOP PENANGANAN BENCANA GUNUNG MELETUS
Jumlah : 5
Waktu : 365 Hari, 96 Jam

Page | 63. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


LAMPIRAN 10. SOP ASAP (PRA BENCANA)

Nomor SOP
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA Tanggal Pembuatan
Tanggal Revisi

Tanggal Efektif

Disahkan oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan

Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Sri Puguh Budi Utami


NIP.19620702 198703 2 001

Unit Kerja Nama SOP SOP PENANGANAN BENCANA ASAP PRA


LAPAS MINIMUM BENCANA

Dasar Hukum Kualifikasi Pelaksana


1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan; 1. Telah mengikuti Pendidikan Dasar Pemasyarakatan

2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana; 2. Telah mengikuti pendidikan Kesamaptaan

3. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 1999 tentang Syarat-Syarat dan


3. Memiliki kemampuan mengumpulkan informasi Ancaman, Tantangan, Hambatan dan Gangguan
Tatacara Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Perawatan Tahanan;

4. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor 6 Tahun 2013
4. Memiliki kemampuan bernegosiasi dan berkomunikasi
tentang Tata Tertib Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara;

5. Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor E.22.PR.08.03. Tahun


5. Telah mengikuti pelatihan penanggulangan gangguan Keamanan dan Ketertiban
2001 Tentang Prosedur Tetap Pelaksanaan Tugas Pemasyarakatan.
6. Mengikuti Pelatihan dan Memahami SOP Bencana Alam
Keterkaitan Peralatan/perlengkapan
1. Alat Komunikasi (HT) 9. Papan Kontrol Lalu Lintas Penghuni
2. Buku Lapor 10. Papan Instruksi/ Pengumuman
3. Gembok pintu cadangan 11. Lonceng
4. CCTV 12. Alat transportasi
5. Obat-obatan 13. Borgol dan Rantai
6. Masker respirator 14. Genset
7. Lampu Darurat 15. Tabung Oksigen
(Emergency Lamp ) 16. AC
8.Senter 17. Cadangan makanan, air minum dan obat obatan
18. Dana kesiapsiagaan UPT
Peringatan Pencatatan dan pendataan
Apabila SOP ini tidak dilaksanakan maka pelaksanaan penanganan bencana Mencatat data jumlah WBP yang ada di dalam kamar blok hunian
Asap pada saat terjadi bencana tidak akan terlaksana dengan baik Menempatkan warga binaan kelompok rentan (lansia, penyandang disabilitas, perempuan hamil) di blok yang mudah
dijangkau untuk evakuasi dan pertolongan
Memasang Emergency Kontak di tempat tempat yang mudah dilihat

Page | 64. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


Prosedur
PELAKSANA MUTU BAKU
NO KEGIATAN KASUBBAG KASI KETERANGAN
KA. UPT KADIVPAS
TU BINADIK
KELENGKAPAN WAKTU OUTPUT
Pra Bencana
Kajian risiko Lapas terpapar bencana asap, Tim Siaga Bencana adalah
peralatan keamanan,
sosialisasi dan simulasi kepada para petugas wbp dan petugas memahami sop
peralatan komunikasi, Masker
1 dan warga binaan terkait penanganan 6 jam penanganan bencana asap dan Regu Jaga pada saat terjadi
respirator,kendaraan, SK Tim
bencana asap, serta pembentukan Tim Siaga terbentuknya Tim Siaga Bencana
Siaga Bencana
Bencana. bencana
Masker respirator di setiap Tersedianya masker respirator di
Menyediakan kelengkapan masker di setiap
kamar hunian dan fasilitas O2 setiap kamar hunian dan fasilitas Seperti O2 cadangan di setiap
2 kamar hunian dan fasilitas O2 cadangan di 96 jam
cadangan di setiap blok O2 cadangan di setiap blok kursi pesawat terbang
setiap blok hunian
hunian hunian

Setiap ruang tahanan dan ruang


Menyediakan fasilitas safe room dengan ruangan, tabung oksigen, kerja di dalam kompleks Lapas
Tersedianya ruangan khusus yang
3 kelengkapan O2 dan keamanan untuk kondisi peralatan keamanan, 24 jam Minimum yang berisiko terkena
dilengkapi tabung oksigen
terburuk peralatan kesehatan, AC asap harus dilengkapi dengan
O2 cadangan.

hanya dilakukan untuk kasus


Membuat jalur evakuasi (titik kumpul) dari Tersedianya jalur evakuasi (titik tahanan yang mengalami sesak
4 Peralatan bangunan 6 jam
ruang tahanan ke safe room kumpul) nafas dan kekurangan O2 akibat
asap

Melakukan koordinasi dengan Kanwil dan


5 instansi terkait (BNPB, BPBD, Forkopimda peralatan komunikasi 24 jam terjalin koordinasi yang baik
plus).

Menerima informasi dan berita terbaru dari


6 Rapat koordinasi 48 jam Laporan monev
UPT dan melakukan monitoring dan evaluasi

SOP PENANGANAN BENCANA ASAP PRA BENCANA


Jumlah : 6
Waktu : 204 jam

Page | 65. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


LAMPIRAN 11. SOP ASAP (SAAT BENCANA)

Nomor SOP
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA Tanggal Pembuatan
Tanggal Revisi
Tanggal Efektif
Disahkan oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan

Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Sri Puguh Budi Utami


NIP.19620702 198703 2 001

Unit Kerja Nama SOP SOP PENANGANAN BENCANA ASAP


LAPAS/RUTAN (SAAT BENCANA)

Dasar Hukum Kualifikasi Pelaksana


1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan; 1. Telah mengikuti Pendidikan Dasar Pemasyarakatan
2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
2. Telah mengikuti pendidikan Kesamaptaan
Bencana;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 1999 tentang Syarat-Syarat dan
3. Memiliki kemampuan mengumpulkan informasi Ancaman, Tantangan, Hambatan dan Gangguan
Tatacara Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Perawatan Tahanan;
4. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor 6 Tahun
2013 tentang Tata Tertib Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan 4. Memiliki kemampuan bernegosiasi dan berkomunikasi
Negara;
5. Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor E.22.PR.08.03.
5. Telah mengikuti pelatihan penanggulangan gangguan Keamanan dan Ketertiban
Tahun 2001 Tentang Prosedur Tetap Pelaksanaan Tugas Pemasyarakatan.
6. Mengikuti Pelatihan dan Memahami SOP Bencana Alam
Keterkaitan Peralatan/perlengkapan
1. Alat Komunikasi (HT) 9. Papan Kontrol Lalu Lintas Penghuni
2. Buku Lapor 10. Papan Instruksi/ Pengumuman
3. Gembok pintu cadangan 11. Lonceng
4. CCTV 12. Alat transportasi
5. Obat-obatan 13. Borgol dan Rantai
6. Masker respirator 14. Genset
7. Lampu Darurat 15. Tabung Oksigen
(Emergency Lamp ) 16. AC
8.Senter 17. Cadangan makanan, air minum dan obat-
18. Dana Tanggap darurat UPT
Peringatan Pencatatan dan pendataan
Apabila SOP ini tidak dilaksanakan maka pelaksanaan penanganan bencana 1. Mencatat data jumlah WBP yang ada di dalam kamar blok hunian
Asap pada saat terjadi bencana tidak akan terlaksana dengan baik 2. Menempatkan warga binaan kelompok rentan (lansia, penyandang disabilitas, perempuan hamil) di blok
yang mudah dijangkau untuk evakuasi dan pertolongan
3. Memasang Emergency Kontak di tempat tempat yang mudah dilihat

Page | 66. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


PROSEDUR
PELAKSANA MUTU BAKU
NO KEGIATAN KASUBBAG KASI ADM KASI KETERANGAN
KA. UPT KA. KPLP KADIVPAS KELENGKAPAN WAKTU OUTPUT
TU KAM BINADIK

Saat Bencana

Petugas dan WBP


Membunyikan lonceng tanda bahaya dan mengumumkan agar mengetahui tanda pemantauan dilakukan sebagai
1 Lonceng 5 menit
semua warga binaan dan staff segera menggunakan masker bahaya bencana bagian dari tugas jaga 24/7
asap.

WBP di Lapas Minimum tidak


Peralatan dan kelengkapan diperbolehkan untuk dievakuasi ke
wbp berada di tempat
Mengaktifasi O2 cadangan yang sudah diinstal di semua O2 Cadangan di setiap Blok luar area Lapas. Oleh karena itu
2 60 menit yang aman di dalam
ruangan di dalam komplek Lapas Minimum Hunian di dalam komplek kelengkapan keselamatan
area Lapas
Lapas Minimum menghadapi ancaman asap harus
tersedia di dalam Lapas Minimum

Melakukan evakuasi warga binaan ke ruangan khusus bebas wbp berada di tempat
3 dari asap (safe room) dengan prioritas Lansia, Disabilitas, Peralatan keamanan 60 menit yang aman di dalam
anak dan wanita. area Lapas

Memperoleh
UPT tetap memantau informasi dari media resmi pemerintah
4 Peralatan komunikasi 30 menit informasi bencana
mengenai perkembangan bencana asap.
asap yang akurat.

Berkoordinasi dengan instansi terkait (BNPB, BPBD, BMKG, terjalin koordinasi


5 peralatan komunikasi 24 jam
Forkopimda plus) untuk melakukan evakuasi korban bencana. yang baik

Menerima informasi dan berita terbaru dari UPT dan


6 Rapat koordinasi 48 jam Laporan monev
melakukan monitoring dan evaluasi

SOP PENANGANAN BENCANA ASAP SAAT BENCANA


Jumlah : 6
Waktu : 73 jam 35 menit

Page | 67. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


LAMPIRAN 12. SOP ASAP (PASCA BENCANA)

Nomor SOP
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA Tanggal Pembuatan
Tanggal Revisi
Tanggal Efektif
Disahkan oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan

Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Sri Puguh Budi Utami


NIP.19620702 198703 2 001

Unit Kerja Nama SOP SOP PENANGANAN BENCANA ASAP


LAPAS/RUTAN (PASCA BENCANA)

Dasar Hukum Kualifikasi Pelaksana

1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan; 1. Telah mengikuti Pendidikan Dasar Pemasyarakatan

2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan


2. Telah mengikuti pendidikan Kesamaptaan
Bencana;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 1999 tentang Syarat-Syarat
3. Memiliki kemampuan mengumpulkan informasi Ancaman, Tantangan, Hambatan dan
dan Tatacara Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Perawatan
Gangguan
Tahanan;
4. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor 6
Tahun 2013 tentang Tata Tertib Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah 4. Memiliki kemampuan bernegosiasi dan berkomunikasi
Tahanan Negara;
5. Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor
E.22.PR.08.03. Tahun 2001 Tentang Prosedur Tetap Pelaksanaan 5. Telah mengikuti pelatihan penanggulangan gangguan Keamanan dan Ketertiban
Tugas Pemasyarakatan.
6. Mengikuti Pelatihan dan Memahami SOP Bencana Alam
Keterkaitan Peralatan/perlengkapan
1. Sepatu Boots 9. Papan Kontrol Lalu Lintas Penghuni
2. Buku Lapor 10. Papan Instruksi/ Pengumuman
3. Gembok pintu cadangan 11. Lonceng
4. Kamera CCTV (Digital & Infrared) 12. Alat transportasi
5. Monitor CCTV 13. Borgol dan Rantai
6. Alat Komunikasi (HT) 14. Genset
7. Lampu Darurat 15. Cadangan makanan, air minum dan obat
(Emergency Lamp ) 16. Dana Rehabilitas rekonstruksi UPT
8. Senter
Peringatan Pencatatan dan pendataan
Apabila SOP ini tidak dilaksanakan maka pelaksanaan penanganan 1. Mencatat data jumlah WBP yang ada di dalam kamar blok hunian
bencana Asap pada saat terjadi bencana tidak akan terlaksana dengan 2. Menempatkan warga binaan kelompok rentan (lansia, penyandang disabilitas, perempuan
baik hamil) di blok yang mudah dijangkau untuk evakuasi dan pertolongan
3. Memasang Emergency Kontak di tempat tempat yang mudah dilihat

Page | 68. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


PROSEDUR
PELAKSANA MUTU BAKU
NO. KEGIATAN KASUBBAG KASI ADM KASI KETERANGAN
KA. UPT KA. KPLP KADIVPAS KELENGKAPAN WAKTU OUTPUT
TU KAM BINADIK

Pasca Bencana
Membuat posko darurat dengan mengutamakan
keselamatan dan keamanaan warga binaan serta
Sandang, Pangan, Obat- Terpenuhinya kebutuhan Layanan
1 pemenuhan kebutuhan dasar warga binaan (sandang, 24 jam
obatan dasar dan kesehatan wbp
pangan dan kesehatan). Memastikan stock makanan
tidak
tersedia untuk persediaan 1 bulan

Memastikan kondisi bencana asap telah berhenti Memastikan kondisi keselamatan WBP tidak diperbolehkan
peralatan dan perlengkapan
2 sebelum menghentikan distribusi cadangan O2 di 30 menit dan kesehatan WBP setelah keluar dari ruang masing
cadangan O2
setiap ruangan di dalam kompleks Lapas Minimum terjadi bencana asap masing
ya

Berkoordinasi dengan pihak terkait penanggulangan


terjalin koordinasi yang baik dan
3 bencana setempat (BPBD, TNI dan POLRI) untuk peralatan komunikasi 24 jam
mendapatkan update terkini
mendapatkan informasi dan update terkini;

Menerima informasi dan berita terbaru dari UPT dan


4 Rapat koordinasi 48 jam Laporan monev
melakukan monitoring dan evaluasi

SOP PENANGANAN BENCANA ASAP PASCA BENCANA


Jumlah : 4
Waktu : 96 jam 30 menit

Page | 69. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


LAMPIRAN 13. SOP KEBAKARAN (PRA BENCANA)

Nomor SOP
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA Tanggal Pembuatan
Tanggal Revisi
Tanggal Efektif
Disahkan oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan

Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Sri Puguh Budi Utami


NIP.19620702 198703 2 001

Unit Kerja Nama SOP


SOP PENANGANAN BENCANA KEBAKARAN
(PRA BENCANA)
LAPAS/RUTAN

Dasar Hukum Kualifikasi Pelaksana


1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan; 1. Telah mengikuti Pendidikan Dasar Pemasyarakatan

2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana; 2. Telah mengikuti pendidikan Kesamaptaan

3. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 1999 tentang Syarat-Syarat dan


3. Memiliki kemampuan mengumpulkan informasi Ancaman, Tantangan, Hambatan dan Gangguan
Tatacara Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Perawatan Tahanan;

4. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor 6 Tahun


2013 tentang Tata Tertib Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan 4. Memiliki kemampuan bernegosiasi dan berkomunikasi
Negara;
5. Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor E.22.PR.08.03.
5. Telah mengikuti pelatihan penanggulangan gangguan Keamanan dan Ketertiban
Tahun 2001 Tentang Prosedur Tetap Pelaksanaan Tugas Pemasyarakatan.
6. Mengikuti Pelatihan dan Memahami SOP Bencana Alam
Keterkaitan Peralatan/perlengkapan
1. Sepatu Boots 12. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
2. Buku Lapor 13. Fire trap panel system
3. Gembok pintu cadangan 14. Selimut pemadam api (fire blanket)
4. CCTV 15. Alat transportasi
5. Obat-obatan 16. Borgol dan Rantai
6. Alat Komunikasi (HT) 17. Genset
18. Karung goni (karung beras yang terbuat dari serat manila
7. Lampu Darurat
hennep)
(Emergency Lamp ) 19. Papan Kontrol Lalu Lintas Penghuni
8. Senter 20. Papan Instruksi/ Pengumuman
9. Masker respirator 21. Lonceng
10. Fire alarm system 22. Dana kesiapsiagaan UPT
11. Fire hydrant
Peringatan Pencatatan dan pendataan
Apabila SOP ini tidak dilaksanakan maka pelaksanaan penanganan bencana 1. Mencatat data jumlah WBP yang ada di dalam kamar blok hunian
Kebakaran pada saat terjadi bencana tidak akan terlaksana dengan baik
2. Menempatkan warga binaan kelompok rentan (lansia, penyandang disabilitas, perempuan hamil) di blok yang mudah
dijangkau untuk evakuasi dan pertolongan
3. Memasang Emergency Kontak di tempat tempat yang mudah dilihat
4. Memasang Emergency Kontak di tempat tempat yang mudah dilihat

Page | 70. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


PROSEDUR
PELAKSANA MUTU BAKU
NO. KEGIATAN KASUBBAG KASI ADM KASI KETERANGAN
KA. UPT KA. KPLP KADIVPAS
TU KAM BINADIK
KELENGKAPAN WAKTU OUTPUT

Pra Bencana

Sosialisasi dan simulasi kepada para petugas dan warga binaan peralatan keamanan, peralatan
wbp dan petugas memahami sop penanganan
1 mengenai pencegahan, penanggulangan dan penanganan komunikasi, Masker 6 jam
bencana Kebakaran
kebakaran. respirator,kendaraan
Tim Siaga Bencana adalah
terbentuknya Tim Siaga Bencana yang setiap
2 Pembentukan tim siaga bencana SK Tim Siaga Bencana 2 jam Regu Jaga pada saat terjadi
saat dapat di gerakkan
bencana
Menyediakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR), Fire Alarm
System, Fire hydrant system, Fire trap panel system, bonpet,
kitchen protection system, FM200 Fire suppression system, Alat Pemadam Api Ringan (APAR),
Tersedianya alat Pemadam Api Ringan (APAR),
3 selimut pemadam (fire blanket) disetiap ruangan. Sebagai selimut pemadam (fire 6 jam
selimut pemadam (fire blanket),karung goni
pengganti fire blanket, sediakan karung goni (karung beras yang blanket),karung goni
terbuat dari serat manila hennep) serta menyediakan kelengkapan
masker dan fasilitas 02 cadangan di setiap ruang tahanan

Memastikan semua instalasi listrik dan pemutus arus listrik


Peralatan keamanan, peralatan
4 (handle listrik) di dalam kompleks UPT aman dari potensi 1 jam Instalasi listrik dalam keadaan aman
listrik
kebakaran

Membuat jalur evakuasi (titik kumpul) lokasi aman di dalam


5 Peralatan bangunan 6 jam Tersedianya jalur evakuasi (titik kumpul)
kompleks Lapas

6 Menyiapkan senter di setiap pos jaga senter 30 menit Tersedianya senter di setiap pos jaga

Nomor telepon darurat (emergency Terpasangnya nomor telepon darurat


7 Memasang nomor telepon darurat (emergency call) 10 menit
call) (emergency call)

Berkoordinasi dengan instansi terkait (BNPB, BPBD, BMKG,


8 peralatan komunikasi 24 jam terjalin koordinasi yang baik
Damkar, Forkopimda plus).

Melaporkan situasi dan kondisi terkini ke Kepala Divisi Pimpinan mengetahui informasi bencana
9 Peralatan komunikasi 15 menit
Pemasyarakatan kebakaran di Lapas

Menerima informasi dan berita terbaru dari UPT dan melakukan


10 Rapat koordinasi 48 jam Laporan monev
monitoring dan evaluasi

SOP PENANGANAN BENCANA KEBAKARAN PRA BENCANA


Jumlah : 10
Waktu : 93 jam 55 menit

Page | 71. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


LAMPIRAN 14. SOP KEBAKARAN (SAAT BENCANA)

Nomor SOP
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA Tanggal Pembuatan
Tanggal Revisi
Tanggal Efektif
Disahkan oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan

Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Sri Puguh Budi Utami


NIP.19620702 198703 2 001

Unit Kerja Nama SOP SOP PENANGANAN BENCANA


ALAM KEBAKARAN (SAAT
LAPAS/RUTAN BENCANA)

Dasar Hukum Kualifikasi Pelaksana


1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan; 1. Telah mengikuti Pendidikan Dasar Pemasyarakatan
2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
2. Telah mengikuti pendidikan Kesamaptaan
Bencana;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 1999 tentang Syarat-Syarat
3. Memiliki kemampuan mengumpulkan informasi Ancaman, Tantangan, Hambatan dan
dan Tatacara Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Perawatan
Gangguan
Tahanan;
4. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor 6
Tahun 2013 tentang Tata Tertib Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah 4. Memiliki kemampuan bernegosiasi dan berkomunikasi
Tahanan Negara;
5. Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor
E.22.PR.08.03. Tahun 2001 Tentang Prosedur Tetap Pelaksanaan 5. Telah mengikuti pelatihan penanggulangan gangguan Keamanan dan Ketertiban
Tugas Pemasyarakatan.
6. Mengikuti Pelatihan dan Memahami SOP Bencana Alam
Keterkaitan Peralatan dan Perlengkapan
1. Sepatu Boots 12. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
2. Buku Lapor 13. Fire trap panel system
3. Gembok pintu cadangan 14. Selimut pemadam api (fire blanket)
4. CCTV 15. Alat transportasi
5. Obat-obatan 16. Borgol dan Rantai
6. Alat Komunikasi (HT) 17. Genset
18. Karung goni (karung beras yang
7. Lampu Darurat
terbuat dari serat manila hennep)
(Emergency Lamp ) 19. Papan Kontrol Lalu Lintas Penghuni
8. Senter 20. Papan Instruksi/ Pengumuman
9. Masker respirator 21. Lonceng
10. Fire alarm system 22. Dana tanggap darurat UPT
11. Fire hydrant
Peringatan Pencatatan dan pendataan
Apabila SOP ini tidak dilaksanakan maka pelaksanaan penanganan 1. Mencatat data jumlah WBP yang ada di dalam kamar blok hunian
bencana kebakaran pada saat terjadi bencana tidak akan terlaksana 2. Menempatkan warga binaan kelompok rentan (lansia, penyandang disabilitas,
dengan baik perempuan hamil) di blok yang mudah dijangkau untuk evakuasi dan pertolongan
3. Memasang Emergency Kontak di tempat tempat yang mudah dilihat
4. Memasang Emergency Kontak di tempat tempat yang mudah dilihat

Page | 72. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


PROSEDUR
PELAKSANA MUTU BAKU
NO. KEGIATAN KASUBBAG KASI KASI ADM KETERANGAN
Anggota Rupam Ka/ Rupam KA.KPLP KA.UPT KADIVPAS KELENGKAPAN WAKTU OUTPUT
TU BINADIK KAM

Saat Bencana

Segera Membuyikan lonceng/peluit/serine


sebagai tanda bahaya setelah terlihat titik api dan Petugas dan wbp
1 lonceng 5 menit
melaporkan situasi dan kondisi kejadian kepada mengetahui tanda bahaya
Ka.KPLP dan Kepala UPT

Memadamkan semua sumber listrik dan peralatan


2 meteran listrik 5 menit listrik padam
listik.

Melakukan upaya pemadaman titik api dengan


Alat Pemadam Api Ringan semua staf yang berada dekat
Alat Pemadam Api Ringan (APAR), selimut
3 (APAR), selimut pemadam 30 menit Titik api padam lokasi kebakaran berupaya
pemadam (fire blanket) dan karung goni (dengan
(fire blanket) dan karung goni memadamkan api.
sumberdaya pemdam api apapun yang tersedia)

Melakukan upaya penyelamatan dokumen, Dapat terselamatkannya


Senjata Api, Server, dokumen kepegawaian, dokumen kepegawaian,
4 Kontainer box 60 menit
dokumen keuangan dan dokumen/berkas warga keuangan dan berkas warga
binaan. binaan

Menghubungi pemadam kebakaran Jika api


5 nomor telpon darurat 5 menit damkar telah terhubung
berkobar lebih besar

Membuka pintu kamar dan mengarahkan semua kamar hunian terbuka di wbp di evakuasi ke titik kumpul
kunci kamar hunian, peralatan
6 staf dan warga binaan yang ada di UPT tersebut 30 menit dalam Lapas dengan /lokasi aman di dalam area
keamanan
ke titik kumpul di dalam area Lapas pengawasan oleh petugas Lapas
Tidak

Memutuskan dan memerintahkan wargabinaan


7 Perintah Lisan 1 menit Laporan Lisan
dievakuasi ke luar area lapas
Ya

memeastikan semua wbp, staff


JIKA API TIDAK DAPAT DIPADAMKAN, Maka
UPT, senjata, dokumen wbp
petugas lapas segera memindahkan WBP ke titik wbp keluar Lapas dengan
8 peralatan keamanan 30 menit dan dokumen keuangan sudah
kumpul yang aman di luar Lapas dengan pengawasan oleh petugas
diselamatkan keluar dari lokasi
pengawalan dan melaporkan ke Kepala UPT
yang terbakar.

Pimpinan mengetahui
Melaporkan situasi dan kondisi terkini ke Kepala
9 Peralatan komunikasi 15 menit informasi bencana
Divisi Pemasyarakatan
kebakaran di Lapas

Menerima informasi dan berita terbaru dari UPT


10 Rapat koordinasi 48 jam Laporan monev
dan melakukan monitoring dan evaluasi

SOP PENANGANAN BENCANA KEBAKARAN (SAAT TERJADI BENCANA)


Jumlah : 10
Waktu : 60 jam 1 menit

Page | 73. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


LAMPIRAN 15. SOP KEBAKARAN (PASCA BENCANA)

Nomor SOP
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA Tanggal Pembuatan
Tanggal Revisi
Tanggal Efektif
Disahkan oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan

Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Sri Puguh Budi Utami


NIP.19620702 198703 2 001

Unit Kerja Nama SOP


SOP PENANGANAN BENCANA ALAM
LAPAS/RUTAN KEBAKARAN PASCA BENCANA

Dasar Hukum Kualifikasi Pelaksana


1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan; 1. Telah mengikuti Pendidikan Dasar Pemasyarakatan
2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
2. Telah mengikuti pendidikan Kesamaptaan
Bencana;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 1999 tentang Syarat-Syarat
dan Tatacara Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Perawatan 3. Memiliki kemampuan mengumpulkan informasi Ancaman, Tantangan, Hambatan dan Gangguan
Tahanan;
4. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor 6 Tahun
2013 tentang Tata Tertib Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan 4. Memiliki kemampuan bernegosiasi dan berkomunikasi
Negara;
5. Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor E.22.PR.08.03.
Tahun 2001 Tentang Prosedur Tetap Pelaksanaan Tugas 5. Telah mengikuti pelatihan penanggulangan gangguan Keamanan dan Ketertiban
Pemasyarakatan.
6. Mengikuti Pelatihan dan Memahami SOP Bencana Alam
Keterkaitan Peralatan/perlengkapan
1. Sepatu Boots 12. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
2. Buku Lapor 13. Fire trap panel system
3. Gembok pintu cadangan 14. Selimut pemadam api (fire blanket)
4. CCTV 15. Alat transportasi
5. Obat-obatan 16. Borgol dan Rantai
6. Alat Komunikasi (HT) 17. Genset
18. Karung goni (karung beras yang terbuat dari
7. Lampu Darurat
serat manila hennep)
(Emergency Lamp ) 19. Papan Kontrol Lalu Lintas Penghuni
8. Senter 20. Papan Instruksi/ Pengumuman
9. Masker respirator 21. Lonceng
10. Fire alarm system 22. Dana kesiapsiagaan UPT
11. Fire hydrant
Peringatan Pencatatan dan pendataan
Apabila SOP ini tidak dilaksanakan maka pelaksanaan penanganan 1. Mencatat data jumlah WBP yang ada di dalam kamar blok hunian
bencana kebakaran pada saat terjadi bencana tidak akan terlaksana 2. Mencatat jumlah sarpras keamanan yang baik dan rusak
dengan baik

Page | 74. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


PROSEDUR
PELAKSANA MUTU BAKU
NO. KEGIATAN KASUBBAG KASI ADM KASI KETERANGAN
KA. UPT KA. KPLP KADIVPAS
TU KAM BINADIK
KELENGKAPAN WAKTU OUTPUT
Pasca Bencana

Membuat posko darurat dengan mengutamakan Terpenuhinya


keselamatan dan keamanaan warga binaan serta Sandang, Pangan, Obat- kebutuhan Layanan
1 24 jam
pemenuhan kebutuhan dasar warga binaan obatan dasar dan kesehatan
(sandang, pangan dan kesehatan). wbp

Lapas menjadi bersih


Melakukan pembersihan lokasi, memeriksa dan instalasi listrik
Peralatan kebersihan dan
2 keamanan semua instalasi listrik, dan sarpras agar 72 jam aman dan sarpras
peralatan kesehatan
dapat digunakan kembali. dapat digunakan
kembali

Berkoordinasi dengan pihak terkait penanggulangan


bencana setempat (BPBD, TNI dan POLRI) dan terjalin koordinasi
3 peralatan komunikasi 24 jam
melaporkan informasi dan update terkini ke divisi yang baik
pemasyarakatan;

Menerima informasi dan berita terbaru dari UPT dan


4 Rapat koordinasi 48 jam Laporan monev
melakukan monitoring dan evaluasi

SOP PENANGANAN BENCANA KEBAKARAN PASCA BENCANA

Jumlah : 4
Waktu : 168 jam

Page | 75. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


LAMPIRAN 16. SOP BANJIR (PRA BENCANA)

Nomor SOP
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA Tanggal Pembuatan
Tanggal Revisi
Tanggal Efektif
Disahkan oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan

Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Sri Puguh Budi Utami


NIP.19620702 198703 2 001

Unit Kerja Nama SOP SOP PENANGANAN BENCANA ALAM BANJIR


LAPAS/RUTAN (PRA BENCANA)

Dasar Hukum Kualifikasi Pelaksana


1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan; 1. Telah mengikuti Pendidikan Dasar Pemasyarakatan

2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana; 2. Telah mengikuti pendidikan Kesamaptaan

3. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 1999 tentang Syarat-Syarat dan


3. Memiliki kemampuan mengumpulkan informasi Ancaman, Tantangan, Hambatan dan Gangguan
Tatacara Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Perawatan Tahanan;

4. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor 6 Tahun 2013
4. Memiliki kemampuan bernegosiasi dan berkomunikasi
tentang Tata Tertib Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara;

5. Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor E.22.PR.08.03. Tahun


5. Telah mengikuti pelatihan penanggulangan gangguan Keamanan dan Ketertiban
2001 Tentang Prosedur Tetap Pelaksanaan Tugas Pemasyarakatan.
6. Mengikuti Pelatihan dan Memahami SOP Bencana Alam
Keterkaitan Peralatan/perlengkapan
1. Sepatu Boots 13. Papan Kontrol Lalu Lintas Penghuni
2. Buku Lapor 14. Papan Instruksi/ Pengumuman
3. Gembok pintu cadangan 15. Borgol dan Rantai
4. CCTV 16. Pelampung
5. Obat-obatan 17. Perahu karet
6. Alat Komunikasi (HT) 18. Tali tambang untuk pegangan saat evakuasi
7. Lampu Darurat 19. Water level indicator
(Eemergency Lamp ) 20. Perlengkapan evakuasi untuk kelompok rentan
8. Senter 21. Perlengkapan pertolongan pertama
9. Lonceng 22. Container plastik untuk menyimpan dokumen
10. Alat transportasi 23. Tablet pembersih air
11. Genset 24. Cadangan makanan, air minum dan obat-obatan
12. Toilet portable 25. Bibit pohon
26. Dana kesiapsiagaan UPT
Peringatan Pencatatan dan pendataan
Apabila SOP ini tidak dilaksanakan maka pelaksanaan penanganan 1. Mencatat data jumlah WBP yang ada di dalam kamar blok hunian
bencana alam banjir pada saat terjadi tidak akan terlaksana dengan baik
2. Mencatat jumlah sarpras keamanan
3. Menempatkan warga binaan kelompok rentan (lansia, penyandang disabilitas, perempuan hamil) di blok yang
dapat cepat dijangkau untuk evakuasi dan pertolongan.

4. Memasang Emergency Kontak di tempat tempat yang mudah dilihat

Page | 76. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


PROSEDUR
PELAKSANA MUTU BAKU
NO. KEGIATAN KASUBBAG KASI ADM KASI KETERANGAN
KA. UPT KA. KPLP KADIVPAS
TU KAM BINADIK
KELENGKAPAN WAKTU OUTPUT
Pra Bencana

wbp dan petugas


peralatan keamanan,
memahami sop
1 Sosialisasi dan simulasi penanganan bencana peralatan komunikasi, 6 jam
penanganan bencana
kendaraan
banjir

Tim Siaga Bencana adalah Regu Jaga pada saat terjadi bencana
terbentuknya Tim
Siaga Bencana yang
2 Pembentukan tim siaga bencana SK Tim Siaga Bencana 2 jam
setiap saat dapat di
gerakkan

peralatan keamanan, blok wbp berada di tempat


Memindahkan WBP ke blok hunian yang bebas
3 kamar hunian yang bebas 48 jam yang aman di dalam
banjir.
banjir area Lapas

Lapas Maksimum lebih menekankan pada upaya pencegahan dan


kesipasiagaan, utamanya pemabungan bangunan Lapas Maksimum
Membangun Lapas Minimum di lokasi yang
Kebijakan pembangunan yang harus benar benar menghindari ancaman bencana dan
bebas ancaman banjir, membuat tanggul di Meminimalisir potensi
4 kompleks Lapas Maksimum di 48 jam melengkapi Lapas Maksimum dengan perlatan dan kelengkapan yang
sekitar Lapas Minimum meninggikan bangunan bahaya banjir
lokasi bebas ancaman banjir memadai, sebab WBP Lapas Maksimum tidak diperbolehkan untuk
bangunan Lapas Minimum
dievakuasi keluar dari Lapas Maksimum. Sehingga Lapas Maksimum
seharusnya menjadi "The Last Safe Building Standing"
Menanam pohon untuk menahan run off (aliran Pohon yang sudah
permukaan). membuat sumur resapan, tertanam, sumur
bibit pohon, peralatan
mengelola sampah, menjaga kebersihan resapan, saluran air
5 kebersihan dan rencana 48 jam
saluran air dan limbah, serta menyiapkan yang bersih dan
pembangunan sumur, alkon
sarana prasarana berupa alkon (alat penyedot tersedia alkon (alat
air). penyedot air)

Berkoordinasi dengan Kanwil dan instansi terjalin koordinasi


6 peralatan komunikasi 24 jam
terkait (BNPB, BPBD, Forkopimda plus). yang baik

7 Melakukan monitoring dan evaluasi Rapat koordinasi 48 jam Laporan monev

SOP PENANGANAN BENCANA ALAM BANJIR (PRA BENCANA)

Jumlah : 8
Waktu : 224 jam

Page | 77. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


LAMPIRAN 17. SOP BANJIR (SAAT BENCANA) KATEGORI KUNING

Nomor SOP
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA Tanggal Pembuatan
Tanggal Revisi
Tanggal Efektif
Disahkan oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan

Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Sri Puguh Budi Utami


NIP.19620702 198703 2 001

Unit Kerja Nama SOP SOP PENANGANAN BENCANA ALAM BANJIR (SAAT
LAPAS / RUTAN BENCANA) KATEGORI KUNING

Dasar Hukum Kualifikasi Pelaksana

1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan; 1. Telah mengikuti Pendidikan Dasar Pemasyarakatan

2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana; 2. Telah mengikuti pendidikan Kesamaptaan

3. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 1999 tentang Syarat-Syarat dan


3. Memiliki kemampuan mengumpulkan informasi Ancaman, Tantangan, Hambatan dan Gangguan
Tatacara Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Perawatan Tahanan;

4. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor 6 Tahun


2013 tentang Tata Tertib Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan 4. Memiliki kemampuan bernegosiasi dan berkomunikasi
Negara;
5. Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor E.22.PR.08.03.
5. Telah mengikuti pelatihan penanggulangan gangguan Keamanan dan Ketertiban
Tahun 2001 Tentang Prosedur Tetap Pelaksanaan Tugas Pemasyarakatan.
6. Mengikuti Pelatihan dan Memahami SOP Bencana Alam
Keterkaitan Peralatan/perlengkapan
1. Sepatu Boots 13. Papan Kontrol Lalu Lintas Penghuni
2. Buku Lapor 14. Papan Instruksi/ Pengumuman
3. Gembok pintu cadangan 15. Borgol dan Rantai
4. CCTV 16. Pelampung
5. Obat-obatan 17. Perahu karet
6. Alat Komunikasi (HT) 18. Tali tambang untuk pegangan saat evakuasi
7. Lampu Darurat 19. Water level indicator
(Eemergency Lamp ) 20. Perlengkapan evakuasi untuk kelompok rentan
8. Senter 21. Perlengkapan pertolongan pertama
9. Lonceng 22. Container plastik untuk menyimpan dokumen
10. Alat transportasi 23. Tablet pembersih air
11. Genset 24. Cadangan makanan, air minum dan obat-obatan
12. Toilet portable 25. Bibit pohon
26. Dana tanggap darurat UPT
Peringatan Pencatatan dan pendataan
Apabila SOP ini tidak dilaksanakan maka pelaksanaan penanganan bencana 1. Mencatat data jumlah WBP yang ada di dalam kamar blok hunian
alam banjir dengan level tinggi tidak akan terlaksana dengan baik
2. Mencatat jumlah sarpras keamanan
3. Menempatkan warga binaan kelompok rentan (lansia, penyandang disabilitas, perempuan hamil) di blok yang dapat cepat
dijangkau untuk evakuasi dan pertolongan.
4. Memasang Emergency Kontak di tempat tempat yang mudah dilihat

Page | 78. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


PROSEDUR
PELAKSANA MUTU BAKU
NO. KEGIATAN KASUBBAG KASI KASI ADM KETERANGAN
Anggota Rupam Ka. Rupam KA. KPLP KA.UPT KADIVPAS
TU BINADIK KAM
KELENGKAPAN WAKTU OUTPUT
Saat Bencana Kategori Kuning

Membunyikan lonceng tanda bahaya kemudian Petugas dan wbp


1 memadamkan semua sumber listrik dan peralatan lonceng, meteran listrik 5 menit mengetahui tanda bahaya
listrik dan melaporkan ke Ka. KPLP dan listrik padam

kamar hunian terbuka dan


Membuka kamar hunian yang terkena dampak banjir
kunci kamar hunian, wbp bisa keluar kamar Nomor #2, #3 dan #4 dilakukan
2 ringan/sedang untuk penyelamatan tetapi blok tetap 30 menit
peralatan keamanan hunian dengan bersamaan.
dalam keadaan terkunci
pengawasan

Dapat terselamatkannya
Melakukan upaya penyelamatan aset senjata,
dokumen kepegawaian, Nomor #2, #3 dan #4 dilakukan
3 dokumen kepegawaian, keuangan dan berkas warga Kontainer box 60 meint
keuangan dan berkas bersamaan.
binaan.
warga binaan

Melakukan evakuasi warga binaan ke lokasi yang


Peralatan keamanan, wbp berada di tempat
lebih tinggi dan tidak terkena banjir di dalam fasilitas
4 keselamatan dan 60 menit yang aman di dalam area
dan memberikan pertolongan pertama bagi yang
pertolongan pertama Lapas
membutuhkan

Ka. UPT mengetahui


Melaporkan dan berkoordinasi terkait terjadinya
5 Peralatan komunikasi 15 menit informasi bencana banjir
bencana banjir ringan/sedang /berat kepada Ka. UPT
di Lapas

Memperoleh informasi
Memantau informasi dari media resmi pemerintah
6 Peralatan komunikasi 30 menit bencana banjir yang
mengenai potensi banjir
akurat

Melakukan koordinasi dengan BPBD, TNI dan POLRI


terjalin koordinasi yang
setempat untuk antisipasi dan Melaporkan kejadian
baik dan Pimpinan
7 bencana kepada Kakanwil melalui Kadivpas dan peralatan komunikasi 24 jam
mengetahui informasi
melakukan koordinasi untuk pengambilan tindakan
bencana banjir di Lapas
yang di anggap perlu

8 Melakukan monitoring dan evaluasi Rapat koordinasi 48 jam Laporan monev

SOP PENANGANAN BENCANA ALAM BANJIR SAAT BENCANA KATEGORI KUNING


Jumlah : 8
Waktu : 75 jam 20 menit

Page | 79. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


LAMPIRAN 18. SOP BANJIR (SAAT BENCANA) KATEGORI MERAH

Nomor SOP
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA Tanggal Pembuatan
Tanggal Revisi
Tanggal Efektif
Disahkan oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan

Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Sri Puguh Budi Utami


NIP.19620702 198703 2 001

Unit Kerja SOP PENANGANAN BENCANA ALAM


Nama SOP
BANJIR (SAAT BENCANA) KATEGORI
LAPAS / RUTAN MERAH

Dasar Hukum Kualifikasi Pelaksana


1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan; 1. Telah mengikuti Pendidikan Dasar Pemasyarakatan

2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana; 2. Telah mengikuti pendidikan Kesamaptaan

3. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 1999 tentang Syarat-Syarat dan


3. Memiliki kemampuan mengumpulkan informasi Ancaman, Tantangan, Hambatan dan Gangguan
Tatacara Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Perawatan Tahanan;

4. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor 6 Tahun 2013
4. Memiliki kemampuan bernegosiasi dan berkomunikasi
tentang Tata Tertib Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara;

5. Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor E.22.PR.08.03. Tahun


5. Telah mengikuti pelatihan penanggulangan gangguan Keamanan dan Ketertiban
2001 Tentang Prosedur Tetap Pelaksanaan Tugas Pemasyarakatan.
6. Mengikuti Pelatihan dan Memahami SOP Bencana Alam
Keterkaitan Peralatan/perlengkapan
1. Sepatu Boots 13. Papan Kontrol Lalu Lintas Penghuni
2. Buku Lapor 14. Papan Instruksi/ Pengumuman
3. Gembok pintu cadangan 15. Borgol dan Rantai
4. CCTV 16. Pelampung
5. Obat-obatan 17. Perahu karet
6. Alat Komunikasi (HT) 18. Tali tambang untuk pegangan saat evakuasi
7. Lampu Darurat 19. Water level indicator
(Eemergency Lamp ) 20. Perlengkapan evakuasi untuk kelompok rentan
8. Senter 21. Perlengkapan pertolongan pertama
9. Lonceng 22. Container plastik untuk menyimpan dokumen
10. Alat transportasi 23. Tablet pembersih air
11. Genset 24. Cadangan makanan, air minum dan obat-obatan
12. Toilet portable 25. Bibit pohon
26. Dana tanggap darurat UPT
Peringatan Pencatatan dan pendataan
Apabila SOP ini tidak dilaksanakan maka pelaksanaan penanganan bencana 1. Mencatat data jumlah WBP yang ada di dalam kamar blok hunian
alam banjir dengan level tinggi tidak akan terlaksana dengan baik 2. Mencatat jumlah sarpras keamanan
3. Menempatkan warga binaan kelompok rentan (lansia, penyandang disabilitas, perempuan hamil) di blok
yang dapat cepat dijangkau untuk evakuasi dan pertolongan.
4. Memasang Emergency Kontak di tempat tempat yang mudah dilihat

Page | 80. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


PROSEDUR
PELAKSANA MUTU BAKU
NO. KEGIATAN KASI ADM KASI KASUBBAG KETERANGAN
Anggota Rupam KA. Rupam KA. KPLP KA. UPT KADIVPAS
KAM BINADIK TU
KELENGKAPAN WAKTU OUTPUT
Saat Bencana Kategori Merah

Situasi Keamanan dan Ketertiban


Melakukan langkah-langkah keamanan
Peralatan Keamanan dan di blok hunian terkendali serta Ka.
1 ketertiban di blok hunian dan Melaporkan 30 menit
peralatan komunikasi UPT mengetahui informasi
terjadinya bencana banjir berat
bencana banjir di Lapas

Melakukan Evakuasi WBP dari masing-


wbp berada di tempat yang aman
2 masing blok ke titik kumpul dan melaporkan Peralatan keamanan 60 menit
di dalam area Lapas
kondisi terkini kepada Kepala UPT

Melakukan koordinasi dengan instansi terkait


3 (TNI, POLRI, BPBD) untuk bantuan peralatan komunikasi 24 jam terjalin koordinasi yang baik
pengamanan dan evakuasi
Tidak

Melaporkan kejadian bencana kepada Ya


Kakanwil melalui Kadivpas dan melakukan Pimpinan mengetahui informasi
4 Peralatan komunikasi 15 menit
koordinasi untuk pengambilan tindakan yang bencana banjir di Lapas
di anggap perlu

Memerintahkan kepada pejabat struktural


Peralatan wbp berada di tempat yang aman
5 untuk melakukan Evakuasi WBP dan 24 jam
keamanan,kendaraan di luar Lapas dengan pengawalan
penyiapan berkas ke UPT terdekat

Menetapkan sebagian WBP untuk tetap wbp berada di tempat yang aman
6 Peralatan keamanan 60 menit
tinggal didalam Lapas di dalam Lapas

7 Melakukan monitoring dan evaluasi Rapat koordinasi 48 jam Laporan monev

SOP PENANGANAN BENCANA ALAM BANJIR SAAT BENCANA KATEGORI MERAH


Jumlah : 7
Waktu : 97 jam 35 menit

Page | 81. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


LAMPIRAN 19. SOP BANJIR (PASCA BENCANA)

Nomor SOP
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA Tanggal Pembuatan
Tanggal Revisi
Tanggal Efektif
Disahkan oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan

Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Sri Puguh Budi Utami


NIP.19620702 198703 2 001

Unit Kerja Nama SOP


SOP PENANGANAN BENCANA ALAM
LAPAS / RUTAN BANJIR (PASCA BENCANA)

Dasar Hukum Kualifikasi Pelaksana


1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan; 1. Telah mengikuti Pendidikan Dasar Pemasyarakatan
2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
2. Telah mengikuti pendidikan Kesamaptaan
Bencana;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 1999 tentang Syarat-
3. Memiliki kemampuan mengumpulkan informasi Ancaman, Tantangan, Hambatan
Syarat dan Tatacara Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab
dan Gangguan
Perawatan Tahanan;
4. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor 6
Tahun 2013 tentang Tata Tertib Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah 4. Memiliki kemampuan bernegosiasi dan berkomunikasi
Tahanan Negara;
5. Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor
E.22.PR.08.03. Tahun 2001 Tentang Prosedur Tetap Pelaksanaan 5. Telah mengikuti pelatihan penanggulangan gangguan Keamanan dan Ketertiban
Tugas Pemasyarakatan.
6. Mengikuti Pelatihan dan Memahami SOP Bencana Alam
Keterkaitan Peralatan/Perlengkapan
1. Sepatu Boots 9. Papan Kontrol Lalu Lintas Penghuni
2. Buku Lapor 10. Papan Instruksi/ Pengumuman
3. Gembok pintu cadangan 11. Alat transportasi
4. Monitor CCTV 12. Borgol dan Rantai
5. Lonceng 13. Obat-obatan
6. Alat Komunikasi (HT) 14. Genset
7. Lampu Darurat 15. Alkon (alat penyedot air)
(Eemergency Lamp ) 16. Dana rehabilitasi UPT
8. Senter
Peringatan Pencatatan dan pendataan
Apabila SOP ini tidak dilaksanakan maka pelaksanaan penanganan 1. Mencatat data jumlah WBP yang ada di dalam kamar blok hunian
bencana alam banjir dengan level tinggi tidak akan terlaksana dengan
baik 2. Mencatat jumlah sarpras keamanan yang baik dan rusak

3.Memasang Emergency Kontak di tempat tempat yang mudah dilihat

Page | 82. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


PROSEDUR
PELAKSANA MUTU BAKU
NO. KEGIATAN KASUBBAG KASI ADM KASI KETERANGAN
KA. UPT KA. KPLP KADIVPAS KELENGKAPAN WAKTU OUTPUT
TU KAM BINADIK

Pasca Bencana

Membuat posko darurat dengan


Lapas menjadi bersih
mengutamakan keselamatan dan keamanaan
Peralatan kebersihan dan dan kondisi
1 warga binaan serta melakukan pembersihan 72 jam
peralatan kesehatan kesehatan petugas
lokasi dan pemeriksaan kesehatan bagi
serta wbp terpantau
petugas dan wbp (prioritas kelompok rentan)

Mengetahui kondisi
2 Memeriksa keamanan semua instalasi listrik Peralatan listrik 1 jam
intalasi listrik

Terpenuhinya
pemenuhan kebutuhan layanan dasar dan
Sandang, Pangan, Obat- kebutuhan Layanan
3 pemeriksaan kesehatan warga binaan 24 jam
obatan dasar dan kesehatan
(sandang, pangan dan obat-obatan)
wbp

Alat tulis, peralatan Mengetahui jumlah


4 Inventarisir kondisi sarpras pasca bencana 12 jam
keamanan dan kondisi sarpras

Pulihnya kesehatan
Merehabilitasi petugas dan wbp (secara fisik fisik dan psikologi
peralatan kesehatan,
5 dan psikologi) serta perbaikan sarpras yang 168 jam petugas dan wbp
peralatan bangunan
terdampak banjir serta berfungsi
kembalinya sarpras

Pimpinan mengetahui
Melaporkan perkembangan terkini pasca informasi pasca
6 Peralatan komunikasi 15 menit
bencana ke Kanwil bencana banjir di
Lapas

7 Melakukan monitoring dan evaluasi Rapat koordinasi 48 jam Laporan monev

SOP PENANGANAN BENCANA ALAM BANJIR PASCA BENCANA


Jumlah : 7
Waktu : 325 jam 15 menit

Page | 83. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


LAMPIRAN 20. SOP LONGSOR (PRA BENCANA)

Nomor SOP
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA Tanggal Pembuatan
Tanggal Revisi
Tanggal Efektif

Disahkan oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan

Direktorat Jenderal Pemasyarakatan


Sri Puguh Budi Utami
NIP.19620702 198703 2 001

Unit Kerja Nama SOP SOP PENANGANAN BENCANA ALAM


LAPAS / RUTAN LONGSOR (PRA BENCANA)

Dasar Hukum Kualifikasi Pelaksana


1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan; 1. Telah mengikuti Pendidikan Dasar Pemasyarakatan

2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan


2. Telah mengikuti pendidikan Kesamaptaan
Bencana;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 1999 tentang Syarat-Syarat
dan Tatacara Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Perawatan 3. Memiliki kemampuan mengumpulkan informasi Ancaman, Tantangan, Hambatan dan Gangguan
Tahanan;
4. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor 6
Tahun 2013 tentang Tata Tertib Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah 4. Memiliki kemampuan bernegosiasi dan berkomunikasi
Tahanan Negara;
5. Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor E.22.PR.08.03.
Tahun 2001 Tentang Prosedur Tetap Pelaksanaan Tugas 5. Telah mengikuti pelatihan penanggulangan gangguan Keamanan dan Ketertiban
Pemasyarakatan.
6. Mengikuti Pelatihan dan Memahami SOP Bencana Alam
Keterkaitan Peralatan/perlengkapan
1. Sepatu Boots 8. Senter
2. Buku Lapor 9. Papan Kontrol Lalu Lintas Penghuni
3. Gembok pintu cadangan 10. Papan Instruksi/ Pengumuman
4. Kamera CCTV (Digital & Infrared) 11. Lonceng
5. Monitor CCTV 12. Alat transportasi
6. Alat Komunikasi (HT) 13. Borgol dan Rantai
7. Lampu Darurat 14. Genset
(Emergency Lamp ) 15. Dana kesiapsiagaan bencana

Peringatan Pencatatan dan pendataan


Apabila SOP ini tidak dilaksanakan maka pelaksanaan penanganan 1. Mencatat data jumlah WBP yang ada di dalam kamar blok hunian
bencana alam longsor pada saat terjadi bencana tidak akan terlaksana 2 Mencatat jumlah sarpras keamanan
dengan baik

Page | 84. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


PROSEDUR
PELAKSANA MUTU BAKU
NO. KEGIATAN KASUBBAG KETERANGAN
KA. UPT KADIVPAS KELENGKAPAN WAKTU OUTPUT
TU

Pasca Bencana

Sosialisasi dan simulasi kepada para peralatan keamanan, wbp dan petugas memahami sop
1 petugas dan warga binaan penanganan peralatan komunikasi, 6 jam penanganan bencana Alam
bencana longsor. kendaraan Longsor

Tim Siaga Bencana adalah


terbentuknya Tim Siaga Bencana
2 Pembentukan tim siaga bencana SK Tim Siaga Bencana 2 jam yang setiap saat dapat di Regu Jaga pada saat terjadi
gerakkan
bencana
Tersedianya jalur evakuasi (titik
3 Membuat jalur evakuasi (titik kumpul). Peralatan bangunan 6 jam
kumpul)

Membuat tanggul penahan longsor dan bibit pohon dan rencana Pohon yang sudah tertanam dan
4 48 jam
menanam pohon. pembangunan tanggul tanggul

Berkoordinasi dengan instansi terkait (BNPB,


5 peralatan komunikasi 24 jam terjalin koordinasi yang baik
BPBD, BMKG, Forkopimda plus).

Pimpinan mengetahui informasi


Melaporkan situasi dan kondisi terkini ke
6 Peralatan komunikasi 15 menit perkembangan Longsor yang
Kepala Divisi Pemasyarakatan
terjadi di area Lapas

Menerima informasi dan berita terbaru dari


7 Rapat koordinasi 48 jam Laporan monev
UPT dan melakukan monitoring dan evaluasi

SOP PENANGANAN BENCANA ALAM LONGSOR (PRA BENCANA)


Jumlah : 7
Waktu : 134 jam 15 menit

Page | 85. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


LAMPIRAN 21. SOP LONGSOR (SAAT BENCANA)

Nomor SOP
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA Tanggal Pembuatan
Tanggal Revisi
Tanggal Efektif
Disahkan oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan

Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Sri Puguh Budi Utami


NIP.19620702 198703 2 001

Unit Kerja Nama SOP SOP PENANGANAN BENCANA ALAM


LAPAS / RUTAN LONGSOR (SAAT BENCANA)

Dasar Hukum Kualifikasi Pelaksana

1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan; 1. Telah mengikuti Pendidikan Dasar Pemasyarakatan

2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan


2. Telah mengikuti pendidikan Kesamaptaan
Bencana;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 1999 tentang Syarat-Syarat
dan Tatacara Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Perawatan 3. Memiliki kemampuan mengumpulkan informasi Ancaman, Tantangan, Hambatan dan Gangguan
Tahanan;
4. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor 6
Tahun 2013 tentang Tata Tertib Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah 4. Memiliki kemampuan bernegosiasi dan berkomunikasi
Tahanan Negara;
5. Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor
E.22.PR.08.03. Tahun 2001 Tentang Prosedur Tetap Pelaksanaan 5. Telah mengikuti pelatihan penanggulangan gangguan Keamanan dan Ketertiban
Tugas Pemasyarakatan.
6. Mengikuti Pelatihan dan Memahami SOP Bencana Alam
Keterkaitan Peralatan/perlengkapan
1. Sepatu Boots 8. Senter
2. Buku Lapor 9. Papan Kontrol Lalu Lintas Penghuni
3. Gembok pintu cadangan 10. Papan Instruksi/ Pengumuman
4. Kamera CCTV (Digital & Infrared) 11. Lonceng
5. Monitor CCTV 12. Alat transportasi
6. Alat Komunikasi (HT) 13. Borgol dan Rantai
7. Lampu Darurat 14. Genset
(Emergency Lamp )

Peringatan Pencatatan dan pendataan


Apabila SOP ini tidak dilaksanakan maka pelaksanaan 1. Mencatat data jumlah WBP yang ada di dalam kamar blok hunian
penanganan bencana alam longsor pada saat terjadi bencana
2. Mencatat jumlah sarpras keamanan
tidak akan terlaksana dengan baik
3. Menempatkan warga binaan kelompok rentan (lansia, penyandang disabilitas, perempuan hamil)
di blok yang dapat cepat dijangkau untuk evakuasi dan pertolongan.
4. Memasang Emergency Kontak di tempat tempat yang mudah dilihat

Page | 86. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


PROSEDUR
PELAKSANA MUTU BAKU
NO. KEGIATAN KASUBBAG KASI ADM KASI KETERANGAN
Anggota Rupam Ka. Rupam KA. KPLP KA.UPT KADIVPAS KELENGKAPAN WAKTU OUTPUT
TU KAM BINADIK

Saat Bencana

Melakukan pengawasan lokasi sekitar jika petugas mengetahui


1 hujan turun dengan lebat dan mulai terdengar peralatan komunikasi 24 jam informasi update tentang
gemuruh yang tidak biasa. bencana

Membunyikan lonceng tanda bahaya dan


Petugas dan wbp
2 melaporkan situasi dan kondisi kejadian lonceng, peralatan komunikasi 5 menit
mengetahui tanda bahaya
kepada Ka.KPLP dan Kepala UPT

kamar hunian terbuka di


Mengarahkan warga binaan ke titik kumpul wbp di evakuasi ke titik
kunci kamar hunian, peralatan dalam Lapas dengan
3 evakuasi dengan prioritas Lansia, Disabilitas, 60 menit kumpul /lokasi aman di
keamanan pengawasan oleh
anak dan wanita dalam area Lapas
petugas

Dapat terselamatkannya
Melakukan upaya penyelamatan dokumen,
dokumen Senjata Api,
Senjata Api, Server, dokumen kepegawaian,
4 Kontainer box 60 menit Server, kepegawaian,
dokumen keuangan dan dokumen/berkas
keuangan dan berkas
warga binaan.
warga binaan

Memadamkan semua sumber listrik dan


5 meteran listrik 5 menit listrik padam
peralatan listik.

Menghubungi instansi terkait (BNPB, BPBD, terjalin koordinasi yang


6 peralatan komunikasi 24 jam
BMKG, Forkopimda plus). baik

Pimpinan mengetahui
Melaporkan situasi dan kondisi terkini ke
7 Peralatan komunikasi 15 menit informasi bencana
Kepala Divisi Pemasyarakatan
kebakaran di Lapas

Menerima informasi dan berita terbaru dari


8 Rapat koordinasi 48 jam Laporan monev
UPT dan melakukan monitoring dan evaluasi

SOP PENANGANAN BENCANA ALAM LONGSOR (SAAT TERJADI BENCANA)


Jumlah : 8
Waktu : 98 jam 25 menit

Page | 87. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


LAMPIRAN 22. SOP LONGSOR (PASCA BENCANA)

Nomor SOP
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA Tanggal Pembuatan
Tanggal Revisi
Tanggal Efektif
Disahkan oleh Direktur Jenderal Pemasyarakatan

Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Sri Puguh Budi Utami


NIP.19620702 198703 2 001

Unit Kerja Nama SOP


SOP PENANGANAN BENCANA ALAM
LAPAS / RUTAN LONGSOR (PASCA BENCANA)

Dasar Hukum Kualifikasi Pelaksana


1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan; 1. Telah mengikuti Pendidikan Dasar Pemasyarakatan
2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
2. Telah mengikuti pendidikan Kesamaptaan
Bencana;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 1999 tentang Syarat-
Syarat dan Tatacara Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab 3. Memiliki kemampuan mengumpulkan informasi Ancaman, Tantangan, Hambatan dan Gangguan
Perawatan Tahanan;
4. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor 6
Tahun 2013 tentang Tata Tertib Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah 4. Memiliki kemampuan bernegosiasi dan berkomunikasi
Tahanan Negara;
5. Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor
E.22.PR.08.03. Tahun 2001 Tentang Prosedur Tetap Pelaksanaan 5. Telah mengikuti pelatihan penanggulangan gangguan Keamanan dan Ketertiban
Tugas Pemasyarakatan.
6. Mengikuti Pelatihan dan Memahami SOP Bencana Alam
Keterkaitan Peralatan/perlengkapan
1. Sepatu Boots 8. Senter
2. Buku Lapor 9. Papan Kontrol Lalu Lintas Penghuni
3. Gembok pintu cadangan 10. Papan Instruksi/ Pengumuman
4. Kamera CCTV (Digital & Infrared) 11. Lonceng
5. Monitor CCTV 12. Alat transportasi
6. Alat Komunikasi (HT) 13. Borgol dan Rantai
7. Lampu Darurat 14. Genset
(Emergency Lamp )

Peringatan Pencatatan dan pendataan


Apabila SOP ini tidak dilaksanakan maka pelaksanaan penanganan 1. Mencatat data jumlah WBP yang ada di dalam kamar blok hunian
bencana alam longsor pada saat terjadi bencana tidak akan terlaksana
dengan baik 2. Mencatat jumlah sarpras keamanan

Page | 88. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan


PROSEDUR
PELAKSANA MUTU BAKU
NO. KEGIATAN KASUBBAG KASI ADM KASI KETERANGAN
KA. UPT KA. KPLP KADIVPAS KELENGKAPAN WAKTU OUTPUT
TU KAM BINADIK

Pasca Bencana
Membuat posko darurat dengan
mengutamakan keselamatan dan keamanaan Terpenuhinya kebutuhan
Sandang, Pangan, Obat-
1 warga binaan serta pemenuhan kebutuhan 24 jam Layanan dasar dan
obatan
dasar warga binaan (sandang, pangan dan kesehatan wbp
kesehatan).
tidak
Memastikan kondisi bangunan dan sarana
Mendapatkan kondisi
penunjang lainnya untuk warga binaan
2 peralatan keamanan 30 menit yang terupdate dan wbp
sebelum mengembalikan mereka ke blok
kembali ke blok hunian
kamar hunian.
ya
kamar hunian terbuka di wbp di evakuasi ke titik
Melakukan evakuasi korban bencana dengan kunci kamar hunian,
3 60 menit dalam Lapas dengan kumpul /lokasi aman di
prioritas Lansia, Disabilitas, anak dan wanita. peralatan keamanan
pengawasan oleh petugas dalam area Lapas

Terlayaninya layanan
Memberikan pelayanan medis kepada korban peralatan kesehatan, obat-
4 24 jam medis kepada korban
bencana . obatan
bencana

Berkoordinasi dengan pihak terkait


penanggulangan bencana setempat (BPBD, terjalin koordinasi yang
5 peralatan komunikasi 24 jam
TNI dan POLRI) dan melaporkan informasi baik
dan update terkini ke divisi pemasyarakatan;

Menerima informasi dan berita terbaru dari


6 Rapat koordinasi 48 jam Laporan monev
UPT dan melakukan monitoring dan evaluasi

SOP PENANGANAN BENCANA ALAM LONGSOR PASCA


BENCANA
Jumlah : 6
Waktu : 11 jam 30 menit

Page | 89. Pedoman Penanggulangan Bencana di UPT Pemasyarakatan

Anda mungkin juga menyukai