Anda di halaman 1dari 9

DK Vol.01/No.

01/Maret/2013 Tingkat Pengetahuan dan Mekanisme Koping

TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN MEKANISME KOPING


PENDERITA TUBERCULOSIS PARU

Indah Ramadhan 1, Lia Yulia Budiarti 2, Dhian Ririn Lestari 3

1
Progran Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat
2
Bagian Mikrobiologi Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas
Lambung Mangkurat
3
Bagian Keperawatan Jiwa Progran Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas
Lambung Mangkurat

ABSTRAK

Tingkat pengetahuan penderita tuberculosis paru akan mempengaruhi mekanisme koping yang digunakan
penderita tuberculosis paru dalam menghadapi penyakitnya. Tujuan penelitian untuk mengetahui
hubungan tingkat pengetahuan dengan mekanisme koping penderita tuberculosis paru di wilayah kerja
Puskesmas Guntung Payung dan Puskesmas Banjarbaru. Studi ini menggunakan desain deskriptif analitik
dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan pada Juni-Juli 2012 dengan jumlah sampel
sebanyak 30 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan pasien tentang
tuberculosis paru dengan kategori tinggi 83,3%, sedang 16,7% dan rendah 0 %, mekanisme koping
sebanyak 100% responden dalam kategori mekanisme koping adaptif. Hasil analisis bivariat
menggunakan uji statistik spearman diperoleh nilai p = 0,008 dan koefisien korelasi spearman (r) =
0,475 dengan arah korelasi positif (p<0.05). Terdapat hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan
tentang tubercuosis paru dengan mekanisme koping penderita tuberculosis paru.

Kata-kata kunci: mekanisme koping, penderita tuberculosis paru, tingkat pengetahuan

ABSTRACT

Level of knowledge patients with pulmonary tuberculosis would be affected the coping mechanisms that
are used in dealing of patients with pulmonary tuberculosis disease. The aim of this research was to
determine the correlation between level knowledge of pulmonary tuberculosis patients and coping
mechanism patients with pulmonary tuberculosis in work area Guntung Payung and Banjarbaru public
health center. This research used an analytical descriptive study which using cross sectional approach
method. It has been done on June-July 2012 with 30 respondents as the sample. The result of this
research showed that 83% of the respondents are the high level in tuberculosis knowledge category,
16,7% are the middle level and 0 % in low level. Coping mechanism is 100% of the respondents in the
categorizes as adaptive coping mechanism. Analysis of bivariate correlation used spearman statistic test,
value of p=0,008 and spearman coefficient correlation ( r )= 0,475 with the direction of the positive
correlation ( p<0,05). There is high correlation between pulmonary tuberculosis patients level knowledge
about pulmonary tuberculosis and pulmonary tuberculosis patients coping mechanism.

Keywords: coping mechanism, level of knowledge, pulmonary tuberculosis patient

80
DK Vol.01/No.01/Maret/2013 Tingkat Pengetahuan dan Mekanisme Koping

PENDAHULUAN marah, tawar-menawar, merasa tidak


berguna, putus asa, ingin mati, menarik diri
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit dan pasrah (10). TB paru merupakan
menular langsung yang disebabkan oleh penyakit menular dengan pengobatan
kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). selama 6 (enam) bulan sehingga
Sebagian besar kuman TB menyerang paru, memerlukan mekanisme koping yang tepat
tetapi dapat juga mengenai organ tubuh bagi penderitanya (13).
lainnya (1). Sejak tahun 1993, World Menurut Dinas Kesehatan Kota
Health Organization (WHO) menyatakan Banjarbaru data penemuan penderita TB
bahwa TB merupakan kedaruratan global paru pada tahun 2011, di Puskesmas
(global emergency) bagi kemanusiaan (2). Guntung Payung dari jumlah perkiraan yang
Kematian yang disebabkan oleh suspek 510 orang yaitu sebanyak 47 orang
penyakit TB sekitar 1,6 juta per tahun menderita TB paru dan di Puskesmas
(3). Setiap harinya 4.400 orang di dunia Banjarbaru dari 170 orang yang suspek
meninggal karena penyakit ini, sedangkan di terdapat 20 orang yang dinyatakan TB paru
Indonesia setiap tahunnya mencapai 140.000 BTA positif. Berdasarkan hasil studi
jiwa (4). Indonesia berada pada ranking pendahuluan dengan melakukan wawancara
kelima negara dengan beban TB tertinggi di kepada petugas di Puskesmas Guntung
dunia (5). Payung, dijelaskan bahwa reaksi penerimaan
Daerah Kalimantan Selatan terhadap penyakit dari beberapa orang yang
diperkirakan setiap tahunnya terdapat lebih baru mengetahui menderita TB paru seperti
dari 7.600 penderita TB BTA positif dan sedih dan menyangkal.
kematian lebih dari 1.000 orang (6). Berdasarkan latar belakang
Sebanyak 75% penderita TB paru berasal sebelumnya, maka peneliti tertarik untuk
dari golongan usia produktif (15-60 tahun) melakukan penelitian tentang ”Hubungan
(7). Beberapa penelitian di negara tingkat pengetahuan dengan mekanisme
berkembang menunjukkan penanganan yang koping penderita TB Paru di wilayah kerja
terlambat terhadap penderita TB salah Puskesmas Guntung Payung dan Puskesmas
satunya berkaitan erat dengan pengetahuan Banjarbaru". Tujuan dari penelitian ini
penderita tentang TB (8). Pengetahuan adalah untuk mengetahui hubungan tingkat
masyarakat tentang TB Paru tampak kurang pengetahuan dengan mekanisme koping
memadai, masih banyak penderita penderita TB Paru di wilayah kerja
beranggapan bahwa TB Paru disebabkan Puskesmas Guntung Payung dan Puskesmas
oleh faktor keturunan serta mengira TB Paru Banjarbaru.
ditularkan melalui makanan dan minuman
(9). METODE PENELITIAN
Seseorang yang menderita sakit atau
mengalami suatu peristiwa yang membuat Rancangan penelitian ini menggunakan
stres dapat memberikan reaksi saat penelitian deskriptif analitik dengan
mengetahui menderita sakit dan dapat pendekatan cross sectional. Populasi dalam
memberikan dampak terhadap dirinya. penelitian ini adalah semua penderita TB
Penderita TB paru menghadapi berbagai paru diwilayah kerja Puskesmas Guntung
tuntutan maupun masalah yang dapat Payung dan Puskesmas Banjarbaru. Teknik
dihadapi dengan beradaptasi (10). pengambilan sampel menggunakan metode
Beradaptasi terhadap penyakit memerlukan purposive sampling, dengan besar sampel
berbagai strategi tergantung keterampilan yang digunakan adalah minimal 30 orang
koping yang bisa digunakan dalam dengan kriteria inklusi adalah antara lain:
menghadapi situasi sulit (11). orang dewasa (berusia ≥ 18 tahun) (39),
Kesanggupan individu menyesuaikan diri penderita TB paru yang baru pertama kali
disebut mekanisme koping (12). menderita TB paru periode Januari-Juli
Hasil penelitian Ginting dkk. (2008) 2012, penderita TB paru yang sedang
penerimaan pasien ketika mengetahui menjalani pengobatan, bersedia
mereka menderita TB paru bervariasi. Rata- menandatangani lembar persetujuan
rata mereka mengatakan terkejut dan sedih penelitian sebagai responden (Informed
saat mengetahui hal tersebut. Respons para consent), kooperatif dan dapat
pasien yang lainnya yaitu menolak, takut, berkomunikasi dua arah.
81
DK Vol.01/No.01/Maret/2013 Tingkat Pengetahuan dan Mekanisme Koping

Kuesioner tingkat pengetahuan Jenis data yang digunakan dalam


menggambarkan kemampuan kognitif penelitian ini yaitu data primer dan data
responden mengenai penyakit TB paru sekunder. Data primer diperoleh dari hasil
dengan 13 item pertanyaan. Jumlah skor pengisian kuesioner, yaitu kuesioner tingkat
tingkat pengetahuan penderita TB paru ini pengetahuan dan skala mekanisme koping
dikategorikan menjadi 3, yaitu pengetahuan oleh responden dari Puskesmas Guntung
tinggi (10-13), pengetahuan sedang (4-9), Payung dan Puskesmas Banjarbaru. Data
dan pengetahuan rendah (0-3). sekunder diperoleh dari laporan Dinas
Pengukuran mekanisme koping Kesehatan Propinsi Kalimantan Selatan dan
menggunakan skala yang dimodifikasi Kota Banjarbaru serta catatan-catatan
berdasarkan Brief COPE Scale dari Carver. penanggung jawab TB paru di Puskesmas
Skala mekanisme koping menggambarkan Guntung Payung dan Puskesmas
kemampuan responden dalam menyesuaikan Banjarbaru. Analisa data menggunakan uji
diri terhadap penyakit yang dialaminya, korelasi Spearman dengan taraf signifikan
terdiri atas 18 item pernyataan. Jumlah skor α=5%. H0 ditolak jika p<α (0,05).
mekanisme koping penderita TB paru ini
kemudian digolongkan menjadi 2, yaitu: HASIL DAN PEMBAHASAN
mekanisme koping adaptif (48-72) dan
mekanisme koping maladaptif (18-42). Karakteristik Responden Penelitian
Variabel bebas dalam penelitian ini Penelitian ini dilakukan pada 30
adalah tingkat pengetahuan penderita responden yang merupakan penderita TB
tentang TB paru. Variabel terikat dalam Paru yang berada di wilayah kerja
penelitian ini adalah mekanisme koping Puskesmas Guntung Payung dan Puskesmas
penderita TB paru. Banjarbaru.

Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden pada Bulan Juni-Juli 2012

No Karakteristik Rentang Jumlah Persentase (%)


1 Usia 18-20 tahun 1 3,3
21-30 tahun 5 16,7
31-40 tahun 4 13,3
>40 tahun 20 66,7
Jumlah 30 100
2 Jenis Kelamin Laki-laki 18 60,0
Perempuan 12 40,0
Jumlah 30 100
3 Pendidikan terakhir Tidak tamat SD 4 13,3
Tamat SD 3 10,0
SMP/MTs 6 20,0
SMA/SMK/ MA 14 46,7
Diploma/sarjana 3 10,0
Jumlah 30 100
4 Pekerjaan Tidak bekerja 7 23,3
Buruh lepas 3 10,0
Wiraswasta 7 23,3
Petani 1 3,3
Pegawai Negeri 2 6,7
Pegawai swasta 3 10,0
Pensiunan 3 10,0
Lain-lain 4 13,3
Jumlah 30 100

Tabel 1 menunjukkan sebagian besar sebanyak 4 responden (13,3 %).


penderita TB paru di wilayah kerja Karakteristik responden berdasarkan usia
Puskesmas Guntung Payung dan Puskesmas menunjukkan hampir seluruh penderita
Banjarbaru berusia lebih dari 40 tahun yaitu berada pada kelompok usia produktif (18-50
sebanyak 20 responden (66,7%), yang tahun) yaitu sebagian besar berusia di atas
berusia 18-20 tahun sebanyak 1 responden 40 tahun. Hasil penelitian ini sesuai dengan
(3,3 %), usia 21-30 tahun sebanyak 5 hasil penelitian yang dilakukan oleh Soejadi
responden (16,7%), serta usia 31-40 tahun (2007) bahwa usia terbanyak untuk kasus
82
DK Vol.01/No.01/Maret/2013 Tingkat Pengetahuan dan Mekanisme Koping

TB berada pada usia 31-50 tahun dan juga sebanyak 7 responden (23,3%), buruh lepas
menurut pernyataan WHO bahwa penderita sebanyak 3 responden (10,0%), petani 1
TB di negara berkembang adalah kelompok responden (3,3%), pegawai negeri sebanyak
usia produktif (14). Penelitian lain yang 2 responden (6,7%), pegawai swasta
mendukung adalah penelitian dari Rusnoto sebanyak 3 responden (10,0%), pensiunan
(2006) yang menyatakan proporsi terbanyak sebanyak 3 responden (10,0%) dan lain-lain
penderita TB paru adalah usia produktif sebanyak 4 responden (13,3%).
(15). Tabel 1 menunjukan sebagian besar Meskipun jenis pekerjaan tidak
penderita TB paru di wilayah kerja mempunyai kemungkinan sebagai salah satu
Puskesmas Guntung Payung dan Banjarbaru faktor yang mempengaruhi kejadian TB
adalah laki-laki yaitu sebanyak 18 paru namun kenyataan ini dapat memicu
responden (60,0%) sedangkan perempuan terjadinya kasus. WHO (1999) juga
sebanyak 12 responden (40,0%). Hasil menyatakan bahwa TB paru menyerang
penelitian Soejadi (2007) juga menunjukkan sebagian besar kelompok usia produktif,
sebagian besar dari penderita TB berjenis berpendidikan rendah dan kelompok
kelamin laki-laki (60,4%) sedangkan sisanya ekonomi lemah (14). Jenis pekerjaan
perempuan. Berdasarkan penelitian lain juga menentukan jenis lingkungan yang dapat
didapatkan penyakit TB paru cenderung berpengatuh terhadap penularan suatu
lebih tinggi pada jenis kelamin laki-laki penyakit salah satunya penyakit TB Paru
dibandingkan perempuan (16). (18). Hasil penelitian menunjukkan sebagian
Tabel 1 menunjukan sebagian besar besar responden tidak bekerja yang
penderita TB paru di wilayah kerja memungkinkan cepatnya penularan dengan
Puskesmas Guntung Payung dan Puskesmas orang kontak serumah karena lama paparan
Banjarbaru memiliki latar belakang terhadap penderita TB paru, sebagian besar
pendidikan SMA/SMK/MA yaitu sebanyak lainnya bekerja sebagai wiraswasta yang
14 responden (46,7%). Persentase terkecil kemungkinan besar terpapar lingkungan
penderita TB paru berpendidikan tamat SD kerja yang terbuka dan udara tercemar yang
dan Diploma/Sarjana sebanyak 3 responden dapat menjadi salah satu faktor pendukung
(10,0 %). tingginya angka penularan TB Paru.
Tingkat pendidikan merupakan salah
satu variabel pendukung dalam penelitian Tingkat Pengetahuan Responden
ini. Pendidikan merupakan salah satu cara
meningkatkan pengetahuan, menurut Solita Tabel 2. Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan
(1998) dalam Nisfadhila C (2008) dikatakan penderita tentang TB Paru di wilayah kerja
Puskesmas Guntung Payung dan Puskesmas
bahwa pengetahuan menempati urutan Banjarbaru
pertama dari proses kejiwaan sebelum orang
menetapkan sikap dan mengadopsi perilaku No. Kategori Jumlah Persentase (%)
baru (17). Seperti yang diungkapkan oleh 1 Rendah 0 0
WHO (1999) yang menyatakan bahwa 2 Sedang 5 16,7
selain menyerang pada kelompok usia 3 Tinggi 25 83,3
produktif TB juga menyerang pada Jumlah 30 100
masyarakat yang berpendidikan rendah.
Tingkat pendidikan memungkinkan menjadi Berdasarkan Tabel 2, terlihat tingkat
salah satu faktor yang berpengaruh pada pengetahuan responden (penderita TB Paru)
tingkat pengetahuan responden terhadap tentang penyakitnya sebagian besar dapat
segala sesuatu yang berhubungan dengan dikategorikan pengetahuan tinggi, sebanyak
TB paru (14). 25 responden (83,3%), pengetahuan sedang
Dalam hasil penelitian ini, tingkat sebanyak 5 responden (16,7%) dan tidak ada
pendidikan yang cukup tinggi dari sebagian responden dengan kategori pengetahuan
besar responden TB paru yaitu lulusan rendah. Hal ini disebabkan salah satu faktor
sekolah menengah atas dapat dijadikan yang mempengaruhi pengetahuan yaitu
sebagai tolak ukur tingkat pengetahuan tingkat pendidikan responden, selain itu
penderita TB paru terhadap penyakitnya. berbagai faktor yang lainnya yaitu umur,
Tabel 1 menunjukan sebagian besar pekerjaan dan penghasilan (19).
penderita TB Paru tidak bekerja dan bekerja Menurut Notoatmodjo (2000),
sebagai wiraswasta, yaitu masing-masing pengetahuan dipengaruhi oleh pendidikan,
83
DK Vol.01/No.01/Maret/2013 Tingkat Pengetahuan dan Mekanisme Koping

pengetahuan sangat erat kaitannya dengan yang terdekat biasanya berasal dari
pendidikan dimana diharapkan adanya anggota keluarganya (20).
pendidikan maka akan semakin luas pula
pengetahuannya (19). Berdasarkan Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan
karakteristik tingkat pendidikan responden Mekanisme Koping
dalam penelitian ini sebagian besar
responden berlatar belakang pendidikan Hubungan tingkat pengetahuan dengan
menengah atas sehingga tingkat mekanisme koping pada penelitian ini
pengetahuan yang dimiliki oleh sebagian diketahui dengan mengggunakan uji
besar responden tentang TB paru cenderung Spearman.
pengetahuan tinggi dan sedang.
Tabel 4. Korelasi tingkat pengetahuan dengan
Mekanisme Koping Responden mekanisme koping penderita TB Paru di wilayah
kerja Puskesmas Guntung Payung dan Puskesmas
Banjarbaru Bulan Juni-Juli 2012 (n: 30)
Tabel 3. Distribusi frekuensi mekanisme koping
penderita TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Variabel Mean Sd P r
Guntung Payung dan Puskesmas Banjarbaru
Tingkat 10,83 0,379 0,008 0,475
No. Kategori Jumlah Persentase (%) pengetahuan
1 Maladaptif 0 0 Mekanisme 59,40 0,000
koping
2 Adaptif 30 100
Jumlah 30 100
Berdasarkan Tabel 4, terlihat hasil uji
Berdasarkan Tabel 3, terlihat korelasi Spearman didapatkan nilai p =
mekanisme koping penderita TB Paru dalam 0,008 dan koefisien korelasi Spearman (r)
penelitian ini dapat dikategorikan dalam = 0,475. Analisis uji statistik dengan nilai
mekanisme koping adaptif, yaitu sebanyak p<0,05 sehingga dapat diketahui bahwa Ho
30 responden (100%) dan tidak ada secara statistik ditolak yang berarti terdapat
responden dengan kategori mekanisme hubungan bermakna antara tingkat
koping maladaptif. pengetahuan dengan mekanisme koping.
Mekanisme koping adalah mekanisme Nilai r = 0,475 yang berarti kekuatan
yang digunakan individu untuk menghadapi korelasi antara tingkat pengetahuan dengan
perubahan yang diterima (12). Hasil mekanisme koping adalah berkekuatan
penelitian menunjukkan sebanyak 30 sedang. Arah dari korelasi kedua variabel
responden (100%) memiliki mekanisme tersebut adalah positif yang menunjukkan
koping adaptif yang ditunjukkan dengan bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan
berbagai reaksi, seperti menerima, sikap maka semakin baik (adaptif) mekanisme
positif dan berserah diri pada Tuhan., hal ini koping dari penderita TB paru. Hasil
dimungkinkan karena sebagian besar penelitian ini menunjukkan terdapatnya
responden memang memiliki tingkat hubungan antara tingkat pengetahuan
pengetahuan (kognisi) cukup baik terhadap dengan mekanisme koping penderita TB
penyakitnya sehingga mempengaruhi Paru, yaitu semakin tinggi tingkat
terhadap kesadaran untuk berperan dalam pengetahuan semakin baik pula mekanisme
pengobatan serta persepsi yang baik tentang koping seseorang terhadap penyakit TB
TB paru menyebabkan proses adaptasi yang Paru.
baik dalam menjalani pengobatan berupa Mekanisme koping adalah cara yang
mekanisme koping adaptif bagi penderita/ digunakan individu dalam menyelesaikan
responden. masalah, mengatasi perubahan yang terjadi
Mekanisme koping dapat adaptif dan dan situasi yang mengancam baik secara
maladaptif tergantung faktor internal dan kognitif maupun perilaku. Kemampuan
eksternal. Faktor internal berasal dari koping individu tergantung dari tempramen,
individu tersebut, misalnya tahap persepsi dan kognisi serta latar belakang
perkembangan, pengalaman masa lalu dan budaya atau norma tempatnya dibesarkan
tipe kepribadian. Faktor eksternal berasal (12).
dari stresor yang dapat dilihat dari jumlah, Mekanisme koping berdasarkan
sifat dan lamanya. Faktor eksternal yang penggolongannya dibagi menjadi dua yaitu
lain berupa dukungan orang terdekat. Orang mekanisme koping adaptif dan maladaptif.
84
DK Vol.01/No.01/Maret/2013 Tingkat Pengetahuan dan Mekanisme Koping

Mekanisme koping adaptif adalah penatalaksanaan penderita TB paru melalui


mekanisme koping yang mendukung asuhan keperawatan yang komprehensif.
fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan Penyakit TB paru merupakan salah satu
mencapai tujuan. Kategorinya adalah penyakit menular yang masih menjadi fokus
berbicara dengan orang lain, memecahkan kajian dalam keperawatan komunitas.
masalah secara efektif, teknik relaksasi, Perawat sebagai pelaksana keperawatan
latihan seimbang dan aktivitas konstruktif. kesehatan masyarakat minimal mempunyai
Mekanisme koping maladaptif adalah enam peran dan fungsi, yaitu (1) sebagai
mekanisme koping yang menghambat penemu kasus (case finder); (2) sebagai
fungsi integrasi, memecah pertumbuhan, pemberi pelayanan (care giver); (3) sebagai
menurunkan otonomi dan cenderung pendidik/penyuluh kesehatan (health
menguasai lingkungan. Kategorinya adalah teacher/educator); (4) sebagai koordinator
makan berlebihan atau mungkin tidak dan kolaborator; (5) pemberi nasehat
makan sama sekali, bekerja berlebihan, (counselor); (6) sebagai panutan (role
menghindar (20). model) (21).
Pada penderita TB paru, selain faktor Salah satu peran perawat diatas adalah
fisik penting juga diperhatikan faktor mental sebagai pendidik kesehatan (health
yaitu pemahaman dan persepsi individu educator) yaitu memberikan pendidikan
terhadap penyakit TB paru. Pemahaman kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan
yang baik bagi penderita TB paru terhadap masyarakat (individu, keluarga, kelompok
penyakitnya menyebabkan pasien sadar atau masyarakat) tentang penyakit TB paru
akan penyakitnya dan menimbulkan baik dalam hal pengobatan ataupun
keinginan untuk mencari pengobatan. Faktor perawatan guna peningkatan kualitas dalam
psikososial juga berperan yaitu karena pelayanan keperawatan. Melalui peran
adanya stigma lingkungan terhadap perawat sebagai pendidik kesehatan
penderita TB paru, isolasi sosial dan tersebut, pada akhirnya diharapkan individu,
terkadang terdapat penolakan terhadap keluarga, kelompok atau masyarakat mampu
penderita oleh lingkungan dan keluarga. melakukan tindakan preventif atau
Keadaan diatas dapat menimbulkan suatu pencegahan terhadap penyakit TB paru
psikopatologi yang akhirnya menimbulkan dengan cara turut berperan aktif dalam
gangguan jiwa yang komorbid dengan memelihara kesehatan sehingga terhindar
penyakit TB paru seperti depresi dan dari terjadinya penularan berbagai macam
gangguan penyesuaian (10). penyakit menular seperti TB paru.
Hasil penelitian Ginting (2008) Peran perawat yang lain yaitu sebagai
menyebutkan bahwa faktor-faktor yang pemberi nasehat (counselor) misalnya
berpengaruh terhadap timbulnya gangguan dengan melakukan kunjungan rumah
jiwa pada pasien TB paru antara lain dari diharapkan perawat dapat memberikan
faktor individu (pemahaman, pencarian kesempatan bagi masyarakat untuk dapat
pengobatan dan persepsi sendiri) dan faktor- melakukan konseling kesehatan terkait
faktor psikososial seperti stigma (dampak penyakit yang di alami saat ini, khususnya
lingkungan dan keluarga) berupa pandangan penanganan secara psikologis penderita TB
dan perlakuan kurang baik dari lingkungan paru agar dapat menggunakan mekanisme
dan keluarga (10). Pelayanan keperawatan koping yang baik (adaptif) terhadap
saat ini masih berfokus pada aspek biologis penyakitnya sehingga dapat berpengaruh
saja, namun aspek psikologis, sosial dan positif bagi kesehatan penderita TB paru
spiritualnya hanya sedikit tersentuh bahkan baik pada saat mengetahui menderita TB
terabaikan. Perbaikan mekanisme koping paru maupun saat menjalani proses
sangat membutuhkan dorongan dan pengobatan.
perhatian melalui asuhan keperawatan yang
komprehensif meliputi aspek biologis, PENUTUP
hubungan sosial, psikologis dan spiritual.
Keperawatan jiwa diharapkan mampu Berdasarkan hasil penelitian maka
mencegah faktor pencetus atau yang dapat disimpulkan bahwa tingkat
berpengaruh dari penderita TB paru yang pengetahuan dengan mekanisme koping
mempunyai potensi mengalami perubahan penderita TB paru di wilayah kerja
kesehatan jiwa dengan melakukan Puskesmas Guntung Payung dan Puskesmas
85
DK Vol.01/No.01/Maret/2013 Tingkat Pengetahuan dan Mekanisme Koping

Banjarbaru didapat gambaran sebagai 5. Utarini A, Bawa W, Carmelia B, dkk.


berikut: tingkat pengetahuan responden Strategi nasional pengendalian TB di
(penderita TB Paru) tentang penyakitnya Indonesia 2010-2014. Jakarta, 2011.
dikategorikan pengetahuan tinggi sebanyak 6. Dinas Kesehatan Kalimantan Selatan.
25 responden (83,3%), pengetahuan sedang Laporan kinerja program TB 2011.
sebanyak 5 responden (16,7%) dan tidak ada Banjarmasin: Dinkes Kalsel, 2011.
responden dengan kategori pengetahuan 7. Martony O dan Hendro. Efektivitas
rendah sedangkan untuk mekanisme koping pengobatan strategi DOTS dan
penderita TB paru dikategorikan mekanisme pemberian telur terhadap penyembuhan
koping adaptif yaitu sebanyak 30 responden dan peningkatan status gizi penderita TB
(100%) dan tidak ada responden dengan paru di Kecamatan Lubuk Pakam tahun
kategori mekanisme koping maladaptif. 2005. Jurnal Ilmiah PANMED 2006;
Terdapat hubungan positif antara tingkat 1(1): 38-43.
pengetahuan dengan mekanisme koping 8. Mesfin MM, Tesfay WT, Israel GT, et
penderita TB Paru di wilayah kerja al. Community knowledge, attitudes and
Puskesmas Guntung Payung dan Puskesmas practices on pulmonary tuberculosis and
Banjarbaru. their choice of treatment supervisor
Guna perbaikan dan penyempurnaan in Tigray, northern Ethiopia. Ethiop.
penelitian yang akan datang maka dapat J.Health Dev 2005; 19: 21-27.
dilakukan pengembangan penelitian 9. Alsagaf H dan Mukty HA. Dasar-dasar
misalnya dengan tempat penelitian yang ilmu penyakit paru. Surabaya: Airlangga
lebih luas, jumlah sampel yang lebih banyak University Press, 2005.
serta menggunakan jenis penelitian yang 10. Ginting TT, Wibisono S, Kusumadewi I,
berbeda, seperti penelitian secara kualitatif dkk. Faktor-faktor yang berpengaruh
agar penelitian menjadi lebih bermakna dari terhadap timbulnya gangguan jiwa pada
banyak faktor yang dapat diteliti tentang penderita tuberkulosis paru dewasa di
hubungan tingkat pengetahuan pasien RS Persahabatan (kualitatif). J Respir
dengan mekanisme koping penderita TB Indo 2008; 28(1): 20-26.
Paru. 11. Herry E. Tingkat kecemasan, dukungan
sosial, dan mekanisme koping terhadap
KEPUSTAKAAN kelentingan keluarga pada keluarga
dengan TB paru di Kecamatan Ciomas
1. Manaf A, Agung P, Agung PS, dkk. Bogor. Departemen Ilmu Keluarga dan
Pedoman nasional penaggulangan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia.
tuberkulosis. Jakarta: Departemen Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor,
Kesehatan RI, 2007. 2011.
2. Irani L, Kabalimu TK and Kasesela S. 12. Nursalam. Model holistik berdasar teori
Knowledge and healthcare seeking adaptasi (Roy dan PNI) sebagai upaya
behaviour of pulmonary tuberculosis modulasi respons imun (aplikasi pada
patients attending Ilala District Hospital, pasien HIV & AIDS). Disampaikan pada
Tanzania. Tanzania Health Research Seminar Nasional Keperawatan, 16 Mei
Bulletin 2007; 9 (3): 169-173. 2009. Surabaya: Universitas Airlangga,
3. Murniasih E dan Livana. Hubungan 2009.
pemberian imunisasi BCG dengan 13. Mutaqin H. Mekanisme koping
kejadian tuberkulosis paru pada anak penderita TBC Paru menghadapi
balita di balai pengobatan penyakit paru- penyakitnya di Wilayah Puskesmas
paru Ambarawa tahun 2007. Jurnal Bergas. Skiripsi. Semarang: Universitas
Kesehatan Surya Medika Yogyakarta Diponegoro Semarang, 2008.
2007; 14. Soejadi TB, Desy AA dan Suprapto.
(http://www.skripsistikes.wordpress.com Analisis faktor-faktor yang
, di akses 5 Mei 2012). mempengaruhi kejadian kasus
4. Erawatyningsih E, Purwanta dan Heru S. Tuberculosis paru. Jurnal Ilmiah
Faktor-faktor yang mempengaruhi PANMED 2007; 2(1): 13-19.
ketidakpatuhan berobat pada penderita
Tuberkulosis paru. Berita Kedokteran
Masyarakat 2009; 25 (3): 117-124.
86
DK Vol.01/No.01/Maret/2013 Tingkat Pengetahuan dan Mekanisme Koping

15. Rusnoto, Pasihan R, Ari U. Faktor- 18. Martiana T, MA Isfandiari, Muji S, dkk.
faktor yang berhubungan dengan Analisis risiko penularan tuberculosis
kejadian Tb paru pada usia dewasa paru akibat faktor perilaku dan faktor
(studi kasus di balai pencegahan dan lingkungan pada tenaga kerja di industri.
pengobatan penyakit paru Pati) 2006; Berita Kedokteran Masyarakat 20007;
(online),(http://eprints.undip.ac.id/5283/) Vol 23(1):28-34.
, diakses 15 Nopember 2012). 19. Notoatmodjo S. Dasar-dasar perilaku
16. Hiswani. Tuberkulosis merupakan pendidikan kesehatan. Jakarta: Rineka
penyakit infeksi yang masih menjadi Cipta, 2000.
masalah kesehatan masyarakat. Padang: 20. Triyanto E. Hubungan antara dukungan
Fakultas Kedokteran Universitas suami dengan mekanisme koping istri
Sumatera Utara, 2008. yang menderita kista ovarium di
17. Nisfadhila C, Susu M, Arief B. Purwokerto. Jurnal Keperawatan
Hubungan tingkat pengetahuan agama Soedirman (The Soedirman Journal of
Islam dengan sikap perilaku seks bebas Nursing) 2010; 5 (1): 1-7.
remaja di Madrasah Aliyah Negeri III 21. Kepmenkes RI nomor 279/ MENKES/
Malang. Jurnal Kesehatan 2008; 6(1): SK/ IV/ 2006.
23-32.

87
DK Vol.01/No.01/Maret/2013 Tingkat Pengetahuan dan Mekanisme Koping

Anda mungkin juga menyukai