Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH PEMBERIAN POSISI SEMI FOWLER TERHADAP

RESPIRATORY RATE PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI


RUANG FLAMBOYAN RSUD SOEWONDO KENDAL
1 (1) (2) (3)
Dwi Nur Aini , Arifianto Sapitri ,
1
Dosen Program Studi Ners STIKES Widya Husada Semarang
2
Dosen Program Studi Ners STIKES Widya Husada Semarang
Email : Fitrisa234@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang : Tuberkulosis paru merupakan suatu penyakit infeksi yang disebabkan
oleh Mycobacterium Tuberkulosis, yang di tandai dengan batuk bercampur darah, badan
lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, dan sesak nafas. Posisi yang
paling efektif bagi pasien dengan penyakit tb paru adalah diberikannya posisi semi fowler
dengan derajat kemiringan 30-45°. Berdasarkan studi awal pendahuluan yang di lakukan
peneliti pada tanggal 12 Maret 2017 di ruang inap RSUD Dr.H. Soewondo Kendal terhadap
4 pasien, peneliti mendapatkan hasil wawancara 1 pasien mengetakan ketika sesak pasien di
berikan posisi semi fowler pasien merasa sesak berkurang, dan 3 pasien ketika sesak tidak
ingin dilakukan tindakan posisi semi fowler.
Metode Penelitian : Penelitian kuantitatif jenis quasi eksperimental dengan pendekatan
One Group Pretest-Post test. Tehnik sampling dengan accidental, sampel sejumlah 22
responden. Pengambilan data menggunakan lembar observasi kemudian di olah kedalam uji
statistik Wilcoxon Signed Ranks Test.
Hasil Penelitian : Berdasarkan hasil analisis diperoleh data dari 22 responden penelitian,
terdapat 12 responden dengan hasil respiratory rate posttest lebih kecil dari pretest, 7
responden tetap, 3 responden mempunyai respiratory rate yang lebih tinggi dari pretest.
Hasil menggunakan uji Wilxocon Signed Rank Test diperoleh nilai P-value sebesar 0,020
< nilai ά 0,05, sehingga H0 ditolak.
Kesimpulan Penelitian : Ada pengaruh pemberian posisi semi fowler terhadap respiratory
rate pada pasien tuberkulosis paru di ruang Flamboyan RSUD Dr. H. Soewondo Kendal.
Kata Kunci : posisi semi fowler, respiratory rate, tuberkulosis

ABSTRACT
Background: Pulmonary tuberculosis is an infectious disease caused by Mycobacterium
Tuberculosis, which is marked by a cough mixed with blood, body weakness, decreased
appetite, decreased weight, malaise, and shortness of breath. The most effective position for
patients with pulmonary tuberculosis is the presence of a semi-fowler position with a
degree of 30-45 °. Based on preliminary preliminary study conducted by investigators on
March 12, 2017 in the hospital room of Dr.H. Soewondo Kendal Hospital on 4 patients, the
researcher got the interview result 1 patient mapped when the shortness of the patient was
given the semi fowler position the patient felt shortness decreased, and 3 patients when the
shortness Do not want to do semi-fowler positioning action.
Methods:Quasi-experimental research with One Group Pretest-Post test approach.
Sampling technique with accidental, sample of 22 respondents. The retrieval of data using
an observation sheet is then processed into the Wilcoxon Signed Ranks Test statistical test.
Results:Based on the results of the analysis obtained data from 22 respondents research,
there are 12 respondents with the results respiratory rate posttest smaller than pretest, 7
respondents remain, 3 respondents have a respiratory rate higher than pretest. Results using
Wilxocon Signed Rank Test test obtained P-value value of 0.020 <value ά 0.05, so H0
refused.
ResearchConclusions: There is influence of giving of semi-fowler position to respiratory
rate in lung tuberculosis patient in Flamboyan room RSUD Dr.H. Soewondo Kendal.
Keywords:Semi-Fowler Position, Respiratory Rate, Lungs Tuberculosis

1
PENDAHULUAN nomor tiga setelah penyakit jantung dan
Tuberculosis paru adalah saluran pernafasan pada semua
penyakit yang di sebabkan oleh kelompok usia serta nomor satu untuk
mycobacterium tuberculosis, yakni golongan penyakit infeksi. Korban
kuman aerob yang dapat hidup terutama meninggal akibat TB paru di Indonesia
di paru atau di berbagai organ tubuh sebanyak 61.000 kematian tiap tahunnya.
lainnya yang mempunyai tekanan parsial (Riskerdas, 2013).
oksigen yang tinggi (Tambrani, 2010). Prevalensi penduduk
TB Paru merupakan salah satu penyakit Indonesia dengan kasus TB paru semua
menular yang masih menjadi tipe pada tahun 2013 adalah 0,4%. Di
permasalahan di dunia hingga saat ini, Jawa Tengah yang di diagnosis TB Paru
tidak hanya di negara berkembang tetapi adalah 0,4% dengan gejala batuk lebih
juga di negara maju. Menurut data dari 2 minggu 3,8% dan batuk darah
WHO bahwa sepertiga penduduk dunia 3,0% (Riset Kesehatan Dasar
telah terinfeksi oleh TB Paru. [Riskesdas] 2013). Data yang di peroleh
Berdasarkan data World Health dari Kabupaten Kota Provensi Jawa
Organization (WHO) Pada tahun 2014 Tengah pada tahun 2013 di dapatka
terdapat 9,6 juta penduduk dunia jumlah penderita penyakit TB paru 559
terinfeksi kuman TB, jumlah kasus TB penderita dengan jenis kelamin
paru terbanyak berada pada wilayah perempuan sebanyak 326 penderida dan
Afrika (37%), wilayah Asia Tenggara laki - laki sebanyak 233 penderita,
(28%), dan wilayah Mediterania Timur kasus tb paru terbanyak berdasarkan
(17%) Di seluruh dunia, TB Paru jenis kelamin adalah jenis kelamin laki –
merupakan penyakit infeksi terbesar laki.
nomor 2 penyebab tingginya angka Data yang di peroleh dari
mortalitas dewasa sementara di Dinkes Kendal pada tahun 2014
Indonesia TB Paru menduduki peringkat dapatkan dilihat CNR (Case Notification
3 dari 10 penyebab kematian dengan Rate) di Kabupaten Kendal mengalami
proporsi 10% dari mortalitas total. peningkatan yang cukup signifikan,
Angka insidensi semua tipe TB Paru dimana 48,22/100000 penduduk pada
Indonesia tahun 2015 adalah 520.000 2013, menjadi 97,01/100000 penduduk
kasus atau 192 per 100.000 penduduk, pada tahun 2014, atau dapat di katakan
angka prevalensi semua tipe TB Paru telah di temukan 923 kasus TB pada
420.000 atau 247 per 100.000 penduduk Tahun 2014.
dan angka kematian TB Paru 71.000 Pada Stadium awal
atau 33 per 100.000 penduduk atau 193 penyakit TB paru tidak menunjukkan
orang per hari. (World Health tanda dan gejala yang spesifik. Namun
Organization, 2015). seiring dengan perjalanan penyakit akan
Di Indonesia, prevalensi menambah jaringan parunya mengalami
TB paru dikelompokkan dalam tiga kerusakan, sehingga dapat
wilayah, yaitu wilayah Sumatera (33%), meningkatkan poduksi sputum yang
wilayah Jawa dan Bali (23%), serta ditunjukkan dengan seiringnya klien
wilayah Indonesia Bagian Timur (44%), batuk sebagai bentuk kompensasi
lima provinsi dengan TB tertinggi pengeluaran dahak. Gejala yang biasa
adalah Jawa Barat, Papua, DKI Jakarta, ditemui pada pasien TB paru adalah
Gorontalo, Banten, dan Papua Barat. batuk-batuk selama 2-3 minggu atau
Penduduk yang didiagnosis TB oleh lebih. Selain batuk pasien juga
tenaga kesehatan, 44,4 persen diobati mengeluhkan dahak bercampur darah,
dengan obat program, di Indonesia TB batuk darah, sesak nafas, badan lemas,
paru merupakan penyebab kematian nafsu makan menurun, berat badan

2
menurun, malaise, berkeringat malam menyangga daerah punggung, sehingga
hari tanpa kegiatan fisik, dan demam dapat memberi kenyamanan saat tidur
meriang lebih dari satu bulan (Santa, dan dapat mengurangi kondisi sesak
2008). nafas pada pasien asma saat terjadi
Metode yang paling serangan (Ruth, 2015).
sederhana dan efektif untuk mengurangi Peneliti sejalan dengan
resiko penurunan pengembangan penelitian yang dilakukan oleh Singal,
dinding dada yaitu dengan pengaturan 2013 yang berjudul “A Study on the
posisi saat istirahat. Posisi yang paling Effect Position in COPD Patients to
efektif bagi pasien dengan penyakit tb Improve Breathing Pattern” ditemukan
paru adalah diberikannya posisi semi bahwa 64% pasien lebih baik dalam
fowler dengan derajat kemiringan 30- 0 0
posisi 30-45 , 24% pada posisi 60 , dan
45° (Yulia, 2008). posisi semi 12% pasien lebih baik dalam posisi 90
0.

fowler dengan derajat kemiringan 45°, Sama halnya dengan penelitian yang
yaitu dengan menggunakan gaya telah dilakukan oleh Aneci Boki
gravitasi untuk membantu Majampoh dan Rolly Rondonuwu
pengembangan paru dan mengurangi (2013) dengan judul pengaruh
tekanan dari abdomen pada diafragma, pemberian posisi semi fowler terhadap
posisi semi fowler pada pasien TB paru kestabilan pola napas pada pasien TB
telah dilakukan sebagai salah satu cara paru dengan nilai p value = 0,000,
untuk membantu mengurangi sesak terdapat pengaruh pemberian posisi semi
napas (Bare, 2010). fowler terhadap kestabilan pola napas
Posisi semi fowler mampu pada pasien TB paru di Irna C5 RSUP
memaksimalkan ekspansi paru dan PROF Dr. R. D. KANDOU MANADO.
menurunkan upaya penggunaan alat Berdasarkan studi awal
bantu otot pernapasan.Ventilasi pendahuluan yang di lakukan peneliti
maksimal membuka area atelektasis dan pada tanggal 12 Maret 2017 di ruang
meningkatkan gerakan sekret ke jalan inap RSUD H. Suwondo Kendal,
napas besar untuk dikeluarkan (Muttaqin terdapat 4 pasien yang menderita
2008). Tujuan dari tindakan ini adalah penyakit TB paru di ruang Flamboyan,
untuk menurunkan konsumsi O2 dan peneliti mendapatkan hasil wawancara 1
menormalkan ekspansi paru yang pasien mengatakan ketika sesak pasien
maksimal, serta mempertahankan di berikan posisi semi fowler pasien
kenyamanan Posisi semi fowler merasa sesak berkurang, dan 3 pasien
bertujuan mengurangi resiko stasis ketika sesak tidak ingin dilakukan
sekresi pulmonar dan mengurangi resiko tindakan posisi semi fowler, pasien
penurunan pengembangan dinding dada beranggapan tidak dapat mengurangi
(Musrifatul, 2012). sesak yang di alami pasien hanya
Pemberian posisi semi berbaring dan di bantu dengan O2 kanul.
fowler pada pasien TB Paru telah Dari hasil observasi tersebut yang di
dilakukan sebagai salah satu cara untuk lakukan di ruang Flamboyan pasien
membantu mengurangi sesak napas. masih belum mengetahui secara benar
Keefektifan dari tindakan tersebut dapat tentang mengurangi sesak dengan
dilihat dari Respiratory rate yang pemberian posisi semi fowler pada
menunjukkan angka normal yaitu 16- pasien TBC.
24x per menit pada usia dewasa. Berdasarkan uraian diatas
Pelaksanaan asuhan keperawatan dalam maka perumusan masalah dalam
pemberian posisi semi fowler itu sendiri penelitian ini adakah “pengaruh
dengan menggunakan tempat tidur dan pemberian posisi semi fowler terhadap
fasilitas bantal yang cukup untuk respiratory rate pada pasien
tuberkulosis paru di RSUD Dr. H. 2. Jenis Kelamin Responden
Soewondo Kendal” Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi
METODE PENELITIAN Responden Berdasarkan Jenis
Jenis penelitian yang Kelamin di
digunakan adalah penelitian kuantitatif Ruang Flamboyan RSUD
yang merupakan quasi eksperimental, dr. Soewondo Kendal
dengan menggunakan pendekatan One Bulan Juli 2017
Group Pretest-Post test, penelitian ini n = 22
dilakukanpada bulan Juli- Agustus 2017.
Sampel yang digunakan dalam Jenis n %
penelitian ini adalah pasien TB Paru di Kelamin
ruang Flamboyan RSUD Dr.H. Laki – laki 15 68,2
Soewondo Kendal sebanyak 22. Tekhnik
pengambilan sampel dalam penelitian Perempuan 7 31,8
ini adalah accidental sampling. Variabel
independennya yaitu Posisi Semi Fowler Total 22 100,0
dan Variabel dependennya yaitu
Respiratory Rate Pada Pasien TB Paru.
Berdasarkan tabel 4.2 diperoleh
Instrumen pada penelitian ini
hasil bahwa dari 22 responden,
menggunakan lembar observasi dan di
sebagian besar responden
analisis menggunakan Wilcoxon Signed
dengan jenis kelamin laki - laki
Rank Test.
sebanyak 15 orang (68,2%).
HASIL
3. Sebelum Dilakukan Pemberian
Posisi Semi Fowler
A. Karakteristik Responden
1. Umur Responden Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Responden
Tabel 4.1
Sebelum Dilakukan Pemberian
Distribusi Frekuensi
Posisi Semi Fowler di Ruang
Responden Berdasarkan
Flamboyan RSUD dr.
Umurdi Ruang
Soewondo Kendal
Flamboyan RSUD dr.
Soewondo Kendal Bulan Juli 2017
Bulan Juli 2017 n = 22
n = 22
Pretest n %
Umur n % Bradipnea 5 22,7

20 – 40 9 40,9 Takhipnea 17 77,3


tahun Normal 0 0
>40 tahun 13 59,1 Total 22 100,0

Total 22 100,0 Berdasarkan tabel 4.3 diperoleh


hasil bahwa dari 22 responden,
Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh sebagian besar responden sebelum
hasil bahwa dari 22 responden, dilakukan pemberian posisi semi
sebagian besar responden fowler, responden dengan
dengan umur > 40 tahun pernafasan Takhipnea >24x/menit
sebanyak 13 orang (59,1%). sebanyak 17 orang (77,3%).
4. Setelah Dilakukan Pemberian Berdasarkan tabel 4.5 terdapat 12
Posisi Semi Fowler responden dengan hasil
Tabel 4.4 respiratory rate posttest lebih
Distribusi Frekuensi Responden kecil dari pretest, 7 responden
Setelah Dilakukan Pemberian tetap, 3 responden mempunyai
Posisi Semi Fowler di Ruang respiratory rate yang lebih tinggi
Flamboyan RSUD dr. dari pretest. Hasil menggunakan
Soewondo Kendal uji Wilxocon Signed Rank Test
Bulan Juli 2017 diperoleh nilai P-value sebesar
n = 22 0,020 < nilai ά 0,05, sehingga H0
ditolak dan Ha diterima, ada
Posttest n % pengaruh pemberian posisi semi
Bradipnea 2 fowler terhadap respiratory rate
9,1
pada pasien tuberkulosis paru di
Normal 15 68,2 ruang Flamboyan RSUD Dr. H.
Soewondo Kendal. Didapatkan
Takhipnea 5 22,7 hasil bahwa responden yang
dengan pernafasan takhipnea
Total 22 100 sebelum dilakukan pemberian
posisi semi fowler sebanyak 17
Berdasarkan tabel 4.4 diperoleh responden, setelah dilakukan
hasil bahwa dari 22 responden, pemberian posisi semi fowler
sebagian besar responden setelah sebanyak 5 responden, responden
dilakukan pemberian posisi semi mengalami penurunan respiratory
fowler, responden dengan rate setelah dilakukan semi fowler
pernafasan Normal sebanyak 15 sebanyak 12 responden,
orang (68,2%). pernafasan Bradipnea sebelum
dilakukan pemberian posisi semi
5. Analisa Bivariat fowler sebanyak 5 responden,
Pengaruh pemberian posisi semi setelah dilakukan posisi semi
fowler terhadap respiratory rate fowler menjadi 2 responden,
pada pasien tuberkulosis paru di pemberian posisi semi fowler
RSUD H. Soewondo Kendal. dapat membantu sebagian
Tabel 4.5 pernafasan yang lambat menjadi
Pengaruh pemberian posisi semi normal, responden mengalami
fowler terhadap respiratory rate peningkatan respiratory rate
pada pasien tuberkulosis paru sebanyak 3 responden dan
di Ruang Flamboyan terdapat 7 responden yang tidak
RSUD H. Soewondo mengalami peningkatan /
Kendal Bulan penurunan (tetap).
Juli 2017
n = 22
PEMBAHASAN
n Z P-Value a. Umur Responden
Negative 1 -2,324 0,020 Hasil penelitian menunjukkan
Ranks bahwa dari 22 responden, sebagian
Positive 3 besar responden dengan umur > 40
ranks tahun sebanyak 13 orang (59,1%).
Ties 7 Usia sangat mempengaruhi
Total 22 terserang berbagai macam penyakit
pada usia ≥ 55 tahun seseorang kempisnya paru dan suplai O2 yang
akan sangat gampang terserang masuk dalam paru- paru tidak
berbagai penyakit, salah satunya adekuat sehingga pernafasan yang
TB paru, hal ini mungkin di alami oleh responden cepat dan
diakibatkan oleh menurunya sistem dangkal dapat di lihat dari 17
imunologis seseorang pada saat ia responden dengan respiratory rate
menjadi tua (Tjandra, 2007). yang > 24 x/menit, selain itu
penderita tuberclosis mengalami
b. Jenis Kelamin Responden batuk berdahak disertai darah, pada
Hasil penelitian menunjukkan responden batuk berdahak yang
bahwa dari 22 responden, sebagian tidak dapat keluar dengan maksimal
besar responden dengan jenis menyebabkan sumbatan jalan nafas
kelamin laki - laki sebanyak 15 dan lemahnya otot bantu
orang (68,2%).Berdasarkan jenis pernafasan, pada penelitian ini
kelamin, laki-laki lebih berisiko terdapat 5 responden yang
terkena tuberkulosis karena laki- mengalami pernafasan dengan
laki cenderung memiliki kebiasaan bradipnea respiratory rate <
merokok dan mengonsumsi 21x/menit.
alkohol. Kebiasaan tersebut yang
menyebabkan penurunan daya d. Setelah Dilakukan Pemberian
tahan tubuh yang memudahkan Posisi Semi Fowler
seseorang tertular tuberkulosis Hasil penelitian menunjukkan
(Suryo, 2010). bahwa dari 22 responden sebagian
besar responden setelah dilakukan
c. Sebelum Dilakukan Pemberian pemberian posisi semi fowler,
Posisi Semi Fowler responden dengan pernafasan
Hasil penelitian menunjukkan Normal 16-24x/menit sebanyak 15
bahwa dari 22 responden, diperoleh orang (68,2%). Setelah dilakukan
hasil terdapat pernafasan Bradipnea pemberian posisi semi fowler pada
sebanyak 5 orang (22,7%) dan responden terdapat perubahan
sebagian besar responden sebelum respiratory pada responden setelah
dilakukan pemberian posisi semi dilakukan tindakan posisi semi
fowler, responden dengan fowler, pernafasan Bradipnea
pernafasan Takhipnea > 24x/menit sebanyak 2 orang, responden
sebanyak 17 orang (77,3%). dengan pernafasan Takhipnea >
Penyebab terjadinya sesak nafas 24x/menit sebanyak 5 orang dan
yang dialami pada responden responden dengan pernafasan
dengan tuberculosis yaitu bakteri Normal 16-24x/menit sebanyak 15
mycobacterium tuberculosis, orang, perubahan respiratory rate
bakteri ini masuk melalui sistem pada pada penderita tuberkulosis
pernafasan kemudian bersarang dapat berubah setelah dilakukan
masuk dalam paru – paru, basil dalam mengurangi rasa sesak yang
Tuberculosis menyebabkan di alami penderita dengan
nekrosis jaringan, sedangkan tuberkulosis perawat melakukan
lemaknya menyebabkan sifat tahan tindakan asuhan keperawatan
asam dan merupakan faktor dengan kolaborasi obat sesuai advis
terjadinya fibrosis dan terbentuknya dokter dan tindakan keperawatan
sel epiteloid dan tuberkel, bakteri mandiri dengan pemberian
yang berada dalam paru - paru oksigenasi, pemberian latihan napas
dapat mempersempit kembang dalam dan batuk efektif, dan
pemberian posisi semi fowler (Price akibatkan terdapat sumbatan pada
& Wilson 2006). saluran jalan nafas dan kelelahan
otot pernafasan dan 3 responden
e. Pengaruh pemberian posisi semi masih mengalami pernafasan
fowler terhadap respiratory rate Takhipnea yang di akibatkan tidak
pada pasien tuberkulosis paru di adekuat O2, selain faktor diatas
RSUD Dr.H. Soewondo Kendal. faktor yang menyebabkan
Hasil penelitian menunjukkan responden masih mengalami sesak
bahwa terdapat 12 responden saat pelaksanaan pemberian posisi
dengan hasil respiratory rate semi fowler pada responden, 7
posttest lebih kecil dari pretest, 7 responden tidak kooperatif dalam
responden tetap, 3 responden pemberian, responden tidak
mempunyai respiratory rate yang melakukan posisi semi fowler
lebih tinggi dari pretest. Hasil degan benar, responden sering
menggunakan uji Wilxocon Signed mengubah posisi yang telah
Rank Test diperoleh nilai P-value diberikan oleh peneliti.
sebesar 0,020 < nilai ά 0,05, Berdasarkan data yang diperoleh
sehingga H0 ditolak dan Ha dari lembar observasi yang telah
diterima, ada pengaruh pemberian diisi oleh responden, responden
posisi semi fowler terhadap sering mengalami kesulitan dalam
respiratory rate pada pasien bernafas setelah di lakukan
tuberkulosis paru di ruang pemberian terapi posisi semi fowler
Flamboyan RSUD Dr. H. terdapat perubahan dalam
Suewondo Kendal. Didapatkan respiratory rate. Pemberian posisi
hasil bahwa responden yang dengan semi fowler pada pasien TB Paru
pernafasan Takhipnea sebelum telah dilakukan sebagai salah satu
dilakukan pemberian posisi semi cara untuk membantu mengurangi
fowler sebanyak 17 responden, sesak napas. Keefektifan dari
setelah dilakukan pemberian posisi tindakan tersebut dapat dilihat dari
semi fowler sebanyak 5 responden, Respiratory Rates yang
responden mengalami penurunan menunjukkan angka normal yaitu
respiratory rate setelah dilakukan 16-24x per menit pada usia dewasa.
semi fowler sebanyak 12 responden, Pelaksanaan asuhan keperawatan
pernafasan Bradipnea sebelum dalam pemberian posisi semi fowler
dilakukan pemberian posisi semi itu sendiri dengan menggunakan
fowler sebanyak 5 responden, tempat tidur dan fasilitas bantal
setelah dilakukan posisi semi fowler yang cukup untuk menyangga
menjadi 2 responden, responden daerah punggung, sehingga dapat
mengalami peningkatan respiratory memberi kenyamanan saat tidur
rate sebanyak 3 responden dan dan dapat mengurangi kondisi
terdapat 7 responden yang tidak sesak nafas. Penatalaksanaan
mengalami peningkatan / gangguan sistem pernafasan dapat
penurunan (tetap). dilakukan pemasangan O2, serta
Berdasarkan hasil penelitian yang kolaborasi obat adapun pengobatan
telah dilakukan oleh peneliti non farmakologi pada penderita
terdapat 7 responden yang tidak dengan gangguan sistem pernafasan
mengalami perubahan setelah di tuberkulosi dapat menggunakan
lakukan posisi semi fowler, 2 latihan pernafasan perut, fisioterapi
responden masih mengalami dada serta posisi semi fowler
pernafasan Bradipnea yang di (Muttaqin 2008).
PENUTUP 2. Bagi institusi rumah sakit
A. Simpulan Sebagai masukan dalam
Dari tujuan yang meningkatkan mutu pelayanan
diharapkan oleh peneliti bahwa keperawatan tentang pelayanan
penelitian ini dilakukan untuk keperawatan pada pasien
mengetahui pengaruh pemberian Tuberkulosis Paru di RSUD Dr.H.
posisi semi fowler terhadap Soewondo Kendal.
respiratory rate pada pasien
tuberkulosis paru di RSUD H. 3. Bagi Penderita
Soewondo Kendal, maka dapat di Diharapkan responden dapat
ambil kesimpulan yaitu : menerapkan penatalaksanaan dalam
1. Sebagian besar responden mengurangi sesak yang di
sebelum dilakukan pemberian timbulkan oleh serangan
posisi semi fowler, responden tuberkulosis, responden dapat
dengan pernafasan Trakipnea menggunakan posisi semi fowler
> 24x/menit sebanyak 17 untuk mengurangi sesak, serta
orang (77,3%). mendapatkan pengetahuan tentang
2. Sebagian besar responden cara mengatasi sesak dengan
setelah dilakukan pemberian menggunakan posisi semi fowler.
posisi semi fowler, responden
dengan pernafasan Normal 16- 4. Bagi Peneliti Selanjutnya
24x/menit sebanyak 15 orang Peneliti selanjutnya tidak hanya
(68,2%). melihat dari pemberian posisi semi
3. Hasil analisa statistik nilai fowler saja untuk mengurangi sesak
dengan uji Wilxocon Signed pada pasien TB Paru. Tetapi dapat
Rank Test diperoleh nilai dilakukan pelatihan Breathing
4. P-value sebesar 0,020 < nilai ά Exercise, Latihan nafas dalam, serta
0,05%, sehingga ada pengaruh hasil penelitian ini dapat dijadikan
pemberian posisi semi fowler referensi untuk peneliti selanjutnya.
terhadap respiratory rate pada
pasien tuberkulosis paru di DAFTAR PUSTAKA
ruang Flamboyan RSUD Dr. Bare SA. (2010). Patofisiologi Penyakit
H. Suewondo Kendal. Pengantar Menuju Kedokteran
Klinis. Edisi kelima. Buku
Kedokteran EGC : Jakarta.
SARAN
1. Bagi Keperawatan Boki dkk. (2013). Pengaruh Pemberian
Memberikan masukan dan ilmu Posisi Semi Fowler Terhadap
bagi perawat dan sebagai sumber Kestabilan Pola Napas Pada
ilmu dan referensi untuk tenaga Pasien Tb Paru Di Irina C5 Rsup
kesehatan di luar sana dalam Prof Dr. R. D. Kandou Manado.
memberikan edukasi atau pendidikan Ejournal Keperawatan (e-Kp)
kesehatan tentang pemberian posisi Volume 3. Diakses pada 22 juni
semi fowler pada pasien tuberculosis 2017.
dalam menurunkan respiratori rate, Budiarto. (2009). Metodologi Penelitian.
serta perawat harus memberikan Rineka Cipta : Yogyakarta
posisi semi fowler pada pasien
dengan gangguan pernafasan
khususnya TB Paru.
Depkes RI. (2015). Program Price S.A. (2013). Patofisiologis konsep
Penanggulangan TB. Departemen Klinis Proses - proses Penyakit.
Kesehatan Republik Indonesia. Vol.1. EGC : Jakarta.

Evina. (2012) Tuberkulosis Paru, Ruth M. (2015). Physiotherapy For


Diagnosis, Terapi dan Respiratory And Cardiac
Masalahnya. Edisi 4 : Jakarta. Problems. Churchill Livingstone :
London.
Hanan B. (2016).
www.academia.edu/.../Macam- Sugiyono. (2013) . Statistik
Macam_Posisi_Pasien. Di Nonparametris Untuk
aksespada tanggal 5 juli 2017. Penelitian.Alfabeta : Bandung.
Tjandra, S. 2007. Ilmu Penyakit Dalam,
Junaidi Iskandar. (2010). Penyakit Paru Rineka Cipta, Jakarta.
dan saluran Napas. Bhuana Ilmu
Populer : Jakarta. Widagdo, (2011). Buku Ajar Asuhan
Keperawatan klien dengan
Kozier B. (2011), Buku Ajar Gangguan Sistem Pernafasan.
Fundamental Keperawatan : Salemba Medika :Jakarta
Konsep, Proses, dan Praktik,
vol.2, edk 4, EGC. Jakarta. Widoyono (2011), Penyakit Tropis :
Epidemiologi, Penularan,
Marwah, (2014) Pengaruh Pemberian Pencegahan &
Posisi Semi Fowler Terhadap Pemberantasannya, edk 2,
Respiratory Rate Pasien Erlangga : Jakarta.
Tuberkulosis Paru Di Rsud
Kabupaten Pekalongan. Wijaya AS. (2013) Keperawatan
Medikal Bedah. Nuha Medika :
Masrifatul. (2012). Buku Ajar Asuhan Yogyakarta
Keperawatan Klien dengan
Gangguan Sistem Pernapasan, Wilson, D., Rocío, M., Hurtado, MD.,
Salemba Medika : Jakarta. and Subba, D.,(2009). Case
Records of The Massachusetts
Masrifatul. (2012). Buku Ajar Asuhan General Hospital. New England
Keperawatan Klien dengan Journal of Medicine 360:2456-
Gangguan Sistem Pernapasan. 2464
Salemba Medika : Jakarta.
Wilson, LM (2006), Pathophysiology:
Muttaqin A. (2008). Asuhan Clinical Concepts of Disease
Keperawatan Klien dengan Processes, vol.2, edk 6, EGC :
Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta.
Salemba Medika : Jakarta
World Health Organization, (2015). The
. (2010) . Metodologi Penelitian Stop Tuberculose Strategy. WHO.
Kesehatan.Rineka Cipta : 24 : 10- 11
Yogyakarta.
Notoatmodjo. (2012) .Metodologi
Penelitian Kesehatan.Rineka
Cipta : Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai