ABSTRAK
Tuberkulosis merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
tuberculosis dan menyerang organ paru yang biasa disebut TB paru. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui gambaran penggunaan obat anti tuberkulosis pada pasien baru tuberkulosis paru yang
dievaluasi berdasarkan tepat dosis, tepat lama pengobatan, kesesuaian penatalaksanaan efek
samping OAT, dan hasil pengobatan di Puskesmas Oebobo. Penelitian ini merupakan penelitian
observasional yang bersifat deskriptif dengan pengambilan data secara retrospektif. Teknik
pengambilan sampel dilakukan menggunakan teknik total sampling dengan jumlah sampel yang
didapat sebesar 68 pasien yang merupakan pasien baru dan terdiagnosa tuberkulosis paru BTA
positif dan negatif dengan penggunaan Obat Anti Tuberkulosis (OAT). Hasil penelitian
menggambarkan bahwa OAT yang digunakan adalah OAT KDT kategori 1 dengan rasionalitas
penggunaan OAT yaitu tepat dosis (100%), tepat lama pengobatan (94,11%) dan penatalaksanaan
terhadap efek samping OAT KDT kategori 1 belum sesuai dengan pedoman Kemenkes tahun 2014
serta data hasil pengobatan pasien terdiri atas pasien sembuh (57,35%), pasien pengobatan lengkap
(36,76%), pasien putus berobat (0,00%), pasien gagal pengobatan (0,00%), pasien meninggal
(4,41%) dan tidak dievaluasi (1,47%). Kesimpulan pada penelitian ini, pengobatan untuk pasien baru
TB paru sudah sesuai.
Kata Kunci: Puskesmas Oebobo, Obat Anti Tuberkulosis, TB Paru
ABSTRACT
Tuberculosis is an infectious disease caused by the bacteria Mycobacterium tuberculosis and attacks
the lung organs which is commonly called pulmonary TB. This study aims to determine the description
of the use of anti-tuberculosis drugs in new pulmonary tuberculosis patients who are evaluated based
on the right dose, the right duration of treatment, the appropriateness of the management of OAT side
effects, and the results of the treatment at the Oebobo Health Center. This research is observational
research which is descriptive with retrospective data collection. The sampling technique was carried
out using a total sampling technique with a total sample of 68 patients who were new patients
diagnosed with positive and negative smear pulmonary tuberculosis with the use of anti-tuberculosis
drugs (OAT). The results showed that the OAT used was category 1 KDT OAT with the rationality of
using OAT, namely the right dose (100%), the right duration of treatment (94.11%), and the
management of the side effects of KDT category 1 OAT was not in accordance with the 2014 Ministry
of Health guidelines and Data on patient treatment results consisted of recovered patients (57.35%),
patients with complete treatment (36.76%), patients dropping out of treatment (0.00%), patients failing
treatment (0.00%), patients dying (4, 41%) and not evaluated (1.47%). The conclusion of this study is
that the treatment for new pulmonary TB patients is appropriate.
Keywords: Oebobo Health Center, Anti-Tuberculosis Medicine, Pulmonary TB
PENDAHULUAN
Penyakit menular adalah salah satu biologi, antara lain virus, bakteri, jamur dan
penyakit yang disebabkan oleh mikoorganisme parasit dan dapat menular ke manusia
(Kemenkes RI, 2014). Berdasarkan World kesesuaian dosis sebesar 87,7% dan
Health Organization (WHO) tahun 2019, salah kesesuaian lama pengobatan sebesar 83,1%.
satu penyakit menular yang menyebabkan Persentase pasien TB yang tinggi dapat
kematian tertinggi di dunia adalah Tuberkulosis disebabkan oleh beberapa faktor antara lain
(TB). TB merupakan suatu penyakit menular pelayanan kesehatan yang belum maksimal
yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium dan kurangnya pengetahuan pasien mengenai
tuberculosis yang menyerang organ paru, yang TB. TB merupakan penyakit yang dapat diobati
biasa disebut TB paru dan dapat juga dan disembuhkan jika mengikuti prosedur
menyerang organ tubuh lainnya yang disebut pengobatan yang tepat.Upaya pengendalian
TB ekstra paru (CDC, 2013). Menurut data dari TB dengan strategi Directly Observed
WHO, kasus kematian yang diakibatkan oleh Treatment Short-course (DOTS) telah
TB menjadi salah satu dari 10 penyebab dilakukan di berbagai fasilitas kesehatan, salah
utama kematian di seluruh dunia. Secara satunya adalah di Pusat Kesehatan
global pada tahun 2018, diperkirakan jumlah Masyarakat (Puskesmas).
pasien dengan penyakit TB sebesar 10 juta Puskesmas merupakan salah satu fasilitas
pasien. Lebih dari 95 % kasus dan kematian pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
TB terjadi di negara berkembang dan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
Indonesia merupakan penyumbang penyakit kesehatan perseorangan tingkat pertama
TB terbesar nomor tiga dari dua per tiga total (Permenkes RI, 2019). Berdasarkan uraian
di dunia (WHO, 2019). data di atas, maka dilakukannya penelitian
Berdasarkan data Kemenkes RI (2018), mengenai evaluasi penggunaan obat anti
jumlah pasien baru TB paru Basil Tahan Asam tuberkulosis pada pasien baru tuberkulosis
(BTA) positif tahun 2018 di Nusa Tenggara paru di puskesmas Oebobo pada tahun 2018-
Timur (NTT) sebanyak 3.391 (pria 2010 dan 2019
wanita 1381). Menurut Dinas Kesehatan kota
Kupang (Dinkes kota Kupang), jumlah pasien METODE PENELITIAN
TB di kota Kupang tahun 2018 adalah 645 Penelitian ini merupakan penelitian
(pria 374 dan wanita 271). Pengobatan TB observasional yang bersifat deskriptif dengan
menggunakan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) pengambilan data secara retrospektif
dengan obat pilihan pertamanya adalah berdasarkan kartu pengobatan pasien TB.
Isoniazid (H), Rifampisin (R), Pirazinamid (Z), Pengambilan sampel dilakukan menggunakan
Streptomisin (S) dan Etambutol (E). teknik total sampling. Sampel yang digunakan
Ketidaksesuaian penggunaan OAT, seperti dalam penelitian ini adalah seluruh data pasien
dosis yang kurang atau lebih dan lama baru berusia ≥ 18 tahun yang didiagnosa
pengobatan yang tidak sesuai akan menjadi tuberkulosis paru BTA positif dan negatif di
penyebab tidak tercapainya efektivitas terapi puskesmas Oebobo tahun 2018-2019 yaitu
pada pasien TB, kekambuhan serta resistensi sebesar 68 pasien.
penggunaan OAT (Kemenkes, 2014). Data yang diperoleh dianalisis secara
Penggunaan obat dikatakan rasional deskriptif, yaitu analisis dilakukan dengan
apabila memenuhi persyaratan tepat pasien, melihat kesesuaian penggunaan OAT
tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis, tepat berdasarkan tepat dosis, tepat lama
diagnosis, tepat cara pemberian, tepat interval pengobatan, kesesuaian penatalaksanaan
pemberian, tepat lama pemberian, dan pasien terhadap efek samping OAT dan hasil
mengetahui efek samping obat serta informasi pengobatan kemudian dibandingkan dengan
yang benar (Kemenkes RI, 2011). Penelitian pedoman Kemenkes tahun 2014.
yang dilakukan oleh Fristiohady dkk, 2013
dengan judul evaluasi penggunaan obat anti Metode
tuberkulosis pada pasien tuberkulosis paru di Pada penelitian ini bersifat deskriptif
RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara, sehingga dilakukan terlebih dahulu studi
diketahui persentase kesesuaian dosis pustaka untuk melihat adanya peningkatan
sebesar 32,8% dan kesesuaian paduan OAT atau penurunan masyarakat yang menderita
sebesar 96,8%. Penelitian serupa dilakukan TB khususnya di Kupang. Setelah itu,
oleh Doko dkk, 2020 dengan judul evaluasi dilakukan pengajuan surat perizinan untuk
penggunaan obat anti tuberkulosis pada dilaksanakan penelitian dari Universitas Citra
pasien baru tuberkulosis paru di Puskesmas Bangsa ke Puskesmas Oebobo sebagai
Sikumana tahun 2018, didapatkan persentase tempat penelitian. Kemudian, peneliti dapat
Jurnal Farmagazine Vol. VIII No.1 Februari 2021 18
Aurelia Da Silva Sequeira Fraga, Nur Oktavia, Reginardis Ariarce Mulia 2021
melihat buku catatan perawatan dan merupakan pasien baru TB paru BTA positif
pengobatan pasien TB di Puskesmas Oebobo setelah dua kali pemeriksaan sputum
selama tahun 2018-2019 yang didapatkan data menggunakan metode SPS dan pasien TB
sebanyak 68 pasien TB. Karena jumlah paru BTA negatif dengan hasil pemeriksaan
populasi yang kurang dari 100 maka foto toraks yang mendukung pada pasien
digunakan teknik total sampling yang mana berusia ≥ 18 tahun dengan penggunaan obat
jumlah sampel yang diteliti sama dengan anti tuberkulosis di puskesmas Oebobo
jumlah populasi. Setelah semua data Penyajian hasil dan pembahasan dalam
diperoleh maka akan dilakukan analisis data penelitian ini meliputi karakteristik pasien
berupa gambaran penggunaan OAT berdasarkan jenis kelamin dan usia serta
berdasarkan tepat dosis, tepat lama evaluasi penggunaan OAT berdasarkan tepat
pengobatan, kesesuaian penatalaksanaan dosis, tepat lama pengobatan, kesesuaian
terhadap efek samping OAT dan hasil penatalaksanaan terhadap efek samping OAT
pengobatan. seta hasil pengobatan.
25
20
15
10 Usia
5
0
18-24 25-34 35-44 45-54 55-64 > 65
tahun tahun tahun tahun tahun tahun
70
60
50
40
30 Ketepatan Lama
20 Pengobatan
10
0
Tepat Tidak
Tepat
Berdasarkan tabel 4, sebagian besar positif dan negatif di puskesmas Oebobo tahun
pasien baru TB paru di puskesmas Oebobo 2018-2019 diperoleh kesimpulan bahwa
tahun 2018-2019 dinyatakan sembuh dengan rasionalitas penggunaan OAT pada pasien
persentase sebesar 57,35%. Pasien
baru TB paru di puskesmas Oebobo tahun
pengobatan lengkap (37,76%) merupakan
pasien yang telah mengikuti pengobatan TB 2018-2019 yaitu tepat dosis sebesar 100%,
secara lengkap namun pasien tidak melakukan tepat lama pengobatan sebesar 94,11% dan
pemeriksaan dahak yang terakhir di penatalaksanaan terhadap efek samping OAT
puskesmas Oebobo karena beberapa pasien KDT kategori 1 belum sesuai dengan
melakukan pemeriksaan dahak terakhir di pedoman Kemenkes tahun 2014 serta hasil
rumah sakit dan beberapa pasien lainnya pengobatan pasien yang terdiri atas pasien
beranggapan bahwa setelah pengobatan
sembuh sebesar 57,35%, pasien pengobatan
enam bulan pasien sudah sembuh sehingga
tidak memerlukan pemeriksaan lagi. Kelalaian lengkap sebesar 36,76%, pasien putus
pasien dalam melakukan pemeriksaan dahak berobat sebesar 0,00%, pasien gagal
terakhir disebabkan oleh kurangnya pengobatan sebesar 0,00%, pasien meninggal
pengetahun pasien mengenai penyakit yang sebesar 4,41% dan tidak dievaluasi sebesar
dialami. Persentase pasien meninggal (4,41%) 1,47%.
merupakan pasien yang meninggal selama
pengobatan. Pasien tidak dievaluasi (1,47%) DAFTAR PUSTAKA
yaitu pasien yang pindah ke kota lain dan tidak Center for Disease Control and Prevention.
diketahui hasil akhir pengobatannya. Tidak 2013. Core Curriculum on Tuberculosis:
ditemukan pasien putus berobat (loss to follow- What the Clinician Should Know, Sixth
up) dan pasien gagal pengobatan di Edition. Amerika Serikat: 21.
puskesmas Oebobo selama tahun 2018 dan Dinas Kesehatan Kota Kupang. 2018. Profil
2019, hal dikarenakan pengawasan Kesehatan Kota Kupang Tahun 2018.
pengobatan TB di puskesmas Oebobo sangat Kota Kupang: 76.
ketat serta dilakukan pemeriksaan langsung Doko, J.K., Rengga, M.Ph. E., Klau, M.R.
oleh petugas kesehatan ke rumah pasien 2020. Evaluasi Penggunaan Obat Anti
apabila pasien tidak datang berobat. Tuberkulosis Pada Pasien Tuberkulosis
Paru di Puskesmas Sikumana. CHMK
KESIMPULAN Pharmaceutical Scientific Journal. 3(1):
Berdasarkan uraian hasil evaluasi 97-100.
penggunaan OAT pasien baru TB paru BTA
Jurnal Farmagazine Vol. VIII No.1 Februari 2021 23
Aurelia Da Silva Sequeira Fraga, Nur Oktavia, Reginardis Ariarce Mulia 2021
Fristiohady, A., Ihsan, S., Haringi, E. 2013. Masyarakat. Peraturan Menteri Kesehatan
Evaluasi Penggunaan Obat Anti Republik Indonesia. Jakarta:halm 3.
Tuberkulosis pada Pasien TB paru di Rabahi, Marcelo Fouad., Júnior, José Laerte
Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Rodrigues da Silva., Ferreira, Anna
Sulawesi Tenggara. Pharmauho Jurnal Carolina Galvão., Silva, Daniela Graner
Farmasi Sains dan Kesehatan, 1(1): 5-8. Schuwartz Tannus., Conde, Marcus
Irianti, R.N.T., Kuswandi., Nanang, M.Y., Barreto. 2017. Tuberculosis treatment.
Kusumaningtyas, R.A. 2016. Mengenal Jornal Brasileiro de Pneumologia,
Anti Tuberkulosis. Yogyakarta:halm 40-58. 43(5):472-486.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Sotgiu, Giovanni., Centis, Rosella.,
2011. Modul Penggunaan Obat Rasional. D’ambrosio, Lia., Migliori, Giovanni
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Battista. 2015. Tuberculosis Treatment
Indonesia. Jakarta: halm 1-6. and Drug Regimens. Cold Spring Harb
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Perspect Med, (5): 1-5.
2014. Pedoman Nasional Pengendalian Stevens, Hilary., Ximenes, Ricardo., Dantas,
Tuberkulosis. Kementerian Kesehatan Odimariles MS., Rodrigues, Laura C.
Republik Indonesia. Jakarta: halm 3-35. 2014. Risk Factors For Tuberculosis In
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Older Children and Adolescents: A
2018. Data dan Informasi Profil Kesehatan Matched Case–Control Study In Recife,
Indonesia. Kementerian Kesehatan Brazil. Emerging Themes in Epidemiology:
Republik Indonesia. Jakarta:halm 12. 1-7.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. World Health Organization. 2019. Global
2018. Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Tuberculosis Report 2019. World Health
Indonesia. Kementerian Kesehatan Organization. Geneva :halm 27-206World
Republik Indonesia. Jakarta: halm 56. Health Organization.2019. Treatment of
Manson. P. 2009.Tropical Diseases, Twenty Tuberculosis, Fourth Edition. World Health
Second Edition. Philadelphia : halm 990. Organization. Geneva: halm 16-35
Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia. 2019. Pusat Kesehatan