Anda di halaman 1dari 8

Aurelia Da Silva Sequeira Fraga, Nur Oktavia, Reginardis Ariarce Mulia 2021

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS PASIEN BARU TUBERKULOSIS PARU


DI PUSKESMAS OEBOBO KUPANG TAHUN 2020

EVALUATION OF ANTI TUBERCULOSIS DRUG USE IN NEW PATIENTS OF PULMONARY


TUBERCULOSIS IN OEBOBO HEALTH CENTER IN 2020

Aurelia Da Silva Sequeira Fraga1*, Nur Oktavia1, Reginardis Ariarce Mulia1


1
Universitas Citra Bangsa Kupang
*Corresponding Author Email : revafraga@gmail.com
DOI : http://dx.doi.org/10.47653/farm.v8i1.530

ABSTRAK
Tuberkulosis merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
tuberculosis dan menyerang organ paru yang biasa disebut TB paru. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui gambaran penggunaan obat anti tuberkulosis pada pasien baru tuberkulosis paru yang
dievaluasi berdasarkan tepat dosis, tepat lama pengobatan, kesesuaian penatalaksanaan efek
samping OAT, dan hasil pengobatan di Puskesmas Oebobo. Penelitian ini merupakan penelitian
observasional yang bersifat deskriptif dengan pengambilan data secara retrospektif. Teknik
pengambilan sampel dilakukan menggunakan teknik total sampling dengan jumlah sampel yang
didapat sebesar 68 pasien yang merupakan pasien baru dan terdiagnosa tuberkulosis paru BTA
positif dan negatif dengan penggunaan Obat Anti Tuberkulosis (OAT). Hasil penelitian
menggambarkan bahwa OAT yang digunakan adalah OAT KDT kategori 1 dengan rasionalitas
penggunaan OAT yaitu tepat dosis (100%), tepat lama pengobatan (94,11%) dan penatalaksanaan
terhadap efek samping OAT KDT kategori 1 belum sesuai dengan pedoman Kemenkes tahun 2014
serta data hasil pengobatan pasien terdiri atas pasien sembuh (57,35%), pasien pengobatan lengkap
(36,76%), pasien putus berobat (0,00%), pasien gagal pengobatan (0,00%), pasien meninggal
(4,41%) dan tidak dievaluasi (1,47%). Kesimpulan pada penelitian ini, pengobatan untuk pasien baru
TB paru sudah sesuai.
Kata Kunci: Puskesmas Oebobo, Obat Anti Tuberkulosis, TB Paru

ABSTRACT
Tuberculosis is an infectious disease caused by the bacteria Mycobacterium tuberculosis and attacks
the lung organs which is commonly called pulmonary TB. This study aims to determine the description
of the use of anti-tuberculosis drugs in new pulmonary tuberculosis patients who are evaluated based
on the right dose, the right duration of treatment, the appropriateness of the management of OAT side
effects, and the results of the treatment at the Oebobo Health Center. This research is observational
research which is descriptive with retrospective data collection. The sampling technique was carried
out using a total sampling technique with a total sample of 68 patients who were new patients
diagnosed with positive and negative smear pulmonary tuberculosis with the use of anti-tuberculosis
drugs (OAT). The results showed that the OAT used was category 1 KDT OAT with the rationality of
using OAT, namely the right dose (100%), the right duration of treatment (94.11%), and the
management of the side effects of KDT category 1 OAT was not in accordance with the 2014 Ministry
of Health guidelines and Data on patient treatment results consisted of recovered patients (57.35%),
patients with complete treatment (36.76%), patients dropping out of treatment (0.00%), patients failing
treatment (0.00%), patients dying (4, 41%) and not evaluated (1.47%). The conclusion of this study is
that the treatment for new pulmonary TB patients is appropriate.
Keywords: Oebobo Health Center, Anti-Tuberculosis Medicine, Pulmonary TB
PENDAHULUAN
Penyakit menular adalah salah satu biologi, antara lain virus, bakteri, jamur dan
penyakit yang disebabkan oleh mikoorganisme parasit dan dapat menular ke manusia

Jurnal Farmagazine Vol. VIII No.1 Februari 2021 17


Aurelia Da Silva Sequeira Fraga, Nur Oktavia, Reginardis Ariarce Mulia 2021

(Kemenkes RI, 2014). Berdasarkan World kesesuaian dosis sebesar 87,7% dan
Health Organization (WHO) tahun 2019, salah kesesuaian lama pengobatan sebesar 83,1%.
satu penyakit menular yang menyebabkan Persentase pasien TB yang tinggi dapat
kematian tertinggi di dunia adalah Tuberkulosis disebabkan oleh beberapa faktor antara lain
(TB). TB merupakan suatu penyakit menular pelayanan kesehatan yang belum maksimal
yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium dan kurangnya pengetahuan pasien mengenai
tuberculosis yang menyerang organ paru, yang TB. TB merupakan penyakit yang dapat diobati
biasa disebut TB paru dan dapat juga dan disembuhkan jika mengikuti prosedur
menyerang organ tubuh lainnya yang disebut pengobatan yang tepat.Upaya pengendalian
TB ekstra paru (CDC, 2013). Menurut data dari TB dengan strategi Directly Observed
WHO, kasus kematian yang diakibatkan oleh Treatment Short-course (DOTS) telah
TB menjadi salah satu dari 10 penyebab dilakukan di berbagai fasilitas kesehatan, salah
utama kematian di seluruh dunia. Secara satunya adalah di Pusat Kesehatan
global pada tahun 2018, diperkirakan jumlah Masyarakat (Puskesmas).
pasien dengan penyakit TB sebesar 10 juta Puskesmas merupakan salah satu fasilitas
pasien. Lebih dari 95 % kasus dan kematian pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
TB terjadi di negara berkembang dan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
Indonesia merupakan penyumbang penyakit kesehatan perseorangan tingkat pertama
TB terbesar nomor tiga dari dua per tiga total (Permenkes RI, 2019). Berdasarkan uraian
di dunia (WHO, 2019). data di atas, maka dilakukannya penelitian
Berdasarkan data Kemenkes RI (2018), mengenai evaluasi penggunaan obat anti
jumlah pasien baru TB paru Basil Tahan Asam tuberkulosis pada pasien baru tuberkulosis
(BTA) positif tahun 2018 di Nusa Tenggara paru di puskesmas Oebobo pada tahun 2018-
Timur (NTT) sebanyak 3.391 (pria 2010 dan 2019
wanita 1381). Menurut Dinas Kesehatan kota
Kupang (Dinkes kota Kupang), jumlah pasien METODE PENELITIAN
TB di kota Kupang tahun 2018 adalah 645 Penelitian ini merupakan penelitian
(pria 374 dan wanita 271). Pengobatan TB observasional yang bersifat deskriptif dengan
menggunakan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) pengambilan data secara retrospektif
dengan obat pilihan pertamanya adalah berdasarkan kartu pengobatan pasien TB.
Isoniazid (H), Rifampisin (R), Pirazinamid (Z), Pengambilan sampel dilakukan menggunakan
Streptomisin (S) dan Etambutol (E). teknik total sampling. Sampel yang digunakan
Ketidaksesuaian penggunaan OAT, seperti dalam penelitian ini adalah seluruh data pasien
dosis yang kurang atau lebih dan lama baru berusia ≥ 18 tahun yang didiagnosa
pengobatan yang tidak sesuai akan menjadi tuberkulosis paru BTA positif dan negatif di
penyebab tidak tercapainya efektivitas terapi puskesmas Oebobo tahun 2018-2019 yaitu
pada pasien TB, kekambuhan serta resistensi sebesar 68 pasien.
penggunaan OAT (Kemenkes, 2014). Data yang diperoleh dianalisis secara
Penggunaan obat dikatakan rasional deskriptif, yaitu analisis dilakukan dengan
apabila memenuhi persyaratan tepat pasien, melihat kesesuaian penggunaan OAT
tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis, tepat berdasarkan tepat dosis, tepat lama
diagnosis, tepat cara pemberian, tepat interval pengobatan, kesesuaian penatalaksanaan
pemberian, tepat lama pemberian, dan pasien terhadap efek samping OAT dan hasil
mengetahui efek samping obat serta informasi pengobatan kemudian dibandingkan dengan
yang benar (Kemenkes RI, 2011). Penelitian pedoman Kemenkes tahun 2014.
yang dilakukan oleh Fristiohady dkk, 2013
dengan judul evaluasi penggunaan obat anti Metode
tuberkulosis pada pasien tuberkulosis paru di Pada penelitian ini bersifat deskriptif
RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara, sehingga dilakukan terlebih dahulu studi
diketahui persentase kesesuaian dosis pustaka untuk melihat adanya peningkatan
sebesar 32,8% dan kesesuaian paduan OAT atau penurunan masyarakat yang menderita
sebesar 96,8%. Penelitian serupa dilakukan TB khususnya di Kupang. Setelah itu,
oleh Doko dkk, 2020 dengan judul evaluasi dilakukan pengajuan surat perizinan untuk
penggunaan obat anti tuberkulosis pada dilaksanakan penelitian dari Universitas Citra
pasien baru tuberkulosis paru di Puskesmas Bangsa ke Puskesmas Oebobo sebagai
Sikumana tahun 2018, didapatkan persentase tempat penelitian. Kemudian, peneliti dapat
Jurnal Farmagazine Vol. VIII No.1 Februari 2021 18
Aurelia Da Silva Sequeira Fraga, Nur Oktavia, Reginardis Ariarce Mulia 2021

melihat buku catatan perawatan dan merupakan pasien baru TB paru BTA positif
pengobatan pasien TB di Puskesmas Oebobo setelah dua kali pemeriksaan sputum
selama tahun 2018-2019 yang didapatkan data menggunakan metode SPS dan pasien TB
sebanyak 68 pasien TB. Karena jumlah paru BTA negatif dengan hasil pemeriksaan
populasi yang kurang dari 100 maka foto toraks yang mendukung pada pasien
digunakan teknik total sampling yang mana berusia ≥ 18 tahun dengan penggunaan obat
jumlah sampel yang diteliti sama dengan anti tuberkulosis di puskesmas Oebobo
jumlah populasi. Setelah semua data Penyajian hasil dan pembahasan dalam
diperoleh maka akan dilakukan analisis data penelitian ini meliputi karakteristik pasien
berupa gambaran penggunaan OAT berdasarkan jenis kelamin dan usia serta
berdasarkan tepat dosis, tepat lama evaluasi penggunaan OAT berdasarkan tepat
pengobatan, kesesuaian penatalaksanaan dosis, tepat lama pengobatan, kesesuaian
terhadap efek samping OAT dan hasil penatalaksanaan terhadap efek samping OAT
pengobatan. seta hasil pengobatan.

Studi pustaka dan penyusunan 1. Karakteristik Pasien Berdasarkan


proposal Jenis Kelamin
Berdasarkan jenis kelamin didapat
data pasien baru TB paru di puskesmas
Pengajuan ijin penelitian
Oebobo tahun2018-2019 seperti yang
(Administrasi perijinan
penelitian UCB)
dipaparkan dalam table 1.

Tabel 1. Data Pasien Baru TB Paru


Pengajuan ijin ke Puskesmas Berdasarkan Jenis Kelamin
Oebobo Jenis Jumlah Persentas
No
Kelamin pasien e (%)
1 Laki-laki 46 67,64
Data pasien tuberkulosis 2 Perempuan 22 32,35
Total 68 100,00

Populasi Berdasarkan data karakteristik jenis


68 (N)
kelamin pasien baru TB paru pada tabel 1,
Teknik total sampling didapatkan bahwa jumlah pasien TB laki-
laki di puskesmas Oebobo tahun 2018-
Sampel otal sampling 2019 lebih tinggi (67,64%) dibandingkan
n = N = 68 pada perempuan (32,35%). Data ini
sesuai dengan data WHO yang
menyatakan bahwa persentase pasien TB
di Indonesia tahun 2018 sebesar 52%
Analisis data berupa penggunaan
terjadi pada laki-laki dan sebesar 37%
OAT berdasarkan tepat dosis,
tepat lama pengobatan, terjadi pada perempuan serta pada anak-
kesesuaian penatalaksanaan anak sebesar 11%.
terhadap efek samping OAT dan Jenis kelamin tidak menjadi faktor
hasil pengobatan risiko terjadinya penyakit TB baik pada
laki-laki maupun perempuan. Kebiasaan
hidup yang tidak sehat seperti merokok
Pembahasan dan dan konsumsi alkohol menjadi penyebab
kesimpulan tingginya penyakit TB pada laki-laki (Irianti
dkk, 2016). Merokok dapat meningkatkan
Gambar 1. Skema Penelitian kerentanan terhadap TB dengan
mengurangi aktivitas siliaris dan produksi
HASIL DAN PEMBAHASAN lendir oleh sel goblet yang bekerja
Setelah melakukan penelusuran data sebagai pertahanan pertama perlindungan
penelitian didapatkan sampel pasien baru TB pada paru (Stevens dkk, 2014).
paru selama tahun 2018-2019 yaitu sejumlah Penelitian ini belum dapat
68 pasien. Sampel dalam penelitian ini memastikan bahwa kebiasaan merokok
Jurnal Farmagazine Vol. VIII No.1 Februari 2021 19
Aurelia Da Silva Sequeira Fraga, Nur Oktavia, Reginardis Ariarce Mulia 2021

dan konsumsi alkohol menjadi faktor 2. Karakteristik Pasien Berdasarkan Umur


penyebab tingginya angka kejadian TB Berdasarkan usia didapat data pasien
pada laki-laki di Puskesmas Oebobo, baru TB paru di puskesmas Oebobo tahun
karena belum ada data pendukung terkait 2018-2019 seperti yang tertera pada
riwayat merokok dan konsumsi alkohol gambar 2. Berdasarkan gambar 2, dapat
dari pasien. Tingginya angka kejadian TB dilihat bahwa kasus TB paru di puskesmas
pada laki-laki dipengaruhi oleh aktivitas Oebobo tahun 2018-2019 rentan terjadi
laki-laki yang sebagian besar di luar pada pasien berusia remaja akhir (18-24
rumah dan sering berinteraksi dengan tahun) dengan persentase sebesar
orang lain sehingga memudahkan 29,41% diikuti rentang usia dewasa awal
penularan Mycobacterium tuberculosis. (25-34 tahun) sebesar 23,52% dan
rentang usia manula (≥ 65 tahun) sebesar
16,17%.

25
20
15
10 Usia
5
0
18-24 25-34 35-44 45-54 55-64 > 65
tahun tahun tahun tahun tahun tahun

Gambar 2. Data Pasien Baru TB Paru Berdasarkan Usia

Usia merupakan salah satu faktor mengalami penurunan fungsi fisologis


risiko terjadinya penyakit TB (Manson, tubuh termasuk penurunan sistem imun
2008). Faktor risiko usia menjadi salah tubuh yang meningkatkan risiko pasien
satu penyebab tingginya angka kejadian terinfeksi. Semakin bertambahnya usia,
TB dalam penelitian ini. Tingginya angka fisiologis tubuh semakin menurun akibat
kejadian TB pada usia remaja disebabkan adanya proses degeneratif (penuaan)
oleh factor perilaku yang dilakukan karena sehingga berpengaruh pula terhadap
pada usia 15 tahun ke atas, remaja akan sistem imun tubuh (Kemenkes RI, 2018).
cenderung untuk mulai merokok dan
mengonsumsi alkohol yang merupakan 3. Evaluasi penggunaan OAT berdasarkan
salah satu faktor penyebab menurunnya Tepat Dosis
imunitas sehingga memudahkan terkena Pengobatan tuberkulosis ditujukan
TB (Stevens dkk, 2014). Usia remaja untuk menyembuhkan dan mengurangi
dalam penelitian ini tidak diketahui apakah penularan penyakit dengan cepat. Oleh
remaja yang bersekolah atau tidak karena itu, obat-obatan dan dosis yang
sehingga hubungan antara tingkat digunakan harus sesuai (Rahabi dkk,
pengetahuan terkait gaya hidup remaja 2017).
yang tidak sehat serta penyebab Pada penelitian ini, karena sampel
timbulnya TB tidak dapat dipastikan. Usia yang digunakan pasien baru TB paru
dewasa merupakan usia yang mana sehingga OAT yang diperoleh dalam
seseorang sudah mulai bekerja untuk bentuk paket obat kombinasi dosis tetap
keberlangsungan hidup dengan aktivitas (OAT-KDT) kategori 1. Tablet OAT KDT
yang berlebih serta jarang diimbangi terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat
dengan makanan yang sehat akibatnya dalam satu tablet dengan tujuan
dapat menimbulkan terjadinya penurunan membantu pasien dalam meningkatkan
sistem imun tubuh sehingga mudah kepatuhan minum obat (Kemenkes, 2014).
terinfeksi penyakit. Pasien usia manula Evaluasi ketepatan dosis dalam penelitian

Jurnal Farmagazine Vol. VIII No.1 Februari 2021 20


Aurelia Da Silva Sequeira Fraga, Nur Oktavia, Reginardis Ariarce Mulia 2021

ini dilakukan dengan cara KDT sehingga memudahkan penyesuaian


membandingkan kesesuaian dosis yang dosis obat dengan berat badan pasien
diberikan dengan berat badan pasien dan meningkatkan kepatuhan pasien
serta mengacu pada pedoman Kemenkes dalam minum obat karena jumlah tablet
tahun 2014 sehingga bisa diketahui yang diberikan dalam bentuk satu tablet
apakah dosis yang diberikan tepat dosis berisi beberapa jenis obat. Penggunaan
atau tidak kemudian dihitung dosis yang tepat sangat diperlukan agar
persentasenya dan ditampilkan dalam tercapai efektifitas terapi obat, mencegah
tabel 2. terjadinya toksisitas obat dan resistensi
OAT.
Tabel 2. Ketepatan Penggunaan Dosis
Ketepatan Jumlah Persentase 4. Evaluasi Penggunaan OAT Berdasarkan
Dosis pasien (%) Ketepatan Lama Pengobatan
Tepat 68 100,00 Evaluasi ketepatan lama pengobatan
Tidak tepat 0 0,00 dalam penelitian dilakukan dengan melihat
Total 68 100,00 kesesuaian lama pengobatan yang
diberikan pada pasien baru TB paru di
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui puskesmas Oebobo dengan pedoman
bahwa penggunaan dosis OAT KDT Kemenkes tahun 2014 seperti yang tertera
kategori 1 di puskesmas Oebobo tahun pada gambar 3.
2018-2019 sudah tepat (100%).
Pengobatan pasien TB dalam penelitian
menggunakan OAT dalam bentuk paket

70
60
50
40
30 Ketepatan Lama
20 Pengobatan
10
0
Tepat Tidak
Tepat

Gambar 3. Diagram Ketepatan Lama Pengobatan

Berdasarkan gambar 3, dapat Hanya isoniazid dan rifampisin ditentukan


diketahui bahwa penggunaan OAT yang selama kelanjutan 4 bulan tahap (Sotgiu
tidak tepat lama pengobatan (5,88%) dkk, 2015).
disebabkan karena terdapat 3 pasien yang Lama pengobatan dapat dikatakan
meninggal selama menjalani pengobatan tepat apabila pasien melakukan
dan 1 pasien yang tidak dievaluasi. Pasien pengobatan TB pada tahap awal selama
meninggal dalam penelitian ini merupakan 56 hari (setiap hari) dan tahap lanjutan
pasien TB yang terlambat mendapatkan selama 48 hari dalam 16 minggu. Tujuan
penanganan TB sedangkan pasien yang pengobatan TB tahap awal yaitu untuk
tidak dievaluasi merupakan pasien TB menurunkan secara efektif kuman
yang pindah ke kota lain dan tidak penyebab TB dalam tubuh dan tahap
diketahui hasil akhir pengobatan. Pasien lanjutan untuk membunuh sisa kuman
yang baru terdiagnosa dengan yang masih ada dalam tubuh khususnya
tuberkulosis paru harus menjalani masa kuman persisten sehingga pasien dapat
pengobatan selama 6 bulan. Selama fase sembuh dan mencegah terjadinya
intensif 2 bulan, pasien harus diberikan kekambuhan (Kemenkes RI, 2014). Lama
rejimen kombinasi termasuk etambutol, pengobatan TB yang tidak tepat akan
isoniazid, pirazinamid, dan rifampisin. menyebabkan tidak tercapainya efek

Jurnal Farmagazine Vol. VIII No.1 Februari 2021 21


Aurelia Da Silva Sequeira Fraga, Nur Oktavia, Reginardis Ariarce Mulia 2021

sembuh pada pasien, menimbulkan pedoman Kemenkes tahun 2014, seperti


kekambuhan, resistensi OAT dan yang tertera dalam tabel 3 yang dapat
menimbulkan komplikasi berbahaya diketahui bahwa efek samping
hingga kematian (CDC, 2013). penggunaan OAT KDT kategori 1 yang
rentan dialami adalah mual dan urin
5. Kesesuaian Penatalaksanaan terhadap berwarna merah. Efek samping mual
Efek Samping OAT merupakan efek samping ringan yang
Evaluasi kesesuaian sering terjadi pada penggunaan OAT yaitu
penatalaksanaan terhadap efek samping rifampisin, isoniazid dan pirazinamid
OAT dilakukan dengan melihat (Kemenkes, 2014).
penatalaksanaan yang diterapkan di
puskesmas Oebobo dibandingkan dengan

Tabel 3. Efek Samping OAT KDT Kategori 1


Jumlah Kesesuaian Penatalaksanaan
No Jenis ESO
pasien
Sesuai Tidak Sesuai
1. Urin berwarna
25 25 -
merah
2. Mual 31 - 31
3. Lemas 7 - 7
4. Gatal-gatal ringan 3 3 -
5. Nyeri tulang 7 - 7
6. Demam 1 - 1
7. Tidak ada ESO 6 - -

Penatalaksanaan terhadap pasien tinggi dan distribusinya ke jaringan serta


mual di puskesmas Oebobo dengan ke cairan tubuh juga sangat baik sehingga
pemberian vitamin B kompleks yang hal inilah yang menyebabkan terjadinya
mengandung tiamin, riboflavin, asam warna merah pada urin (Irianti dkk, 2016).
nikotinat, asam pantotenat dan piridoksin. Efek samping warna merah pada urin
Berdasarkan Pusat Informasi Obat tidak membahayakan pasien sehingga
Nasional (PIONas), dosis penatalaksanaan dengan pemberian
penatalaksanaan defisiensi piridoksin Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)
adalah 20-50 mg, sedangkan dosis yang kepada pasien merupakan penanganan
diberikan di puskesmas Oebobo yaitu yang sudah tepat sesuai dengan pedoman
piridoksin 2-10 mg yang mana dosis Kemenkes tahun 2014, karena efek
tersebut diberikan sebagai profilaksis mual samping tersebut akan hilang ketika
tetapi pasien dalam penelitian ini sudah pasien tidak menggunakan OAT rifampisin
mengalami mual, sehingga piridoksin tidak lagi (Kemenkes RI, 2014).
mampu memberikan efek yang maksimal. Efek samping nyeri tulang, lemas dan
Penggunaan OAT yang diminum sebelum demam tidak diketahui apakah termasuk
tidur merupakan penatalaksanaan yang dalam efek samping flu sindrom akibat
tepat bertujuan untuk menghindari penggunaan dosis rifampisin intermiten
keluhan mual dan gangguan pencernaan yang ditandai dengan gejala demam,
karena penggunaan OAT. Apabila keluhan menggigil, lemas, sakit kepala dan nyeri
mual tetap ada maka OAT dapat diminum tulang (Kemenkes RI, 2014). Gatal-gatal
dengan sedikit makanan (Kemenkes, ringan merupakan efek samping lainnya
2014). dari pengobatan TB karena penggunaan
Warna merah pada urin merupakan isoniazid (Kemenkes, 2014:36). Gatal-
efek samping dari penggunaan rifampisin gatal pada pasien akibat penggunaan
(Kemenkes, 2014). Rifampisin dihasilkan OAT biasanya akan segera hilang dengan
dari suatu jamur Streptomyces pemberian antihistamin.
mediterranei yang berwarna merah bata.
Reabsorpsi rifampisin dalam usus sangat

Jurnal Farmagazine Vol. VIII No.1 Februari 2021 22


Aurelia Da Silva Sequeira Fraga, Nur Oktavia, Reginardis Ariarce Mulia 2021

6. Hasil Pengobatan pengobatan pada pasien TB


Masalah kepatuhan pengobatan diklasifikasikan atas enam bagian yang
bertanggung jawab atas kegagalan terapi terdiri atas pasien sembuh, pasien
dan menyebabkan resisten serta pengobatan lengkap, pasien meninggal,
kekambuhan penyakit sehingga hasil dari pasien pengobatan gagal, pasien putus
pengobatan harus diperhatikan untuk berobat dan tidak dievaluasi (Kemenkes
memastikan pasien patuh selama masa RI, 2014).
pengobatan (Rahabi dkk, 2016). Hasil

Tabel 4. Data Hasil Pengobatan Pasien


No Hasil Jumlah Persentase
pengobatan pasien (%)
1. Sembuh 39 57,35
2. Pengobatan
25 36,76
Lengkap
3. Putus berobat 0 0,00
4. Gagal
0 0,00
pengobatan
5. Meninggal 3 4,41
6. Tidak dievaluasi 1 1,47
Total 68 100,00

Berdasarkan tabel 4, sebagian besar positif dan negatif di puskesmas Oebobo tahun
pasien baru TB paru di puskesmas Oebobo 2018-2019 diperoleh kesimpulan bahwa
tahun 2018-2019 dinyatakan sembuh dengan rasionalitas penggunaan OAT pada pasien
persentase sebesar 57,35%. Pasien
baru TB paru di puskesmas Oebobo tahun
pengobatan lengkap (37,76%) merupakan
pasien yang telah mengikuti pengobatan TB 2018-2019 yaitu tepat dosis sebesar 100%,
secara lengkap namun pasien tidak melakukan tepat lama pengobatan sebesar 94,11% dan
pemeriksaan dahak yang terakhir di penatalaksanaan terhadap efek samping OAT
puskesmas Oebobo karena beberapa pasien KDT kategori 1 belum sesuai dengan
melakukan pemeriksaan dahak terakhir di pedoman Kemenkes tahun 2014 serta hasil
rumah sakit dan beberapa pasien lainnya pengobatan pasien yang terdiri atas pasien
beranggapan bahwa setelah pengobatan
sembuh sebesar 57,35%, pasien pengobatan
enam bulan pasien sudah sembuh sehingga
tidak memerlukan pemeriksaan lagi. Kelalaian lengkap sebesar 36,76%, pasien putus
pasien dalam melakukan pemeriksaan dahak berobat sebesar 0,00%, pasien gagal
terakhir disebabkan oleh kurangnya pengobatan sebesar 0,00%, pasien meninggal
pengetahun pasien mengenai penyakit yang sebesar 4,41% dan tidak dievaluasi sebesar
dialami. Persentase pasien meninggal (4,41%) 1,47%.
merupakan pasien yang meninggal selama
pengobatan. Pasien tidak dievaluasi (1,47%) DAFTAR PUSTAKA
yaitu pasien yang pindah ke kota lain dan tidak Center for Disease Control and Prevention.
diketahui hasil akhir pengobatannya. Tidak 2013. Core Curriculum on Tuberculosis:
ditemukan pasien putus berobat (loss to follow- What the Clinician Should Know, Sixth
up) dan pasien gagal pengobatan di Edition. Amerika Serikat: 21.
puskesmas Oebobo selama tahun 2018 dan Dinas Kesehatan Kota Kupang. 2018. Profil
2019, hal dikarenakan pengawasan Kesehatan Kota Kupang Tahun 2018.
pengobatan TB di puskesmas Oebobo sangat Kota Kupang: 76.
ketat serta dilakukan pemeriksaan langsung Doko, J.K., Rengga, M.Ph. E., Klau, M.R.
oleh petugas kesehatan ke rumah pasien 2020. Evaluasi Penggunaan Obat Anti
apabila pasien tidak datang berobat. Tuberkulosis Pada Pasien Tuberkulosis
Paru di Puskesmas Sikumana. CHMK
KESIMPULAN Pharmaceutical Scientific Journal. 3(1):
Berdasarkan uraian hasil evaluasi 97-100.
penggunaan OAT pasien baru TB paru BTA
Jurnal Farmagazine Vol. VIII No.1 Februari 2021 23
Aurelia Da Silva Sequeira Fraga, Nur Oktavia, Reginardis Ariarce Mulia 2021

Fristiohady, A., Ihsan, S., Haringi, E. 2013. Masyarakat. Peraturan Menteri Kesehatan
Evaluasi Penggunaan Obat Anti Republik Indonesia. Jakarta:halm 3.
Tuberkulosis pada Pasien TB paru di Rabahi, Marcelo Fouad., Júnior, José Laerte
Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Rodrigues da Silva., Ferreira, Anna
Sulawesi Tenggara. Pharmauho Jurnal Carolina Galvão., Silva, Daniela Graner
Farmasi Sains dan Kesehatan, 1(1): 5-8. Schuwartz Tannus., Conde, Marcus
Irianti, R.N.T., Kuswandi., Nanang, M.Y., Barreto. 2017. Tuberculosis treatment.
Kusumaningtyas, R.A. 2016. Mengenal Jornal Brasileiro de Pneumologia,
Anti Tuberkulosis. Yogyakarta:halm 40-58. 43(5):472-486.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Sotgiu, Giovanni., Centis, Rosella.,
2011. Modul Penggunaan Obat Rasional. D’ambrosio, Lia., Migliori, Giovanni
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Battista. 2015. Tuberculosis Treatment
Indonesia. Jakarta: halm 1-6. and Drug Regimens. Cold Spring Harb
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Perspect Med, (5): 1-5.
2014. Pedoman Nasional Pengendalian Stevens, Hilary., Ximenes, Ricardo., Dantas,
Tuberkulosis. Kementerian Kesehatan Odimariles MS., Rodrigues, Laura C.
Republik Indonesia. Jakarta: halm 3-35. 2014. Risk Factors For Tuberculosis In
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Older Children and Adolescents: A
2018. Data dan Informasi Profil Kesehatan Matched Case–Control Study In Recife,
Indonesia. Kementerian Kesehatan Brazil. Emerging Themes in Epidemiology:
Republik Indonesia. Jakarta:halm 12. 1-7.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. World Health Organization. 2019. Global
2018. Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Tuberculosis Report 2019. World Health
Indonesia. Kementerian Kesehatan Organization. Geneva :halm 27-206World
Republik Indonesia. Jakarta: halm 56. Health Organization.2019. Treatment of
Manson. P. 2009.Tropical Diseases, Twenty Tuberculosis, Fourth Edition. World Health
Second Edition. Philadelphia : halm 990. Organization. Geneva: halm 16-35
Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia. 2019. Pusat Kesehatan

Jurnal Farmagazine Vol. VIII No.1 Februari 2021 24

Anda mungkin juga menyukai