Anda di halaman 1dari 6

Journal Pharmasci (Journal of Pharmacy and Science)

Vol. 5 No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558

Artikel Penelitian
Rasionalitas Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Infeksi Saluran
Pernafasan Rawat Jalan di Puskesmas Sungai Abang Kabupaten
Tebo Tahun 2018
Rasmala Dewi 1, Deny Sutrisno 1. Febri Fernando 1*)
1
STIKES Harapan Ibu Jambi
*)
E-mail: (febrifernando019@gmail.com)

ABSTRAK
Infeksi saluran pernafasan adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia.
Terapi pengobatan pada penyakit infeksi saluran pernafasan terdiri dari pemberian antibiotik dan pengobatan
simtomatis. Keberhasilan terapi sangat tergantung pada penggunaan antibiotik secara rasional yang tepat dan
bijak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketepatan penggunaan antibiotik pada pasien infeksi saluran
pernafasan rawat jalan di Puskesmas Sungai Abang Kabupaten Tebo dengan parameter yang meliputi tepat
indikasi obat, tepat pasien, tepat dosis obat, dan interaksi obat. Penelitian ini merupakan penelitian
observasional dengan metode analisis deskriptif dan pengambilan data secara retrospektif dengan sampel
meliputi seluruh pasien penderita infeksi saluran pernafasan rawat jalan di Puskesmas Sungai Abang
Kabupaten Tebo tahun 2018 yang memenuhi kriteria inklusi. Pengambilan sampel pada penelitian ini
menggunakan teknik purposive sampling. Rasionalitas penggunaan antibiotik pada pasien infeksi saluran
pernafasan rawat jalan tahun 2018 berdasarkan analisa kualitatif yang telah dilakukan di Puskesmas Sungai
Abang Kabupaten Tebo, didapat tepat indikasi obat sebesar 81,73%, tepat pasien sebesar 100%, tepat dosis
obat sebesar 92,31%, dan kejadian interaksi obat antibiotik sebanyak 13 kejadian. Berdasarkan 104 data
rekam medik pasien di Puskesmas Sungai Abang Kabupaten Tebo tahun 2018 masih ditemukan
ketidakrasionalan dalam penggunaan antibiotik.
Kata kunci: Infeksi Saluran Pernafasan, Rasionalitas Penggunaan Antibiotik, Puskesmas Sungai Abang

Rationality of the Use of Antibiotics in Outpatient Respiratory Tract


Infection In Sungai Abang Health Center Tebo Regency in 2018
ABSTRACT
Respiratory tract infections are the leading cause of infectious disease morbidity and mortality in the world.
Treatment therapy in respiratory tract infections consists of antibiotics and symptomatic treatment. The
success of therapy is very dependent on the use of antibiotics in a rational way that is appropriate and wise.
This study aims to determine the accuracy of the use of antibiotics outpatients respiratory tract infections in
Sungai Abang Health Center, Tebo Regency with parameters that include the right indication of the drug,
the right patient, the right dose of drug, and the drug interactions. This research is a descriptive
observational study with descriptive analysis methods and retrospective data with samples including all
patients suffering from outpatients respiratory tract infections in Sungai Abang Health Center in Tebo
Regency in 2018 who met the inclusion criteria. Sampling in this study using a purposive sampling
technique. The rationality of the use of antibiotics in outpatients respiratory tract infections in 2018 based on
a qualitative analysis conducted at Sungai Abang Health Center in Tebo Regency, obtained a right
indication of the drug at 81.73%, the right patient at 100%, the right dose of the drug at 92.31% and the
incidence of antibiotic drug interactions by 13 events. Based on 104 data of medical records of patients in
Sungai Abang Health Center, Tebo Regency in 2018 there was still an irrationality in the use of antibiotics.

Keywords: Respiratory Tract Infections; Rationality Of Antibiotic Use; Sungai Abang Health Center.

1. PENDAHULUAN
Kebakaran hutan dan lahan selalu terjadi setiap Kabupaten Tebo merupakan kabupaten yang
tahun di Indonesia, terutama di Pulau Sumatera. memiliki tingkat kerawanan kebakaran hutan dan
Terjadinya kebakaran hutan dan lahan pada tahun lahan yang paling tinggi. Jumlah hotspot yang
2015 menempatkan Indonesia ke titik perhatian ditemukan di Kabupaten Tebo menduduki
dunia. Provinsi Jambi termasuk wilayah yang peringkat pertama di tahun 2015 [2] . Dampak dari
sering menyumbangkan hotspot di Indonesia [1]. hasil kebakaran hutan dan lahan akan menghasilkan

67
Journal Pharmasci (Journal of Pharmacy and Science)
Vol. 5 No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558

berbagai polutan berupa partikel dan gas yang 2. METODE PENELITIAN


berdampak terhadap kesehatan manusia dan Penelitian ini merupakan penelitian
menimbulkan berbagai penyakit diantaranya infeksi observasional dengan metode analisis deskriptif
saluran pernafasan, asma, iritasi mata dan iritasi dan pengambilan data secara retrospektif.
kulit. Infeksi Saluran Pernafasan merupakan Pengambilan sampel pada penelitian ini
penyakit yang umum terjadi di masyarakat [3] . menggunakan teknik purposive sampling, dengan
Infeksi saluran pernafasan pada tahun 2019 sampel meliputi seluruh pasien penderita infeksi
merupakan penyebab utama morbiditas dan saluran pernafasan rawat jalan di Puskesmas
mortalitas penyakit menular di dunia [4] . Sungai Abang Kabupaten Tebo Tahun 2018 yang
Berdasarkan data yang didapat dari memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Puskesmas Sungai Abang Kabupaten Tebo
1. Kriteria Inklusi :
Kecamatan VII Koto, ISPA menduduki peringkat
pertama dari 10 penyakit terbesar terhitung pada (a) Pasien dengan diagnosis infeksi saluran
tahun 2015 35,21%, pada tahun 2016 37,69%, pada pernafasan yang mendapat terapi antibiotik
tahun 2017 35,70%, pada tahun 2018 40,99%. (b) Data rekam medis pasien yang jelas dan
Jumlah pasien ISPA di Puskesmas Sungai Abang lengkap (meliputi usia, jenis kelamin, diagnosis,
sebanyak 1.288 pasien (2015), 1.236 pasien (2016), antibiotik yang digunakan dan dosis antibiotik)
1.508 pasien (2017), dan 1.484 pasien (2018). (c) Dengan atau tanpa komplikasi,
Penatalaksanaan pada penyakit infeksi
(d) Usia > 25 tahun.
saluran pernafasan terdiri dari pemberian antibiotik
dan pengobatan simtomatis [5] . Keberhasilan 2. Kriteria eksklusi :
terapi sangat tergantung pada penggunaan (a) Pasien dengan diagnosis infeksi saluran
antibiotik secara rasional yang tepat dan bijak [6] . pernafasan yang tidak spesifik,
Menurut hasil penelitian, persentase kerasionalan
(b) Pasien dengan infeksi lain,
penggunaan antibiotik berdasarkan standar
Pharmaceutical Care dari 300 sampel pasien (c) Pasien infeksi saluran pernafasan yang
terdiagnosis ISPA di Puskesmas Kuamang Kuning meninggal dunia.
I Kabupaten Bungo tahun 2005 yaitu, tepat indikasi 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
100%, tepat obat 96,33%, tepat dosis 86% dan Berdasarkan data rekam medik pasien
tepat rute 100% [7] . Menurut hasil penelitian di penderita infeksi saluran pernafasan rawat jalan di
Puskesmas Dirgahayu Kabupaten Kotabaru Puskesmas Sungai Abang Kabupaten Tebo Tahun
Kalimantan Selatan Periode Oktober-Desember 2018 diperoleh sampel yang memenuhi kriteria
2017 dari jumlah sampel sebanyak 94 data rekam inklusi sebanyak 104 pasien dan ekslusi sebanyak
medik diketahui persentase ketepatan penggunaaan 100 pasien dengan populasi sebanyak 204 pasien
antibiotik meliputi tepat indikasi 39%, tepat obat selama periode Januari – Desember 2018.
27,5%, tepat pasien 27%, tepat dosis 9,4%, dan
kerasionalan penggunaan antibiotik yaitu 9,4% [8] . Tabel 1. Karakteristik Pasien Berdasarkan Usia,
Dengan hasil tersebut dapat diketahui bahwa Jenis Kelamin, dan Jenis Antibiotik Yang digunakan
masih terdapat banyak ketidakrasionalan dari Karakteristik Jumlah Persentase
penggunaan antibiotik ditinjau dari pedoman- pasien Pasien (%)
Usia(tahun)
pedoman yang digunakan. Atas dasar ini maka
46-55 38 36,54
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan
36-45 26 25,00
judul “Rasionalitas Penggunaan Antibiotik Pada 26-35 18 17,31
Pasien Infeksi Saluran Pernafasan Rawat Jalan Di 56-65 12 11,54
Puskesmas Sungai Abang Kabupaten Tebo Tahun >65 10 9,62
2018”. Total 104 100

Jenis Kelamin
Laki-laki 53 50,96
Perempuan 51 49,04
Total 104 100

68
Journal Pharmasci (Journal of Pharmacy and Science)
Vol. 5 No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558

Antibiotik yang Golongan antibiotik yang paling banyak


digunakan digunakan pada pasien ISPA adalah antibiotik
Amoksisilin 54 51,92 golongan betalaktam golongan amino penisilin
Eritromisin 30 28,85
yaitu amoksisilin (51,92%). Semua kasus yang
Ciprofloksasin 16 15,38
diteliti menggunakan antibiotik tunggal, pemberian
Cefadroksil 2 1,92
Kotrimoksazol 2 1,92 antibiotik tunggal dapat memiliki manfaat seperti
Total 104 100 mencegah resiko terjadinya interaksi obat,
mengurangi efek samping dan menekan biaya
(Sumber : Data Rekam Medik Puskesmas Sungai Abang sehingga biaya terapi lebih murah (6).
Periode Januari - Desember 2018) Tabel 2. Analisis Data Kualitatif Tepat Indikasi Obat,
Karakteristik pasien infeksi saluran pernafasan Tepat Pasien, dan Tepat Dosis Obat
usia tertinggi adalah usia 46-55 tahun sebanyak Jumlah Persentase
Data Kualitatif
36,54% dan terendah usia > 65 tahun sebanyak Pasien (%)
9,62%. Menurut Depkes RI [9] usia 15-64 tahun Tepat Indikasi Obat
adalah kelompok usia produktif, dimana banyak Tepat 85 81,73
orang melakukan aktivitas di luar rumah sehingga Tidak Tepat 19 18,27
mudah terkena infeksi saluran pernafasan Total 104 100
dikarenakan pencemaran udara seperti berasal dari
Tepat Pasien
asap kendaraan, asap rokok ataupun fenomena Tepat 104 100
kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan. Usia Tidak Tepat 0 0
46-55 tahun termasuk kelompo lanjut usia awal Total 104 100
[10] , dalam hal ini lanjut usia lebih rentan terkena
berbagai macam penyakit infeksi [11]. Kerentanan Tepat Dosis Obat
tersebut terjadi dikarenakan berkurangnya produksi Tepat 96 92,31
immunoglobulin sebagai antibodi dan menurunnya Tidak Tepat 8 7,69
respon sistem kekebalan tubuh, adanya penyakit Total 104 100
pernyerta yang timbul setelah terjadi penurunan (Sumber : Data Rekam Medik Puskesmas Sungai
Abang Periode Januari - Desember 2018)
struktur dan fungsi organ tubuh, gangguan
fungsional tubuh, malnutrisi yang menyebabkan Ketepatan indikasi yang diperoleh dari hasil
rentan terkena penyakit infeksi, dan kondisi sanitasi penelitian di Puskesmas Sungai Abang Kabupaten
lingkungan yang buruk [12] . Tebo Tahun 2018 yaitu 81,73%. Sisanya 18,27%
Pada penelitian ini, pasien berjenis kelamin tidak tepat indikasi, ketidaktepatan terjadi pada
laki-laki lebih mendominasi, hal ini senada pemberian antibiotik untuk pasien dengan
diungkapkan [13] bahwa laki-laki memiliki resiko diagnosis common cold dan influenza, penggunaan
lebih tinggi terkena infeksi saluran pernafasan dari antibiotik tersebut tidak sesuai dengan pedoman
pada perempuan karena terdapat perbedaan pengobatan yang ada, dimana dikatakan pada
lingkungan dan perilaku antara laki-laki dan common cold tidak diberikan antibiotik karena
perempuan seperti kesadaran diri dalam hal etiologi terbanyak disebabkan oleh virus [17] .
menjaga kesehatan. Jenis kelamin laki-lakilah yang Pada common cold, terapi diutamakan dengan
banyak terserang ISPA karena mayoritas laki-laki menggunakan obat simptomatis sesuai dengan
merupakan perokok dan sering berkendaraan, keluhan yang dialami oleh pasien. Selain itu
sehingga mereka sering terkena polusi udara [14] . common cold juga akan sembuh dengan sendirinya
Selain itu, laki-laki lebih rentan terserang infeksi setelah 3-5 hari [17] .
dikarenakan laki-laki lebih aktif dalam beraktivitas Selain itu, ada juga beberapa persepsi yang
sehingga keterpaparan udara lebih banyak dari keliru terkait pengobatan penyakit ini dengan
perempuan [15] . Secara biologis sistem pertahanan menggunakan antibiotik di awal gejala batuk dan
tubuh laki-laki berbeda dengan perempuan. flu yang dialami. Padahal penggunaan antibiotik
Hormon estrogen memperkuat sistem kekebalan tidaklah tepat untuk mengobati infeksi common
tubuh membuat perempuan lebih tahan terhadap cold yang disebabkan oleh virus. Beberapa
infeksi [16] . pendapat dari jurnal internasional menyebutkan
bahwa pengobatan common cold (batuk dan pilek
biasa) dengan menggunakan antibiotik pada pasien

69
Journal Pharmasci (Journal of Pharmacy and Science)
Vol. 5 No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558

anak maupun dewasa tidak mempercepat kondisi patologi maupun fisiologi pasien serta tidak
penyembuhan penyakit dan tidak pula mengurangi ada kontraindikasi. Cara analisis untuk tepat pasien
keparahan penyakit. Di sisi lain penggunaan sendiri hanya terbatas berdasarkan hasil rekam
antibiotik memberikan risiko efek samping pada medis yang ada dikarenakan sangat terbatasnya
saluran cerna, meningkatkan biaya pengobatan, dan data catatan rekam medis dan tidak adanya data
meningkatkan resistensi bakteri terhadap antibiotik laboratorium seperti fungsi hati, serum kreatinin
[18] . dan sebagainya.
Penggunaan antibiotik pada pasien dengan Ketepatan dosis dari obat antibiotik yang
diagnosis influenza juga tidak tepat. Influenza digunakan dari 104 pasien menunjukkan ketepatan
umumnya dapat disembuhkan hanya dengan dosis obat sebesar 92,31% sedangkan yang tidak
meningkatkan daya tahan tubuh penderitanya. tepat dosis sebesar 7,69%. Beberapa kasus yang
Namun dapat pula diberikan obat-obatan tidak tepat pada penelitian ini, terjadi pada
simptomatis untuk meringankan gejalanya [8] . pemberian antibiotik kotrimoksazol dan eritromisin
Penyakit influenza merupakan penyakit menular yang diberikan cenderung kurang dibandingkan
yang disebabkan oleh virus influenza dan bersifat range dosis acuan menurut standard
dapat sembuh sendiri (self-limited desease) karena (Pharmaceutical care). Pada pasien yang di
adanya sistem imunitas tubuh, sehingga diagnosis bronkitis diberikan antibiotik
penggunaan antibiotik tidak perlu diberikan apabila kotrimoksazol dengan dosis 2x480 mg dengan
tidak disertai radang maupun adanya infeksi range dosis acuan 2x2 tab (1 tab = 480 mg), dosis
sekunder yang lain [19] . yang diberikan cenderung kurang dibandingkan
Beberapa penatalaksanaan terapi influenza di dengan dosis acuan menurut standar. Begitu pula
Puskesmas tidak tepat indikasi, hal tersebut pada pasien faringitis tanpa gangguan ginjal
dikarenakan petugas kesehatan puskesmas diberikan antibiotik eritromisin dengan dosis 2x500
memberikan antibiotik ketika pasien mengalami mg dan range dosis acuan 4x500 mg. Dosis yang
gejala demam dan batuk yang parah. Penggunaan diberikan cenderung kurang dibandingkan range
antibiotik tidak memiliki peran dalam mengobati dosis acuan karena frekuensi atau interval yang
influenza [20] . Penyalahgunaan antibiotik ini dapat diberikan tidak tepat yang menyebabkan dosis
menyebabkan peningkatan resistensi bakteri, menjadi kurang (underdose). Hal ini dapat
meningkatkan beban penyakit kronis, menyebabkan efektivitas terapi yang tidak
meningkatkan biaya layanan kesehatan dan efek maksimal dan dapat memicu terjadinya resistensi
samping [13] . bakteri [6] .
Pada penelitian ini, cara analisis untuk tepat
Tabel 3. Analisis Interaksi Obat Antibiotik
indikasi sendiri hanya terbatas berdasarkan hasil
rekam medis yang ada. Peneliti hanya bisa Analisis Interaksi Jumlah Persentase
menyimpulkan bahwa adanya indikasi infeksi dari Obat Kejadian (%)
Interaksi Obat
diagnosa semata yang dipercayakan pada profesi
Antibiotik
dokter, hal ini dikarenakan sangat terbatasnya data Ciprofloksasin ><
rekam medis riwayat klinis yang mengindikasikan 10 76,92
Deksametason
adanya infeksi dan tidak adanya data hasil Ciprofloksasin ><
3 23,08
pemeriksaan laboratorium seperti mikrobiologi, Metilprednisolon
serologi, dan penunjang lainnya. Analisis yang Total 13 100
dilakukan untuk indikasi hanya terbatas
Tingkat Keparahan
berdasarkan kesesuaian pemberian obat antara Mayor 13 100
indikasi dengan diagnosa dokter. Moderat 0 0
Berdasarkan data rekam medik pasien infeksi Minor 0 0
saluran pernafasan tahun 2018, didapat hasil 100% (Sumber : Data Rekam Medik Puskesmas Sungai Abang
tepat pasien. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada Periode Januari - Desember 2018)
pasien yang memiliki riwayat alergi terhadap Berdasarkan drug interaction checker,
antibiotik ataupun memiliki penyakit penyerta yang diperoleh interaksi obat antibiotik yang terjadi
dikontraindikasikan untuk menggunakan antibiotik adalah sebanyak 13 kejadian. Interaksi obat
tersebut. Hal tersebut menunjukkan penggunaan antibiotik yang terjadi pada penelitian ini adalah
antibiotik yang diberikan sudah sesuai dengan interaksi obat dengan tingkat keparahan mayor

70
Journal Pharmasci (Journal of Pharmacy and Science)
Vol. 5 No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558

sebanyak 100% dengan metilprednisolon sebanyak 7. KONFLIK KEPENTINGAN


3 dari 13 kejadian (23,08%). Seluruh penulis menyatakan tidak terdapat potensi
Pemberian ciprofloksasin dengan konflik kepentingan dengan penelitian, kepenulisan
kortikosteroid seperti deksametason dan (authorship), dan atau publikasi artikel ini.
metilprednisolon secara bersamaan dapat
DAFTAR PUSTAKA
meningkatkan risiko tendinitis dan ruptur tendon
[21] . Mekanismenya tidak diketahui. Tendonitis 1. Yuniva, R. (2018). Hubungan Curah Hujan dan
Ttitik Panas (Hotspot) Sebagai Indikator
dan ruptor tendon paling sering melibatkan tendon Terjdinya Kebakaran Hutan dan Lahan di
Achilles. Beberapa kasus memerlukan pembedahan Provinsi Jambi. Institut Pertanian Bogor.
atau mengakibatkan kecacatan. Ruptur tendon 2. Supriyanto, Syarifudin, ardi. (2018). Analisis
dapat terjadi selama atau beberapa bulan setelah Kebijakkan Pencegahan dan Pengendalian
Kebakaran Hutan dan Lahan Berkelanjutan di
terapi fluoroquinolon. Perlu monitoring secara ketat Provinsi Jambi. Jurnal Pembangunan
apabila fluoroquinolon dikombinasikan dengan Berkelanjutan, 1(1).
kortikosteroid, terutama pada pasien usia diatas 60 3. Depkes RI. (2005). Pharmaceutical Care Untuk
Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan. Jakarta:
tahun, penerima transplantasi ginjal, jantung, dan Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan
paru-paru. Fluoroquinolon hanya boleh digunakan Klinik Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian
untuk mengobati kondisi yang terbukti disebabkan dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan
oleh bakteri dan hanya jika manfaatnya lebih besar RI.
4. Wulandhani, S. and Purnamasari, A. B. (2019).
daripada resikonya [21] . Analisis Faktor Risiko Kejadian Infeksi
Paparan kuinolon meningkatkan resiko Saluran Pernapasan Akut ditinjau dari
gangguan tendon Achilles, khususnya pada pasien Lingkungan Fisik Risk Factors Analysis of
Acute Respiratory Infections Reviewed from
di atas 60 tahun yang secara bersamaan
The Physicalenvironment. Jurnal sainsmat,
menggunakan kortikosteroid oral. Meskipun VIII (2), 70–81.
insiden kejadian tendon Achilles ini masih rendah, 5. Hermawan dan Kartika Sari, K. A. (2014). Pola
pemberi resep harus mengetahui resiko ini dan Pemberian Antibiotik Pada Pasien ISPA
Bagian Atas di Puskesmas Sukasada II pada
mencoba untuk menghindari kombinasi dengan Bulan Mei-Juni 2014.
kortikoteroid oral atau harus menentukan agen 6. Al Kausar, F. (2018). Evaluasi Penggunaan
antimikroba alternatif lainnya [22] . Antibiotik Pada Pasien Penderita Infeksi
Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Atas di
4. KESIMPULAN Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum
Daerah H. Damanhuri Barabai Tahun 2017.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Universitas Muhammadiyah Surakarta.
rasionalitas penggunaan antibiotik pada pasien 7. Tobat, S. R., Mukhtar, M. H., & Pakpahan, I. H.
infeksi saluran pernafasan rawat jalan tahun 2018 D. (2015). Rasionalitas Penggunaan Antibiotik
Pada Penyakit ISPA Di Puskesmas Kuamang
berdasarkan analisa kualitatif yang telah dilakukan Kuning I Kabupaten Bungo. Scientia, 5 (2).
di Puskesmas Sungai Abang Kabupaten Tebo, 8. Aulia, F. (2018). Evaluasi Rasionalitas
didapat tepat indikasi obat sebesar 81,73%, tepat Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Infeksi
Saluran Pernafasan Atas Akut (ISPaA) Di
pasien sebesar 100%, dan tepat dosis obat sebesar
Puskesmas Dirgahayu Kabupaten Kotabaru
92,31% serta kejadian interaksi obat antibiotik Kalimantan Selatan Periode Oktober-
sebanyak 13 kejadian. Desember 2017. Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
5. UCAPAN TERIMAKASIH 9. Depkes RI. (2008). Profil Kesehatan Indonesia.
Jakarta: Ditjen Yankes.
Dengan selesainya penelitian ini, penulis 10. Depkes RI. (2009). Klasifikasi Umur Menurut
mengucapkan terimakasih kepada Puskesmas Kategori. Jakarta: Ditjen Yankes
Sungai Abang Kabupaten Tebo yang telah 11. Syahila. (2018). Analisis Penggunaan Antibiotik
Pada Infeksi Saluran Pernafasan Atas Rawat
memberikan izin dan fasilitas, serta Bapak/Ibu Inap Di RSUD DR. Moewardi Pada Tahun
dosen Program Studi Farmasi STIKES Harapan Ibu 2016. Universitas Setia Budi Surakarta.
Jambi yang telah memberikan ilmu dan bantuan 12. Anorital. (2015). Morbiditas dan Multi Morbiditas
kepada penulis. pada Kelompok Lanjut Usia di Indonesia.
Jurnal Biotek Medisiana Indonesia, 4 (2), 77-
88.
6. PENDANAAN 13. Ladipa. (2018). Evaluasi Penggunaan Antibiotik
Penelitian ini tidak didanai oleh sumber hibah Pada Pasien Anak Penyakit Infeksi Saluran
manapun. Pernafasan Atas Akut (ISPaA) di Puskesmas
Kecamatan Arjosari Kabupaten Pacitan

71
Journal Pharmasci (Journal of Pharmacy and Science)
Vol. 5 No. 2, (Juli 2020), P-ISSN : 2527-6328, E-ISSN : 2549-3558

Tahun 2016. Universitas Muhammadiyah


Surakarta.
14. Dharmage. (2009). Risk Factor of Acute Lower
Tract Infection in Children Under Five Years
of Age. Jakarta: Medical Public Health.
15. Sari, & Ardianti. (2017). Hubungan Umur dan
Jenis Kelamin terhadap Kejadian Infeksi
Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Pada Balita
Di Puskesmas Tembilahan Hulu. An-Nadaa,
26–30.
16. Rikomah, S. E., Devi, N., & Rahma Septiana.
(2018). Gambaran Penggunaan Antibiotik
Pada Pasien Pediatri Infeksi Saluran
Pernafasan Akut (ISPA) Di Klinik Sint.
Carolus Bengkulu. Jurnal Ilmiah Manuntung,
4(1), 28–35.
17. Dasopang, & Juniati. (2018). Ketepatan
Pemberian Antibiotik Pada Pasien ISPA
Bagian Atas Di Puskesmas Pekan Labuhan
Medan Pada Bulan Januari-Juni 2017.
BioLink, 5 (1). Retrieved from
http://dx.doi.org/10.31289/biolink.v5i1.1697
18. Maula, & Rusdiana. (2016). Terapi Herbal dan
Alternatif pada Flu Ringan atau ISPA Non-
Spesifik. Majalah Farmasetika, 1 (2).
19. Fernandez. B. A. M. (2013). Studi Penggunaan
Antibiotik Tanpa Resep Di Kabupaten
Manggarai dan Manggarai Barat NTT. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, 2
(2).
20. Mamo, G., & Teshome, A. (2017). Evaluation of
Antibiotics Use in the Treatment of Upper
Respiratory Tract Infection in Bedele District
Hospital Southwest Ethiopia. Journal of
Scientific and Innovative Research, 6 (1), 38–
43.
21. Drugs.com. (2020). Prescription Drug
Information, Interactions & Side Effects.
Retrieved from
http://www.drugs.com/drug_interactions.html
1. Linden, P., Sturkenboom, M., & Herings, R.
(2003). Increased Risk of Achilles Tendon
Rupture With Quinolone Antibacterial Use,
Especially in Elderly Patients Taking Oral
Corticosteroids. Arch Intern Med, 163, 1801–
1807.

72

Anda mungkin juga menyukai