Anda di halaman 1dari 11

IJPST – Volume (Tahun) Halaman

Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology


Journal Homepage : http://jurnal.unpad.ac.id/ijpst/
UNPAD

PATTERNS OF ANTIBIOTIC USE WITH ATC/DDD AND DU90%


METHODS IN SUNGAIBAUNG PUSKESMAS FOR THE 2019-2021 PERIOD
Septesayunisari1@gmail.com
Program Studi Farmasi,Universitas Adiwangsa Jambi, Indonesia

Abstract
Based on data from the world healt origanization (who), antibiotics in 2021 increased by 91 percent
globally. The unwise and improper use of antibiotics and antibiotics can cause problems of resistance to
antibiotics. And the impact that antibiotic resistance has on the ecology is increasing negative effects on the
counterbalance of side effects on the patient, leading to infection and increased maintenance costs. The study
aims to see the use of antibiotic in the baung river based on the methods of atc /DDD and du 90%. Data retrieval
in this study involves a look at the data of the use of antibiotic drugs based on prescription and a patient's
medical history book. From research already obtained the results of DDD's highest value amoxicillin 286.184
DDD/1000 KPRJ in the 2021 period and the lowest DDD value, which is siprofloksasin 11.513 DDD/1000 KPRJ in
the 2021 period. As for the antibiotic included in segments du 90% of 2019-2021, amoxicillin, and ciprofloxacin.
A study of antibiotic usage needs to control improved resistance in the baung river center.
Keywords: antibiotics, atc /DDD and du 90%.

POLA PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DENGAN METODE ATC/DDD DAN DU90% DIPUSKESMAS


SUNGAI BAUNG PERIODE 2019-2021

Abstrak

Berdasarkan data dari World Healt Origanization (WHO), penggunaan antibiotik pada tahun 2021
meningkat hingga 91 persen secara global. Peresepan dan Penggunaan antibiotik yang kurang bijak dan tidak
tepat dapat menyebabkan masalah resistensi terhadap antibiotik.Dan dampak yang diakibatkan dari resisten
terhadap antibiotik yaitu meningkatnya efek negative pada ekologi keseimbangan efek samping pada pasien,
pemicu infeksi dan peningkatan biaya perawatan.Penelitian ini bertujuan untuk melihat penggunaan
antibiotik di puskesmas Sungai Baung berdasarkan metode ATC/DDD dan DU 90%.Pengambilan data dalam
penelitian ini dilakukan dengan cara melihat data penggunaan obat antibiotik berdasarkan resep dan buku
rekam medik pasien. Dari penelitian yang sudah dilakukan diperoleh hasil nilai DDD tertinggi yaitu
amoxicillin 286,184 DDD/1000 KPRJ pada periode 2021 dan nilai DDD terendah yaitu siprofloksasin 11,513
DDD/1000 KPRJ pada periode 2021. Sedangkan antibiotik yang termasuk kedalam segmen DU 90% periode
2019-2021 yaitu amoxicilin, dan ciprofloxacin. Perlu dilakukan studi rasionalitas penggunaan antibiotik guna
mengendalikan terjadinnya peningkatan resistensi di puskesmas Sungai Baung.
kata kunci : antibiotik, ATC/DDD dan DU 90%
Korespondensi: Nama (E-mail) Info artikel : Submit (tanggal), Revisi (tanggal

1
1. Pendahuluan
Berdasarkan data dari World Healt gedang, Pelawan, Pematang Kabau, Pulau
Origanization (WHO), penggunaan antibiotik Pandan, Sarolangun, Sepintun, Singkut,
pada tahun 2021 meningkat hingga 91 persen Singkut V, dan Sungai Baung. Terus
secara global. Peresepan dan Penggunaan meningkatnya penggunaan antibiotik serta
antibiotik yang kurang bijak dan tidak tepat masih sedikit penelitian di beberapa rumah
dapat menyebabkan masalah resistensi sakit di Indonesia dan belum adanya
terhadapantibiotik.Dan dampak yang penelitian diPuskesmas Sungai Baung,
diakibatkan dari resisten terhadap antibiotik membuat peneliti tertarik untuk melakukan
yaitu meningkatnya efek negative pada penelitian pola penggunaan antibiotik dengan
ekologi keseimbangan efek samping pada metode ATC/DDD dan DU 90% di Puskesmas
pasien, pemicu infeksi dan peningkatan biaya sungai baung periode 2019-2021 untuk
perawatan (Muslim, 2018). mengetahui penggunaan antibiotik di
Di Indonesia penggunaan antibiotik Puskesmas Sungai Baung.
disetiap daerahnya tercatat memiliki 2. Metode Penelitian
prevalensi yang sangat tinggi. Penelitian ini merupakan penelitian
Sebanyak700.000 juta kematian terjadi di yang bersifat deskriptif dengan pengambilan
Indonesia disebabkan karena resistensi data secara retrospektif di Puskesmas Sungai
mikroba( KEMENKES,2018). Pada tahun 2017 Baung.
penyakit infeksi menduduki posisi ke-7
sebagai penyakit yang paling sering terjadi Teknik Pengumpulan Data

dengan angka kejadian 27.990 kasus (DINKES Sampel yang diambil pada penelitian ini

Sleman,2018). Hasil penelitian di kota Jambi adalah seluruh Rekam Medik, resep dan buku

Pada Puskesmas X antibiotik yang masuk register pasien rawat jalan yang mendapatkan

dalam segmen DU 90% berdasarkan data terapi antibiotik pada periode 2019-2021

periode 2017 adalah amoksisilin (73,11%) yang sesuai dengan kriteria inklusi. antibitik

dansiprofloksasin (21,88%), sedangkan tahun dikelompokkan berdasarkan kode ATC untuk

2018 adalah amoksisilin (70,82%) antiinfeksi bekerja secara sistemik . Sampel

dansiprofloksasin yang terpilih kemudian dilakukan

(24,45%).(Perdaka.w,dkk,2020). pengambilan data penggunaan antibiotik

Pada kabupaten sarolangun memiliki berupa nomor rekam medik, jenis kelamin,

16 puskesmas yang tersebat di kabupaten usia pasien, nama antibiotik yang digunakan,

sarolangun diantaranya puskesmas Air kode ATC, usia pasien, diagnosa penyakit,

Hitam,Butang Baru,Limbur Tembesi, Lubuk bentuk sediaan, kekuatan sediaan, dan total

Resam, Mandiangin, Mersip, Pauh, Pecan tablet yang digunakan.

2
Teknik Analisa Data menujukkan kode antiinfeksi untuk
Data yang diperoleh akan dikumpulkan penggunaan sistemik.Kode ATC/DDD
menjadi data dasar untuk kemudian dihitung antibiotik yang digunakan pada periode
penggunaan antibiotiknya. Data masing- penelitian dapat diakses melalui
masing antibiotik yang diperoleh, http://www.whocc.no/atc-ddd-in-dex/.Data
dikelompokkan berdasarkan pengelompokkan yang diperoleh dihitung dengan unit
ATC dengan penggunaan sistemik yang pengukuran DDD/1000 pasien dan DU 90%

Total penggunaan obat


1) . DDD 1 TAHUN =
DDD/obat (WHO)
0)
DDD/1000 KPRJ = total DDD (1 tahun)×1000
Total KPRJ

KPRJ : Kunjungan Pasien Rawat Jalan


Nilai DDD/antibiotik
×100%
. nalisis data DU 90% nilai
2 )A =
DDD /antibiotik

DU 90% = % DDD Antibiotik a + %DDD Antibiotik b + dst... = 90%


DU 90 % : Akumulasi 90% penggunaan obat.
didapatkan data yaitu jenis kelamin, usia,
diagnosa penyakit, jenis antibiotik yang
3. Hasil digunakan, nilai DDD/1000 pasien/tahun dan
Dari hasil penelitian di dapatkan segmen DU 90%.
jumlah sampel penelitian di Puskesmas Sungai Karakteristik Pasien Berdasarkan Jenis
Baung periode 2019 sebanyak 440, periode Kelamin
2020 sebanyak 266 dan pada periode 2021 Berdasarkan jenis kelamin diketahui
sebanyak 298. Jumlah sampel di Puskesmas perempuan yang paling banyak mendapatkan
tersebut dikarenakan pertimbangan kriteria terapi antbiotik di Puskesmas Sungai Baung
inklusi dan ekslusi. Dalam penelitian ini periode 2019-2020.

300 248
250
200 192 171
148
118 laki-laki
150 1 127
perempuan
100
50
0
tahun 2019 tahun 2020 tahun 2021

Gambar 1 . Grafik persentase pasien berdasarkan jenis kelamin di Puskesmas Sungai Baung 2019-
2021

3
Karakteristik Pasien Berdasarkan Usia. Berdasarkan usia 18-25di Puskesmas
Sungai Baung adalah usia yang terbanyak
mengkonsumsi antibiotik.
USIA 2019 2020 2021 JUMLAH
18-25 55 67 67 189
26-35 123 62 57 242
36-45 97 42 51 190
46-55 83 55 69 207
56-65 56 22 32 110
>65 26 18 22 66
JUMLAH 440 266 298 1004
Tabel 1 .Karakteristik Pasien berdasarkan usia di Puskesmas Sungai Baung periode 2019-2021.

Karakteristik Pasien Berdasarkan Ispa merupakan diagnosa yang paling banyak

Diagnosa Penyakit mendapatkan terapi antibiotik di Puskesmas


Sungai Baung periode 2019-2021

NO DIAGNOSA PENYAKIT HASIL


1 ISPA 456
2 GIGI 292
3 FEBRIS 77
4 KONJUNGTIVA 24
5 THT 19
6 DISPEPSIA 14
7 ISK 12
8 FRUNKEL 11
9 MOBILITAS 11
10 TINEA PEDIS 10
11 PENYAKIT LAIN 78
Tabel 2 .karakteristik pasien berdasarkan diagnosa penyakit di puskesmas sungai baung periode
2019-2021

Jenis Penggunaan Antibiotik antibiotik yang paling banyak digunakan pada


pasien rawat jalan di Puskesmas Sungai Baung
Berdasarkan jenis antibiotik yang
periode 2019-2021
digunakan diketahui amoksisilin merupakan

4
400
350
300
250 Amosisilin
200 Siprofloksasin
150 metronidazole
100
50
0
tahun 2019 tahun 2020 tahun 2021
(325,24,91) (208,19,39) (261,7,30)
.
Gambar 2 . Persentase berdasarkan jenis antibiotik yang digunakan di Puskesmas Sungai Baung
periode 2019-2021

Nilai DDD/1000 Pasien/tahun dan Segmen


DU 90%.
Berdasarkan hasil penelitian di di
Puskesmas Sungai Baung periode 2019-2021
nilai DDD tertinggi antibiotik di Puskesmas
tersebut adalah amoksisilin. Nilai DDD suatu
antibiotik dan segmen DU 90% di Puskesmas
Sungai Baung periode 2019-2020.

DDD/1000 %
Antibiotik Kode ATC %
Kumulatif

2019

Amoksisilin J01CA04 219,031 76% 76%

Metronidazole P01AB01 45,996 16% 92%


Segmen DU
Siprofloksasin J01MA02 24,262 8% 100% 90%
Total 289,289 100% %

Tabel 3 . Hasil analisa kuantitatif berdasarkan DDD/1000pasien/tahun dan DU 90% di Puskesmas


Sungai Baung periode 2019

5
Kode DDD/
Antibiotik % % Kumulatif
ATC 1000

2020

Amoksisilin J01CA04 176333 78,26% 78%

Metronidazole P01AB01 24809 11,01% 89%


Segmen DU
Siprofloksasin J01MA02 24173 10,73% 100% 90%

Total 225315 100% 100%


Tabel 4 . Hasil analisa kuantitatif berdasarkan DDD/1000pasien/tahun dan DU 90% di Puskesmas
Sungai Baung periode 2020.

Antibiotik Kode ATC DDD/ 1000 % % Kumulatif

2021

Amoksisilin J01CA04 286,184 51% 51%


Segmen
Metronidazole P01AB01 264,710 47 % 98%
DU 90%
Siprofloksasin J01MA02 11,513 2% 100%

Total 562,4071 100% 100%

Tabel 5 . Hasil analisa kuantitatif berdasarkan DDD/1000pasien/tahun dan DU 90% di puskesmas


Sungai Baung periode 2021

4. Pembahasan

Dari hasil penelitian yang dilakukan karakteristik pasien berdasarkan jenis

dipuskesmas Sungai Baung didapatkan sampel kelamin

sebanyak 440 pada periode tahun 2019, di


Berdasarkan data yang dapat dilihat
periode tahun 2020 sampel yang didapatkan
pada gambar 2 diketahui pasien perempuan
sebayak 266 dan pada periode tahun 2021
paling banyak mendapatkan terapi antibiotik
sampel yang didapatkan sebanyak 298
dipuskesmas Sungai Baung dibandingkan
sampel. Jumlah sampel didapatkan dari rekam
dengan laki-laki. Perempuan lebih mudah
medik yang masuk kedalam kriteria inklusi.
mengalami penurunan sistem kekebalan
Dalam penelitian ini didapatkan data yaitu
tubuh dan memiliki ekpresi gen yang berbeda,
jenis kelamin,usia, jenis antibiotik yang
dimana laki-laki memiliki ekspresi gen yang
digunakan,diagnosa penyakit, nilai DDD/1000
lebih banyak dibandingkan perempuan maka
pasien/tahun dan segmen DU 90%.
dari itu perempuan memiliki resiko lebih
sering terinfeksi jika dibandingkan dengan
laki-laki. (Ingersoll, 2017).
6
karakteristik pasien berdasarkan usia karakteristik pasien berdasarkan jenis
antibiotik
Berdasarkan tabel 6 didapatkan
pravalensi jumlah pasien rentang usia 26-35 Dari hasil penelitian di Puskesmas
tahun mendapatkan terapi antibiotik yang Sungai Baung pada periode 2019-2020
paling banyak di bandingkan dengan yang terdapat tiga jenis antibiotik yang digunakan
lainnya. Dimana pada usia ini banyak orang di yaitu antibiotik Amoksisilin, metronidazole,
melakukan kegiatan atau aktivitas berbagai dan siprofloksasi. Berdasarkan formularium
macam diluar rumah dan mengkonsumsi Puskesmas, penggunaan beberapa antibiotik
banyak jenis makanan yang kurang sehat atau seperti Amoksisilin, metronidazole, dan
kurang bersih, sedangkan semakin Siprofloksasin dikarenakan Puskesmas
bertambahnya usia seseoeng lebih rentan merupakan pelayanan kesehatan tingkat dasar
terkena penyakit infeksi karena mengalami sehingga sebagian besar baik pada pasien
kemunduran fisik dan penurunan imunitas Jamkesmas maupun BPJS diberikan obat yang
(khairunnisa R, 2016). bersifat generik dengan dosis sesuai
kebutuhan. Jika penyakit tidak membaik maka
karakteristik pasien berdasarkan penyakit
akan diberikan antibiotik dengan dosis
Berdasarkan data yang tambahan atau dirujuk ke Rumah Sakit
didapatkanjenis diagnosa penyakit terbayak di sebagai pelayanan kesehatan tingkat lanjut.
puskesmas Sungai Baung Periode 2019-2021
Penggunaan terapi antibiotik yang
yaitu ispa. Menurut data Departemen
paling banyak digunakan di Puskesmas Sungai
kesehatan Provinsi Jambi tahun 2013-2015
Baung adalah amoksisilin. banyaknya
ISPA menempati posisi pertama penyakit
penggunaan antibiotik amoksisilin
terbesar di provinsi Jambi, yaitu sebanyak
kemungkinan dipengaruhi karena Amoksisilin
110.305 pasien yang menderita penyakit
merupakan antibiotik golongan beta-laktam
tersebut (Depkes, 2015).
yang menghambat sintesis di dinding sel
ISPA merupakan penyakit yang bakteri.Antibiotik tersebut bisa digunakan
termasuk kedalam non pneumonia.ISPA salah sebagai terapi empiris untuk berbagai jenis
satu penyakit infeksi yang bisa disebabkan infeksi dikarenakan amoksisilin mempunyai
oleh bakteri maupun virus. Terapi pokok spektum luas yang aktif terhadap bakteri gram
untuk infeksi saluran pernapasan akut adalah positif dan negatif dan umum digunakan
terapi dengan menggunakan antibiotik jika untuk infeksi pernapasan (Pani et al. 2015).
disebabkan oleh bakteri, jika disebabkan oleh
Nilai DDD/1000 Pasien/tahun dan Segmen
virus maka tidak perlu penggunaan antibiotik
DU 90%
(Kusumanata dan Endrawati,
2013).Penggunaan terapi antibiotik untuk Drug Utilization (DU 90%) merupakan
ISPA non pneumonia tidak boleh melebihi dari daftar obat yang masuk akumulasi 90%
angka yang telah ditetapkan yaitu 20% penggunaan obat (Alfian SD,2012). Pada
(Kemenkes, 2017). puskesmas Sungai Baung antibiotik yang
masuk dalam segmen DU 90% berdasarkan

7
data periode 2019 adalah amoksisilin (76%), dalam segmen DU 90%.Antibiotik yang masuk
metronidazole (16%), dan siprofloksasin segmen DU 90% di Puskesmas Sungai Baung
(8%), sedangkan pada tahun 2020 adalah periode 2019 dan 2021 adalah amoksisilin,
amoksisilin (78,26%), metronidazole dan metronidazole. Sedangkan di tahun 2020
(11,01%), dan siprofloksasin (10,73%). pada antibiotik yang masuk segmen DU 90% adalah
tahun 2021 adalah amoksisilin (51%), amoksisilin, metronidazole, dan
metronidazole (47%) dan siprofloksasin (2%). siprofloksasin. Sebuah Studi telah
menunjukkan terdapat hubungan antara
Pada Puskesmas berdasarkan data
tingkat penggunaan antibiotik dengan
periode 2019-2021 diperoleh hasil bahwa
kejadian resistensi (Hasrianna et al,2015)
antibiotik yang masuk ke dalam Segmen DU
90% pada tahun 2019 adalah Amoksisilin dan Menurut (WHO,2015) bakteri yang
metronidazole, pada tahun 2020 adalah mengalami resisten yaitu kondisi dimana
amoksisilin metronidazole dan siprofloksasin, bakteri menjadi kebal terhadap antibiotik.
dan di tahun 2021 adalah amoksisislin dan Sehingga antibiotik yang awalnya efektif
metronidazole. Antibiotik yang masuk ke untuk pengobatan infeksi menjadi tidak efektif
dalam segmen DU 90% sangat penting lagi.Data WHO menunjukkan angka kematian
dilakukan pemantauan penggunaannya untuk akibat resistensi sampai tahun 2014 sekitar
mencegah terjadinya resistensi. tenaga medis 700 ribu pertahun.
yang berwenang dalam pemberian obat, perlu
Dengan cepatnya perkembangan dan
mengontrol dengan baik penyerahan
penyebaran infeksi akibat bakteri resisten,
antibiotik terutama di Puskesmas.
pada tahun 2050 diperkirakan kematian
Menurut (WHO 2015), penggunaan tersebut lebih besar dibandingkan kematian
antibiotik harus diminimalkan dalam akibat kanker (kemenkes, 2017)
penanganan infeksi.Semakin kecil nilai DDD
Kesimpulan
maka semakin rendah kemungkinan
Dari hasil di dapatkan jumlah sampel
terjadinya resistensi. Kuantitas penggunaan
penelitian di Puskesmas Sungai Baung periode
antibiotik yang kecil menujukkan dokter
2019 sebanyak 440, periode 2020 sebanyak
semakin selektif dalam memilih terapi untuk
266 dan pada periode 2021 sebanyak 298.
pasien, sehingga lebih mendekati prinsip
Jumlah sampel di Puskesmas tersebut
penggunaan antibiotik yang bijak (Mahmudah
dikarenakan pertimbangan kriteria inklusi
F,2016). Penggunaan antibiotik perlu
dan ekslusi. Dalam penelitian ini didapatkan
dimonitoring karena diketahui bahwa
data yaitu jenis kelamin, usia, diagnosa
penggunaan antibiotik yang berlebihan dapat
penyakit, jenis antibiotik yang digunakan, nilai
meningkatkan terjadi resistensi dan hal ini
DDD/1000 pasien/tahun dan segmen DU
pun menjadi fokus secara nasional maupun
90%. Dari Tiga jenis antibiotik, didapatkan
global (Pani S,2016).
nilai DDD tertinggi di Puskesmas Sungai
Sebanyak 3 jenis antibiotik yang Baung periode 2019-2021 yaitu antibiotik
diberikan di Puskesmas Sungai Baung amoksisilin. Antibiotik yang masuk ke dalam
tersebut tidak semua antibiotik masuk ke segmen DU 90% di Puskesmas Sungai Baung
8
berdasarkan data periode 2019-2021 adalah Kemenkes. 2017. “Kebijakan Peningkatan
Penggunaan Obat Rasional (POR).” :4.
amoksisilin, dan metronidazole di tahun 2019
dan 2021 sedangkan di tahun 2020 adalah Kusumanata, Mega, and Susi Endrawati. 2013.
“Pola Pengobatan Infeksi Saluran
amoksisilin, metronidazole, dan Pernafasan Akut (ISPA) Pasien Pediatrik
siprofloksasin.. Data secara Kuantitatif dengan Rawat Inap Di RSUD Karanganyar
Bulan November 2013-Maret 2014.”
metode ATC/DDD yang terbanyak yaitu IJMS -Indonsian Journal on Medical
amoksisilin dengan angka tertinggi sebesar Science 1(2): 41–44.
286,184 DDD/1000 KPRJ/Tahun di Llor, Carl, and Lars Bjerrum. 2014.
puskesmas Sungai Baung periode 2021 dan “Antimicrobial Resistance : Risk
Associated with Antibiotic Overuse and
yang paling sedikit yaitu siprofloksasin Initiatives to Reduce the Problem.” :
sebesar 11,513 DDD/1000 KPRJ/tahun di 229–41.

puskesmas Sungai Baung periode 2021. Mahmudah, Febrina. 2016. “Study of the Use of
Antibiotics with ATC/DDD System and
Saran DU 90% in Digestive Surgery in Hospital
in Bandung.” Indonesian Journal of
Perlu dilakukan studi kualitatif mengenai Clinical Pharmacy 5(4): 293–98.
rasionalitas penggunaan antibiotik,
Muslim, Zamharira. 2018. “ANTIBIOTIC
khususnya antibiotik yang masuk segmen DU PRESCRIPTION TO PEDIATRIC IN
90% di Puskesmas Sungai Baung sebagai HOSPITAL BENGKULU , INDONESIA :
ATC / DDD INDEX.” 10(5): 10–13.
upaya pengendalian resistensi antibiotik.
Musnelina, L., & Agung , AR, D.G. (2019). Profil
DAFTAR PUSTAKA kesesuain terapi obat dispepsia
terhadap formularium pada pasien
rawat jalan Rumah Sakit Tk. IV
Alfian, Sofa D, Eva S Tarigan, Irma M Cijantung Jakarta, Jakarta Timur,
Puspitasari, and Rizky Abdulah. 2012. periode Januari-Desember
2016.Sainstech Farma,12(2),111-7.
Analysis of Outpatient Antibiotic Prescribing
in Germany in 2010.” 25(3): 397–399. Pani S., et al. Monitoring Penggunaan
Antibiotik Dengan Metode ATC / DDD
Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman. (2018). Dan DU 90 %: Studi Observasional Di
Profil Kesehatan Kabupaten Sleman. Seluruh Puskesmas Kabupaten
Yogyakarta: Dinas Kesahataan Gorontalo Utara. Jurnal Farmasi Klinik
Kabupaten Sleman. Indonesia. 2015; 4(4): 275–280.

Endro, nugroho agung. (2012). farmakologi Patel, Suhena, Amit Shah, and Rima B Shah.
obat-obat penting dalam pembelajaran 2016. “Evaluation of Drug Utilization
ilmu farmasi dan dunia kesehatan (1st Pattern of Antimicrobials Using ATC /
ed.). yogyakarta: Pustaka Belajar. VIII, DDD System in Intensive
195-200 Care Unit of a Tertiary-Care Teaching
Hospital.” International Journal of
Hasrianna et al. 2015. “Monitoring Medical Science and Public Health 5(1):
Penggunaan Antibiotik Dengan Metode 2–6.
ATC / DDD Dan DU90 % Di RSUD
Abepura Jayapura , Indonesia “Pola Peresepan Antibiotik Pada Manajemen
Monitoring Use of Antibiotics with ATC / Faringitis Akut Dewasa Di Puskesmas.”
DDD and DU 90 % Method in Abepura Jurnal Endurance 2(3): 263.
Hospital Jayapura , Indonesia.” 4(3).
DDD Method and DU 90 %: Observational
Ingersoll, Molly A. 2017. “Sex Differences Studies in Community Health
Shape the Response to Infectious
Diseases.” PLOS 13(12): 1–6

9
Radji, maksum at al (2014). Of antibiotic
prophylaxis in administration at the
orthopedic surgery clinic of tertiary
hospital in Jakarta, Indonesia, 4(3), 190-
193

RI, Permenkes. 2011. “Menteri Kesehatan


Republik Indonesia.”

RI, Permenkes. Nomor 28 Tahun 2021.


“Pedoman Penggunaan Antibiotik”

Tiwari, Smita Anand, and Ghongane Balasaheb


Baburao. 2017. “ATC / DDD Method to
Assess the Injectable Antibiotics
Utilization in a Tertiary Care

Truter, Ilse. 2008. “A Review of Drug


Utilization Studies and Methodologies.”
1(2): 91–104

Utami, Eka Rahayu. 2011. “ANTIBIOTIKA,


RESISTENSI, DAN RASIONALITAS
TERAPI.” : 193.

WHO. 2018. Collaborating Centere for Drug


Statistic Methodology ATC and DDD.

World Health Organization. (2020). Guidelines


for ATC Classificationand DDD
Assignment 2020. Norway: World
Health Organization.

Antibiotik Suitability for Clinical


Outcomein.”Jurnal Manajemen dan
Pelayanan Farmasi 6(3): 187–204

Pusat Kolaborasi WHO untuk Metodologi


Statistik Obat, pedoman klasifikasi ATC
dan penetapan DDD 2022. Oslo,
Norwegia,2021

10
11

Anda mungkin juga menyukai