Anda di halaman 1dari 7

DOI :: 10.53359/mfi.v17i2.

207
Media Farmasi Indonesia Vol 17 No 2 | DOI 10.53359/mfi.v17i2.207

Hubungan Rasionalitas Penggunaan Kortikosteroid Pada Penyakit Asma


Terhadap Lama Rawat Inap Di RSUD Dr. R Soedjati Soemodiardjo
Kabupaten Grobogan Tahun 2021-2022

Willi Wahyu Timur*) dan Letta Yunanda Novitasari


Fakultas Kedokteran Program Studi Farmasi, Universitas Islam Sultan Agung Semarang
*email: willi_wahyu@unissula.ac.id

Abstrak
Asma merupakan penyakit peradangan yang persisten pada saluran pernapasan bagian atas.
Penyakit asma terjadi di Provinsi Jawa Tengah didapatkan data pada tahun 2019 sekitar 2,6%
terkena penyakit asma di wilayah Kabupaten Grobogan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan penggunaan kortikosteroid pada penyakit asma terhadap lama rawat
inap berdasarkan rasionalitas tepat indikasi, tepat obat, tepat pasien dan tepat dosis. Jenis
penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik yang bersifat non eksperimental
dengan pengumpulan data secara retrospektif menggunakan rancangan cross sectional.
Teknik pengambilan data menggunakan teknik sampling (Nonproblability sampling) sumber
data yang diperoleh dari catatan medis pasien asma dengan menggunakan rumus slovin
didapatkan jumlah sampel 65 pasien asma. Hasil penelitian yang diperoleh rasionalitas
penggunaan kortikosterid berdasarkan indikator tepat pasien 100%, tepat indikasi 100%, tepat
obat 96,92% dan tepat dosis 96,92%. Berdasarkan hasil distribusi rasionalitas penggunaan
kortikosteroid penyakit asma dikatakan rasional total 63 penderita dengan persentase 96,92%
sedangkan pasien lama rawat < 7 hari total 58 penderita dengan persentase 89,20%. Hasil
yang didapat dari hubungan rasionalitas penggunaan kortikosteroid berdasarkan lama rawat
inap p value 0,618 > 0,05 dikatakan hasil H0 diterima artinya tidak ada hubungan rasionalitas
penggunaan kortikosteroid berdasarkan lama rawat inap di RSUD Dr. R Soedjati
Soemodiardjo Kabupaten Grobogan tahun 2021-2022.

Kata kunci: rasionalitas, kortikosteroid, asma, lama rawat inap

Abstract
Asthma is a persistent inflammatory disease of the upper respiratory tract. Asthma disease
occurred in Central Java Province in 2019. Data obtained in 2019 showed about 2.6% were
affected by asthma in the Grobogan Regency area. This study aims to determine the
relationship between the use of corticosteroids in asthma and the length of hospitalization
based on the rationality of the right indication, the right drug, the right patient, and the right
dose. This type of research is a non-experimental, descriptive, analytical study with
retrospective data collection using a cross-sectional design. The data collection technique
used a sampling technique (nonprobability sampling). The source of the data obtained from
the medical records of asthma patients using the Slovin formula was a total sample of 65
asthma patients. The results of the study showed that the rationality of the use of
corticosteroids was based on the correct patient indicator of 100%, 100% correct indication,
96.92% correct drug, and 96.92% correct dose. Based on the results of the rational
distribution of the use of corticosteroids for asthma, it was said that a total of 63 patients
were rational with a percentage of 96.92%, while patients with a length of stay of 7 days
totaled 58 patients with a percentage of 89.20%. The results obtained from the rationality of
the use of corticosteroids based on length of stay, p value 0.618 > 0.05, said the results of H0
were accepted, meaning that there was no relationship between the rationality of using

81
Media Farmasi Indonesia Vol 17 No 2 | DOI : 10.53359/mfi.v17i2.207
Media Farmasi Indonesia Vol 17 No 2 | DOI : 10.53359/mfi.v17i2.207

corticosteroids based on length of stay at Dr. Hospital. Grobogan Regency, R Soedjati


Soemodiardjo, in 2021-2022.

Keywords: rational, corticosteroids, asthma, and hospitalization.

1. PENDAHULUAN tepat pasien sebesar 43,48% dan tepat


dosis sebesar 100% (Rohmah, 2018).
Asma adalah penyakit peradangan
yang persisten pada saluran pernapasan 2. METODE
bagian atas, seperti otitis media kronis,
rhinitis akut, sinusitis akut, faringitis Bahan Penelitian
persisten, dan laringitis kronis, dengan Penelitian ini menggunakan bahan
berbagai macam penyebab serta kondisi dari catatan rekam medis penderita asma
yang mendasarinya. Berdasarkan World yang dirawat di RSUD Dr. R Soedjati
Health Oragnization (WHO) dari tahun Soemodiardjo Grobogan dan
2016, penyakit asma mengakibatkan formularium rumah sakit bulan Januari
417.918 kematian secara global dan 2021 sampai Juni 2022 dan pedoman
mengakibatkan penderita penyakit asma buku standar MIMS, Drug Information
mencapai 24,8 juta orang. Penyakit asma Handbook, dan Pedoman GINA.
terjadi di Provinsi Jawa Tengah didapatkan
data pada tahun 2019 yaitu sekitar 2,6 % Jenis dan Rancangan Penelitian
terkena penyakit asma. Masalah penyakit Penelitian ini merupakan penelitian
asma wilayah Kabupaten Grobogan di deskriptif analitik yang bersifat non
tahun 2016 sekitar 753 orang (WHO, eksperimental dengan pengumpulan data
2016). secara retrospektif. Penelitian ini
Asma lebih khusus daripada inflamasi menggunakan rancangan cross sectional.
persisten saluran pernapasan bawah,
namun masih merupakan kelompok Populasi dan Sampel
heterogen dari keadaan klinis yang Populasi dan sampel untuk
mengubah tingkat keparahan, kejadian, penelitian ini terdiri dari beberapa
faktor bahaya, penyebab, tindakan atas penderita penyakit asma di catatan medis
pengobatan, kualitas keturunan, dan pada penderita asma yang diberikan
riwayat alami yang sama (MIMS, 2015). pengobatan kortikosteroid di rawat inap
Penelitian yang dilakukan oleh Alotia RSUD Grobogan. Sampel yang
et al dengan judul “Evaluasi Penggunaan digunakan dengan rumus slovin.
Obat Pada Pasien Asma di Instalasi Rawat
Inap RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Teknik Sampling
Manado” menunjukan bahwa persentase Teknik pengumpulannya yaitu
evaluasi penggunaan obat pada pasien purposive sampling yang sudah ditentukan
asma terdiri dari tepat indikasi 81,36%, penarikan sampel tidak acak
tepat obat 74,58%, tepat pasien 94,92%, (Nonproblability sampling). Kriteria
dan tepat dosis 86,44% (Alotia et al., inklusi penderita asma dirawat dan
2020). Hasil yang didapatkan penelitian diketahui terdiagnosa terkena penyakit
oleh Amilia Syifaaur Rohmah yang tersebut usia lebih dari 17 tahun pada
berjudul “Evaluasi Rasionalitas rekam medis di RSUD Dr. R Soedjati
Penggunaan Kortikosteroid pada Penyakit Soemodiardjo Grobogan.
Asma Pasien Rawat Jalan di RS PKU
Muhammadiyah Delanggu tahun 2016”

82
Media Farmasi
Media Farmasi Indonesia
Indonesia Vol
Vol 17
17 No DOI :: 10.53359/mfi.v17i2.207
No 22 || DOI 10.53359/mfi.v17i2.207

Pengolahan Data
Metode pengolahan data pada Pada tabel 2 pasien asma dinyatakan
penelitian ini yaitu editing, coding, entry kategori tepat indikasi dengan persentase
data, dan tabulasi data. Hasil yang (100%) sebanyak 65 pasien. Hasil
didapatkan kemudian dianalisis informasi rekam medis, seluruh
menggunakan software SPSS versi 25 penderita asma dirawat inap memiliki
dengan pengujian chi square. riwayat penyakit yang terdahulu dialami
pasien asma atau tanda gejala sering
3. HASIL DAN PEMBAHASAN muncul pada penderita, yaitu sesak
napas, mengi, dan batuk. Dikatakan tepat
Hasil pengambilan bahan catatan indikasi apabila pasien menerima obat
medis penderita dengan jumlah penyakit golongan kortikosteroid dengan gejala
asma di bulan Januari 2021 sampai Juni yang dirasakan atau (Rohmah, 2018)
2022 yaitu sebanyak 65 pasien sudah berdasarkan kondisi penyakit riwayat
termasuk ke dalam kriteria inklusi. asma. Berdasarkan tepat indikasi pada
rekam medis sesuai dengan pasien yang
Tabel 1. Evaluasi ketepatan pasien penyakit diterima dengan melihat gejala ataupun
asma pada Januari 2021- Juni 2022 diagnosa pada pasien (Rohmah, 2018).
Jumlah Persentase
No Hasil
pasien (%)
Tepat obat dengan persentase
1 Tepat Pasien 65 100% (96,92%) sebanyak 63 pasien dan tidak
Tidak Tepat tepat obat dengan persentase (3,08%)
2 0 0%
Pasien sebanyak 2 pasien. Pemilihan obat pada
Total 65 100% penyakit asma harus diperhatikan sebagai
pengontrol atau pelega dilihat dari gejala
Pada tabel 1 diperoleh hasil eksaserbasi asma.
ketepatan pasien dengan persentase
(100%). Pasien dinyatakan tepat pasien Tabel 3. Evaluasi ketepatan obat yang diberikan
jika pemberian terapi obat kortikosteroid penyakit asma pada Januari 2021- Juni 2022
Jumlah Persentase
yang diberikan sesuai, yaitu tanpa No Hasil
pasien (%)
kontraindikasi terhadap efek obat 1 Tepat Obat 63 96,92%
sehingga termasuk dalam kategori tepat Tidak Tepat
2 2 3.08%
pasien (Baihaqi, 2017). Pemberian obat Obat
perlu diperhatikan apakah pasien Total 65 100%
diberikan secara inhalasi atau oral Berdasarkan penelitian yang dilakukan
karena efek samping dalam pemberian oleh (Rohmah, 2018) pemberian obat asma
oral jangka panjang dapat menyebabkan diberikan inhalasi Pulmicort® yang berisi
efek samping terhadap obat daripada budesonide sama dengan di rumah sakit
pemberian obat kortikosteroid inhalasi RSUD pemberian inhalasi Pulmicort®
jangka panjang dengan efek yang tidak sebagai pelega. Menurut (GINA, 2021)
serius (Rohmah, 2018). pengobatan menggunakan kortikosteroid
inhalasi adalah pengobatan dapat
Tabel 2. Evaluasi ketepatan obat yang dikatakan berhasil dalam mengendalikan
diberikan penyakit asma pada Januari 2021- penyakit asma dibandingkan pada
Juni 2022 pemberian obat secara oral karena terdapat
No Hasil Jumlah Persentase
pasien (%)
dampak risiko sekunder lebih rendah.
1 Tepat 65 100% Berdasarkan tidak tepat obat (3,08%)
Indikasi terjadi karena alergi pada pasien dengan
2 Tidak 0 0% pemberian obat dexamethason (Saputri et
Tepat al, 2019).
Indikasi
Total 65 100%

83
Media Farmasi Indonesia Vol 17 No 2 | DOI : 10.53359/mfi.v17i2.207
Media Farmasi Indonesia Vol 17 No 2 | DOI : 10.53359/mfi.v17i2.207

Tabel 4. Evaluasi ketepatan dosis penderita Flixotid®, dan Fartisone® maka hasil
asma pada Januari 2021- Juni 2022 yang diperoleh paling banyak penggunaan
Jumlah Persentase
No Hasil
pasien (%)
pada obat methylprednisolon dengan
Tepat persentase (45,96%) dan dexamethason
1 63 96,92% dengan persentase (4,05%). Berdasarkan
Dosis
Tidak penelitian yang dilakukan oleh (Saputri et
2 Tepat 2 3,08% al., 2019) menjelaskan bahwa pemberian
Dosis
obat yang sering digunakan yaitu
Total 65 100%
dexamethason (52%) dan
methylprednisolon (48%) karena
Dikatakan tepat dosis dengan
methylprednisolon memiliki aktivitas
persentase (96,92%) sebanyak 63 pasien
mineralkortikosteroid yang sedikit
dan tidak tepat dosis dengan persentase
sehingga aman untuk pemberian asma
(3,08%) sebanyak 2 pasien. Kategori
apabila diberikan dosis yang tinggi untuk
tidak tepat dosis terjadi pada pemberian
dapat mengurangi alergi.
obat dexamethason dengan pemberian
dosis yang berlebih yang seharusnya Tabel 6. Distribusi pasien asma berdasarkan
pemberian diberikan dosis 1,67-5mg/kg rasionalitas penggunaan kortikosteroid di
pada penelitian ini diberikan 6 mg. Pada Instalasi Rawat Inap RSUD Kabupaten
kasus tidak tepat dosis (3,08%) pada Grobogan Januari 2021- Juni 2022
dexamethason diberikan obat dosis
terlalu tinggi sehingga dalam pencapaian Persentase
No Hasil Jumlah
(%)
obat dapat terjadi efek samping pada 1 Flixotide® 46 37,09%
penderita asma yaitu alergi. Pemilihan 2 Methylprednisolon 57 45,96%
dosis pada pemberian terapi pengobatan 3 Fartison® 9 7,25%
sangat berpengaruh terhadap efek terapi 4 Pulmicort® 7 5,65%
khususnya pada terapi sempit atau luas. 5 Dexamethason 5 4,05%
Total 124 100%
Pemakaian obat diberikan dosis terlalu
tinggi akan berpengaruh terhadap efek
samping dalam pengobatan, jika dosis Pada tabel 6, hasil distribusi
diberikan terlalu rendah maka efek penelitian berdasarkan rasionalitas
pengobatan akan menjadi menurun pemakaian kortikosteroid yang dirawat di
(Fajara et al., 2021). RSUD Grobogan dikatakan rasional
dengan persentase (96,92%) sebanyak 63
Tabel 5. Penggunaan kortikosteroid pasien pasien dan tidak rasional dengan
asma pada Januari 2021- Juni 2022 persentase (3,08%) sebanyak 2 pasien.
Rasionalitas pada penggunaan
Jumlah Persentase kortikosteroid pasien diberikan pengobatan
No Hasil
pasien (%)
1 Rasional 63 96,92%
berdasarkan kebutuhan klinis, dengan
Tidak waktu yang cukup dan harga yang
2 2 3,08%
Rasional terjangkau. Pada penelitian ini parameter
Total 65 100% yang dapat dikatakan rasional berdasarkan
indikator tepat pasien, tepat indikasi, tepat
Pada tabel 5 hasil yang didapatkan obat, dan tepat dosis. Jika terdapat tidak
pada penggunaan kortikosteroid paling rasional terjadi karena ketidaksesuaian
banyak pada obat methylprednisolon dalam pemberian obat serta frekuensi dosis
dengan persentase (45,97%). Berdasarkan yang berlebih sehingga menimbulkan efek
hasil pemakaian kortikosteroid yang sering samping yaitu alergi (Rohmah, 2018).
digunakan pada penyakit asma yaitu
dexamethasone, methylprednisolone,

84
Media Farmasi Indonesia Vol 17 No 2 | DOI : 10.53359/mfi.v17i2.207
Media Farmasi Indonesia Vol 17 No 2 | DOI : 10.53359/mfi.v17i2.207

Hasil distribusi penelitian berdasarkan kortikosteroid dilihat pada tingkat derajat


lama rawat inap pasien asma di RSUD asma yanng terjadi pada persisten ringan,
Grobogan didapatkan hasil dengan waktu persisten sedang atau persisten berat dan
< 7 hari dengan persentase (86,2%) dapat dilakukan pemeriksaan penunjang
sebanyak 58 pasien dan waktu ≥ 7 hari lain untuk mengetahui derajat asma saat
dengan persentase (10,8%) sebanyak 7 eksaserbasi. Berdasarkan penelitian (Ulya
pasien. et al., 2021) faktor penyebab lainnya
Derajat eksaserbasi asma setiap pasien dalam penggunaan obat asma terjadi
berbeda maka perlu dilakukan karena faktor usia, jenis kelamin dan
pemeriksaan kondisi dengan pemeriksaan anggota keluarga/saudara yang kurang
penunjang seperti spirometer. Berdasarkan memperhatikan dalam pemberian obat
penelitian terdahulu pada pasien dengan sehingga terjadi penurunan kesehatan
persentase (61,46 %) dengan lama rawat tubuh dan dapat mengalami perburukan
inap 1-5 hari sama denngan penelitian ini penyakit asma pada kondisi yang sedang
didapatkan < 7 hari lama inap lebih cepat dialami.
dilihat dari tingkat derajat asma (Sudrajat
& Nisa, 2016). 4. SIMPULAN

Tabel 7. Distribusi pasien asma Berdasarkan hasil penelitian


berdasarkan lama perawatan di RSUD
Grobogan pada Januari 2021- Juni 2022
rasionalitas penggunaan kortikosteroid
sudah dikatakan rasional dengan indikator
Lama rawat inap tepat pasien, tepat indikasi, tepat obat, dan
Jumla
Keterangan
< 7 hari ≥ 7 hari h P tepat dosis. Kesimpulan penelitian ini
Value
tidak ada hubungan rasionalitas
Rasionalitas N % n % n %
penggunaan kortikosteroid terhadap lama
Rasional 56 96.5% 7 100% 63 96,9%
Tidak
rawat inap RSUD Kabupaten Grobogan
0.618
Rasional 2 3.5% - - 2 3,1% bulan Januari 2021- Juni 2022. Saran
Jumlah 58 100% 7 100% 65 100% kepada instalasi rekam medis rawat inap
data rekam medis perlu diperlakukan
dengan metode rekam medik secara
Tabel 8. Distribusi pasien asma berdasarkan elektronik.
lama perawatan di RSUD Grobogan pada
Januari 2021- Juni 2022

5. DAFTAR PUSTAKA
Lama rawat Persentase
No Jumlah
inap (Hari) (%) (WHO), W. H. O. (2016). Asthma Fact
1 <7 hari 58 89,2%
2 ≥7 hari 7 10,8%
Sheets. https://www.who.int/en/news-
Total 65 100% room/fact-sheets/detail/asthma

Adnan, & Wahyuni, E. N. (2016).


Setelah dilakukan analisis Hubungan Rasionalitas Pengobatan
menggunakan pengujian chi square Terhadap Lama Rawat Inap Pada
didapatkan p value 0,618 > 0,05 dikatakan Pasien Asma Di Rs Pku
hasil Ha ditolak, jadi tidak ada hubungan Muhammadiyah Bantul Tahun 2016.
rasionalitas penggunaan kortikosteroid
pada penyakit asma terhadap lama rawat Alotia, G. S., Wiyono, W. I., & Mpila, D.
inap di RSUD Dr. R Soedjati A. (2020). Evaluasi Penggunaan Obat
Soemodiardjo Kabupaten Grobogan. Pada Pasien Asma Di Instalasi Rawat
Faktor yang mempengaruhi tidak ada Inap Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou
hubungan rasionalitas ini dalam pemberian Manado. Pharmacon, 9(4), 613.

85
Media Farmasi Indonesia Vol 17 No 2 | DOI : 10.53359/mfi.v17i2.207
Media Farmasi Indonesia Vol 17 No 2 | DOI : 10.53359/mfi.v17i2.207

https://doi.org/10.35799/pha.9.2020.3 Anak Asma. Pedoman Nasional Asma


1372 Anak, 2, 80.

Baihaqi, A. F. (2017). PASIEN ASMA KEMENKES RI. (2011). Modul


RAWAT INAP DI RSU UKI PERIODE Penggunaan Obat Rasional 2011.
JANUARI 2015 – DESEMBER 2016. Modul Penggunaan Obat Rasional, 3–
4.
Departemen Kesehatan, R. (2007).
Pharmaceutical Care untuk Penyakit Liansyah, T. M. (2014). Pendekatan
Asma. Direktorat Bina Farmasi kedokteran keluarga dalam
Komunitas Dan Klinik, 53–80. penatalaksanaan terkini serangan asma
pada anak. Jks, 3, 175–180.
Ekarini, N. L. P. (2012). Analisis Faktor-
Faktor Pemicu Dominan Terjadinya Litanto, A., & Kartini, K. (2020).
Serangan Asma Pada Pasien Asma. Kekambuhan asma pada perempuan
Fakultas Ilmu Keperawatan dan berbagai faktor yang
Universitas Indonesia, 20. memengaruhinya. Jurnal Biomedika
Dan Kesehatan, 4(2), 79–86.
Fajara, R., Muthoharoh, A., Agustin https://doi.org/10.18051/jbiomedkes.2
Ningrum, W., & Wahyu Permadi 021.v4.79-86
Universitas Muhammadiyah
Pekajangan Pekalongan Jl Raya Lorensia, A., Yulia, R., & Wahyuningtyas,
Ambokembang No, Y. (2021). I. S. (2017). Hubungan Persepsi
Evaluation Rationality of Dosing Penyakit (Illness Perception) dengan
Drugs Acute Bronchitis Pediatric Kontrol Gejala Asma pada Pasien
Patients Outpatient Installation Rsud Rawat Jalan. MPI (Media
Kajen in 2018-2019. Medical Sains, Pharmaceutica Indonesiana), 1(2),
5(2). 92–99.
https://doi.org/10.24123/mpi.v1i2.191
Fitriani, N., Permana, A., & Diningrum, A.
(2018). Rasionalitas Penggunaan
Kortikosteroid pada Terapi Asma Mims, J. W. (2015). Asthma: Definitions
Bronkial di Poliklinik Penyakit Dalam and pathophysiology. International
Rumah Sakit Muhammadiyah Forum of Allergy and Rhinology,
Palembang. Syifa’MEDIKA:Jurnal 5(June), S2–S6.
Kedokteran Dan Kesehatan, 9(1), 16. https://doi.org/10.1002/alr.21609
https://doi.org/10.32502/sm.v9i1.122
Putri Nia Shinta, Liza Pratiwi, S. R.
GINA. (2021). Global Initiative for (2022). Analisis Efektivitas Biaya
Asthma (GINA). Bethesda: Global Penggunaan Kortikosteroid Inhalasi
Strategy for Asthma Management and Pada Pasien Asma Rawat Jalan di
Prevention. Ginasthma.Org, 11. Rumah Sakit. 4, 722–733.
https://ginasthma.org/wp-
content/uploads/2021/05/Whats-new- Rahagia, R., Widjajanto, E., & Nasution,
in-GINA-2021_final_V2.pdf tina handayani. (2017). Analisis
Hubungan Pengetahuan Dan Perilaku
Hayes, P. E. (2020). Past Editors of Pengendalian Faktor-Faktor Pemicu
Pharmacotherapy. Asma Dengan Tingkat Keparahan
www.mhprofessional.com. Penyakit Asma Pada Pasien Asma Di
Instalasi Gawat Darurat. Jurnal
IDAI, U. R. P. (2016). Pedoman Nasional STIKES, 10 No. 1, 24–36.
86
Media Farmasi Indonesia Vol 17 No 2 | DOI : 10.53359/mfi.v17i2.207
Media Farmasi Indonesia Vol 17 No 2 | DOI : 10.53359/mfi.v17i2.207

Rohmah, A. S. (2018). Evaluasi ttps://doi.org/10.23886/ejki.5.7654


Rasionalitas Penggunaan
Kortikosteroid Pada Penyakit Asma Sudrajat, N. H. U., & Nisa, K. (2016).
Pasien Rawat Jalan Di RS PKU Efektifitas Senam Asma untuk
Muhammadiyah Delanggu Tahun Meningkatkan Fungsi Paru Penderita
2016. Naskah Publikasi. Asma Effectivityof Asthma Exercises
to Increase Lung FunctionofAsthma
Saputri Gusti Ayu Rai, Ade Maria Ulfa, & Patient. Majority, 5(4), 112–116.
Tri Setianingsih. (2019). Evaluasi
Rasionalitas Penggunaan Ulya, K. U., Muthoharoh, A., Ersila, W.,
Kortikosteroid Pada Pola Peresepan & Agustin, W. (2021). EVALUASI
Terhadap Pasien Asma di RSUD PENGGUNAAN OBAT ASMA PADA
Pesawaran. Jurnal Farmasi PASIEN EVALUATION OF THE USE
Malahayati, 2(1), 50–57. ASTHMA DRUG IN GERIATRIC
PATIENTS IN THE OUTPATIENT
Sari Diah Permata, Firdha Senja INSTALLATION OF THE KRATON
Maelaningsih, A. R. F. E. P. (2020). REGENCY OF PEKALONGAN. 5(2),
Pola Penggunaan Obat Asma Pada 151–160.
Pasien Anak Rawat Jalan Ditinjau
Dari Berbagai Literatur. Prosiding Wahani, A. M. I. (2016). Karakteristik
Senantias 2020, 1(1), 607–614. Asma pada Pasien Anak yang Rawat
Inap Di RS Prof.R.D Kandouw
Sari, E. P. (2017). Relationship between Malalayang, Manado. Sari Pediatri,
Inhaled Corticosteroid Adherence and 13(4), 280.
Airway Obstruction Severity among https://doi.org/10.14238/sp13.4.2011.
Persistent Asthma Pa ... 280-4

87

Anda mungkin juga menyukai