Anda di halaman 1dari 12

Judul TINGKAT KEPATUHAN PENGGUNAAN

OBAT ANTI TUBERKULOSIS PADA


PROSES PENYEBUHAN PASIEN DI
RSAU DR M. SALAMUN BANDUNG
Volume & Halaman Vol 2(2), Halaman 304-311
Tahun 2022
Penulis Bela Saptarani, Putri Aprilia, Rida Emelia
Reviewer Healty Septiana
Tanggal 12 Januari 2023
Latar Belakang Di era saat ini kesehatan merupakan hal
yang paling penting dan tidak ternilai bagi
setiap individu. Semua orang memiliki
keinginan untuk mendapatkan kehidupan
yang sehat. Namun, terkadang banyak
rintangan yang dapat mengganggu
kesehatan, salah satu penyebab gangguan
kesehatan yang sering terjadi pada organ
paru-paru yaitu tuberculosis. Tuberculosis
adalah suatu penyakit infeksi menular yang
dapat menyerang berbagai organ, terutama
paru-paru
Tujuan Penelitian Penelitian dilakukan untuk mengetahui
tingkat kepatuhan penggunaan obat
antituberculosis pada proses penyembuhan
pasien tuberculosis di Rumah Sakit Angkatan
Udara Dr. Salamun Bandung
Teori Pengobatan tuberkulosis (TB) dengan
kombinasi dosis tetap bertujuan untuk
meningkatkan kepatuhan minum obat anti
tuberkulosis (OAT) pada pasien TB.
Pengobatan tuberkulosis menggunakan
kombinasi dosis tetap obat di mana
setidaknya empat antibiotik diminum
sekaligus (Afidayati, 2018). Timbulnya efek
samping merupakan faktor utama dalam
pengobatan tuberkulosis. Salah satu
keberhasilan pengobatan tuberkulosis
adalah tingkat kepatuhan pasien dalam
menerima pengobatan (Seniantaraet al.,
2018). Salah satu penyebab ketidakpatuhan
pasien TB untuk berobat adalah
pengobatan jangka panjang, kemungkinan
efek samping, dan kesadaran pasien
yang rendah akan penyakitnya (Ratnasari,
2018). Untuk mendapatkan efek
terapeutik yang baik, perlu dilakukan
pemantauan efek samping obat
(Syaripuddinet al., 2014). Di era saat ini
kesehatan merupakan hal yang paling penting
dan tidak ternilai bagi setiap individu.
Semua orang memiliki keinginan untuk
mendapatkan kehidupan yang sehat. Namun,
terkadang banyak rintangan yang dapat
mengganggu kesehatan, salah satu penyebab
gangguan kesehatan yang sering terjadi pada
organ paru-paru yaitu tuberculosis.
Tuberculosis adalah suatu penyakit infeksi
menular yang dapat menyerang berbagai
organ, terutama paru-paru. Penyakit ini bila
tidak diobati atau pengobatannya tidak tuntas
dapat menimbulkan komplikasi berbahaya
hingga kematian (Ernawati, 2017).
Metode Penelitian Metode yang dilakukan penelitian
obeservasional deskritif dengan desain
rancangan cross sectional di Rumah Sakit
Angkatan Udara DR M. Salamun Bandung
Sampel Tingkat kepatuhan penggunaan obat anti
tuberculosispada proses penyembuhan
pasien tuberculosis di Rumah Sakit TNI AU
Dr M. Salamun Bandung
Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan di Rumah Sakit Angkatan Udara
Dr M. Salamun Bandung dari 50 responden
yang patuh sebanyak 32% memiliki sikap
kepatuhan rendah dan 62% responden
memiliki sikap ketidakpatuhan tinggi
Kesimpulan Maka dapat disimpulkan bahwa pasien TB
memiliki sikap ketidakpatuhan dalam
memimum obat TB.
Judul EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTI
TUBERKULOSIS PADA PASIEN BARU
TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS
SIKUMANA
Volume & Halaman Volume 3 Nomor 1
Tahun 2018
Penulis Jeneva Kristin Doko, Maria Philomena Erika
Rengga, Maria Ekarista Klau
Reviewer Healty Septiana
Tanggal 12 Januari 2023
Abstrak Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang
ditularkan lewat udara yang disebabkan
oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.
Jika tidak diobati atau pengobatannya
tidak tuntas, penyakit ini dapat menimbulkan
komplikasi berbahaya hingga kematian.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
penggunaan obat anti tuberkulosis (OAT)
pada pasien baru tuberkulosis paru di
Puskesmas Sikumana tahun 2018 yang
mengacu pada Pedoman Nasional
Pengendalian TB oleh Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia tahun 2014.
Data penggunaan OAT yang di ambil
adalah identitas pasien TB dan
pengobatannya (dosis, lama pengobatan dan
hasil pengobatan). Jumlahsampel dalam
penelitian ini adalah 65 sampel pasien baru
TB paru BTA positif yang diambil
berdasarkan teknik total sampling. Hasil
penelitian ini adalah kesesuaian dosis OAT
yang diberikan pada pasien baru TB paru
BTA positif sesuai dengan standar
pengobatan yaitu sebanyak 57 pasien
(87,7%) dan yang tidak sesuai sebanyak 8
pasien (12,3%); kesesuaian lama
pengobatan OAT yang diberikan pada
pasien baru TB paru BTA positif sesuai
dengan standar pengobatan yaitu sebanyak
54 pasien (83,1%) dan yang tidak sesuai
sebanyak 11 pasien (16,9%); dan untuk hasil
pengobatan pada pasien baru TB paru BTA
positif menunjukkan bahwa terdapat 31
pasien (47,7%) sembuh, 24 pasien (36,9%)
pengobatan lengkap, 4 pasien (6,2%) putus
berobat, 3 pasien (4,6%) dengan hasil
meninggal, dan 3 pasien (4,6%) tidak
dievaluasi
Tujuan Penelitian Bertujuan untuk mengetahui penggunaan obat
anti tuberkulosis (OAT) pada pasien baru
tuberkulosis paru di Puskesmas Sikumana
tahun 2018 yang mengacu pada Pedoman
Nasional Pengendalian TB oleh
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
tahun 2014.
Pendahuluan Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang
ditularkan lewat udara yang disebabkan
oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis (M.
tuberculosis) (CDC, 2013:21). World Health
Organization(WHO), menegaskan bahwa
TB merupakan salah satu dari 10
penyebab kematian dan penyebab utama
infeksi di seluruh dunia (di atas
HIV/AIDS) (WHO, 2018:1).Jika tidak
diobati atau pengobatannya tidak tuntas
penyakit ini dapat menimbulkan komplikasi
berbahaya hingga kematian (Kemenkes,
2015:1).
Indonesia merupakan salah satu dari
beberapa negara yang mempunyai beban
TB tertinggi di dunia (WHO, 2018:1).
Menurut Kemenkes RI, di Indonesia,
jumlah kasus baru TB paru Basil Tahan
Asam (BTA) positif mengalami
penurunan, namun masih pada angka
yang sangat tinggi pada 3 tahun terakhir
yaitu 2015-2017 (Kemenkes RI, 2016,
2017, dan 2018). Menurut Dinas Kesehatan
Provinsi Nusa Tenggara Timur (Dinkes
Provinsi NTT), jumlah kasus baru TB paru
BTA positif tahun 2016 sempat menurun.
Namun, jumlah tersebut meningkat
hampir 5 kalinya di tahun 2017 (Dinkes
Provinsi NTT, 2016, 2017, dan 2018).
Menurut Dinas Kesehatan Kota Kupang
(Dinkes Kota Kupang), jumlah kasus baru
TB paru BTA positif tahun 2015 sama
besar dengan tahun sebelumnya,jumlah
tersebut meningkat di tahun 2016 (Dinkes
Kota Kupang, 2014, 2015, dan 2017).
Penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Fristiohadyet al tentang “Evaluasi
Penggunaan Obat Anti Tuberkulosis
(OAT) pada Pasien TB Paru”
menyimpulkan bahwa dari 61 pasien TB
paru, kesesuaian paduan OAT diperoleh
persentase 96,8% dan ketidaksesuaian
paduan sebesar 3,2% (Fristiohadyet al.,
2013:5). Penelitian yang sama dari Anwar
et al, tentang “Evaluasi Penggunaan Obat
Anti Tuberkulosispada Pasien Baru
Penderita Tuberkulosis Rawat Jalan”, yang
ditemukan rasional yaitu 93,64% dan
irasional yaitu 6,36% (Anwar et al.,
2016:33).
Metode Penelitian Data yang diperoleh dianalisis secara
deskriptif yaitu analisis evaluasi
penggunaan obat, yang dilakukan dengan
melihat penggunaan OAT tiap kasus
pasien baru TB paru BTA positif.
Setelahnya, dibandingkan dengan pedoman
atau standar terapi yang digunakan
sebagai acuan penggobatan (Pedoman
Nasional Pengendalian Tuberkulosis)
Sampel Seluruh data rekam medis pasien baru
yang didiagnosa Tuberkulosis Paru Basil
Tahan Asam (TB Paru BTA) positif di
Puskesmas Sikumana pada tahun 2018 yang
memenuhi kriteria inklusi yaitu pasien
dengan usia ≥ 18 tahun. Sampel diambil
menggunakan teknik total sampling,
sehingga semua anggota populasi
menjadi sampel penelitian.
Hasil Penelitian Selama tahun 2018, terdapat 72 pasien
baru TB paru BTA positif di puskesmas
Sikumana. Dari 72 pasien baru tersebut,
yang termasuk dalam kriteria inklusi (usia
≥ 18 tahun) yaitu 65 pasien. Berikut
penyajian data pasien baru TB paru BTA
positif, berdasarkan jenis kelamin dan umur :
- Berdasarkan jenis kelamin
Secara global, WHO menyebutkan
perbandingan persentase pria dan wanita
yaitu 5,8 juta pria dan 3,2 juta wanita
terinfeksi TB paru (WHO, 2018:1).
Perbedaan yang sama, juga terjadi di
Indonesia yaitu tahun 2017 kasus baru
TB paru pada laki-laki 1,4 kali lebih besar
dibandingkan perempuan (Kemenkes RI,
2018:4)
- Berdasarkan umur
Sekitar 75% pasien TB adalah
kelompok usia yang paling produktif
secara ekonomis (15-50 tahun).
Diperkirakan seorang pasien TB dewasa,
akan kehilangan rata-rata waktu kerjanya
3-4 bulan. Hal tersebut berakibat pada
kehilangan pendapatan tahunan rumah
tangganya sekitar 20-30% (Kemenkes RI,
2014:1).
Kesimpulan 1. Pasien baru TB paru BTA positif yang
paling banyak terjadi pada pasien laki-laki
yaitu 39 pasien (60%).
2. Pasien baru TB paru BTA positif yang
paling banyak terjadi pada pasien
dengan umur 26-35 tahun yaitu 19
orang (29,2%)
3. Kesesuaian dosis OAT yang diberikan
pada pasien baru TB paru BTA positif
sesuai dengan standar pengobatan
yaitu sebanyak 57 pasien (87,7%) dan
yang tidak sesuai sebanyak 8 pasien
(12,3%)
4. Kesesuaian lama pengobatan OAT
yang diberikan pada pasien baru TB
paru BTA positif sesuai dengan
standar pengobatan yaitu sebanyak 54
pasien (83,1%) dan yang tidak sesuai
sebanyak 11 pasien (16,9%)
5. Hasil pengobatan pada pasien baru TB
paru BTA positif menunjukkan bahwa
terdapat 31 pasien (47,7%) dengan
hasil pengobatan sembuh, 24 pasien
(36,9%) dengan hasil pengobatan
lengkap, 4 pasien (6,2%) dengan hasil
putus berobat, 3 pasien (4,6%) dengan
hasil meninggal, dan 3 pasien (4,6%)
dengan tidak dievaluasi.

Judul TINGKAT KEPATUHAN PASIEN


TUBERKULOSIS PARU PADA
PENGGUNAAN OBAT ANTI
TUBERKULOSIS DI PUSKESMAS
CIPAYUNG KOTA DEPOK
Volume & Halaman Vol 2 No 2
Tahun 2022
Penulis Agung Dewantoro, Aulia Nadya Rizki
Imansari, Ahmad Fadhila
Reviewer Healty Septiana
Tanggal 12 Januari 2023
Abstrak Penyakit Tuberkulosis adalah penyakit infeksi
menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis, yang dapat
menyerang paru dan organ lainnya. Penularan
terjadi ketika seseorang menghirup droplet
nuclei yang masuk melalui mulut atau hidung,
saluran pernapasan bagian atas dan bronkus
hingga mencapai paru-paru. Salah satu yang
menentukan keberhasilan dalam pengobatan
TB paru yaitu pasien harus meningkatkan
kepatuhan dalam meminum obat anti
tuberkulosis secara patuh dan teratur sampai
tuntas. Adapun beberapa faktor yang
mempengaruhi tingkat kepatuhan penggunaan
obat anti tuberkulosis pada panderita TB paru
adanya motivasi, dukungan keluarga,
pengawasan dari PMO, tingkat pendidikan
dan pekerjaan.

Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui


tingkat kepatuhan penggunaan obat anti
tuberkulosis pada pasien TB paru di
Puskesmas Cipayung.
Pendahuluan Berdasarkan pelaporan per-tahun,
diperoleh angka kejadian di Puskesmas
Cipayung terus mengalami peningkatan. Hal
ini terlihat dari pencatatan angka penemuan
kasus / Case Detection Rate (CDR) dalam
kurun 5 tahun terakhir yaitu pada tahun 2016
terdapat berkisar 44 orang penderita, tahun
2017 dilaporkan berkisar 52 orang penderita,
tahun 2018 berkisar 56 orang penderita, tahun
2019 berkisar 51 orang penderita, sedangkan
tahun 2020 CDR sebanyak 47 penderita. Dan
upaya penanggulangan pun terus dilakukan.
Prevalensi kepatuhan terapi pada pasien
Tuberkulosis dalam meminum Obat Anti
Tuberkulisis (OAT) menurut hasil penelitian
yaitu sebesar 83% (Manuhara, 2012) dan
tidak jauh berbeda dari hasil penelitian yang
didapat oleh Amalya (2020) sebesar 89%.
Ketidakpatuhan ini disebabkan oleh
meningkatnya pasien Tuberkulosis yang tidak
teratur dan lupa minum obat secara rutin,
mengingat terapi pengobatannya
membutuhkan waktu yang cukup lama
dengan kurun waktu minimal 6 bulan, maka
penderita Tuberkulosis berisiko mengalami
kebosanan yang cenderung akan
mengakibatkan putus berobat (Kemenkes RI,
2018). Kepatuhan terapi dapat menyebabkan
keberhasilan dalam pengobatan Tuberkulosis
(success rate) (WHO, 2018)
Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah
bersifat deskriftif dengan menggunakan
metode total sampling dan sampel yang
digunakan sebanyak 28 responden.
Sampel Pengambilan data menggunakan kuesioner
yang sudah tervalidasi yang dibuat
berdasarkan MMAS-8 (Morisky
Medication Adherence Scale).
Hasil Penelitian Hasil dari penelitian ini sebesar (82%)
memiliki tingkat kepatuhan tinggi, (14%)
memiliki tingkat kepatuhan sedang, dan (4%)
memiliki tingkat kepatuhan rendah. Dan
didapat hasil sebesar (57%) sampel berjenis
kelamin laki-laki, (36%) berusia dewasa awal
antara 26-35 tahun, (57%) berpendidikan
SMA, (53,5%) bekerja sebagai karyawan
swasta. Dan yang menjadi Pemantau Minum
Obat adalah keluarga sendiri (100%).
Kesimpulan Kesimpulan dari tingkat kepatuhan
penggunaan obat anti tuberkulosis pada
pasien TB Paru di Puskesmas Cipayung
dengan nilai (82%) memiliki tingkat
kepatuhan tinggi sebanyak 23 responden.

Anda mungkin juga menyukai