Disusun Oleh :
Luisa Paticasari Sitanggang
(2110631180133)
KELAS 3D
PRODI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
2022
DAFTAR ISI
COVER.......................................................................................................................1
DAFTAR ISI..................................................................................................................
LATAR BELAKANG.......................................................................................................
MASALAH YANG DIHADAPI.........................................................................................
TEORI DAN FAKTA YANG DIHADAPI............................................................................
PEMBAHASAN MASSALAH..........................................................................................
TAWARAN SOLUSI.......................................................................................................
KESIMPULAN...............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................
LATAR BELAKANG
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) merupakan suatu lembaga negara yang bergerak
dalam lingkup politik hukum, dan Undang-Undang sebagai manifestasi dari politik
hukum tersebut. Kekuasaan sebagai pembentuk undang-undang sebagaima telah
diatur dalam Undang-Udang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tepatnya
pasal 20 ayat (1), secara sosiologis kekuasaan tersebut merupakan amanat dari
seluruh rakyat Indonesia.
Berdasarkan konstitusi Republik Indonesia (UUD 1945), Dewan Perwakilan Rakyat
diwajibkan untuk melaksanakan tiga fungsi: Legislasi, Anggaran, dan Pengawasan.
Ketiga fungsi tersebut dijalankan dalam kerangka representasi rakyat, dimana setiap
Anggota Dewan wajib mengutamakan kepentingan rakyat yang diwakilinya (konstituen)
sehingga menjadikan mereka “Wakil Rakyat”.
Hampir separuh Anggota DPR berlatar belakang pengusaha. Hal itu membuat mereka
rawan konflik kepentingan saat menyusun undang-undang dan anggaran. Setelah
resmi dilantik pada 1 Oktober 2019, para DPR periode 2019-2024 sudah mulai bekerja.
Dari 575 anggota DPR, 262 memiliki latar belakang sebagai pengusaha. Mereka
tercatat memiliki saham, menjabat komisaris, hingga menduduki kursi direksi di 1.016
perusahaan. Selain itu, bisnis mereka merambah sektor penyiaran, perdagangan
umum, hingga industri ekstraktif. Serta 313 anggota berlatar belakang non-pengusaha.
Persentase pebisnis terbanyak berasal dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
(PDIP) yaitu 23 persen, diikuti Partai Gerindra sebesar 16 persen dan Partai Golkar
sebesar 16 persen. Dalam argumentasi awal, Defbry menyatakan potensi konflik
kepentingan ini semakin tinggi dengan adanya keterkaitan antara bidang usaha yang
dimiliki dan penempatan komisi pebisnis di DPR.