disusun oleh:
Qothrunnada (170410200066)
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2020
ABSTRAK
Satu tahun menjabat, progress atau regress? Pertanyaan ini bukan sekadar penyataan
— tetapi juga bentuk kegelisahan rakyat terhadap apa yang terjadi selama satu tahun
pemerintahan Jokowi Ma’ruf. Mulai dari bidang sosial, politik, ekonomi, pendidikan, hukum,
dan HAM nampaknya masih banyak yang harus diperbaiki oleh pemerintah.
Bidang sosial dan ekonomi akan ditinjau mengenai naiknya tingkat kriminalitas dan
kurangnya serapan investasi. Kemudian di bidang politik dan teknologi akan ditinjau
mengenai koalisi gemuk buat lemahnya oposisi, RUU Omnibus law, kinerja menteri yang
kurang maksimal, kasus korupsi dan revisi RUU KPK, dekonsolidasi demokrasi, pilkada di
tengah Pandemi Covid 19, kinerja pemerintah yang buruk, politik dinasti, peran wakil
presiden yang kurang terlihat, diskriminasi pada pejabat, serta sosialisasi kebijakan yang
tidak efektif dan efisien. Sementara di bidang pendidikan akan membahas polemik kegiatan
belajar-mengajar di era pandemi dan di bidang HAM akan membahas pemerintahan yang
makin antikritik.
Kata kunci: politik, teknologi, sosial, ekonomi, pendidikan, hukum dan HAM
i
DAFTAR ISI
ABSTRAK..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I: PENDAHULUAN.................................................................................................1
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
pula. Saat ini pemerintah lamban mengatasi pemulihan ekonomi yang menyebabkan
jatuhnya ekonomi Indonesia di 2 kuartal serta langkah-langkah yang sudah dilakukan
dinilai tidak meresap sampai lapisan masyarakat
Satu-satunya oposisi efektif saat ini dipegang oleh partai-partai Islam kecil seperti
Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Amanat Nasional (PAN). Masing-masing partai
tersebut mengendalikan kurang dari 8 persen kursi DPR.
Ini berarti, sebagian besar agenda Jokowi untuk periode keduanya, misalnya Omnibus
Law (yang mereformasi undang-undang pajak, ketenagakerjaan, dan lainnya), kemungkinan
akan diloloskan oleh DPR dengan mudah dalam beberapa bulan mendatang.
3
Pakar politik dari Universitas Indonesia (UI), Hurriyah, memandang dalam periode
kedua pemerintahannya, Jokowi berfokus pada mengamankan dukungan elite politik
sehingga menjadi pilihan strategis untuk merangkul sebanyak-banyaknya elite.
"Tapi ketika kita bicara apakah ini baik untuk politik Indonesia ke depan, untuk
demokrasi kita, saya lihat ini menjadi sinyal yang sebenarnya negatif untuk perkembangan
demokrasi kita ke depannya," ujar Hurriyah kepada BBC News Indonesia, Selasa (22/10).
"Potensi bahaya yang mungkin kita bisa bayangkan dari sekarang parlemen akan
semakin sulit bisa secara objektif melakukan kontrol terhadap kerja pemerintah," ujar Lucius.
"Bagaimana berharap anggota DPR yang menjadi kader dari partai politik yang
elitnya ada di istana itu kemudian akan melancarkan kontrol yang objektif untuk apa yang
dilakukan elite yang ada di istana,"
Senada, Wakil Direktur Eksekutif Pusat Kajian Politik Universitas Indonesia Hurriyah
menjelaskan, ketika tidak ada kekuatan di luar koalisi pemerintahan, otomatis potensi untuk
terjadinya oposisi yang aktif relatif kecil, walaupun fungsi saling mengawasi dan
mengimbangi atau checks and balances antara Presiden dan DPR tetap berjalan.
Hurriyah mengungkapkan apa yang disebut sebagai 'koalisi gemuk' ini menjadi sinyal
buruk bagi demokrasi Indonesia.
"Ini yang berbahaya, karena sangat dimungkinkan misalnya terjadi antara pemerintah
dan DPR saling kongkalikong karena mereka punya satu kepentingan yang sama, ada di
gerbong yang sama," imbuh Hurriyah kemudian.
4
Dia melihat adanya tendensi pemerintahan Jokowi di periode kedua ini sangat
menunjukkan keberpihakannya pada elit dan partai politik dan justru mengabaikan kebebasan
sipil dan politik di masyarakat.
"Jadi kita kembali lagi ke otoritarianisme orde baru ketika DPR dan pemerintah itu
menjadi satu kesatuan, DPR hanya menjadi alat stempel karena semuanya dikuasai oleh
pemerintah," kata dia.
Selang beberapa hari pasca dilantik, Jokowi dan Ma'ruf membentuk Kabinet
Indonesia Maju. Setidaknya, ada lima program kerja prioritas yang dibeberkan Jokowi
saat pelantikan. Tentunya, lima program tersebut disusun Jokowi jauh sebelum virus
corona (Covid-19) melanda Indonesia dan sejumlah negara.
Sejauh ini, UU Cipta Kerja setebal 812 halaman sudah ada di Kementerian
Sekretariat Negara dan hanya tinggal menunggu tanda tangan Jokowi. UU itu akan
tetap berlaku dengan sendirinya meski Jokowi memilih tak menekennya dalam waktu
30 hari.
Pakar Hukum Tata Negara dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta,
Zainal Arifin Mochtar, mempertanyakan keseriusan DPR dan pemerintah dalam
menyusun dan membuat Undang-Undang Cipta Kerja.
5
Ia khawatir semakin lama dokumen itu di tangan DPR akan terulang kembali
kasus masuknya "pasal selundupan".
Ketakutannya itu merujuk pada tiga kasus, yakni adanya pasal tentang kretek
dalam draf Rancangan Undang-Undang Kebudayaan di tahun 2015.
Dalam pengamatannya pula, insiden "pasal selundupan" selalu terjadi pada
undang-undang kontroversial. Selebihnya, salinan dokumen selalu diberikan ketika
diputuskan dalam Rapat Paripurna.
Jerry (Jerry Massie. Pengamat Politik dari Political and Public Policy Studies)
menambahkan, ke depannya, Jokowi harus lebih banyak lagi mendengar suara rakyat
dan keras terhadap jajaran menterinya yang abai dengan kepentingan rakyat.
6
"Untuk jubir jangan semua bicara. Saran saya, Mensesneg Pratikno dilibatkan
saja sebagai jubir. Saat ini ada banyak yang bicara. Para kabinetnya harus tahan diri.
Jangan bicara bukan tupoksinya," sambungnya.
"Benar Pak Jokowi sudah bekerja keras, tapi sebagian kementerian gagap dan
hilang fokus dan secara umum nilai yang didapat 4 dari skala 10," kata Mardani.
Peneliti Pusat Kajian Antikorupsi Universitas Gadjah Mada (Pukat UGM) Zaenur
Rohman menilai kepemimpinan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin di
periode kedua lebih buruk dibanding periode pertama dan masa presiden sebelumnya.
Pertama, lumpuhnya KPK akibat revisi UU KPK yang dilakukan oleh Presiden
Jokowi dan parlemen. UU KPK ini menjadikan KPK tidak lagi independen karena adanya
peluang campur tangan pemerintah di kinerja lembaga anti-suap ini.
7
Kedua, terpilihnya Firli Bahuri sebagai Ketua KPK. Meski terpilih melalui panitia
seleksi, Firli dianggap belum mampu menjadikan KPK kuat.
Sebagai bukti, selama kepemimpinan Firli tidak ada satu pun kasus strategis atau
kakap yang dibongkar KPK. "UU menjadikan KPK tidak bisa melakukan penyadapan dengan
cepat," lanjutnya.
Menariknya, kata Zaenur, di tengah lumpuhnya KPK, dua institusi penegak hukum,
yaitu Polri dan Kejaksaan Agung, dirundung persoalan besar skandal Joko Tjandra. Kasus ini
fenomenal karena menjadi puncak gunung es persoalan institusi penegak hukum.
"Tidak adanya program reformasi di kedua institusi penegak hukum itu berdampak
mereka belum bisa menjadi institusi andal yang dapat dipercaya secara efektif memberantas
korupsi," lanjutnya.
Dari sisi legislasi, pada periode kedua Presiden Jokowi ini pemerintah juga tidak
mengajukan rancangan aturan soal percepatan pemberantasan korupsi, seperti RUU
Pembatasan Transaksi Tunai dan RUU Perampasan Aset.
Dekonsolidasi/Resesi Demokrasi
8
menjadi menteri koordinator maritim dan investasi. Ia juga mengangkat Kapolri Tito
Karnavian jadi menteri dalam negeri, Kalemdikpol Budi Gunawan jadi kepala Badan
Intelijen Nasional.
Jika Jokowi terus memasukkan lebih banyak pensiunan TNI dan Polri ke
dalam pemerintahannya selama periode kedua, dan banyak pensiunan jenderal yang
akan terpilih dalam Pilkada 2020 mendatang, itu akan melanggengkan “militerisasi”
di pemerintahan Jokowi, yang dapat mengarah pada dekonsolidasi demokrasi
Indonesia.
Selain itu, dari aspek demokrasi, ada tindakan berlebihan aparat yang
dianggap sebagai upaya membungkam kebebasan berpendapat. Ancaman
administratif terhadap pelajar dan mahasiswa yang demo merupakan bentuk
pembungkaman yang sepatutnya gak perlu ada.
9
"Undang-undang ITE itu benar-benar menutup musyawarah mufakat dan
meminimalisir arti demokrasi. Bila tidak suka gunakan UU ITE. Itu yang menurut
saya menjegal demokrasi dalam era Pak Jokowi," ujar Hendri.
Pilkada
Pilkada tahun ini, yang merupakan pilkada terbesar dalam sejarah pemilihan
umum di Indonesia, akan digelar serentak di 270 daerah pada 9 Desember, setelah
sempat ditunda. Kampanye dijadwalkan dimulai pada 26 September sampai 5
Desember, dan masa tenang dimulai pada 6-8 Desember. Pilkada ini akan diikuti oleh
105 juta pemilih.
10
Bawaslu juga mengatakan (22/09) bahwa terdapat sembilan propinsi dan 50
kota atau kabupaten yang penyelenggaraan Pilkadanya "sangat rentan" terhadap
gangguan-gangguan yang disebabkan oleh covid-19.
David menyatakan kejadian itu bisa menimbulkan antrean panjang yang akan
mengakibatkan mundurnya waktu dalam proses pemungutan suara di TPS. Akibatnya,
tugas KPPS jadi lebih banyak dan memakan waktu panjang untuk menyelesaikannya.
11
Direktur Eksekutif, Indonesian Democratic (IDE) Center, C. David Kaligis
memprediksi kecurangan akan tumbuh subur jika Pilkada 2020 tetap digelar saat
pandemi virus corona (Covid-19).
"Komunikasi yang kurang pas juga terjadi tatkala UU Cipta Kerja disahkan.
Dinamika yang tersaji cukup membuat suasana demokrasi terhimpit dan banyak
menyisakan pertanyaan besar," ujarnya.
12
Selanjutnya, apa opini publik terhadap kebijakan Jokowi? Survei Litbang
Kompas terbaru mengungkap bahwa hanya 45,2% rakyat yang puas terhadap kinerja
Jokowi. Ini gak linier dengan jumlah pemilih Jokowi di pilpres 2019. Survei ini telah
memberi penilaian negatif untuk setahun kinerja Jokowi. Akankah ada survei
tandingan yang bakal mencounter survei Litbang Kompas? Kita tunggu.
PKB menilai Jokowi gagal. Buruh memberi kartu merah terhadap kinerja
Jokowi. Bagaimana dengan mahasiswa? Bagaimana pula dengan MUI dan ormas? Ini
juga penting, agar bisa jadi catatan untuk kinerja pemerintah kedepan.
13
penegakan hukum dan hak asasi manusia, pemberantasan korupsi, menghancurkan
lingkungan, dan merampas ruang hidup masyarakat
Politik Dinasti
Arif menyampaikan tak sepakat dengan gagasan mencabut hak politik orang
yang terkait dinasti politik. Namun ia mengatakan publik harus paham bahaya dari
dinasti politik.
14
"Yang perlu kita lihat adalah pemusatan kekuasaan di tangan jaringan
patronase elite yang kemudian terkait fenomena korupsi," ujarnya.
"Saya kira memang ke depan Pak Wapres harus diberikan porsi yang juga
harus seimbang. Ini untuk memberikan keyakinan kepada publik kalau Wapres dipilih
bukan hanya untuk ban serep membendung politik identitas tetapi bisa bekerja secara
maksimal juga," jelas Adi.
"Saya lihat ini baik tapi di saat menyusun perlu melibatkan lembaga terkait,
pakar-pakar di bidang masing-masing. Lantaran ini pertama di Indonesia dan 70
undang-undang yang digabung," ujarnya.
15
Langkah pengangkatan Ramadio menjadi bupati di kabupaten Sulawesi Tenggara itu,
menurut Komnas perempuan dan pendamping korban dari Yayasan Lambu Ina, merupakan
perilaku diskriminatif dan impunitas pejabat publik yang terjerat kasus hukum.
Pakar kebijakan publik dari Universitas Indonesia, Lina Miftahul Jannah, menyebut
penggunaan influencer untuk sosialisasi program atau kebijakan pemerintah selama ini tidak
efisien. Karena pesan yang disampaikan mereka tidak sampai ke masyarakat."Karena mereka
enggak peduli dengan materi atau programnya, yang penting kerja dibayar."
Tenaga Ahli Utama di Kantor Staf Presiden, Donny Gahral Adian, mengakui adanya
penggunaan influencer di beberapa kementerian. Namun ia menampik jika dianggap tidak
efektif. Justru kata dia, para influencer ditujukan untuk menyasar program-program yang
bersentuhan dengan kelompok muda milenial.
16
demokrasi.Sebab publik atau rakyat bisa menyampaikan langsung aspirasinya tanpa
hambatan. Namun begitu, kata Asfi, ada sisi gelap dari penggunaan teknologi apalagi ketika
disusupi influencer atau buzzer. Sebab, baginya, mereka "bersuara atas pesanan".
Lebih dari itu, Asfi menilai penggunaan influencer dan buzzer telah menciptakan
stigmatisasi atau 'pembelahan' dengan sebutan tertentu. Ia mengambil contoh istilah 'cebong'
dan 'kadrun'.
Pada era satu tahun Jokowi, terdapat menteri pendidikan dan kebudayaan yang
cukup menarik perhatian dengan segala inovasi program kerjanya yang mendobrak dunia
pendidikan. Ya, ia adalah Nadiem Anwar Makariem yang umum disapa Nadiem
Makariem. Salah satu inovasinya adalah mengenai perubahan Ujian Nasional menjadi
Asesmen Nasional. Ujian Nasional sudah sering menuai kritik dari pihak masyarakat
terutama para siswa-siswi dan orang tua karena substansinya tidak jelas. Ujian Nasional
ini bukan merupakan syarat kelulusan, tetapi pihak sekolah sangat menekankankan siswa-
siswinya untuk meraih nilai setinggi mungkin. Tekanan yang cukup sulit, bukan? Sekolah
sudah sistem full day school dirasa sulit untuk dapat menyempatkan diri mempelajari
soal-soal UN, belum lagi tugas-tugas yang tak henti-hentinya diberikan oleh guru.
Ujian Nasional juga tidak menekankan kepada penalaran dan logika siswa, namun
cenderung menyajikan soal low order thinking skill yang membuat siswa cenderung
menghafal tipe soalnya, bukan benar-benar mengasah penalaran dan logika siswa.
Polemik kecurangan juga sering terjadi di beberapa sekolah seperti kebocaran soal,
bahkan pihak guru sendiri yang menyuruh siswa-siswinya berbuat curang. Semua ini
dilakukan karena sejatinya Ujian Nasional pada praktik lapangannya berbasis kompetisi
antarsekolah, sehingga mendorong sekolah yang kurang akademiknya untuk berbuat
curang.
Maka dari itu, dari hasil analisis Nadiem Makarim menghapus Ujian Nasional
untuk angkatan tahun 2021 dan seterusnya serta menggantinya dengan Asesmen
Nasional. Dikutip dari website Kemdikbud, Asesmen Nasional 2020 merupakan
pemetaan mutu pendidikan pada seluruh sekolah, madrasah, dan program keseteraan
jenjang sekolah dasar dan menengah. Asesmen Nasional meliputi tiga hal, yakni:
17
Asesmen Kompetensi Minimum (AKM),
Survei Karakter, dan
Survei Lingkungan Belajar
Kedua, survei karakter. Survei karakter ini dapat lebih menekankan kepada siswa
bahwa karakter tidak kalah pentingnya dengan kepintaran akademik semata.
“Beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME serta berakhlak mulia, berkebhinekaan
global, mandiri, bergotong royong, bernalar kritis, dan kreatif,” tutur Mendikbud.
18
sebentar tanpa menjelaskan konsep materi secara jelas. Akibatnya, siswa tidak begitu
memahami materi, tetapi dituntut untuk mengerjakan tugas yang banyak.
Definisi demokrasi menurut Abraham Lincoln adalah pemerintah dari rakyat, oleh
rakyat, dan untuk rakyat. Namun, akhir-akhir ini demokrasi di Indonesia patut
dipertanyakan, apalagi pemerintahan Jokowi-Ma’ruf sudah berjalan genap satu tahun.
Janji-janji Jokowi mengenai penanganan isu Hak Asasi Manusia menjelang Pemilu
nampaknya tidak terealisasikan dengan signifikan. Isu HAM telah berlangganan dalam
menuliskan rapor buruk terhadap pemerintahan di Indonesia.
19
takut menyatakan pendapat.” Sebanyak 73,8 persen responden juga “setuju atau sangat
setuju” bahwa “sekarang ini warga makin sulit berdemonstrasi atau melakukan protes.”
Mayoritas, yakni 64,9 persen responden, juga “setuju atau sangat setuju” bahwa
“sekarang ini aparat makin semena-mena menangkap warga yang berbeda pilihan
politiknya dengan penguasa.”
Problematika ini erat kaitannnya dengan aksi demonstrasi mengenai UU Cipta Kerja
Oktober silam. Polisi menyebutkan sebanyak 5.918 orang ditangkap dan hanya 240 yang
dinyatakan bersalah. Tak hanya itu, Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas
Indonesia, Fajar Adi Nugroho dan Presiden Asosiasi Serikat Pekerja Indonesia (Aspek
Indonesia), Mirah Sumirat mengalami peretasan di akun media sosialnya karena mereka
sangat proaktif menyuarakan penolakannya terhadap UU Ciptaker.
Kami masyarakat Indonesia tidak butuh pembelaan, kami hanya ingin aksi nyata
pemerintah menangani isu HAM secara baik sebagaimana janji-janji Jokowi-Ma’ruf
menjelang Pemilu. Indonesia negara demokrasi, perbedaan pendapat seharusnya tidak
diperlakukan dengan semena-mena oleh pemerintah. Kegagalan Jokowi-Ma’ruf dalam
menangani kasus HAM selama berjalannya satu tahun pemerintahannya ini terbukti
dengan merosotnya kualitas kebebasan berpendapat.
20
BAB III
21
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
22
Daftar Pustaka
Amindoni, A. (2020). UU Cipta Kerja: Demo warnai setahun periode kedua Jokowi,
bagaimana nasib demokrasi Indonesia? BBC News Indonesia. From
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-54501112
Bernie, M. (2020, Oktober 25). Setahun Pimpin Kemendikbud, Nadiem Dapat 'Rapot Merah'
dari FSGI. Tirto. From https://tirto.id/setahun-pimpin-kemendikbud-nadiem-dapat-
rapot-merah-dari-fsgi-f6lb
Debora, Y. (2020, Oktober 8). Asesmen Nasional 2021 Pengganti UN: 3 Poin yang Bakal
Diuji. Tirto. From https://tirto.id/asesmen-nasional-2021-pengganti-un-3-poin-yang-
bakal-diuji-f5Hm
Fadil, v. (2020). Satu Tahun Jokowi-Ma'ruf, Elite PKS: Dari Ekonomi, Hukum, Hingga
Politik Ambyar!! WARTA EKONOMI. From
https://www.wartaekonomi.co.id/read309983/satu-tahun-jokowi-maruf-elite-pks-dari-
ekonomi-hukum-hingga-politik-ambyar
Indonesia, C. (2020, Oktober 28). Pengamat Cemas Banyak KPPS Pilkada Meninggal seperti
Pemilu . CNN Indonesia. From
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20201027234944-32-563555/pengamat-
cemas-banyak-kpps-pilkada-meninggal-seperti-pemilu
Indonesia, C. (2020, Oktober 28). Pilkada saat Pandemi Dinilai Sarat Celah Kecurangan .
CNN Indonesia. From https://www.cnnindonesia.com/nasional/20201027232814-32-
563553/pilkada-saat-pandemi-dinilai-sarat-celah-kecurangan
Indonesia, C. (2020, Oktober 27). Sebulan Kampanye Pilkada, Pelanggaran Protokol Nyaris
Seribu. CNN Indonesia. From
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20201027172301-32-563433/sebulan-
kampanye-pilkada-pelanggaran-protokol-nyaris-seribu
1
Larasati, A. F. (2020). Menelaah Politik Indonesia Selama Periode Kedua Jokowi.
MATAMATA POLITIK. From https://www.matamatapolitik.com/politik-indonesia-
selama-periode-kedua-jokowi-analisis/
Rahma, S. (2020). Rapor Tahun Pertama Pemerintahan Jokowi Jilid 2. CNBC Indonesia.
From https://www.cnbcindonesia.com/news/20201020193218-8-195854/rapor-tahun-
pertama-pemerintahan-jokowi-jilid-2
Rosyid, T. (2020). Diberi Rapor Merah, Jokowi Mesti Evaluasi. KOMITMEN. From
https://komitmen.id/diberi-rapor-merah-jokowi-mesti-evaluasi/
Ruslan, H. (2020, Oktober 23). Satu Tahun Kinerja Jokowi–Ma’ruf Amin. Republika. From
https://republika.co.id/berita/qimky7469/satu-tahun-kinerja-jokowimaruf-amin
Syambudi, I. (2020, Oktober 27). Rontoknya Kualitas Demokrasi di Era Jokowi. Tirto. From
https://tirto.id/rontoknya-kualitas-demokrasi-di-era-jokowi-f6nL
Yuniar, W. R. (2020). Pilkada: Tahapan pemilihan tetap dilaksanakan meski dikritik banyak
pihak, Nahdlatul Ulama: 'Nyawa harus diprioritaskan'. BBC News Indonesia. From
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-54269158
2
1