Manajemen
Keuangan
Internasional
RESIKO DALAM INVESTASI INTERNASIONAL
11
Ekonomi dan Bisnis Manajemen P311750004 Dian Primanita Oktasari, SE, MM
Abstract Kompetensi
Mampu menjelaskaan tentang Resiko Mahasiswa mampu menjelaskaan
investasi internasional tentang Resiko investasi internasional
Pembahasan
1.1 JENIS PENILAIAN RISIKO NEGARA
ada 2 jenis risiko yang akan dijelaskan yaitu risiko politik dan risiko finansial (baik
secara makro maupun mikro)
Birokrasi.
Birokrasi di Indonesia dikenal panjang dan rumit dan tampaknya telah menjadi 'pusat
kekuasaan' dalam dirinya sendiri, sehingga secara efektif menolak upaya menuju
reformasi: suap masih marak dan tidak ada kemajuan yang berkelanjutan dalam
membangun institusi yang meningkatkan iklim usaha, pengadilan sebagai kredibel
seperti. Dengan demikian, negara berisi berbagai ketidakpastian bisnis yang
merugikan iklim investasi.
Akuisisi Tanah.
Salah satu hambatan utama untuk pembangunan infrastruktur di Indonesia telah
menjadi masalah pembebasan lahan. Alasan yang mendasari untuk situasi ini
adalah hambatan hukum untuk menyepakati kompensasi yang adil untuk pemilik
tanah dan, sebagai hasilnya, sengketa hukum tak berujung lebih valuasi (di berbagai
kesempatan, ekspansi bisnis telah menyebabkan ketegangan dengan masyarakat
lokal). Sebuah undang-undang pembebasan lahan baru telah diterima oleh
pemerintah Indonesia pada tahun 2010, tetapi hasilnya belum terlihat.
Infrastruktur.
Kualitas dan kuantitas infrastruktur Indonesia berada dalam kondisi yang lebih buruk
daripada di rekan-rekan regional. Hal ini berlaku untuk kedua infrastruktur keras
(jalan, kereta api, jembatan) dan infrastruktur lunak (pendidikan, kesejahteraan
sosial dan kesehatan). Sejak jatuhnya rezim Orde Baru pada tahun 1998, telah
terjadi kekurangan serius investasi di bidang ini. Untuk itu, pemerintah Indonesia
telah menempatkan investasi dalam infrastruktur sebagai prioritas utama dari
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN 2010-2014), sebagian besar
yang dipertimbangkan untuk dibiayai melalui modal swasta dalam bentuk kemitraan
publik-swasta (PPP). Namun, seperti peraturan kerangka kerja dan lingkungan
bisnis Indonesia saat ini tidak optimal kondusif, mungkin strategi terlalu ambisius dari
pemerintah pada saat ini (hingga reformasi lebih lanjut dimulai). Hukum yang saling
bertentangan dan peraturan saat rintangan untuk pembangunan infrastruktur di
Indonesia.
Sektor Informal.
Indonesia ditandai dengan dual pasar tenaga kerja: a pasar formal kecil dan informal
yang besar. Para pekerja sektor formal dilindungi melalui pembayaran pesangon
dan upah minimal yang relatif tinggi. Surat itu merupakan insentif bagi pengusaha
untuk mempekerjakan pekerja dari sektor informal di mana ada kurangnya asuransi
sosial. Informalitas yang luas merugikan pertumbuhan jangka panjang dan merusak
koleksi pendapatan pajak (yang diperlukan untuk investasi di negara itu infrastruktur,
kesehatan dan pendidikan).
Dalam hal perlindungan investasi asing prinsip utama yang dipegang adalah
perlakuan yang sifatnya non diskriminatif (non-discriminatory), yaitu bahwa hak dan
kewajiban berdasarkan hukum berlaku sama dengan tidak membedakan asal
negara suatu penanam modal. Di Amerika Serikat prinsip ini dikenal sebagai “fair
and equitable treatment” atau perlakuan yang sama dan adil. Undang Undang
Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal menyatakan bahwa penanaman
modal diselenggarakan berdasarkan “perlakuan yang sama dan tidak membedakan
asal negara”, namun “tidak berlaku bagi penanam modal dari suatu negara yang
memperoleh hak istimewa berdasar perjanjian dengan Indonesia. ”Sebagian
perjanjian investasi bilateral memuat pasal yang memungkinkan penanam modal
untuk langsung menempuh jalur arbitrase internasional jika bersengketa dengan
pemerintah Indonesia.
RISIKO FINANSIAL
Faktor keuangan harus dipertimbangkan saat menilai risiko Negara. Salah satu
faktor keuangan yang paling jelas adalah perekonomian Negara tersebut saat ini
dan perkiraannya dimasa depan. Adapun pertumbuhan ekonomi suatu Negara
bergantung pada beberapa faktor keuangan yang sering disebut Indikator
Pertumbuhan Ekonomi (suku bunga, kurs dan inflasi).
Kedua,
kewajiban memitigasi risiko bank yang dapat melakukan transaksi CCS. Transaksi
ini diharapkan mampu membantu perusahaan menghadapi risiko kenaikan suku
bunga Amerika Serikat karena suku bunga utangnya juga bisa di-hedging.
Ketiga,
memperluas cakupan underlying (aset yang dijaminkan) menjadi perdagangan dan
investasi, termasuk perkiraan pendapatan dan biaya. Sebelumnya, bank ragu-ragu
untuk melakukan transaksi derivatif karena dilarang memberikan kredit atau
pembiayaan dalam valas maupun rupiah untuk kepentingan transaksi derivatif,
kecuali dalam rangka ekspor. Sekarang investasi diperbolehkan. Kalau ada investor
asing memperoleh dividen dan harus di-hedging bisa menggunakan dokumen
sebagai underlying.
Keempat,
menghapus larangan derivatif beli tenor oleh asing di bawah satu pekan. Maka,
jangka waktu transaksi derivatif ke depan dihitung berdasarkan tanggal dimulainya
transaksi sampai dengan jatuh waktu dan paling lama dengan jangka waktu
investasi.
Untuk saat ini, dengan latar belakang inflasi dan melemahnya rupiah, Bank
Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan pada 7,50% pada pertemuan
kebijakan moneter September-nya. Bank sentral kemungkinan akan menunda
penurunan suku bunga sampai awal-2016, ketika data inflasi yang lebih
menguntungkan harus menyediakan buffer yang cukup bagi BI untuk meringankan
suku bunga agar bisa mendorong pertumbuhan. Sementara itu, rupiah akan terus
1. Checklist Approach
Cara yang digunakan dengan mendasarkan pada suatu judgement terhadap semua
faktor politik dan financial, baik yang bersifat makro maupun mikro yang dapat
menentukan penetapan country risk oleh suatu perusahaan.
3. Quanitative Analysis
Bila data/informasi variable financial dan politik telah dapat diketahui, maka dengan
model analisis kuantitatif akan dapat diidentifikasi karakteristik yang menentukan
tingkat country risk. Misalnya dengan suatu model regressi akan dapat ditentukan
bagaimana trend aktivitas bisnis seperti kenaikan penjualan yang berkaitan dengan
kenaikan GDP. Garis regressi tertentu akan dapat berpengaruh terhadap tingkat
country risk.
4. Inspection Visits
Cara ini dilakukan dengan melakukan kunjungan/perjalanan ke suatu negara dan
melakukan pertemuan dengan pejabat pemerintah, pelaku bisnis, dan konsumen,
terutama untuk mengklarifikasi pendapat yang telah dimiliki/diketahui perusahaan.
5. Combination of Techniques
Karena tidak terdapat satupun cara yang mutlak dapat diterima, maka biasanya
perusahaan menggunakan cara kombinasi dari berbagai teknik di atas untuk
menentukan country risk.
Oleh karena itu, pada tempatnya jika pemerintah memberikan prioritas untuk
membenahi kondisi-kondisi dalam negeri yang menyangkut hal-hal riil tersebut di
atas
Urutan kompleksitas serta besarnya biaya analisis (dari kecil hingga besar)
adalah: kualitatif, semi kuantitatif, dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk
memberikan gambaran umum tentang level risiko. Setelah itu dapat dilakukan
analisis semi kuantitatif ataupun kuantitatif untuk lebih merinci level risiko yang ada.
Analisis Kuantitatif
Analisis dengan metode ini menggunakan nilai numerik. Kualitas dari analisis
tergantung pada akurasi dan kelengkapan data yang ada. Konsekuensi dapat
dihitung dengan menggunakan metode modeling hasil dari kejadian atau kumpulan
kejadian atau dengan mempekirakan kemungkinan dari studi eksperimen atau data
sekunder/ data terdahulu.
Metode yang digunakan untuk menilai risiko negara dapat dikelompokkan menjadi
dua kategori:
Analisis Kuantitatif
Penggunaan rasio dan statistik untuk menentukan risiko, seperti rasio hutang
terhadap PDB atau koefisien beta dari Indeks MSCI untuk negara tertentu. Investor
internasional dapat menemukan informasi ini dalam laporan dari lembaga
pemeringkat, majalah seperti Economist, dan melalui berbagai sumber online seperti
Wikipedia. Analisis Kualitatif.
Daftar Pustaka
Madura, Jeff. 2006. Corporate Finance International. Edisi kedelapan jilid 1. Jakarta:
Salemba Empat.