Anda di halaman 1dari 6

TUGAS TUTORIAL KE-2

Nama Ameliawati
NIM 042036141
Mata Kuliah Perekonomian Indonesia- 132
UPBJJ UT BOGOR

1. Jelaskan investasi mempunyai dua peran penting dalam pembangunan ekonomi?


Investasi mempunyai dua peran penting dalam pembangunan ekonomi. Pertama,
pengaruhnya terhadap permintaan agregat yang akan mendorong meningkatnya output dan
kesempatan kerja. Jika tingkat investasi meningkat maka semakin banyaknya ketersediaan
lapangan kerja yang dibutuhkan untuk mengelola modal tersebut guna menghasilkan output.
Kedua, berpengaruh terhadap pembentukan kapital. Sebagian ahli ekonomi memandang
pembentukan investasi merupakan salah satu faktor penting yang memainkan peran vital
terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi suatu negara. Ketika pengusaha atau individu
atau pemerintah melakukan investasi, maka akan ada sejumlah modal yang ditanam, ada
sejumlah pembelian barang modal (yang tidak dikonsumsi), tetapi digunakan untuk produksi,
sehingga dapat memacu produktivitas untuk menghasilkan barang dan jasa.

2. Jelaskan investasi ekonomi rakyat perlu mendapatkan fasilitas yang memadai dari
dari pemerintah?

Pemerintah Indonesia cenderung menerapkan dualisme kebijakan ekonomi. Pada satu sisi
pemerintah mendorong terjadinya investasi asing yang bermodal besar sedangkan pada
pernyataannya yang lain pemerintah mendorong investasi ekonomi rakyat yang bermodal relatif
lebih kecil. Meskipun sejak tahun 1983 pemerintah menyatakan akan melakukan restrukturisasi
ekonomi namun kenyataannya pemerintah lebih berpihak pada investasi besar dan tidak memberi
kesempatan yang memadai pada investasi ekonomi rakyat. Studi empiris membuktikan bahwa
pertumbuhan nilai tambah ternyata tidak dinikmati oleh perusahaan skala kecil, sedang dan
besar, namun justru perusahaan konglomerat, dengan tenaga kerja lebih dari 1000 orang, yang
menikmati kenaikan nilai tambah secara absolut maupun per rata-rata perusahaan (Kuncoro &
Abimanyu, 1995).
Investasi ekonomi rakyat perlu mendapatkan fasilitas yang memadai dari dari pemerintah
karena beberapa alasan. Pertama, ekonomi rakyat menyerap banyak tenaga kerja dan
menggunakan sumber daya alam lokal. Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS)
ekonomi rakyat menyerap tenaga kerja sebanyak 6,2 juta sedangkan industri rakyat hanya
menyerap 4,2 juta orang saja (Jurnal, 2003:12). Selain itu karena seringkali bertempat di
pedesaan, ekonomi rakyat menimbulkan implikasi positif seperti meningkatkan serapan tenaga
kerja, mengurangi jumlah kemiskinan, pemerataan distribusi pendapatan dan pembangunan
ekonomi di perdesaan (Kuncoro, 1994: Sandee et al. 1994, Weiljland, 1999).
Kedua, ekonomi rakyat memegang peranan penting dalam ekspor nonmigas yang pada
tahun 1990 mencapai US$ 1.031 juta atau menempati ranking kedua setelah ekspor dari
kelompok aneka industri. Berdasarkan posisi tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa ekonomi
rakyat menyimpan potensi yang belum serius dikembangkan mengingat minimnya perhatian
pemerintah terhadap perkembangan mereka selama ini.

Ketiga, ekonomi rakyat perlu dikembangkan dengan serius karena berdasarkan hasil
perhitungan pada PJPT I puncak piramida perekonomian masih diduduki oleh perusahaan skala
besar yang memiliki karakteristik beroperasi pada struktur pasar guasi-monopoli, oligopolistik,
hambatan masuk tinggi, menikmati margin keuntungan yang besar, dan akumulasi modal cepat.
Posisi puncak tersebut dikuasai tidak lebih dari 200 konglomerat. Sedangkan pada posisi tengah
dan bawah piramida ditempati oleh perusahaan rakyat yang beroperasi dalam iklim yang sangat
kompetitif, hambatan masuk rendah, margin keuntungan rendah, dan tingkat drop-out tinggi.
Perusahaan rakyat tersebut digeluti oleh sebagian pengusaha di Indonesia. Perusahaan semacam
itu tidak membebani negara karena negara tidak perlu membiayai kerugian yang mereka derita
seperti halnya ketika pemerintah membiayai kerugian perusahaan besar. Ketangguhan ekonomi
rakyat juga tidak perlu dipertanyakan lagi ketika mereka berhasil bertahan saat krisis moneter di
mana justru perusahaan besar mengalami kebangkrutan.
Hingga saat ini investasi untuk mendukung ekonomi rakyat tidaklah besar. Berdasarkan
catatan BPS, hanya 47%usaha kecil yang pernah mendapatkan kucuran dana dari bank.
Sebanyak 84% industri rumah tangga tidak pernah meminjam dana dari bank dengan alasan
ketiadaan agunan dan prosedur yang berbelit-belit.
3. Jelaskan bagaimana tahapan Investor melihat kemungkinan memperoleh
keuntungan dari usahanya?

1) Penyusunan Tujuan Investasi


Tetapkan terlebih dahulu apa yang akan diinginkan untuk dicapai berkenaan dengan dana yang
akan diinvestasikan. Mungkin akan dihadapkan pada berbagai pilihan investasi untuk mewujudkan
keinginannya tersebut, yaitu apakah akan menanamkan dananya pada obligasi, asuransi, atau saham
preferen.
2) Menetapkan Tingkat Risiko
Dalam tahap ini, seorang investor harus menempatkan dirinya pada pilihan risiko yang dia berani
menanggungnya, yaitu apakah dia mau risiko yang besar, sedang atau yang kecil.
3) Estimasi Risiko Dan Pengembalian Dari Investasi
Tahap ini merupakan tahap yang penting dan kritis dalam proses investasi. Dengan tehnik
tertentu, dapatlah ditentukan besarnya risiko serta tingkat pengembalian yang diharapkan dari masing-
masing jenis investasi.
4) Membentuk Portofolio Yang Optimal
Portofolio merupakan kumpulan dari beberapa jenis investasi. Pembentukan portofolio ini
dilakukan dalam rangka untuk mengurangi risiko. Karena ada berbagai portofolio yang mungkin untuk
dibentuk, tentunya portofolio mana yang dipilih adalah portofolio yang dengan tingkat risiko tertentu
dapat memberikan tingkat pengembalian yang tertinggi, atau portofolio dengan tingkat pengembalian
tertentu tapi dengan risiko yang terendah.
5) Memeriksa Kinerja Investasi
Akhirnya, tiap periode investor harus memeriksa hasil portofolionya, dalam rangka untuk
menentukan apakah tujuan telah dicapai. Apabila hasil investasi tidak sesuai dengan yang diharapkan,
perlu kiranya dilakukan perbaikan portofolio. Pada tahap ini perlu kiranya investor melakukan perbaikan
analisis sekuritas dan tehnik seleksi portofolionya.

4. Jelaskan prinsip-prinsip dasar koperasi dituangkan dalam UU No. 25/1992?

Koperasi memiliki prinsip-prinsip dasar yang menjadi pedoman pokok dalam


menjalankan koperasi. Di Indonesia, prinsip dasar koperasi dituangkan dalam UU No. 25/1992,
yaitu:
1) Keanggotaan bersifat suka rela dan terbuka
Setiap warga negara Indonesia yang telah mampu melaksanakan tindakan hukum serta
mampu memenuhi syarat-syarat keanggotaan koperasi tertentu berhak menjadi anggota koperasi.
Keanggotaan koperasi harus dilandasi dengan kesadaran memperbaiki nasibnya dengan
berpartisipasi secara aktif.
2) Pengelolaan dilakukan secara demokratis
Setiap pengambilan keputusan dalam koperasi sebisa mungkin melibatkan sebanyak
mungkin anggota. Prinsip kebersamaan dan kesamaan merupakan hal yang penting dalam
koperasi. Prinsip demokrasi ini berkaitan dengan pendirian yang dilakukan oleh semua anggota,
dijalankan oleh anggota yang cakap dan diawasi oleh anggota yang mampu.
3) Pembagian Sisa Hasil Usaha dilakukan dengan adil
Sisa Hasil Usaha (SHU) merupakan hal yang istimewa dalam koperasi. Setiap anggota
berhak mendapatkan SHU sesuai dengan jasa usahanya masing-masing. Semakin besar
partisipasinya dalam koperasi maka semakin besar pula SHU yang berhak ia terima.
4) Pemberian balas jasa yang terbatas pada modal
Dalam koperasi terdapat pembatasan bunga pada modal sehingga anggota yang lemah
tidak semakin lemah tetapi tertolong oleh anggota yang kuat. Semua itu didasarkan pada
semangat kesetiakawanan dan tolong menolong.
5) Kemandirian
Koperasi harus memiliki usaha dan akar yang kuat dalam masyarakat. Koperasi harus
menjadi bagian dari masyarakat, untuk itu koperasi harus ditujukan untuk memperjuangkan
kepentingan masyarakat dan peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat.

Prinsip-prinsip tersebut di atas selalu ada di seluruh koperasi di dunia. Beberapa koperasi
menambahkan prinsip-prinsip tertentu seperti pendidikan, netralitas, cara pembayaran dan
sebagainya karena disesuaikan dengan tujuan koperasi yang akan mereka dirikan. Namun tidak
ada prinsip tambahan yang bertentangan dengan prinsip dasar di atas.

5. Jelaskan apa itu privatisasi dan sebutkan tujuan serta lima prinsip dasar
privatisasi?

Menurut Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara
(“UU BUMN”), Privatisasi adalah penjualan saham Perusahaan Perseroan yang merupakan
BUMN berbentuk perseroan terbatas dengan saham paling sedikit 51% (lima puluh satu persen)
dimiliki oleh Negara Republik Indonesia (“Persero”), baik sebagian maupun seluruhnya, kepada
pihak lain dalam rangka meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan, memperbesar manfaat bagi
Negara dan masyarakat, serta memperluas pemilikan saham oleh masyarakat.
Salah satu tujuan yang ingin dicapai melalui privatisasi adalah memberikan kontribusi
finansial kepada negara dan Badan  Usaha, mempercepat penerapan prinsip-prinsip Good
Corporate Governance, serta membuka akses ke pasar internasional, dan alih teknologi serta
transfer best practice kepada Badan Usaha. Arah kebijakan privatisasi diklasifikasikan
berdasarkan 3 (tiga) jenis struktur industri yaitu, untuk Badan Usaha yang industrinya kompetitif
dilakukan Initial Public Offering (IPO) atau strategic sales, untuk Badan Usaha yang industrinya
sudah sunset dilakukan divestasi, dan utnuk Badan Usaha yang usahanya bersifat natural
resources base tetap dipertahankan sebagai Badan Usaha.
Pemerintah beralasan melakukan privatisasi BUMN untuk mengatasi kesulitan keuangan
negara dan menarik masuknya modal asing dalam perekonomian nasional. Privatisasi dilakukan
dengan menjual seluruh atau sebagian besar saham-saham pemerintah di BUMN. Lima prinsip
dasar privatisasi, yaitu: (a.) kejelasan tujuan, (b.) otoritas dan otonomi, (c.) pantauan kerja, (d.)
system penghargaan dan hokum: dan (e.) persaingan yang netral.

6. Jelaskan dampak ekonomi-politik pelaksanaan privatisasi di Indonesia?

Pemerintah patut menyadari (waspada) bahwa privatisasi bukanlah agenda yang berdiri
sendiri, melainkan bagian dari agenda liberalisasi ekonomi ala Washington Consensus yang
bertujuan membuka seluas-luasnya perekonomian Indonesia kepada masuknya korporat asing.
Targetnya adalah penguasaan sumber-sumber daya strategis (faktor-faktor produksi) yang makin
besar di tangan mereka. Privatisasi di Indonesia mudah berubah menjadi “rampokisasi” karena
dilakukan terhadap BUMN-BUMN yang kinerjanya lebih baik, terutama sektor non keuangan
(Baswir, 2002). Privatisasi ditandai beralihnya kepemilikan tampuk produksi ke pihak asing
(misalnya Indosat). Akibatnya, pola produksi dan pola konsumsi nasional akan dibentuk oleh
kebebasan kekuatan pasar internasional sehingga tidak lagi menerima prioritas pengutamaan
kepentingan nasional. Indonesia akan lebih dikuasai pihak asing dan kembali menjadi koloni
atau jajahan pihak asing (Sritua, 2001). Ekonomi rakyat pun makin kehilangan akses dan kontrol
terhadap sumber daya alam mereka (hutan, air, dan tambang).
Baswir (2002) menguraikan dampak ekonomi-politik pelaksanaan privatisasi di
Indonesia, yaitu:
1) Privatisasi berdampak pada mengecilnya peranan negara dalam penyelenggaraan
perekonomian nasional. Sesuai dengan ajaran ekonomi neoliberal, privatisasi memang sengaja
dilakukan sebagai upaya sistematis untuk memangkas peranan negara, menjadi sebatas sebagai
pembuat dan pelaksana peraturan saja. Privatisasi bermuara pada meningkatnya kemampuan
sektor swasta dalam mempengaruhi perumusan kebijakan negara, sehingga privatisasi dapat
dipahami sebagai proses sistematis untuk memindahkan kedaulatan negara dari tangan rakyat
kepada para pengusaha swasta.
2) Privatisasi akan memberi peluang kepada segelintir kaum berpunya untuk semakin
melipatgandakan penguasaan modal mereka, karena struktur penguasaan modal atau faktor-
faktor produksi yang sangat timpang.
3) Privatisasi ditandai oleh terjadinya pemindahan penguasaan faktor-faktor produksi
nasional dari tangan negara kepada pemodal internasional, seperti yang terjadi pada PT Semen
Gresik, PT Indosat, dan PT Telkomsel. Kondisi ini jika terus berlangsung maka perekonomian
Indonesia akan dipaksa bertekuk lutut di bawah suatu bentuk kolonialisme baru yaitu kekuatan
modal internasional.
4) Privatisasi cenderung memicu konflik politik yang membahayakan persatuan bangsa,
seperti halnya konflik antara pemilik saham dengan kelompok serikat pekerja BUMN.

Sumber :
BMP EKMA4311
https://www.akseleran.co.id/blog/pembangunan-ekonomi/

Anda mungkin juga menyukai