Anda di halaman 1dari 9

TUGAS TUTORIAL KE-2

PROGRAM STUDI STUDI AKUNTANSI

Nama Mata Kuliah : Akuntansi


Kode Mata Kuliah : EKSI 4205
Jumlah sks : Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank
Nama Pengembang : 3 SKS
Nama Penelaah : Christina Natalia, SE.Ak., M.Ak., CA
Status Pengembangan : Baru/Revisi*
Tahun Pengembangan : 2021
Edisi Ke- : 3

Skor Sumber Tugas


No Tugas Tutorial
Maksimal Tutorial
1. Sebutkan dan jelaskan jasa-jasa yang diberikan oleh Bank Umum dan 25 Modul 4
BMP EKSI4205 Bank
Bank syariah!
dan Lembaga
Keuangan Non Bank
Edisi 3
Karangan
Dr. Murti Lestari, M.Si

2. Berdasarkan bacaan dibawah ini 25 Modul 5


BMP EKSI4205 Bank
Indikator Kesehatan Bank Saat Pandemi dan Lembaga
Keuangan Non Bank
Edisi 3
Selasa, 28 Juli 2020 / 09:34 WIB Karangan
https://analisis.kontan.co.id/news/indikator-kesehatan-bank-saat- Dr. Murti Lestari, M.Si
pandemi
KONTAN.CO.ID - Pandemi Covid-19 telah mengganggu kesehatan
perbankan nasional melalui jalur pemburukan kualitas kredit. Upaya
untuk mencegah penularan virus korona tersebut melalui pembatasan
pergerakan masyarakat telah menyebabkan banyak korporasi dan
usaha mikro kecil menengah (UMKM) mengurangi atau bahkan
menutupi kegiatan produksi/jasanya. Penjualan menyusut tajam dan
akhirnya mengancam kemampuan mereka dalam membayar
kewajibannya di bank.
Untuk mencegah agar pemburukan kualitas kredit perbankan tidak
kian dalam, maka sejak Maret 2020 otoritas terkait telah memberikan
lampu hijau kepada bank untuk melakukan restrukturisasi pada kredit
yang terdampak Covid-19. Kualitas kreditnya pun tetap diperlakukan
lancar. Kemudahan ini memang bersifat temporer, hanya berlaku
selama satu tahun ke depan yakni hingga Maret 2021.
Selain itu, atas kredit yang telah direstrukturisasi tadi, perbankan
nasional juga dibolehkan untuk tidak menambah pembentukan
provisi atau Cadangan Kerugian Penyusutan Nilai (CKPN) kredit.
Namun, dengan catatan bahwa bilamana debitur yang telah
mendapatkan fasilitas restrukturisasi tersebut yang berkinerja baik
pada awalnya, lantas diperkirakan menurun karena terdampak Covid-
19 dan tidak dapat pulih pasca restrukturisasi/dampak Covid-19
berakhir, maka bank tetap wajib membentuk CKPN. Lalu, bagaimana
dengan perkembangannya saat ini?
Berdasarkan data perbankan, jumlah kredit yang direstrukturisasi
hingga Mei 2020 telah mencapai Rp 740,01 triliun atau 13,25% dari
total kredit yang disalurkan. Kredit restrukturisasi tersebut telah
melonjak pesat hingga 147,49% atau setara Rp 441,01 triliun
ketimbang Februari 2020 (periode sebelum ketentuan restrukturisasi
diberlakukan) yang mencapai Rp 299,00 triliun. Dari peningkatan
tersebut, sebesar 97,07% nya atau setara Rp 428,10 triliun merupakan
kredit restrukturisasi dengan kualitas lancar.
Apabila dilihat perkembangan bulan ke bulan mulai Maret hingga
Mei 2020, peningkatan kredit restrukturisasi yang paling tinggi
sebetulnya terjadi pada April 2020. Kala itu, kredit restrukturisasi
melesat 61,33% atau Rp 196,48 triliun ketimbang Maret 2020 yang
naik 7,15% atau Rp 21,37 triliun. Sementara kredit restrukturisasi
yang dilakukan pada Mei 2020 naik 43,18% atau setara Rp 223,17
triliun, masih tinggi meski melambat ketimbang bulan sebelumnya.
Upaya perbankan melakukan restrukturisasi kredit tersebut telah
berdampak positif dengan tertahannya pemburukan risiko kredit lebih
dalam. Hal ini terlihat dari rasio kredit bermasalah (NPL) yang relatif
naik sedikit, dari 2,79% pada Februari 2020 menjadi 3,00% pada Mei
2020. Masih naiknya rasio NPL tersebut tidak lepas dari jumlah
kredit bermasalah yang meningkat 8,72% atau bertambah Rp 13,46
triliun.
Indikator keuangan lainnya seperti rasio pendapatan bunga bersih
(NIM) yang meski terlihat menyusut namun juga relatif tidak dalam.
Pada Mei 2020, NIM industri perbankan sebesar 4,36%, sedikit turun
dari posisi Februari 2020 yang sebesar 4,67%.
Bila dilihat dari nominalnya, penurunan pendapatan bunga bersih
tersebut hanya sebesar 5,99% atau Rp 19,99 triliun, yakni dari Rp
334,02 triliun menjadi Rp 314,03 triliun. Gambaran ini menunjukkan
bahwa skema restrukturisasi melalui penundaan pembayaran
angsuran bunga relatif belum signifikan. Tampaknya, perbankan
lebih memilih skema restrukturisasi kredit dengan penundaan
angsuran pokok kredit, perpanjangan jangka waktu atau penurunan
suku bunga.
Hal yang masih positif lainnya adalah penurunan pendapatan bunga
bersih ini masih belum menggerus likuiditas bank secara
keseluruhan. Kondisi ini tidak lepas dari penghimpunan dana pihak
ketiga (DPK) yang masih tumbuh positif yakni 8,89% secara tahunan
pada Mei 2020 dan bahkan cenderung naik.
Di sisi lain, penyaluran kredit melemah, yakni hanya tumbuh 3,09%
secara tahunan pada posisi yang sama. Hal ini berarti ada kelebihan
DPK yang lantas ditempatkan bank pada alat likuid seperti Surat
Berharga Negara (SBN). Hal ini mengakibatkan likuiditas bank yang
tercermin dari rasio alat likuid terhadap DPK yang kian
membumbung tinggi mencapai 24,33%.
Kondisi yang sama juga terjadi pada indikator CKPN. Pada Februari
2020, bank telah membentuk CKPN hingga mencapai Rp 248,92
triliun. Dan pada Mei 2020, terdapat tambahan CKPN lagi sebesar
Rp 21,24 triliun atau naik 8,53% menjadi Rp 270,16 triliun.
Tetap waspada
Tambahan CKPN tersebut sesungguhnya sejalan dengan tambahan
kredit bermasalah yang mencapai Rp 13,46 triliun. Tertahanya
peningkatan pembentukan CKPN membuat rasio permodalan
perbankan (CAR) relatif tidak terpengaruh, masih tercatat tinggi
meski hanya turun sedikit dari 22,27% pada Februari 2020 menjadi
22,14% pada Mei 2020.
Kendati begitu, bila kita mencermati indikator kredit berisiko (Loan
at Risk) secara konservatif yang terdiri dari kredit bermasalah (NPL),
kredit kualitas dalam perhatian khusus dan kredit restrukturisasi
dengan kualitas lancar, maka sejatinya terdapat lonjakan yang tajam.
Pada Mei 2020, rasio kredit berisiko terhadap total kredit tercatat
cukup tinggi, mencapai 19,21% atau meningkat pesat dari Februari
2020 yang baru tercatat sebesar 11,14%. Peningkatan rasio kredit
berisiko tersebut memang dikontribusi dari peningkatan kredit
restrukturisasi dengan kualitas lancar sebagaimana tersebut di atas.
Sementara tambahan CKPN untuk kenaikan kredit yang
direstrukturisasi sepertinya belum dibentuk bank, terutama yang
berkualitas lancar yang mendominasi kredit restrukturisasi
perbankan. Hal ini juga yang menjelaskan mengapa coverage CKPN,
yakni rasio CKPN terhadap NPL, relatif tidak berubah, bahkan
sedikit menurun dari 161,25% (Februari 2020) menjadi 160,97%
(Mei 2020). Hal yang sama juga terjadi pada rasio CKPN terhadap
total kredit yang tetap rendah, meski sedikit naik dari 4,49% menjadi
4,84%.
Meskipun indikator penting (vital signs) yang menunjukkan
kesehatan bank seperti kualitas aset, likuiditas dan permodalan
tersebut tampak baik-baik saja, namun kewaspadaan dan pemantauan
secara ketat tetap perlu dilakukan seiring dengan sumber masalah
yakni pandemi Covid-19 yang belum jelas kapan akan berakhir. Hal
ini karena pelonggaran ketentuan prudensial tersebut sejatinya
merupakan tindakan mengulur waktu (buying time) hingga satu tahun
ke depan, sampai diperoleh gambaran yang jelas dan pasti tentang
dampak pandemi Covid-19 yang sebenarnya.
Maka dari itu, ada baiknya terhadap kredit yang direstruktuisasi
tersebut, bank tetap perlu berupaya untuk membentuk CKPN. Tentu
dengan tetap menilai kondisi debitur yang sesungguhnya, sehingga
tindakan lebih dini dapat segera dilakukan. Di samping itu, komitmen
pemegang saham untuk menyuntik modal atau likuiditas tetap sangat
diperlukan dan menjadi kunci penting dalam menjaga kesehatan
bank, terutama dalam menghadapi serangan Pandemi Covid-19 ini.
Penulis : Ardhienus Asisten Direktur di Departemen Surveilans
Sistem Keuangan Bank Indonesia

Uraikan dan jelaskan menurut peraturan Otoritas Jasa Keuangan


No. 4/POJK.03/2016 tentang Penilaian Kesehatan Bank Umum:
a) Mengapa kesehatan bank perlu dijaga?
b) Kegiatan yang dapat dilakukan oleh Bank yang sehat

3. Sewa guna usaha atau leasing dapat menjadi alternatif 25 Modul 6


sumber pembiayaan baik bagi perorangan maupun BMP EKSI4205 Bank
perusahaan dan memiliki banyak keunggulan dan Lembaga
dibandingkan sumber pembiayaan lainnya. Sebutkan Keuangan Non Bank
Edisi 3
dan jelaskan kelebihan dan kelemahan leasing
dibandingkan dengan sumber pembiayaan lainnya! Karangan
Dr. Murti Lestari, M.Si

4. Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.35/POJK.05/2015 25 Modul 6


tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Modal Ventura, BMP EKSI4205 Bank
uraikanlah: dan Lembaga
a) pengertian usaha modal ventura Keuangan Non Bank
b) kegiatan usaha yang diselenggarakan oleh perusahaan modal Edisi 3
ventura Karangan
c) pihak-pihak yang terkait dalam mekanisme modal ventura Dr. Murti Lestari, M.Si

* coret yang tidak sesuai

MATA KULIAH : BANK DAN LE4MBAGA KEUANGAN NON BANK (EKSI4205)


NAMA : PAULINA RISKI
NIM : 030924516
UPBJJ : PONTIANAK
PRODI : AKUNTANSI / 83
1. Sebutkan dan jelaskan jasa-jasa yang diberikan oleh Bank Umum dan Bank syariah!
Jasa yang diberikan bank Umum :
a) Kliring adalah penagihan warkat (surat berharga seperti cek dan bilyet giro) yang berasal dari
dalam kota. Proses penagihan biasanya hanya membutukan waktu 1 (satu) hari saja. Besarnya
biaya penagihan juga tergantung kebijakan bank yang bersangkutan.
b) Inkaso adalah penagihan warkat (surat-surat berharga seperti cek, bilyet giro) yang berasal dari
luar kota atau luar negeri. Proses penagihan inkaso biasanya membutuhkan waktu 1 (satu) minggu
sampai 1 (satu) bulan, tergantung dari jarak lokasi penagihan. Biaya penagihan tergantung
kebijakan kepada bank yang bersangkutan.
c) Letter of Credit (L/C) adalah surat kredit yang diberikan bank kepada importir dan eksportir yang
digunakan untuk melakukan pembayaran atas transakso ekspor dan impor yang mereka lakukan.
d) Bank garansi adalah jaminan bank yang diberikan kepada nasabah guna membiayai suatu usaha.
Dengan menggunakan jaminan bank ini, pengusaha mendapat fasilitas untuk melaksanakan
kegiatan usahanya. Besarnya jaminan yang dikeluarkan oleh bank sebelumnya telah ditaksir
terlebih dahulu dengan mengetahui kredibilitas dan prospek dari usaha nasabahnya.
e) Transfer adalah jasa pengiriman uang lewat bank. Pengiriman uang dapat dilakukan pada bank
yang sama atau pada bank yang berlainan. Pengiriman juga bisa dilakukan dengan tujuan dalam
kota, luar kota atau luar negeri
Khusus pengiriman ke luar negeri harus melalui bank devisa. Kepada nasabah yang mengirim
dikenalan biaya kirim yang besarnya tergantung kebijakan bank masing-masing. Pertimbangan
pada umumnya, biaya kirim akan lebih mahal jika yang di transfer berbeda banknya.
(Suhmber:BMP eksi4205 hal:4.10-4.13)
f) Tabungan Syariah adalah simpanan yang penarikannya melalui beberapa ketentuan yang sudah
dijelaskan oleh pihak bank pada nasabah. Sarana penarikannya bisa menggunakan buku tabungan,
ATM, slip penarikan dan juga melalui metode canggih lain misalnya internet banking. Ciri khas
tabungan syariah adalah  menerapkan akad wadi’ah, yang artinya tabungan yang kita simpan tidak
mendapatkan keuntungan karena cuma dititip, tidak ada bunga yang diterima oleh nasabah akan
tetapi bank memberikan hadiah atau bonus kepada nasabah.
g) Deposito Syariah banyak dipilih oleh masyarakat untuk berinvestasi, selain mudah, keuntungan
yang didapatkan juga lebih tinggi dari tabungan biasa. Depositoadalahproduk simpanan di bank
yang penyetorannya maupun penarikannya hanya bisa dilakukan pada waktu tertentu saja karena
bank membutuhkan waktu untuk melakukan investasi. Bisnis atau investasi yang dijalankan oleh
bank tersebut  harus masuk kategori halal menurut hukum islam. Tenor atau jangka waktu yang
ditawarkan  sama dengan deposito konvensional, antara 1 hingga 24 bulan.
Deposito syariah menggunakan akad mudharabah artinya tabungan dengan sistem bagi hasil
(nisbah) antara nasabah dan bank.   Keuntungan deposito dengan akad mudharabah ini biasanya
memakai perbandingan 60 : 40 untuk nasabah dan bank. Makin besar untung yang bank dapat,
makin besar untung yang diperoleh oleh nasabah, demikian pula jika keuntungan yang diperoleh
bank sedikit maka nasabah akan mendapat keuntungan yang sedikit pula dengan kata lain,
keuntungan muncul bersama risiko.
h) Gadai Syariah (Rahn) adalah Akad gadai syariah yang dipraktikkan pada PT. Pegadaian adalah
meminjamkan uang kepada nasabah dengan jaminan harta yang bernilai dan dapat dijual. Uang
yang dipinjamkan adalah murni tanpa bunga. Namun nasabah (rahin) wajib menyerahkan barang
jaminan (marhum) untuk kepentingan sebagai alat pembayaran utang manakala pemberi gadai
tidak dapat membayar utang saat jatuh tempo yang telah disepakati. Dalam praktiknya, barang
jaminan akan dijual untuk menutupi utang manakala pemberi gadai telah dikonfirmasi. Jika barang
gadai telah dijual sesuai dengan harga pasaran maka penerima gadai hanya mengambil sesuai
dengan nilai hutangnya dan lebihnya dikembalikan kepada penggadai.
i) Giro Syariah Salah satu produk perbankan syariah yang termasuk ke dalam
konsep wadiah (titipan)  adalah giro. Secara umum yang dimaksud dengan giro adalah simpanan
yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana
perintah bayar lainnya atau dengan pemindahbukuan. Adapun yang dimaksud dengan giro syariah
adalah giro yang dijalankan berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Dalam hal ini, Dewan Syariah
Nasional telah mengeluarkan fatwa yang menyatakan bahwa giro yang dibenarkan syariah adalah
giro berdasarkan prinsip wadiah dan mudharabah.
 Akad mudharabah pada giro syariah adalah akad kerjasama antara nasabah sebagai
penyimpan dana (shahibul maal) sedang bank syariah sebagai pihak yang mengelola dana
(mudharib). Ketentuan Giro Syariah menggunakan akad mudharabah adalah sebagai berikut:
 Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau pemilik dana, dan bank
bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana.
 Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai macam usaha
yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan mengembangkannya, termasuk di
dalamnya mudharabah dengan pihak lain.
 harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai dan bukan piutang.
 keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam akad
pembukaan rekening.
 Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional giro dengan menggunakan nisbah
keuntungan yang menjadi haknya.
 Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa persetujuan
yang bersangkutan.
 Giro Syariah dengan akad wadiah adalah akad titipan dana dari nasabah kepada bank syariah,
dimana bank syariah dapat mengelola dana tersebut tanpa harus memberikan imbalan kepada
nasabah jika mendapat keuntungan. Giro syariah dengan akad wadiah mengikuti ketentuan
sebagai berikut:
 Bersifat titipan.
 Titipan bisa diambil kapan saja (on call).
 Tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian (athaya) yang
bersifat sukarela dari pihak bank.

            Dalam prakteknya sebagian besar bank syariah menggunakan akad wadiah pada produk
giro. Sebab kebutuhan nasabah membuka giro adalah untuk kelancaran dan kemudahan dalam
bertransaksi, bukan untuk mencari keuntungan. Sedang akad mudharabah bisanya digunakan
untuk akad investasi untuk mencari keuntungan. (sumber:BMP eksi4205 hal: hal 4.44-4.49)

2. Uraikan dan jelaskan menurut peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 4/POJK.03/2016 tentang Penilaian
Kesehatan Bank Umum:
1. Mengapa kesehatan bank perlu dijaga?
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, Bank wajib memelihara kesehatannya.
Kesehatan Bank yang merupakan cerminan kondisi dan kinerja Bank merupakan sarana bagi
otoritas pengawas dalam menetapkan strategi dan fokus pengawasan terhadap Bank. Selain itu,
kesehatan Bank juga menjadi kepentingan semua pihak terkait, baik pemilik, pengelola
(manajemen), dan masyarakat pengguna jasa Bank. Pasal 2 Ayat (1) Kesehatan Bank harus
dipelihara dan/atau ditingkatkan agar kepercayaan masyarakat terhadap Bank dapat tetap terjaga.
Tingkat Kesehatan Bank digunakan sebagai salah satu sarana dalam melakukan evaluasi
terhadap kondisi dan permasalahan yang dihadapi Bank serta menentukan tindak lanjut untuk
mengatasi kelemahan atau permasalahan Bank, baik berupa tindakan perbaikan (corrective
action) oleh Bank maupun tindakan pengawasan (supervisory action) oleh Otoritas Jasa
Keuangan. Pasal 2 Ayat (3) Penilaian Tingkat Kesehatan Bank secara konsolidasi diterapkan
bagi Bank yang melakukan Pengendalian terhadap Perusahaan Anak.

2. Kegiatan yang dapat dilakukan oleh Bank yang sehat ?


Pasal 9 Ayat (1) Analisis secara komprehensif dilakukan juga dengan mempertimbangkan
kemampuan Bank dalam menghadapi perubahan kondisi eksternal yang signifikan. Ayat (2)
Urutan Peringkat Komposit yang lebih kecil mencerminkan kondisi Bank yang lebih sehat. Ayat
(3) Kondisi yang secara umum sangat sehat sehingga dinilai sangat mampu menghadapi
pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya
tercermin dari peringkat faktor-faktor penilaian, antara lain profil risiko, penerapan GCG,
rentabilitas (earnings), dan permodalan, yang secara umum sangat baik. Apabila terdapat
kelemahan maka secara umum kelemahan tersebut tidak signifikan. Ayat (4) Kondisi yang
secara umum sehat sehingga dinilai mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari
perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya, tercermin dari peringkat faktor-faktor
penilaian, antara lain profil risiko, penerapan GCG, rentabilitas (earnings), dan permodalan, yang
secara umum baik. Apabila terdapat kelemahan maka secara umum kelemahan tersebut kurang
signifikan.

(Sumber referensi: https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/regulasi/peraturan-


ojk/Documents/Pages/pojk-tentang-penilaian-tingkat-kesehatan-bank-umum/SALINAN-POJK
%204%20Penilaian.pdf)

3. Sewa guna usaha atau leasing dapat menjadi alternatif sumber pembiayaan baik bagi perorangan
maupun perusahaan dan memiliki banyak keunggulan dibandingkan sumber pembiayaan
lainnya. Sebutkan dan jelaskan kelebihan dan kelemahan leasing dibandingkan dengan sumber
pembiayaan lainnya!
Sebagai salah satu bentuk pembiayaan yang cukup populer saat ini, leasing memiliki keunggulan sekaligus
kelemahan, yaitu:
a. Kelebihan leasing 
Leasing merupakan alternatif sumber pembiayaan yang memiliki beberapa kelebihan atau keunggulan
dibandingkan dengan sumber-sumber pembiayaan lainnya, antara lain yaitu sebagai berikut:
1. Pembiayaan penuh. Transaksi leasing sering dilakukan tanpa perlu uang muka dan
pembiayaannya dapat diberikan sampai 100% (full pay out). Hal ini akan membantu cash flow
terutama bagi perusahaan (lessee) yang baru berdiri atau beroperasi dan perusahaan yang mulai
berkembang. 
2. Lebih fleksibel. Dipandang dari segi perjanjiannya, leasing lebih luwes karena leasing lebih
mudah menyesuaikan keadaan keuangan lessee dibandingkan dengan perbankan. Pembayaran
angsuran secara berkala akan ditetapkan berdasarkan pendapatan yang dihasilkan lessee sehingga
pengaturan pembayaran angsuran secara berkala dapat disesuaikan dengan pendapatan yang
dihasilkan objek yang di-lease. 
3. Sumber pembiayaan alternatif. Leasing merupakan sumber pembiayaan lain bagi perusahaan
tanpa mengganggu fasilitas kredit (credit line) yang telah dimiliki. Dari segi jaminan leasing
tidak terlalu menuntut adanya jaminan tambahan yang lebih banyak dibandingkan apabila lessee
memperoleh pinjaman dari pihak lainnya. 
4. Off balance sheet. Tidak adanya ketentuan keharusan mencantumkan transaksi leasing dalam
neraca memberi daya tarik tersendiri kepada lessee karena tanpa mencantumkan sebagai aktiva
berarti prosedur pembelian barang tidak perlu dipenuhi secara terperinci karena mungkin masih
dalam batas kewenangan direksi. Dengan demikian keputusan secara cepat dan tepat dapat lebih
mudah dilakukan oleh direksi. 
5. Arus dana. Keluwesan pengaturan pembayaran sewa sangatlah penting dalam perencanaan arus
dana karena pengaturan ini akan mempunyai dampak yang berarti terhadap pendapatan lessee.
Di samping itu, persyaratan pembayaran di muka yang relatif lebih kecil akan sangat
berpengaruh pada arus dana terlebih apabila ada pertimbangan kelambatan menghasilkan laba
dalam investasi. 
6. Proteksi inflasi. Leasing dapat merupakan pelindung terhadap inflasi meskipun dalam beberapa
keadaan sering dikatakan hal ini kurang relevan. Dalam tahun-tahun berikutnya setelah kontrak
leasing dilakukan, khususnya apabila leasing berdasarkan tarif suku bunga tetap, maka lessee
akan membayar dengan jumlah tetap atas sisa kewajibannya yang berasal dari pelunasan
pembelian yang dilakukan di masa lalu. 
7. Perlindungan akibat kemajuan teknologi. Dengan memanfaatkan leasing, lessee dapat terhindar
dari kerugian akibat barang yang disewa tersebut mengalami ketinggalan model dan teknologi
disebabkan oleh pesatnya perkembangan teknologi. 
8. Sumber pelunasan kewajiban. Pembatasan pembelanjaan dalam perjanjian kredit dapat diatasi
melalui leasing karena pada umumnya pelunasan atau pembayaran angsuran hampir selalu
diperkirakan berasal dari modal kerja yang dihasilkan oleh adanya barang yang di-lease.
Sehingga kekhawatiran para kreditor terhadap gangguan penggunaan modal kerja yang akan
mempengaruhi pelunasan kredit yang telah diberikan dapat diatasi. 
9. Kapitalisasi biaya. Adanya biaya-biaya tambahan selain harga perolehan seperti biaya
penyerahan, instalasi, pemeriksaan, konsultan, percobaan dan sebagainya dapat dipertimbangkan
sebagai biaya modal yang dapat dibiayai dalam leasing dan dapat disusutkan berdasarkan
lamanya leasing. 
10. Risiko keusangan. Dalam keadaan yang serba tidak menentu, operating lease yang berjangka
waktu relatif singkat dapat mengatasi kekhawatiran lessee terhadap risiko keusangan sehingga
lessee tidak perlu mempertimbangkan risiko pada tahap dini yang mungkin terjadi.
11. Kemudahan penyusutan anggaran. Adanya pembayaran sewa secara berkala yang jumlahnya
relatif tetap akan merupakan kemudahan dalam penyusunan anggaran tahunan lessee. 
12. Pembiayaan proyek skala besar. Adanya keengganan untuk memikul risiko investasi dalam
pembiayaan proyek yang sering kali menjadi masalah di antara pemberi dana, masalah tersebut
biasanya dapat diatasi melalui perusahaan leasing sepanjang tersedianya suatu jaminan penuh
yang dapat diterima dan/serta kemudahan untuk menguasai barang yang dibiayai apabila terjadi
suatu kelalaian.
b. Kelemahan leasing 
Selain memiliki banyak keunggulan, leasing juga memiliki beberapa kekurangan atau kelemahan
khususnya bagi para lessee atau pengguna jasa leasing, antara lain yaitu sebagai berikut: 
1. Denda. Perusahaan pembiayaan akan memberikan denda kepada nasabah yang tidak membayar
angsuran pada waktunya. Karena tidak ingin menanggung kerugian, denda yang diberlakukan
bersifat harian dan akan terus diakumulasikan sampai anda membayar angsuran berikut
dendanya. 
2. Penyitaan. Perusahaan pembiayaan sudah menanggung pembayaran mobil anda, maka anda pun
harus bertanggung jawab untuk melunasi sesuai nominal ditambah bunga kepada perusahaan
pembiayaan. Namun jika anda tidak melakukan pembayaran cicilan secara terus menerus, maka
anda akan dihadapkan dengan sanksi yang lain. Pada awalnya mungkin anda hanya akan dijatuhi
denda setiap harinya setelah jatuh tempo (biasanya 3 hari setelah jatuh tempo), namun
selanjutnya anda akan dikenai status kredit macet. Jika anda sudah berada di kondisi yang
demikian pihak perusahaan pembiayaan dapat menyita mobil anda, biasanya jika sudah lewat 2
bulan dari jatuh tempo. 
3. Penalti. Setelah anda dihadapkan dengan dua sanksi sebelumnya (denda harian dan penyitaan),
bukan berarti anda dapat melakukan pelunasan lebih awal untuk pembelian mobil anda.
Pelunasan lebih awal kepada perusahaan pembiayaan justru tidak akan memberikan anda
potongan bunga ataupun harga. Tapi sebaliknya, tindakan tersebut dinilai berpaling dari
kesepakatan yang sudah disetujui oleh kedua belah pihak (nasabah dan perusahaan), sehingga
tindakan pelunasan itu dinilai sebuah pelanggaran dan menghasilkan hukuman penalti.
(sumber: BMP modul6 hal 6.33-6.40)
4. Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.35/POJK.05/2015 tentang Penyelenggaraan Usaha
Perusahaan Modal Ventura, uraikanlah:
1. pengertian usaha modal ventura
Perusahaan Modal Ventura adalah salah satu lembaga keuangan non-bank yang diharapkan
mampu menjadi salah satu alternatitf jasa keuangan yang dapat dimanfaatkan Pasangan Usaha
dan/atau Debitur dalam mendanai aktivitas usahanya. Dengan keberadaan PMV dan PMVS,
diharapkan dapat memberikan dampak pada pertumbuhan ekonomi nasional. Untuk itu
diperlukan pengelolaan kegiatan usaha yang efektif dan efisien yang dilaksanakan oleh PMV dan
PMVS guna mewujudkan tujuan dimaksud dalam bentuk pengaturan yang meliputi ketentuan
mengenai kegiatan usaha, sumber pendanaan, mitigasi risiko, kesehataan keuangan, ekuitas,
standar perjanjian, pengaturan kegiatan usaha termasuk yang berdasarkan Prinsip Syariah dan
pemanfaatan sistem informasi teknologi. Disamping itu dengan telah disahkannya Undang-
Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan pada tanggal 22 November 2011,
maka tugas pengawasan atas PMV dan PMVS beralih kepada Otoritas Jasa Keuangan sejak
tanggal 31 Desember 2012, tentunya dibutuhkan landasan hukum bagi Otoritas Jasa Keuangan
dalam menjalankan fungsi dan kewenangannya dalam mengawasi PMV dan PMVS sekaligus
menyempurnakan aturan yang sebelumnya sudah ada. Sehubungan dengan hal tersebut, maka
Otoritas Jasa Keuangan menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Penyelenggaraan
Usaha Perusahaan Modal Ventura.
2. kegiatan usaha yang diselenggarakan oleh perusahaan modal ventura
Pasal 2 (1) PMV menyelenggarakan Usaha Modal Ventura yang meliputi:
1. penyertaan saham (equity participation);
Yang dimaksud dengan “penyertaan saham (equity participation)” adalah penyertaan saham
yang dilakukan melalui pembelian saham pada Pasangan Usaha yang belum
diperdagangkan di bursa saham. Penyertaan saham dalam ketentuan ini meliputi juga
private equity.
2. penyertaan melalui pembelian obligasi konversi (quasi equity participation);
3. pembiayaan melalui pembelian surat utang yang diterbitkan Pasangan Usaha pada tahap
rintisan awal (start-up) dan/atau pengembangan usaha; dan/atau
4. pembiayaan usaha produktif.
3. pihak-pihak yang terkait dalam mekanisme modal ventura
Pihak yang dapat memberikan pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. pemerintah;
b. badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah;
c. perusahaan pembiayaan;
d. lembaga pembiayaan ekspor Indonesia;
e. bank;
f. lembaga keuangan lainnya;
g. lembaga keuangan multilateral;
h. badan usaha lain; dan/atau
i. orang perseorangan.
Pihak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat berasal dari dalam negeri maupun luar negeri.
Pinjaman yang berasal dari orang perseorangan wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. dibuat dalam bentuk akta notariil;
b. jangka waktu pinjaman paling kurang 1 (satu) tahun; dan
c. jumlah pinjaman paling sedikit sebesar Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah).
(Sumber referensi : https://www.ojk.go.id/id/kanal/iknb/regulasi/lembaga-
pembiayaan/peraturan-ojk/Documents/Pages/pojk-35-penyelenggaraan-usaha-
pmv/SALINAN-%20RPOJK%20Penyelenggaraan%20Usaha%20PMV%20.pdf)

Anda mungkin juga menyukai