Dalam prakteknya sebagian besar bank syariah menggunakan akad wadiah pada produk
giro. Sebab kebutuhan nasabah membuka giro adalah untuk kelancaran dan kemudahan dalam
bertransaksi, bukan untuk mencari keuntungan. Sedang akad mudharabah bisanya digunakan
untuk akad investasi untuk mencari keuntungan. (sumber:BMP eksi4205 hal: hal 4.44-4.49)
2. Uraikan dan jelaskan menurut peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 4/POJK.03/2016 tentang Penilaian
Kesehatan Bank Umum:
1. Mengapa kesehatan bank perlu dijaga?
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, Bank wajib memelihara kesehatannya.
Kesehatan Bank yang merupakan cerminan kondisi dan kinerja Bank merupakan sarana bagi
otoritas pengawas dalam menetapkan strategi dan fokus pengawasan terhadap Bank. Selain itu,
kesehatan Bank juga menjadi kepentingan semua pihak terkait, baik pemilik, pengelola
(manajemen), dan masyarakat pengguna jasa Bank. Pasal 2 Ayat (1) Kesehatan Bank harus
dipelihara dan/atau ditingkatkan agar kepercayaan masyarakat terhadap Bank dapat tetap terjaga.
Tingkat Kesehatan Bank digunakan sebagai salah satu sarana dalam melakukan evaluasi
terhadap kondisi dan permasalahan yang dihadapi Bank serta menentukan tindak lanjut untuk
mengatasi kelemahan atau permasalahan Bank, baik berupa tindakan perbaikan (corrective
action) oleh Bank maupun tindakan pengawasan (supervisory action) oleh Otoritas Jasa
Keuangan. Pasal 2 Ayat (3) Penilaian Tingkat Kesehatan Bank secara konsolidasi diterapkan
bagi Bank yang melakukan Pengendalian terhadap Perusahaan Anak.
3. Sewa guna usaha atau leasing dapat menjadi alternatif sumber pembiayaan baik bagi perorangan
maupun perusahaan dan memiliki banyak keunggulan dibandingkan sumber pembiayaan
lainnya. Sebutkan dan jelaskan kelebihan dan kelemahan leasing dibandingkan dengan sumber
pembiayaan lainnya!
Sebagai salah satu bentuk pembiayaan yang cukup populer saat ini, leasing memiliki keunggulan sekaligus
kelemahan, yaitu:
a. Kelebihan leasing
Leasing merupakan alternatif sumber pembiayaan yang memiliki beberapa kelebihan atau keunggulan
dibandingkan dengan sumber-sumber pembiayaan lainnya, antara lain yaitu sebagai berikut:
1. Pembiayaan penuh. Transaksi leasing sering dilakukan tanpa perlu uang muka dan
pembiayaannya dapat diberikan sampai 100% (full pay out). Hal ini akan membantu cash flow
terutama bagi perusahaan (lessee) yang baru berdiri atau beroperasi dan perusahaan yang mulai
berkembang.
2. Lebih fleksibel. Dipandang dari segi perjanjiannya, leasing lebih luwes karena leasing lebih
mudah menyesuaikan keadaan keuangan lessee dibandingkan dengan perbankan. Pembayaran
angsuran secara berkala akan ditetapkan berdasarkan pendapatan yang dihasilkan lessee sehingga
pengaturan pembayaran angsuran secara berkala dapat disesuaikan dengan pendapatan yang
dihasilkan objek yang di-lease.
3. Sumber pembiayaan alternatif. Leasing merupakan sumber pembiayaan lain bagi perusahaan
tanpa mengganggu fasilitas kredit (credit line) yang telah dimiliki. Dari segi jaminan leasing
tidak terlalu menuntut adanya jaminan tambahan yang lebih banyak dibandingkan apabila lessee
memperoleh pinjaman dari pihak lainnya.
4. Off balance sheet. Tidak adanya ketentuan keharusan mencantumkan transaksi leasing dalam
neraca memberi daya tarik tersendiri kepada lessee karena tanpa mencantumkan sebagai aktiva
berarti prosedur pembelian barang tidak perlu dipenuhi secara terperinci karena mungkin masih
dalam batas kewenangan direksi. Dengan demikian keputusan secara cepat dan tepat dapat lebih
mudah dilakukan oleh direksi.
5. Arus dana. Keluwesan pengaturan pembayaran sewa sangatlah penting dalam perencanaan arus
dana karena pengaturan ini akan mempunyai dampak yang berarti terhadap pendapatan lessee.
Di samping itu, persyaratan pembayaran di muka yang relatif lebih kecil akan sangat
berpengaruh pada arus dana terlebih apabila ada pertimbangan kelambatan menghasilkan laba
dalam investasi.
6. Proteksi inflasi. Leasing dapat merupakan pelindung terhadap inflasi meskipun dalam beberapa
keadaan sering dikatakan hal ini kurang relevan. Dalam tahun-tahun berikutnya setelah kontrak
leasing dilakukan, khususnya apabila leasing berdasarkan tarif suku bunga tetap, maka lessee
akan membayar dengan jumlah tetap atas sisa kewajibannya yang berasal dari pelunasan
pembelian yang dilakukan di masa lalu.
7. Perlindungan akibat kemajuan teknologi. Dengan memanfaatkan leasing, lessee dapat terhindar
dari kerugian akibat barang yang disewa tersebut mengalami ketinggalan model dan teknologi
disebabkan oleh pesatnya perkembangan teknologi.
8. Sumber pelunasan kewajiban. Pembatasan pembelanjaan dalam perjanjian kredit dapat diatasi
melalui leasing karena pada umumnya pelunasan atau pembayaran angsuran hampir selalu
diperkirakan berasal dari modal kerja yang dihasilkan oleh adanya barang yang di-lease.
Sehingga kekhawatiran para kreditor terhadap gangguan penggunaan modal kerja yang akan
mempengaruhi pelunasan kredit yang telah diberikan dapat diatasi.
9. Kapitalisasi biaya. Adanya biaya-biaya tambahan selain harga perolehan seperti biaya
penyerahan, instalasi, pemeriksaan, konsultan, percobaan dan sebagainya dapat dipertimbangkan
sebagai biaya modal yang dapat dibiayai dalam leasing dan dapat disusutkan berdasarkan
lamanya leasing.
10. Risiko keusangan. Dalam keadaan yang serba tidak menentu, operating lease yang berjangka
waktu relatif singkat dapat mengatasi kekhawatiran lessee terhadap risiko keusangan sehingga
lessee tidak perlu mempertimbangkan risiko pada tahap dini yang mungkin terjadi.
11. Kemudahan penyusutan anggaran. Adanya pembayaran sewa secara berkala yang jumlahnya
relatif tetap akan merupakan kemudahan dalam penyusunan anggaran tahunan lessee.
12. Pembiayaan proyek skala besar. Adanya keengganan untuk memikul risiko investasi dalam
pembiayaan proyek yang sering kali menjadi masalah di antara pemberi dana, masalah tersebut
biasanya dapat diatasi melalui perusahaan leasing sepanjang tersedianya suatu jaminan penuh
yang dapat diterima dan/serta kemudahan untuk menguasai barang yang dibiayai apabila terjadi
suatu kelalaian.
b. Kelemahan leasing
Selain memiliki banyak keunggulan, leasing juga memiliki beberapa kekurangan atau kelemahan
khususnya bagi para lessee atau pengguna jasa leasing, antara lain yaitu sebagai berikut:
1. Denda. Perusahaan pembiayaan akan memberikan denda kepada nasabah yang tidak membayar
angsuran pada waktunya. Karena tidak ingin menanggung kerugian, denda yang diberlakukan
bersifat harian dan akan terus diakumulasikan sampai anda membayar angsuran berikut
dendanya.
2. Penyitaan. Perusahaan pembiayaan sudah menanggung pembayaran mobil anda, maka anda pun
harus bertanggung jawab untuk melunasi sesuai nominal ditambah bunga kepada perusahaan
pembiayaan. Namun jika anda tidak melakukan pembayaran cicilan secara terus menerus, maka
anda akan dihadapkan dengan sanksi yang lain. Pada awalnya mungkin anda hanya akan dijatuhi
denda setiap harinya setelah jatuh tempo (biasanya 3 hari setelah jatuh tempo), namun
selanjutnya anda akan dikenai status kredit macet. Jika anda sudah berada di kondisi yang
demikian pihak perusahaan pembiayaan dapat menyita mobil anda, biasanya jika sudah lewat 2
bulan dari jatuh tempo.
3. Penalti. Setelah anda dihadapkan dengan dua sanksi sebelumnya (denda harian dan penyitaan),
bukan berarti anda dapat melakukan pelunasan lebih awal untuk pembelian mobil anda.
Pelunasan lebih awal kepada perusahaan pembiayaan justru tidak akan memberikan anda
potongan bunga ataupun harga. Tapi sebaliknya, tindakan tersebut dinilai berpaling dari
kesepakatan yang sudah disetujui oleh kedua belah pihak (nasabah dan perusahaan), sehingga
tindakan pelunasan itu dinilai sebuah pelanggaran dan menghasilkan hukuman penalti.
(sumber: BMP modul6 hal 6.33-6.40)
4. Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.35/POJK.05/2015 tentang Penyelenggaraan Usaha
Perusahaan Modal Ventura, uraikanlah:
1. pengertian usaha modal ventura
Perusahaan Modal Ventura adalah salah satu lembaga keuangan non-bank yang diharapkan
mampu menjadi salah satu alternatitf jasa keuangan yang dapat dimanfaatkan Pasangan Usaha
dan/atau Debitur dalam mendanai aktivitas usahanya. Dengan keberadaan PMV dan PMVS,
diharapkan dapat memberikan dampak pada pertumbuhan ekonomi nasional. Untuk itu
diperlukan pengelolaan kegiatan usaha yang efektif dan efisien yang dilaksanakan oleh PMV dan
PMVS guna mewujudkan tujuan dimaksud dalam bentuk pengaturan yang meliputi ketentuan
mengenai kegiatan usaha, sumber pendanaan, mitigasi risiko, kesehataan keuangan, ekuitas,
standar perjanjian, pengaturan kegiatan usaha termasuk yang berdasarkan Prinsip Syariah dan
pemanfaatan sistem informasi teknologi. Disamping itu dengan telah disahkannya Undang-
Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan pada tanggal 22 November 2011,
maka tugas pengawasan atas PMV dan PMVS beralih kepada Otoritas Jasa Keuangan sejak
tanggal 31 Desember 2012, tentunya dibutuhkan landasan hukum bagi Otoritas Jasa Keuangan
dalam menjalankan fungsi dan kewenangannya dalam mengawasi PMV dan PMVS sekaligus
menyempurnakan aturan yang sebelumnya sudah ada. Sehubungan dengan hal tersebut, maka
Otoritas Jasa Keuangan menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Penyelenggaraan
Usaha Perusahaan Modal Ventura.
2. kegiatan usaha yang diselenggarakan oleh perusahaan modal ventura
Pasal 2 (1) PMV menyelenggarakan Usaha Modal Ventura yang meliputi:
1. penyertaan saham (equity participation);
Yang dimaksud dengan “penyertaan saham (equity participation)” adalah penyertaan saham
yang dilakukan melalui pembelian saham pada Pasangan Usaha yang belum
diperdagangkan di bursa saham. Penyertaan saham dalam ketentuan ini meliputi juga
private equity.
2. penyertaan melalui pembelian obligasi konversi (quasi equity participation);
3. pembiayaan melalui pembelian surat utang yang diterbitkan Pasangan Usaha pada tahap
rintisan awal (start-up) dan/atau pengembangan usaha; dan/atau
4. pembiayaan usaha produktif.
3. pihak-pihak yang terkait dalam mekanisme modal ventura
Pihak yang dapat memberikan pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. pemerintah;
b. badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah;
c. perusahaan pembiayaan;
d. lembaga pembiayaan ekspor Indonesia;
e. bank;
f. lembaga keuangan lainnya;
g. lembaga keuangan multilateral;
h. badan usaha lain; dan/atau
i. orang perseorangan.
Pihak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat berasal dari dalam negeri maupun luar negeri.
Pinjaman yang berasal dari orang perseorangan wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. dibuat dalam bentuk akta notariil;
b. jangka waktu pinjaman paling kurang 1 (satu) tahun; dan
c. jumlah pinjaman paling sedikit sebesar Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah).
(Sumber referensi : https://www.ojk.go.id/id/kanal/iknb/regulasi/lembaga-
pembiayaan/peraturan-ojk/Documents/Pages/pojk-35-penyelenggaraan-usaha-
pmv/SALINAN-%20RPOJK%20Penyelenggaraan%20Usaha%20PMV%20.pdf)