Anda di halaman 1dari 10

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN

MENERAPKAN PROTOKOL KESEHATAN PADA KARYAWAN DIVISI


PRODUKSI VAKSIN VIRUS PT BIOFARMA

Saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul “Faktor Yang Berhubungan


Dengan Perilaku Kepatuhan Menerapkan Protokol Kesehatan Pada Karyawan
Divisi Produksi Vaksin Virus PT Biofarma” sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak
ada bagian didalamnya merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak
melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai
dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan

Penulis menyadari bahwa skripsi masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
penulis berharap dapat belajar lebih bnayak lagi dalam mengimplementasikan
ilmu yang didapatkan. Skripsi ini tentunya tidak lepas dari bimbingan, masukan
dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
ingin mengucap terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

1. Ibu Dr. Ayu Laili Rahmiyati, S.KM., M.M. selaku pembimbing 1 yang telah

memberikan arahan, saran dan bimbingan serta motivasi kepada penulis selama

menyusun skripsi ini.

Bapak Dr.K.M. Agus Riyanto,SKM., M.Kes. selaku pembimbing 2 yang telah


memberikan arahan, saran dan bimbingan serta motivasi kepada penulis selama
menyusun skripsi ini

Wabah penyakit baru yang disebabkan oleh virus korona (2019-nCoV) atau yang
biasa disebut dengan COVID-19 ditetapkan secara resmi sebagai pandemi global
oleh World Health Organization (WHO) pada tanggal 11 Maret 2020 lalu.

Covid-19 saat ini menjadi masalah yang serius di seluruh dunia, dan jumlah
kasusnya meningkat setiap hari. Menyerang semua orang, tanpa memandang usia
atau jenis kelamin, dianggap sebagai pandemi global. Kondisi ini memberikan

1
dampak langsung kepada jutaan bahkan seluruh masyarakat dunia, sebagai akibat
dari diberlakukannya protokol kesehatan yang harus ditetapkan pada seluruh
aspek kegiatan, mulai dari pembatasan sosial

Sebaran kasus di Jawa Barat berdasarkan informasi yang di himpun dari per
tanggal 27 Agustus 2021 yaitu di provinsi Jawa Barat sebanyak 687.711 jiwa
terkonfirmasi kasus covid-19, 647.893 jiwa atau sekitar 94.4% dilaporkan
sembuh, 26.468 jiwa atau 38.5% sedang menjalani isolasi atau perawatan dan
13.350 jiwa atau 1.94% dari jumlah kasus terkonfirmasi meninggal dunia. Untuk
Kota Bandung khususnya juga dengan periode yang sama sampai dengan 27
Agustus 2021 sudah 43.162 jiwa terkonfirmasi positif, 2.579 jiwa atau 5.97%
sedang menjalani perawatan/isolasi, 40.200 jiwa atau 93.1% sembuh dan 383 jiwa
atau 0.88% dari jumlah kasus yang meninggal dunia akibat penyakit Covid-19.

Biofarma salah satu BUMN yang berdomisili di Bandung yang memproduksi


vaksin, antisera dan produk-produk biologi lainnya (Life Science). Sampai hari
ini, Bio Farma telah memainkan peran signifikan dalam sejarah vaksin dan serum

Sejak bulan Mei 2020 sampai dengan sekarang di Biofarma Khususnya di unit
divisi produksi vaksin virus sudah sebanyak 65 orang dari total 134 karyawan
terinfeksi virus covid-19. Informasi yang di himpun adalah banyak dari karyawan
yang terkena karena melakukan kontak erat dengan pasien sebelumnya, baik dari
pada saat di ruangan kantor, ruang ganti pakaian, berbicara tanpa mengenakan
masker, makan siang bersama, minum kopi bersama dan merokok bersama dalam
satu tempat.

Pada Penelitian lain yang dilakukan oleh (Azlan et al., 2020)

mengenai Public knowledge, attitudes and practices towards COVID-19: A

cross-sectional study in Malaysia didapatkan hasil sebesar 83.1% dari objek

penelitian mematuhi protokol kesehatan. Penelitian lainnya oleh (Ferdous et

al., 2020) mengenai Knowledge, attitude, and practice regarding COVID-19

outbreak in Bangladesh: An onlinebased cross-sectional study didapatkan

2
hasil yaitu 62.3% objek penelitian melakukan kepatuhan terhadap protokol

kesehatan. Peneliti lain yaitu (Lutpiah & Hatta, 2020) melakukan penelitian

tentang Pengaruh Health Belief Model terhadap Kepatuhan Mengikuti

Protokol Kesehatan di Masa Pandemi didapatkan hasil 61.9% melakukan

kepatuhan terhadap protokol kesehatan.

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan kuantitatif menggunakan studi desain cross sectional dengan

pendekatan Health Belief Model. Pendekatan cross sectional study atau potong

lintang merupakan studi epidemiologi yang mengukuran faktor risiko dan

dampaknya yang dapat diteliti pada waktu yang sama.

Perceived susceptibility : Kategorisasi rentan dan tidak rentan

menggunakan tujuh pertanyaan mengenai perceived susceptibility. Setelah

dilakukan penjumlahan skor untuk setiap individu, diperoleh nilai median

sebesar 21. Berdasarkan nilai tersebut, didapatkan sejumlah 100 orang

dikategorikan rentan dan 34 orang dikategorikan tidak rentan. diperoleh nilai

p-value sebesar 0,0001 atau kurang dari 5 persen. Keputusan yang diperoleh

adalah tolak H 0. Dengan demikian, terdapat hubungan yang signifikan antara

perceived susceptibility dan kepatuhan.

Berdasarkan teori Health Belief Model (HBM), tingginya kepatuhan

masyarakat terhadap protokol kesehatan karena dipengaruhi oleh persepsi atau

kepercayaan responden bahwa responden tersebut memiliki kerentanan yang

3
tinggi yang disebabkan karena berada di lingkungan yangramai, dan memiliki

penyakit bawaan (Glanz et al.,2008). Individu akan melakukan suatu

pencegahan terhadap suatu penyakit jika orang tersebut merasa dirinya rentan

untuk terkena (Notoatmodjo,2007). Tetapi Kepatuhan masyarakat yang rendah

dapat disebabkan karena kepercayaan atau persepsi individu bahwa individu

tersebut tidak rentan terhadap virus corona karena memiliki daya tahan tubuh

yang tinggi

Perceived severity : Kategorisasi serius dan tidak serius

menggunakan sepuluh pertanyaan mengenai perceived severity. Setelah

dilakukan penjumlahan skor untuk setiap individu, diperoleh nilai median

sebesar 30. Berdasarkan nilai tersebut, didapatkan sejumlah 113 orang

dikategorikan serius dan 21 orang dikategorikan tidak serius. diperoleh nilai

p-value sebesar 0,0001 atau kurang dari 5 persen. Keputusan yang diperoleh

adalah tolak H 0. Dengan demikian, terdapat hubungan yang signifikan

antara perceived severity dan kepatuhan. Penelitian Sholiha (2014) dikutip

dalam Fadilah dkk, (2020) menyatakan bahwa beratnya suatu penyakit akan

membuat seseorang merasa seolaholah efek penyakit tersebut merupakan

ancaman baginya, mendorongnya untuk mengambil tindakan untuk

menghindari atau mengobati penyakit tersebut. Ada beberapa aspek

pendukung diantaranya adalah persepsi bahwa penyakit Covid-19 dapat

menyebabkan kematian, yang sangat berbahaya karena keadaan yang

membuat seolah-olah Covid-19 dapat memaksa anggota keluarga untuk

mengurangi aktivitas mereka selama beberapa hari dan bahkan

4
membahayakan nyawa mereka. Berbanding terbalik dengan penelitian yang

dilakukan oleh Maylina Prastyawati (2021) dari Hasil analisis perilaku

pencegahan Covid-19 menunjukkan bahwa tidak terdapat korelasi pada

persepsi keparahan Covid-19 terhadap perilaku pencegahannya. Hal ini

karena persepsi keseriusan atau keparahan seseorang terkait dengan

beratnya penyakit Covid-19, sehingga jika mereka yakin wabah Covid-19

berdampak buruk pada kesehatan mereka, seperti manifestasi klinis Covid-

19 atau kematian, mereka akan percaya dan mengambil tindakan

pencegahan

Perceived benefit : Kategorisasi bermanfaat dan tidak bermanfaat

menggunakan enam pertanyaan mengenai perceived benefit. Setelah

dilakukan penjumlahan skor untuk setiap individu, diperoleh nilai median

sebesar 18. Berdasarkan nilai tersebut, didapatkan sejumlah 113 orang

dikategorikan bermanfaat dan 21 orang dikategorikan tidak bermanfaat.

diperoleh nilai p-value sebesar 0,0001 atau kurang dari 5 persen. Keputusan

yang diperoleh adalah tolak H 0. Dengan demikian, terdapat hubungan yang

signifikan antara perceived benefits dan kepatuhan. Berdasarkan teori

Health Belief Model (HBM), tingginya kepatuhan masyarakat terhadap

protokol kesehatan karena dipengaruhi oleh persepsi atau kepercayaan

responden bahwa patuh terhadap protokol kesehatan dapat memberikan

manfaat bagi diri sendiri, keluarga, dan lingkungan sekitar (Glanz et

al.,2008). Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh M. Fadilah,dkk

(2020),menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki pendapat

5
positif tentang manfaat. Responden yang memperoleh manfaat dari

melakukan kebiasan baru lebih cenderung patuh, seperti kebiasaan

mengikuti protokol Kesehatan. Kepatuhan masyarakat yang rendah dapat

disebabkan karena kepercayaan atau persepsi individu bahwa tidak ada

manfaat yang diperoleh apabila menerapkan protokol kesehatan

Perceived barrier : Kategorisasi hambatan dan bukan hambatan

menggunakan sepuluh pertanyaan mengenai perceived barrier. Setelah

dilakukan penjumlahan skor untuk setiap individu, diperoleh nilai median

sebesar 30. Berdasarkan nilai tersebut, didapatkan sejumlah 79 orang

dikategorikan hambatan dan 55 orang dikategorikan bukan hambatan.

diperoleh nilai p-value sebesar 0,0001 atau kurang dari 5 persen. Keputusan

yang diperoleh adalah tolak H 0. Dengan demikian, terdapat hubungan yang

signifikan antara perceived barrier dan kepatuhan. hambatan-hambatan

yang dialami bias diminimalisir sebisa mungkin dalam menerapkan protokol

kesehatan (Glanz et al.,2008). Dalam Penelitian Rahmafika (2020) Hasil

penelitian menunjukkan bahwa mayoritas individu memiliki perceived

barrier atau persepsi hambatan yang tinggi. Hal ini memiliki arti orang

sadar akan tantangan atau hambatan yang mereka hadapi ketika menerapkan

perilaku Kesehatan. Penelitian yang dilakukan oleh Jose dkk (2020)

mengenai hubungan persepsi hambatan terhadap kepatuhan protokol

kesehatan menyatakan bahwa perceived barriers yang rendah akan

menambah kepatuhan saat menerapkan protokol pencegahan Covid-19.

Menurut penelitian ini, orang lebih cenderung mengikuti prosedur kesehatan

6
jika mereka memiliki sikap positif terhadap hambatan. melindungi diri

sendiri, keluarga dan orang sekitar dari ancaman virus. Meningkatkan

kepatuhan terkait persepsi hambatan dapat diminimalisir dengan melihat

manfaat yang akan didapatkan apabila patuh terhadap protokol kesehatan

Cues : Kategorisasi ada dorongan dan tidak ada dorongan

menggunakan sepuluh pertanyaan mengenai cues to action. Setelah

dilakukan penjumlahan skor untuk setiap individu, diperoleh nilai median

sebesar 28. Berdasarkan nilai tersebut, didapatkan sejumlah 72 orang

dikategorikan ada dorongan dan 62 orang dikategorikan tidak ada dorongan.

Berdasarkan hasil tersebut, diperoleh nilai p-value sebesar 0,0001 atau

kurang dari 5 persen. Keputusan yang diperoleh adalah tolak H 0. Dengan

demikian, terdapat hubungan yang signifikan antara cues to action dan

kepatuhan. Berdasarkan teori Health Belief Model (HBM), tingginya

kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan karena dipengaruhi oleh

adanya dukungan atau dorongan dari keluarga, kerabat, dan lingkungan

sekitar (Glanz et al.,2008). Sejalan dengan penelitian yang dilakukan

Fadillah dkk (2020) bahwa efikasi diri dengan perilaku pencegahan Cocid-

19 dalam menerapkan protokol kesehatan memiliki hubungan yang

signifikan. Menurut Health Belief Model, persepsi ancaman dapat

meningkat jika seseorang mendapatkan isyarat untuk bertindak. Kepatuhan

masyarakat yang rendah dapat disebabkan karena kurangnya dukungan atau

dorongan baik itu dari keluarga, teman dekat maupun media social. Padahal

7
menerapkan protokol kesehatan dapat melindungi diri sendiri, keluarga dan

orang sekitar dari ancaman virus. Meningkatkan kepatuhan terkait isyarat

untuk bertindak dapat ditingkatkan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di wilayah Divisi Vaksin Virus PT

Biofarma (Persero) tentang faktor yang berhubungan dengan perilaku

Kepatuhan Menerapkan Protokol Kesehatan, dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Gambaran karyawan yang menjadi responden yaitu usia 20-30 tahun

sebanyak 71 orang ( 53,0% ), usia 31-40 tahun sebanyak 37 orang

( 27,6%), dan usia diatas 40 tahun sebanyak 26 orang (19,4%). Responden

yaitu laki-laki berjumlah 114 orang (85%) dan perempuan 20 orang

(15%).Tingkat Pendidikan responden tingkat sebanyak 97 orang (72,4%)

yaitu sudah melalui Pendidikan di perguruan tinggi , dan untuk Pendidikan

SMA/SMK yaitu sebanyak 37 orang (27,6%). Status pernikahan responden

sebanyak 79 orang (59%) yaitu sudah menikah , dan responden yang

memberikan respon Lainnya ( belum menikah/cerai mati/cerai hidup)

sebanyak 55 orang (41%). responden sebanyak 109 orang ( 81,4%) sudah

pernah mengalami atau terkena covid-19 , dan responden sebanyak 25

orang ( 18,6%) belum pernah terkena paparan covid-19, Karyawan yang

patuh sebanyak 71(53%) orang dan yang tidak patuh 63 orang(47%) .

2. Terdapat hubungan yang signifikan (p value = 0,0001) antara perceived

susceptability dengan kepatuhan menerapkan protokol kesehatan pada

karyawan divisi produksi vaksin virus PT Biofarma

8
3. Terdapat hubungan yang signifikan (p value = 0,0001) antara perceived

severity dengan kepatuhan menerapkan protokol kesehatan pada karyawan

divisi produksi vaksin virus PT Biofarma

4. Terdapat hubungan yang signifikan (p value = 0,0001) antara perceived

benefits dengan kepatuhan menerapkan protokol kesehatan pada karyawan

divisi produksi vaksin virus PT Biofarma

9
5. Terdapat hubungan yang signifikan (p value = 0,0001) antara perceived barrier

dengan kepatuhan menerapkan protokol kesehatan pada karyawan divisi produksi

vaksin virus PT Biofarma

6. Terdapat hubungan yang signifikan (p value = 0,0001) antara cues to action dengan

kepatuhan menerapkan protokol kesehatan pada karyawan divisi produksi vaksin virus

PT Biofarma

A. Saran

1. Bagi instansi terkait khususnya di lingkup divisi produksi Vaksin Virus PT Biofarma

kiranya bisa lebih meningkatkan dan terus menjaga kepatuhan protokol kesehatan

karyawannya dengan cara memberi edukasi mengenai pentingnya penerapan protokol

kesehatan untuk mencegah penularan dan munculnya gelombang pandemi lain atau penyakit

lainnya.

2. Bagi karyawan agar kiranya lebih patuh terhadap protokol kesehatan 5M apabila

berkegiatan diluar rumah guna mencegah penyebaran virus corona dan penyakit lainnya.

3. Bagi peneliti selanjutnya diperlukan meneliti mengenai unsur-unsur, seperti (tujuan

kepatuhan, derajat pengetahuan, dan pengembangan HBM untuk intervensi meningkatkan

kepatuhan terhadap protokol kesehatan) yang mempengaruhi dalam Health Belief Model dan

diharapkan hasil analisis ini dapat digunakan sebagai referensi.

10

Anda mungkin juga menyukai