Anda di halaman 1dari 7

TINGKAT KEPATUHAN SISWA TERHADAP PROTOKOL KESEHATAN DI ERA

NEW NORMAL DAN IMPLIKASINYA TERHADAP


LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

Angelia Bunga Rasmeika1, Taty Fauzi2, Syska Purnama Sari3

Bimbingan dan Konseling, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas PGRI Palembang, Indonesia
Bimbingan dan Konseling, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas PGRI Palembang, Indonesia
Bimbingan dan Konseling, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas PGRI Palembang, Indonesia
*E-mail: ayukyeye@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepatuhan siswa SMA Negeri 7 Prabumulih terhadap protokol
kesehatan memasuki era New Normal dan implikasi terhadap layanan Bimbingan dan konseling. Jenis
penelitian deskriftif kuantitatif, dengan pendekatan survei. Jumlah sampel 86 siswa. Data didap melalui
observasi, dan angket. Analisis data menggunakan statistik. Hasil dan olah data menunjukkan bahwa kepatuhan
siwa protokol kesehatan berada pada kategori “Patuh” dengan persentase 75,03%, berada pada indeks persentase
68%-83%. Hasil diperoleh dari enam indikator yaitu memakai masker dilingkungan sekolah sebesar, 72,3%,
mencuci tangan sebesar 80,0%, menjauhi kerumunan sebesar 75,30%, membawa peralatan makan minum dan
kebutuhan pribadi sendiri sebesar 72,30%, persepsi siswa terhadap pertemuan tatap muka sebesar 78,7%, dan
persepsi siswa terhadap aturan sekolah terhadap protokol kesehatan sebesar 71,60%.

Kata Kunci: Kepatuhan, Protokol Kesehatan, New Normal

ABSTRACT
This study aims to determine the adherence of SMA Negeri 7 Prabumulih students to health
protocols entering the New Normal era and the implications for guidance and counseling
services. This type of descriptive quantitative research, with a survey approach. Number of
samples 86 students. Data obtained through observation, and questionnaires. Data analysis
using statistics. The results and data processing show that students' compliance with health
protocols is in the "Complied" category with a percentage of 75.03%, at a percentage index of
68%-83%. The results are obtained from six indicators, namely wearing masks in the school
environment by 72.3%, washing hands by 80.0%, avoiding crowds by 75.30%, bringing
drinking utensils and own personal needs by 72.30%, students' perceptions of face-to-face
meetings are 78.7%, and students perceptions of school rules on health protocols are 71.60%.

Keywords: Compliance, Health Protocol, health,New Normal


PENDAHULUAN bahwa kedisiplinan merupakan salah satu rahasia
(Almi, 2020) yang menjelaskan bahwa kesuksesan seseorang di masyarakat. Untuk itu, setiap
keyakinan terhadap kemampuan dan kemampuan orang perlu memahami disiplin dan tahu bagaimana
seseorang untuk dapat melaksanakan protokol menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari.
kesehatan dapat ditumbuhkan dengan cara melihat Pemakaian masker hingga saat ini belum dicabut oleh
capaian kesehatan yang dilakukannya di masa pemerintah sebagai aturan mengingat varian covid- 19
lalu,melihat keberhasilan orang lain, tegas pada diri terus memecah diri sekalipun tidak menyeramkan
sendiri dan menghilangkan sikap emosional serta seperti virus corona. Fenomena masker dan cuci
patuh dalam melaksanakan himbauan dan arahan tangan di sekolah terus berjalan tidak terkecuali di
pemerintah terkait program kesehatan dalam SMA Negeri 7 Prabumulih. Berdasarkan observasi
penanganan Covid-19. yang dilakukan masih ada peserta didik yang
Protokol kesehatan merupakan tatanan hidup beranggapan bahwa aturan yang diwajibkan sekolah
yang ditetapkan pemerintah melalui Undang- undang sehingga sebagian dari siswa tersebut tidak peduli.
(HK.01.07/MENKES/382/2020., KEPUTUSAN Dengan alasan yang beragam mereka menolak untuk
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK menggunakan masker.
INDONESIA )sebagai upaya pengendalian corona Beberapa peneliti melakukan penelitian
virus di Indonesia. Seluruh zona dan sarana publik tentang tingkat kepatuhan atau kedisiplinan siswa
ialah suatu wilayah masyarakat melakukan kegiatan dalam mengikuti pembelajaran dengan tetap waspada
wajib mendukung aturan protokol kesehatan. Dalam menggunakan masker, namun untuk jarak agaknya
pelaksanaan semua individu dan atau kelompok cukup sulit untuk dipatuhi karena kenyataan para
kecuali anak- anak dibawah usia 2 tahun yang tidak siswa tersebut sudah menganggap aman dari
memakai namun ada larangan untuk membawa anak- penularan covid – 19. Hal ini didukung oleh beberapa
anak ke tempat umum semua wajib memakai masker kajian para periset tentang 3 M, memakai masker,
jika berada di luar rumah. menjaga jarak menjauhi kerumunan sebagaimana
Protokol kesehatan itu sendiri mempunyai diungkapkan oleh (Indragiri, 2022). Menurut temuan,
beberapa aturan-aturan seperti tindakan yang telah sebagian besar orang menggunakan masker hingga
dianjurkan oleh pemerintah adalah mencuci tangan 83,5 persen sepanjang waktu, sebagian besar orang
dengan baik dan benar, memakai masker, dan tidak mencuci tangan hingga 62,9 persen setiap saat,
menjaga jarak. Tindakan menjaga jarak merupakan dan beberapa orang tidak menjaga jarak hingga 52,6
tindakan efektif dalam mencegah penyebaran covid- persen sepanjang waktu. Diharapkan sosialisasi secara
19 (Xie F, 2020). Tindakan ini dapat ditunjukkan rutin bagi masyarakat tentang protokol kesehatan
dengan perilaku seperti menghindari pengaturan preventif covid-19 berupa pemasangan banner di
jamaah dan pertemuan massa, menjaga jarak dari tempattempat umum, pihak desa memastikan
orang lain, dan isolasi diri. Terjangkitnya dari orang ketersediaan sarana cuci tangan di tempattempat
yang sedang sakit mampu mencemari lingkungan umum dan dapat membagikan masker ke warganya.
tempat umum, virus mampu bertahan hidup di Serta dilakukan monitoring dan sanksi tegas terhadap
permukaan benda untuk waktu yang singkat, oleh masyarakat yang tidak menjalankan protokol
karena itu, selain penularan droplet konvensional, ada kesehatan pencegahan covid-19. Selanjutnya Hasil
juga penularan kontak tidak langsung seperti penelitian (Eriyani, 2021) pada siswa SMKN 4 Garut.
penularan snot-oral yang berperan penting dalam Hasil, analisis univariat didapatkan data responden
penyebaran virus di masyarakat. Oleh karena itu sejak jenis kelamin laki-laki yaitu 43,7%, dan jenis kelamin
diberlakukannya era New Normal pembelajaran tatap perempuan yaitu 56,3% menunjukan adanya
muka (luring) banyak terjadi pengabaian dengan tidak peningkatan pengetahuan siswa dan siswi SMKN 4
mematuhi aturan pemerintah tersebut. Garut setelah diberikan Di SMKN 4 Garut,
Sebagaimana terjadi pada siswa pada era pendidikan kesehatan diberikan dalam upaya
pembelajaran mengabaikan aturah protokoler, meningkatkan kesadaran akan penyebaran Covid-19.
umumnya siswa mulai kendur kepatuhannya, Kesimpulannya, terdapat perbedaan yang substansial
memakaian masker, tidak menjaga jarak, mencuci pemahaman responden tentang Pendidikan 3M dalam
tangan seadanya, masih terlihat berkerumun. Upaya Meningkatkan Kesadaran Diri Terhadap
Kepatuhan atau kedisiplinan pada dasarnya adalah Penyebaran Covid-19 di SMKN 4 Garut sebelum dan
sebuah karakter yang dapat dilihat dari perilaku sesudah pendidikan kesehatan. (Statistik, Survei
seseorang atau kelompok mematuhi aturan yang Badan Pusat, 2020)tentang Kebijakan Pemerintah
diberlakukan. sebelumnya mensosialisasikan gerakan 3M dan 3T:
Perilaku hidup bersih, sehat adalah wujud menjaga jarak, memakai masker, mencuci tangan; dan
disiplin diri Semua perilaku kesehatan yang di perbuat testing, tracing, treatment, untuk memutus rantai
individu secara sadar adalah cerminan hidup yang penyebaran virus corona hasil survei melaporkan,
tidak hanya peduli pada keluarga, tetapi juga peduli 74% masyarakat sudah mematuhi hal tersebut. 
terhadap masyarakat. Salah satu kebiasaan sehat Kemudiaan pemerintah meningkatkan kebijakan
dalam gaya hidup bermasyarakat secara umum adalah menjadi 5M dan 3T. Istilah 5M, menggunakan
disiplin. Tidak hanya itu, sebagian orang beranggapan Masker, Membersihkan Tangan, menjaga Jarak,
Menjauhi Kerumunan, Mengurangi Mobilitas, prinsip Motivasi belajar dapat berubah sebagai akibat dari
gerakan 5 M adalah untuk mendukung 3M, dilakukan berbagai perubahan dalam sistem pembelajaran,
untuk membantu mencegah penularan dan penyebaran seperti peralihan dari pembelajaran tatap muka ke
virus corona di masyarakat. 5M berlaku untuk semua pembelajaran di rumah (BDR). Oleh karena itu,
orang. Tetapi, tidak berlaku untuk anak bayi, tidak tanggung jawab guru BK/Konselor adalah
disarankan pakai masker, tapi dapat digunakan menanamkan pada siswa rasa dorongan atau semangat
penutup stroller (jika pakai) atau face shield. Wajib yang kuat untuk hidup normal baru yang selalu sesuai
sosial ditancing. Sedangkan (Devi, 2020) menyatakan dengan peraturan kesehatan yang direkomendasikan
bahwa ada Hubungan antara kesadaran masyarakat pemerintah. Kondisi culture shock memang tidak
dengan kepatuhan penggunaan masker sebagai sarana dapat menjadi satu dilema dan tidak dapat dihindari.
pencegahan penyakit Covid19, Keyakinan terhadap Hal ini merupakan dampak yang ditimbulkan dari
kemampuan dan kemampuan seseorang untuk dapat pandemi covid19 yang nyata. Seluruh dunia, harus
melaksanakan Dengan memeriksa, praktik kesehatan menerima karena memang tidak ada pilihan lain.
dapat dikembangkan. capaian kesehatan yang mengikuti atau terpapar, oleh karena itu proses belajar
dilakukannya di masa lalu melihat keberhasilan orang mengajar, disesuaikan dengan kondisi kota atau
lain, tegaspada diri sendiri dan membuang sifat emosi daerah berada pada zona hijau, orange atau zona
serta patuh dalam melaksanakan himbauan dan arahan hitam.. Maka pilihan ke dua adalah melakukan
pemerintah terkait program kesehatan dalam pembelajaran dengan jalan on- line (daring). Kondisi
penanganan Covid-19. Bahkan ada orang yang psikologis menunjukkan bagaimana anak-anak
meremehkan dan mengabaikan, keadaan ini mengalami kejutan psikologis, ketidaknyamanan, dan
dipengaruhi oleh mental, karakter, tingkat pendidikan, perasaan tidak menyenangkan. Shock culture menjadi
pekerjaan dan lingkungan tempat tinggalnya. perhatian yang harus diatasi karena jika tidak ada
Penelitian (Harlianty, 2020) menyatakan pendampingan peserta didik akan malas belajar,
bahwa kepatuhan berkaitan dengan kesadaran prestasi turun dan penilaian mata pelajaran menjadi
(Kesadaran) akan risiko Covid-19 Dalam situasi ini, tidak objektif karena gurupun merasa jika diberikan
perilaku patuh siswa dapat menunjukkan bahwa nilai kurang pada siswa dari terbiasanya Study From
mereka telah memahami pentingnya Covid-19. Ada Home(SFH).
beberapa elemen yang mempengaruhi seberapa baik Berdasarkan hasil penelitian Ditza Ghiansca
anak-anak berperilaku di kelas. Unsur-unsur tersebut Al’fathan yang berjudul “Kontrol diri dan Perilaku
meliputi kekuasaan atau figur berpengaruh, Kepatuhan Terhadap Protokol Kesehatan Covid-19”.
kelangkaan, persetujuan sosial, perilaku timbal balik, Penelitian ini memakai metode penelitian kuantitatif
konsistensi perilaku, dan komitmen. (Cialdini, 2004). dengn self-report kuesioner. Hasil penelitian ini
Tujuan bimbingan dan konseling adalah menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang
membuat proses pencapaian tujuan akademik signifikan antara kontrol diri dan perilaku kepatuhan
sesederhana mungkin. Pencapaian tujuan tersebut terhadap protokol kesehatan Covid-19. Hubungan
mungkin terhambat oleh kebangkitan New Normal, positif ini dimaksud terdapat beberapa individu yang
khususnya bagi mahasiswa. Layanan bimbingan dan sudah memiliki perilaku kepatuhan dan kontrol diri
konseling sangat penting karena menitikberatkan pada yang baik sebagai upaya pencegahan Covid-19
kesiapan siswa dalam menghadapi perubahan tatanan begitupun sebaliknya. Umumnya manusia memiliki
gaya hidup ini. Hal ini disebabkan oleh kenyataan tingkat kontrol diri yang berbeda-beda dalam
bahwa ketika beradaptasi, siswa sering menghadapi menghadapi situasi tertentu, khususnya pada masa
tantangan atau hambatan yang membutuhkan bantuan pandemi Covid-19 saat ini.
ahli dari seseorang.Dalam menyikapi peristiwa ini
diperlukan juga adanya layanan bimbingan dan METODE
konseling yang efektif dalam memaksimalkan Penelitian secara publik bertujuan untuk
kemampuan adaptasi siswa. mengetahui kepatuhan atau tingkat disiplin gerakan 3
Layanan konseling dapat mengembangkan M di SMA N 7 Prabumulih, jenis penelitian survey.
potensi diri siswa yaitu hidup mandiri dan mampu Jumlah populasi 285 siswa, penarikan sample
mengendalikan diri. Sehingga cakupan program dilakukan secara cluster (30%) sehingga terpilih 86
layanan BK di sekolah meliputi program layanan BK siswa yang mengisi angket melalui (google form).
mencakup layanan dasar, peminatan dan perencanaan Penilaian setiap alternatif jawaban Skala Likert.skala
individual, renponsif, dan dukungan sistem, agar likert dengan 5 pilihan jawaban yaitu (SL) selalu,
tercapai perkembangan pribadi, sosial, belajar, karier SR(sering), KD(kadang-kadang), JR (jarang),
siswa yang optimal (Permendiknas Nomor 111, TP(tidak Pernah). Penilaian dilakukan untuk 1,
2014). Layanan konseling tidak diberikan oleh Kepatuhan siswa terhadap Protokol kesehatan,
sembarangan orang, karena pelaku konseling disebut persepsi siswa terhadap Pertemuan tatap muka Era
guru BK atau Konselor yang merupakan lulusan S1 New Normal terhadap aturan sekolah terhadap
BK dan atau lulusan pendidikan profesi konselor. protokol kesehatan
Pada masa new normal, BK/Konselor terus Kriteria pengujian hipotesis sebagai berikut : Hₒ
menawarkan layanan konseling kepada siswa. ditolak, jika r hitung ≤ rtabel : layanan
bimbingan dan konseling tidak dapat meningkatkan kesehatan di Era New Normal dan Implikasinya
kepatuhan siswa terhadap protokol kesehatan. terhadadap layanan Bimbingan dan Konseling) ialah
Ha diterima,jika r hitung ≥ rtabel : layanan sebesar 75,03% yang berada pada indeks 68% - 83%
bimbingan dan konseling dapat meningkatkan dalam kategori Patuh. Hasil persentase (Tingkat
kepatuhan siswa terhadap protokol kesehatan. kepatuhan siswa SMA N 7 Prabumulih terhadap
protokol kesehatan di Era New Normal dan
HASIL DAN PEMBAHASAN Implikasinya terhadadap layanan Bimbingan dan
Berdasarkan persentase tingkat kepatuhan Konseling) disajikan dalam bentuk tabel di bawah ini.
siswa SMA N 7 Prabumulih terhadap protokol
No. Interval Kelas (%) Kriteria
1. 84% - 100% Sangat Patuh
2. 68% - 83% Patuh
3. 52% - 67% Sedang
4. 36% - 51% Tidak Patuh
5. 20% - 35% Sangat Tidak Patuh
Tabel berikut adalah tabel hasil perhitungan mematuhi protokol kesehatan yang terdiri dari enam aspek
:
No. Indikator Jumlah Item Skor %
1. Memakai masker di lingkungan sekolah. 3 933 72,3
2. Mencuci tangan 5 1721 80
3. Menjauhi kerumunan. 3 972 75,3
4. Membawa peralatan makan minum dan 3 933 72,3
kebutuhan pribadi sendiri
5. Persepsi siswa terhadap 5 1692 78,7
Pertemuan tatap muka.
6. Persepsi siswa terhadap aturan sekolah 11 1540 71,6
terhadap protokol kesehatan.
Total 7791
Rata-Rata 75,03
Skor tertinggi 80% kegiatan mencuci tangan, persepsi siswa terhadap proses belajar pada pertemuan
tatap muka 78%, menjauhi kerumunan 75,3%, membawa peralatan makan dan minum dan kebutuhan pribadi
selama berada pada pertemuan tatap muka (luring) disekolah dan presentase dengan skor terendah 71,6 pada
aspek aturan sekolah terhadap protokol kesehatan.

Indikator; 1;
72,3%

Indikator; 6; Indikator; 2; 80%


71,6%
Indikator; 3;
75,3%

Indikator; 5; Indikator; 4;
78,7% 72,3%
Berdasarkan hasil penelitian yang di peroleh dengan melakukan razia dan memberikan sanksi bagi
maka Layanan Bimbingan dan Konseling yang masyarakat tidak terkecuali peserta didik yang tidak
diberikan Guru BK kepada siswa dalam rangka memakasi masker dan berkerumun di lingkungan
mematuhi aturan baru protokol kesehatan, ketika masyarakat.
berada di lingkungan sekolah. Untuk itu dapat Senada dengan upaya tersebut (LPPM
dilaksanakannya berbagai layanan Bimbingan dan UMTAS , 2021) juga melakukan layanan masyarakat
Konseling seperti layanan informasi yang dapat menjalankan keputusan pemerintah untuk memutus
berikan kepada siswa yang kurang mematuhi aturan mata rantai penyebaran virus covid 19 dengan
protokol kesehatan, layanan konseling individual berbagai cara seperti menerapkan Pembatasan Sosial
konseling individual ditujukan kepada siswa dalam Berskala Besar (PSBB) dengan pembatasan kegiatan
mengatasi permasalahan yang dialami siswa berkaitan di tempat atau fasilitas umum, menerapkan sistem
dengan culture shock pada diri siswa tersebut. Oleh kerja di rumah (Work From Home) dan Belajar dari
karena itu,guru BK/Konselor dapat memilih metode rumah (BDR), pembatasan kegiatan keagamaan, dan
dan teknik yang tepat untuk membantu permasalahan pembatasan moda transportasi, hingga berusaha
yang dialami siswa. layanan bimbingan kelompok, menemukan vaksin covid 19. Namun demikian, upaya
dan layanan konseling kelompok dalam rangka pemutusan rantai wabah ini bukan hanya menjadi
mengurangi tingkat kepatuhan siswa yang rendah ke tugas pemerintah semata, namun keseluruhan lapisan
tingkat yang lebih tinggi. masyarakat.
(Artama, 2021, pp. 65-72) Kegiatan layanan masyarakat dapat menjadi
mengemukakan tentang “Kepatuhan Remaja Dalam inspirasi bagi guru dan orang tua untuk dalam
Penerapan Protokol Kesehatan Pencegahan Covid-19 memberikan edukasi kepada anak-anak menjaga
di Kecamatan Tamalatea Kabupaten Jeneponto, hasil kesehatan dan selalu mematuhi protokol kesehatan.
temuannya menunjukkan bahwa masih tingginya Selanjutnya (Nursalim, 2021) melakukan observasi
responden yang belum patuh dalam menjalankan dan menemukan masih ada siswa yang menggunakan
protokol kesehatan seperti kepatuhan mencuci tangan, masker tidak memenuhi standar kesehatan, siswa
memakai masker dan kepatuhan menjaga jarak pada yang berkerumun dan tidak menjaga jarak ketika
saat pembelajaran tatap muka. Padahal sekolah telah ketika berada di lingkungan sekolah.
menyediakan sarana dan fasilitas yang mendukung Melalui program PKM yang mereka lakukan
penerapan protokol kesehatan. Selanjutnya Jurnal di SMP Islam DDI Sangatta Utara diupayakan
Risalah (2021) memuat Kebijakan Kementerian menanamkan kesadaran dalam diri masing- masing
Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi dalam dengan menerapkan protokol kesehatan dalam
Konteks Pembukaan kembali sekolah sementara virus berbagai kesempatan baik di lingkungan terkecil yaitu
covid- 19 masih belum terkendali. Keterbatasan keluarga,hingga lingkungan masyarakat, tidak
kegiatan belajar di rumah menimbulkan masalah terkecuali lingkungan sekolah. Sementara itu,(Fajriah,
serius bagi perkembangan anak. akses yang baik pada 2021) mengemukakan bahwa ada hubungan tidak
internet (Zamjani, 2020). Hal ini menjadikan proses bermakna antara persiapan menghadapi new normal
belajar dari rumah tidak berjalan optimal. di tingkat kelurahan/desa di Kabupaten Pekalongan
Akibatnya, kemampuan belajar menurun dengan pengetahuan dan sikap terhadap kepatuhan
drastis setelah siswa pulang ke rumah, hingga putus pelaksanaan prosedur kesehatan. Hasil penelitian ini
sekolah (SMERU, 2020; The Economist, 2020; Bank memperlihatkan bahwa tidak ada hubungan
Dunia, Agustus 2020). Untuk mempersiapkan hal pengetahuan dan sikap terhadap kepatuhan
tersebut, pemerintah telah mengeluarkan tiga pelaksanaan protokol kesehatan tentang kesigapan
kebijakan pelaksanaan pembelajaran tatap muka pada menghadapi new normal tingkat kelurahan, desa di
tahun 2020 melalui Kementerian Pendidikan dan Kabupaten Pekalongan. Beberapa kajian atau temuan
Kebudayaan, Kesehatan, Agama, dan Dalam Negeri baik yang dilakukan melalui penelitian dan
(PTM). Kesiapan fasilitas sanitasi dan kesehatan penyuluhan atau layanan pada masyarakat, faktor
untuk mengaktifkan penerapan protokol kesehatan di shock cultur menjadi salah satu penghambat,
sekolah merupakan salah satu syarat sekolah untuk kesadaran diri akan kesehatan masyarakat rendah.
dapat melakukan pembelajaran tatap muka. Kondisi yang sama dikemukakan (Rahmah,
Baik sekolah yang telah mengadopsi pengajaran tatap 2022) melalui penelitiannya bahwa setelah edukasi,
muka maupun yang masih bereksperimen cukup dan sosialisasi antara pengetahuan, perilaku, dan sikap
mahir dalam menawarkan beragam fasilitas ini. yang dimiliki mampu membentuk sikap disiplin dan
(Ema Yuliana S, 2021) mengemukakan patuh hal ini dibuktikan dari adanya peningkatan yang
bahwa ada beberapa faktor penghambat kedisiplinan baik (70-95%) atau 31 orang dari jumlah responden
sekolah dalam menerapkan protokol kesehatan yaitu sebanyak 34 orang patuh, memiliki etika batuk dan
kurangnya kesadaran dan ketaatan warga sekolah bersin, mencuci tangan yang baik
dalam menaati aturan yangAda Sekolah melakukan dan benar dengan mengikuti 6 langkah, dan tentang
upaya mengatasi faktor penghambat mematuhi protokol kesehatan seperti memakai masker, jaga
protokol kesehatan dengan bekerja sama dengan jarak 1-2 meter, mencuci tangan pake sabun di air
Kepolisian, Satpol PP, BPBD danLembaga Kesehatan mengalir. Artinya bahwa sikap dan tindakan
terkadang harus dicontohkan terlebih dahulu kepada tindakannya. Berdasarkan analisis bahwa jika
masyarakat kemudian mereka meniru atau masyarakat memiliki persepsi baik terhadap
mengikutinya. kerentanan diri, bahaya penyakit, keuntungan dari
Jika dipandang dari sudut Menurut psikologi upaya pencegahan yang dilakukan dan mendapat
sosial kesehatan, ketidakpatuhan masyarakat terhadap petunjuk bertindak serta minimalnya hambatan, maka
protokol kesehatan sebagian besar disebabkan oleh self-efficacy dapat dibangun. Keyakinan akan
ketidaktahuan mereka akan risiko penyakit, kemampuan dan kesanggupan seseorang untuk dapat
keuntungan pengobatan, dan hambatan yang menjalankan protokol kesehatan dapat ditumbuhkan
signifikan untuk mengakses layanan kesehatan. dengan cara melihat pencapaian kesehatan yang ia
(Kompas.com : 2020). Beberapa psikolog sosial di lakukan pada masa lalu, melihat keberhasilan orang
Amerika Serikat (AS) pada tahun 1950 lain (jika orang lain bisa, maka saya pun bisa)bersikap
mengembangkan Health Belief Model (HBM) tegas dengan diri sendiri dan menghilangkan sikap
digunakan secara luas dalam riset perilaku kesehatan. emosional dan menetapkan tujuan (Heni, Anastasia)
HBM dapat dilihat sebagai sintesis penjelasan Sedangkan menurut penelitian (Fajriah, 2021) hasil
filosofis, medis, dan psikologis mengapa orang olah data dari analisis bivariat menunjukkan terdapat
mematuhi atau mengabaikan upaya kesehatan hubungan tidak bermakna antara pengetahuan dan
masyarakat.. Model ini dikembangkan untuk sikap terhadap kepatuhan pelaksanaan protokol
mengeksplorasi berbagai perilaku kesehatan baik kesehatan tentang kesigapan menghadapi new normal
jangka panjang maupun jangka pendek. tingkat kelurahan atau Desa Di Kabupaten
HBM terdiri atas enam komponen: Pekalongan. Menurut temuan penelitian, tidak ada
1. Persepsi kerentanan (perceived hubungan antara pengetahuan dan sikap tentang
susceptibility) bagaimana seseorang memiliki tindak lanjut dengan penerapan prosedur kesehatan
persepsi, melihat kerentanan dirinya terhadap dan kesiapan untuk beradaptasi dengan normal baru..
penyakit Fakta tersebuat menunujukkan beberapa
2. Persepsi keparahan (perceived severity) ketidaksamaan persepsi masyarakat terhadap protokol
persepsi individu terhadap seberapa serius kesehatan sehingga tingkat kepatuhan tidak dapat
atau parah suatu penyakit hanya dilihat dari pengetahuan serta sikap seseorang
3. Persepsi manfaat (perceived benefit) persepsi saja tetapi berasal dari banyak faktor lainnya seperti
individu akan keuntungan yang ia dapat jika faktor internal atau kepribadian sebelumnya.
melakukan upaya kesehatan Menurut (Folmer, 2020) hasil penelitiannya
4. Persepsi hambatan (perceived barriers) menunjukkan bahwa proses yang mempertahankan
persepsi individu akan adanya hambatan kepatuhan selama pandemi berpengaruh, terutama
dalam melakukan upaya kesehatan motivasi intrinsik warga negara untuk mematuhi,
5. Petunjuk bertindak (cues to action) kejadian kapasitas mereka melakukan, kontrol impuls dan
atau dorongan untuk melakukan upaya norma-norma sosial yang menopang kepatuhan.
kesehatan yang berasal dari kesadaran diri Selanjutnya, ada beberapa indikasi bahwa alasan
atau dorongan orang lain; misalnya iklan ekstrinsik, seperti kemungkinan hukuman dan
kesehatan atau nasihat dari orang lain keadilan penegakan hukum lebih berpengaruh dalam
6. Kemampuan diri (self-efficacy) persepsi membentukkepatuhan.
individu tentang kemampuan yang
dimilikinya. Seseorang yang menginginkan
perubahan dalam kesehatannya dan merasa
mampu, akan melakukan hal-hal yang
diperlukan untuk mengubah perilaku
kesehatannya; demikian pula sebaliknya

Beberapa hal yang menyebabkan mengapa


kecenderungan masyarakat tidak patuh terhadap
protokol kesehatan sebagai :
1. Masyarakat kurang memiliki pemahaman
2. Kerentanan orang tertular COVID-19 sangat
subjektif
3. Seberapa parah penyakit Corona virus
4. Manfaat melakukan pencegahan, dan
kurangnya petunjuk untuk bertindak
5. Hambatan mengakses pada fasilitas
kesehatan
Faktor- faktor tersebut menjadi penyebab terjadinya
salah persepsi terkait self-efficacy yaitu
ketidakyakinan dan ketidakmampuan serta
didapatkan dari rata-rata enam indikator yang telah
PENUTUP
ditentukan yaitu memakai masker dilingkungan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian
sekolah sebesar, 72,3% ( orang), mencuci tangan
didapatkan hasil bahwa Tingkat Kepatuhan siwa SMA
sebesar 80,00% (1721), menjauhi kerumunan sebesar
7 Prabumulih terhadap protokol kesehatan di Era New
75,30% membawa peralatan makan minum dan
Normal dan implikasinya terhadap layanan
kebutuhan pribadi sendiri sebesar 72,30%, persepsi
Bimbingan dan Konseling berada pada kategori
siswa terhadap pertemuan tatap muka sebesar 78,7%
“Patuh” dengan persentase sebesar 75,03%, berada
(1692), dan persepsi siswa terhadap aturan sekolah
pada indeks persentase 68%-83%. Hasil tersebut
terhadap protokol kesehatan sebesar 71,60% (1540).
REFERENSI

Almi. (2020). . Analisis Penyebab Masyarakat Tidak Patuh pada Protokol COVID-19.
https://almi.or.id/2020/06/05/analisis-penyebab-masyarakat-tidak-patuh-pada-protokol-.
Cialdini, R. B. (2004). Social influence: Compliance and conformity. Annu. . Rev. Psychol., 55, 591-621. .
Devi, A. &. (2020). Hubungan antara pengetahuan masyarakat dengan kepatuhan menggunakan masker sebagai
upaya pencegahan penyakit Covid-19 di Ngronggah. Jurnal INFOKES vol 10 no 1.
Ema Yuliana S, A. (2021). Kedisiplinan Sekolah Dalam Menerapkan Protokol Kesehatan Untuk Mengurangi
Penyebaran Covid-19 di SMA Negeri 6 Bengkulu Selatan. Journal Of Civic Education.
Eriyani, T. (2021). EDUKASI 3M DALAM MENINGKATKAN SELF-AWARENESS TERHADAP
PENYEBARAN COVID-19 DI SMKN 4 GARUT. Kumuwula Jurnal Pegabdian Kepada Masyarakat,
4(1).
Fajriah, N. N. (2021). Pengetahuan dan Sikap Terhadap Kepatuhan Pelaksanaan Protokol Kesehatan,Keisigapan
Menghadapi New Normal Tingkat Keluraha/Desa DI Kabupaten Pekalongan Kajen.
https://jurnal.pekalongankab.go.id/index.php/jurnalkabpekalongan/article/download/111/59.
Folmer, C. B. (2020). Sustaining Compliance with Covid-19 Mitigation Measures Understanding distancing
behavior in the Netherlands during june.
Harlianty, R. A. (2020). Study on Awareness of Covid-19, Anxiety and Compliance on Social Distancing in
Indonesia During Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) Pandemic.
Heni, Anastasia. (n.d.). Psikologi Jelaskan Penyebab Masyarakat Tak Patuh Protokol Corona Covid-19.
kompas.com.
HK.01.07/MENKES/382/2020., KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA . (n.d.).
PROTOKOL KESEHATAN BAGI MASYARAKAT. http://hukor.kemkes.go.id.
Indragiri, S. H. (2022). Perilaku 3M (MENGGUNAKAN MASKER, MENCUCI TANGAN MENJAGA
JARAK) Dalam Upaya Pencegahan Penularan COVID-19. Jurnal Kesehatan Masyarakat STIKES
Cendia Utama Kudus.
LPPM UMTAS . (2021). Peningkatan kesadaran protokol kesehatan masa pandemi covid 19 di SDN Setia
mulya.
Nursalim, d. (2021). Penyuluhan Protokol Kesehatan Covid-19 pada Pelaksanaan Pembelajaran Tatatp Muka
Terbatas. Dikmas Jurnal Pengabdian pada Masyarakat.
Rahmah, S. S. (2022). Promotor Jurnal Mahasiswa Kesehatan Masyarakat.
Statistik, Survei Badan Pusat. (2020). Kebijakan 5M : Pencegahan Covid-19. http://bumiayu.desa.idhtml.
Xie F, e. a. (2020). The Evidence Inderect Transmission of SARS- CoV-2. Reported in Guangzhou China.
Zamjani, P. d. (2020). Evaluasi Pembelajaran Jarak Jauh. https://Ojs.UnpKediri.ac.id.

Anda mungkin juga menyukai