Anda di halaman 1dari 3

Kondisi seperti sekarang ini, dimana semua lapisan masyarakat dituntut untuk beradaptasi dalam

membatasi kegiatan mereka di luar rumah, sangatlah menmprihatinkan dan menyusahkan. Apalagi,
dengan adanya angka kenaikan kasus penderita virus yang menyerang system pernapasan dan pertama
kali ditemukan pada akhir tahun 2019 di Wuhan, China yang terus menerus naik dan tak kunjung
melenyap membuat kita harus benar – benar peduli dan . Namun, bagaimana parahnya kondisi alam ini
tak seharusnya membuat kita berhenti untuk menimba ilmu untuk mencapai masa depan yang
cemerlang. Oleh karena itu, berbagai metode belajar sudah diterapkan untuk mencapai hasil yang
terbaik meskipun dalam kondisi alam yang seperti ini. Meskipun demikian, Menteri Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia, Nadiem Makarim mengupayakan untuk segera
melaksanakan kegiatan pembelajaran tatap muka atau pergi ke sekolah. Pihaknya berpendapat bahwa
pembelajaran jarak jauh atau daring sangat memberatkan kedua pihak, yakni guru dan murid.

Menurut pandangan saya, maksud dari Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
(Kemendikbudristek) itu sangat bagus agar pendidikan tetap dapat disalurkan dengan baik oleh guru dan
diterima dengan baik pula oleh murid seperti sedia kala sebelum adanya pandemi Covid 19 tanpa
adanya pihak yang diberatkan. Penting adanya kerja keras dari kedua pihak, antara guru yang harus bisa
menyampaikan materi pembelajaran dengan efektif dengan memberi tugas secukupnya. Hal ini yang
sering menjadi masalah, banyak murid khususnya di sekitar saya sendiri yang kewalahan karena hampir
kebanyakan guru memberi bayak sekali tugas yang sangat membebani mereka. Maka dari itu, bagi guru
sendiri sebaiknya tidak lupa bahwa setiap murid harus mengatasi banyak pelajaran sehingga bisa
memberi tugas secukupnya tetapi sudah mencakup semua materi yang diajarkan.

Untuk murid, bisa mendorong penyampaian materi dari guru dengan dibarengi beberapa metode
seperti membuat suasana yang tenang dan nyaman tapi tetap tau batasan saat guru menerangkan
materi pembelajaran agar penerimaannya bisa dilakukan dengan baik, saat ada tugas dari guru mulai
dicicil dikerjakan tidak perlu menunggu sesaat sebelum tugas tersebut dikumpulkan agar waktu belajar
semua pelajaran dan waktu istirahat bisa digunakan sebagaimana semestinya.

Apabila usaha pembelajaran jarak jauh atau daring dengan menggunakan metode yang efektif di atas
dianggap tidak berhasil maka, barulah bisa kita mencoba melakukan pembelajaran tatap muka dengan
memperhatikan aspek - aspek penting tentang kesehatan dan perlindungan diri dari virus Covid 19
sesuai dengan apa yang disarankan oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia atau Kemenkes. Ada
baiknya, jika tiap satu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok yang lebih kecil atau menjadi beberapa
kloter agar tidak menimbulkan kerumunan yang berisiko tinggi dalam penularkan virus Covid 19. Selain
itu, pelajar maupun pengajaar sebaiknya sudah mendapatkan vaksinasi (entah itu Astrazeneca, Sinovac,
atau yang lainnya) agar kemungkinan penularannya semakin kecil karena dari masing – masing individu
sudah memiliki bekal yang bagus dalam meningkatkan sistem kekebalan pada diri sendiri. Bagi yang
belum dan masih menunggu giliran vaksinasi, mau tidak mau harus melaksanakan pembelajaran jarak
jauh atau daring untuk beberapa saat, hingga saatnya ia mendapat vaksinasi dosis pertamanya. Tak
hanya mengatur tentang hal vaksinasi, sebaiknya tiap sekolah juga bisa memberi kepastian jika
pembelajaran yang dilakukan harus sesuai protokol kesehatan 5M, yaitu mencuci tangan, menggunakan
masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan membatasi mobilitas.

Pertama, seperti yang Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia
Tarmizi katakan di konferensi persnya pada 23 Januari 2021, bahwa vaksin yang saat ini digunakan akan
memberikan perlindungan manusia dan mengurangi risiko penularan hingga 30%. Sedangkan, tanpa
perlindungan vaksin, risiko terpapar Covid-19 akan menjadi tiga kali lebih besar, dibanding orang yang
mendapatkan vaksinasi covid 19. Oleh karena itu, untuk meminimalisir adanya rantai penularan baru
virus covid 19 karena kegiatan pembelajaran tatap muka, setidaknya para pelaku kegiatan tersebut
harus sudah mendapatkan vaksinasinya.

Kedua, siswa dan pengajar wajib mencuci tangan menggunakan sabun di air yang mengalir. Kiranya
pihak pemerintah yang bekerja sama dengan sekolah, harus bisa menyediakan sarana dan prasarana
yang dibutuhkan. Pihak tersebut harus memastikan ketersediaan air mengalir dan sabun cuci tangan di
sekitar kelas. Tidak ada alasan untuk mengurangi salah satu dari kedua kebutuhan tersebut karena
kedua hal itu sangat esensial. Murid dan pengajar pasti akan memegang sesuatu dari fasilitas yang ada
di dalam kelas, setidaknya adalah menempelkan lengannya pada meja bagi pengajar dan murid. Sebagai
tambahan, bisa disediakan hand sanitizer dari masing – masing pelajar dan pengajar untuk dirisnya
sendiri atau dari sekolah untuk kepentingan bersama yang bisa digunakan pelajar dan pengajar setiap
setelah memegang sesuatu yang kemungkinan dipakai bersama yaitu, spidol, penghapus papan tulis,
colokan proyektor, permukaan atas meja, dan lain sebagainya.

Ketiga, pelajar dan pengajar wajib memakai masker. Menurut saya hal esensial ini tidak perlu dijelaskan
lagi karena pada kondisi sekarang ini masker sudah sangat melekat pada aktivitas kita. Maka dari itu,
para pengajar dan pelajar diharapkan bisa saling mengingatkan untuk selalu memakai masker dengan
benar. Bukan hanya menutup mulut saja tetapi juga menutup hidung. Bukan juga menurunkan masker
sampai dagu karena ada kemungkinan virus menempel di sana tetapi menggunakan masker untuk
menutup mulut dan hidung dengan benar. Apabila para pelajar ataupun pengajar ingin minum atau
makan, masker harus disimpan sementara dengan benar, di kantong tas, saku, celana atau dompet
dengan menghindari menyentuh bagian mata, hidung, dan juga mulut saat membuka masker. Tidak
perlu ada rasa tidak berani untuk mengingatkan satu sama lain meskipun pelajar maupun pengajar
karena hal ini menyangkut kesehatan diri sendiri dan juga orang lain.

Keempat, pelajar dan pengajar wajib menjaga jarak satu sama lain minimal satu meter. Bukan hanya
antara pelajar dan pengajar saja tetapi juga antara sesama pelajar juga sesama pengajar entah itu duduk
di dalam kelas, berjalan saat berangkat dan pulang dari kelas, atau yang lainnya. Berkaca dari
pengalaman yang lalu, para pelajar yang sudah lama tidak bertemu temannya sering melampiaskan rasa
rindu kepada temannya tersebut dengan mengobrol dalam jarak dekat, melakukan swafoto dengan
jarak dekat, dan juga tak jarang untuk melakukan tos atau tindakan tidak menimalisir kontak fisik
dengan orang lain, atau semacamnya yang sangat jauh dari realisasi protokol kesehatan 5M. Menurut
saya, hal ini harus mendapat perhatian yang lebih apabila pembelajaran tatap muka benar – benar ingin
dilaksanakan.

Kelima, menjauhi kerumunan. Para pengajar dan pelajar wajib memiliki kesadaran untuk tidak membuat
atau mendekati kerumunan. Sekali lagi yang perlu ditekankan adalah tidak perlu ada rasa takut untuk
saling mengingatkan untuk tetap melaksanakan protokol kesehatan dengan benar sesuai anjuran agar
presentase penularannya semakin kecil dan kita semua masih bisa menjaga kesehatan diri sendiri dan
orang – orang yang ada di sekitar kita.

Keenam, membatasi mobilitas. Menurut saya, inilah hal yang paling sulit untuk dipastikan oleh pihak
sekolah yang bekerja sama dengan Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
(Kemendikbudristek), memastikan bahwa pelajar, pengajar, dan semua staf yang diperlukan untuk
membatasi mobilitasnya. Tidak ada pihak yang bisa memberikan jaminan bahwa aktivitas di luar rumah
mereka hanya belajar di kelas dan tidak mampir ke tempat lain untuk kegiatan lain yang sebenaranya
tidak perlu dilakukan pada saat kondisi alam yang cukup tidak kondusif seperti sekarang ini. Seperti
contohnya, berkumpul bersama teman di tempat lain seusai kegiatan pembelajaran untuk sekadar
melepas rasa rindu atau hal – hal lain yang biasa pelajar maupun pengajar lakukan pada saat kondisi
alam sebelumnya (masa sebelum adanya virus Covid 19 yang tersebar di Indonesia). Namun, menurut
pendapat saya, hal ini bisa diminimalisir dengan adanya sosialisasi betapa berbahayanya virus Covid 19
serta data – data yang akurat tentang jumlah kasus pasien positif Covid 19 dan jumlah kasus kematian
yang disebabkan oleh Covid 19. Menurut saya, hal tersebut bisa dilakukan untuk memberi efek jera
karena ada beberapa oknum yang masih tidak tau atau mungkin tidak peduli tentang seberapa
bahanyanya virus Covid 19 ini tanpa adanya data dan bukti. Sebagai tambahan, ada hal yang juga bisa
dijelaskan, yaitu bagaimana cara virus tersebut menempel pada diri kita hingga akhirnya bisa masuk ke
dalam tubuh kita. Selain itu, bisa juga ditambahkan sosialisasi cara meminimalisir penularan virus covid
19 dengan menjalankan protokol kesehatan 5M ditambah vaksinasi dan cara menanggulangi saat kita
sudah terjangkit virus Covid 19. Menurut saya, program vaksinasi tersebut yang harus semakin
digencarkan dengan penyampaian yang jelas, akurat, dan menarik tentang jenis, bahan pembuat,
manfaat, dan kapan masing – masing individu mendapatkan jadwal vaksinasi agar semua lapisan
masyarkat yang belum mendapatkan vaksinasi karena alasan asal usul yang tidak jelas dan rasa takut
atas ketidaktahuannya bisa terjawab. Selain itu, cara meminimalisir penularan virus covid 19 itu juga
tidak boleh kalah gencar dipromosikan dengan cara yang menarik juga agar semua bagian dari
masyarakat tau bagaimana mereka harus bertindak dan berperilaku dalam menanggapi situasi alam
seperti ini karena virus Covid 19 ini sangat cepat penularan dan sangat parah dampaknya saat sudah
terjangkit.

Jadi kesimpulannya, menurut saya, sebaiknya kita sama - sama berusaha terlebih dahulu untuk
mengefektifkan kegiatan pembelajaran jarak jauh atau daring terlebih dahulu sambil mendukung
program pemerintah untuk menurunkan kasus Covid 19 di Indonesia karena banyak hal yang harus
dipertimbangkan. Namun, apabila cara mengefektifkan kegiatan jarak jauh tersebut masih tidak
berhasil, barulah kita bisa melakukan pembelajaran tatap muka dengan sangat memperhatikan aspek –
aspek penting yang wajib kita lakukan sejak awal kehadiran virus Covid 19 di Indonesia. Aspek tersebut
adalah protokol kesehatan 5M ditambah dengan kegiatan vaksinasi. Hal tersebut tujuannya adalah agar
kita sama – sama bisa melakukan kegiatan yang seharusnya kita lakukan dengan tetap tidak membiarkan
penularan virus bukan malah menularkan virus karena kegiatan yang kita lakukan.

Anda mungkin juga menyukai