Oleh:
Vina Firmanty Mustofa
NIM. 102114153023
Masalah yang saat ini dapat menjadi salah satu focus masyarakat terlebih pemerintah
adalah adanya aturan pelaksanaan vaksinasi serta protocol ketat untuk anak-anak. Hal
tersebut dapat menjadi concern pemerintah dan masyarakat karena anak beresiko menjadi
silent spreader corona virus. Pada jurnal yang disusun Oleh Ni Made Ayu dan Christiani
(2020) memaparkan bahwa anak dengan covid dan tidak bergejala memiliki viral load yang
tinggi dibandingkan anak yang dirawat di rumah sakit. Artinya, anak tersebut dapat disebut
sebagai surpspreader atau silent spreader.
Angka kematian balita di Indonesia harus menjadi perhatian dimana tingkat kematian
anak karena covid-19 tergolong tinggi di dunia yaitu 2,06%. Pada susunan undang-undang,
anak tidak termasuk kedalam kelompok sasaran vaksin, dan protocol Kesehatan pada anak
kurang menjadi focus utama di masyarakat sehingga edukasi yang kurang berbanding lurus
dengan peningkatan kejadian covid-19 pada anak. Meskipun terdapat anjuran penggunaan
masker oleh WHO dan UNICEF, masyarakat masih lengah dengan aturan lain seperti
menjaga tangan anak tetap bersih dengan penggunaan handsanitizer (alcohol-based) secara
berkala. Di ranah publik, pemerintah dapat lebih gencar lagi dalam mengingatkan masyarakat
bahwa anak juga dapat tertular, sehingga dibutuhkan perhatian ekstra Ketika orang tua
mengijinkan anaknya di ruang public. Hal yang dapat dilakukan untuk pencegahan
tertularnya Covid-19 pada anak adalah membuat sarana mencuci tangan khusus anak,
mengajarkan etik bersin dan batuk pada anak, menggunakan double masker, serta
menggunakan handsanitizer secara berkala.
Upaya tersebut dapat lebih diterapkan dan didisiplinkan kembali seiring berjalannya
peraturan baru dari kementerian Pendidikan bahwa akan dimulai kembali pembelajaran tatap
muka (PTM) terbatas di masa pandemic. Pertimbangan tersebut diambil karena adanya
kesulitan menjalankan pembelajaran jarak jauh (PJJ), dan menurunnya capaian belajar
(learning loss). Pendapat dari Menteri Pendidikan ini didukung adanya fakta bahwa hamper
di 23 negara sudah menggunakan system PTM hamper 85%. Hal tersebut didukung dengan
kebijakan vaksinasi untuk tenaga pendidik dan tenaga kependidikan hingga dosis kedua.
Selain vaksin untuk tenaga pendidik dan kependidikan, pemerintah mulai mengadakan
program vaksin untuk anak usia 12-17 tahun. Hal tersebut dijelaskan pada surat edaran yang
ditujukan kepada Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia. Upaya
tersebut dapat menjadi perhatian pemerintah untuk lebih menekan kembali angka kejadian
covid di Indonesia, terlebih pada usia bayi hingga remaja.
Daftar Pustaka
https://covid19.go.id/p/berita/anak-indonesia-perlu-dilindungi-di-masa-pandemi
https://covid19.hukumonline.com/wp-content/uploads/2020/06/
surat_edaran_direktur_jenderal_kesehatan_masyarakat_nomor_hk_02_02_i_385_2020_tahun
_2020.pdf
https://covid19.go.id/storage/app/media/Regulasi/2021/Juli/vaksinasi-tahap-3-bagi-
masyarakat-rentan-serta-masyarakat-umum-lainnya-dan-pelaksanaan-vaksinasi-covid-19-
bagi-anak-usia-12-17-tahun-4.pdf
Suryaningsih, Ni Made dan Poerwati, Christiani. 2020. Pengenalan Protokol Kesehatan pada
Anak Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. Universitas Dhyana
Pura.
https://www.unicef.org/indonesia/id/coronavirus/covid-19-dan-masker-tips-untuk-keluarga?
gclid=Cj0KCQjwqKuKBhCxARIsACf4XuHWOqmlcAwvXS9Umy-MMGfjYiudm1FogV-
Y0D96PB3atDNgDUdDhiQaAvOlEALw_wcB