Anda di halaman 1dari 5

TUGAS MATRIKULASI

PROMOSI KESEHATAN DAN ILMU PERILAKU


“THE THREE FACES OF POWER”

Oleh:
Vina Firmanty Mustofa
NIM. 102114153023

PROGRAM MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2021
Examples of the three faces of powers that relates to public health politics in Indonesia.

1. First Face of Power


Salah satu dari 3 jenis kekuatan politik yang dijelaskan dan mudah dipahami adalah first
face of power, dimana hal tersebut berfokus pada pembuatan keputusan atau ”decision making”. Hal
tersebut menjelaskan bagaimana sebuah individu atau organisasi politik mempertimbangkan situasi
dan tindakan mereka dalam bertindak serta memilih ke arah yang telah ditentukan. Contohnya Ketika
pemerintah membuat aturan dalam mendisiplinkan masyarakat untuk menekan angka kenaikan covid-
19 di Indonesia dengan menggunakan masker di tempat umum. Secara teori, pemerintah membuat
keputusan yang mana keputusan tersebut dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat yang menerima
dan menjalankan aturan yang telah ditetapkan.
Tujuan dari penggunaan masker di ruang public adalah mencegah penularan Covid-19 melalui
droplet. Hal tersebut tidak dapat diubah oleh masyarakat karena penularan covid-19 terjadi saat
seseorang menyentuh barang yang telah terkontaminasi oleh droplet orang lain, berpindah ke hidung,
mulut atau mata. Ketika pemerintah mengeluarkan aturan pemakaian masker, maka resiko penularan
covid-19 melalui droplet dapat lebih ditekan. Aturan penggunaan masker salah satunya dari surat
edaran diirektur jenderal Kesehatan masyarakat tahun 2020 yang menyampaikan adanya Gerakan
“semua pakai masker” ditujukan untuk Kepala Dinas Kesehatan di Provinsi maupun di
Kabupaten/Kota. Gerakan tersebut menghimbau masyarakat untuk menggunakan masker dan
mematuhi protocol Kesehatan lainnya seperti penyediaan sarana CTPS di tempat umum, dan Gerakan
5M. Pemerintah juga mengadakan operasi yustisi, dimana masyarakat yang tidak patuh menggunakan
masker akan dikenakan denda atau hukuman.

2. Second Face of Power


Second face berfokus pada agenda setting, dimana pihak penerima kebijakan atau gagasan
tidak memiliki peran untuk memilih hingga peran untuk diuntungkan, tetapi kebijakan atau
gagasan tersebut dapat dibantah oleh kelompok penerima meskipun pihak pemberi kebijakan
ingin agenda yang telah dibuat sesuai dengan yang diinginkan. Contoh dari second face of
power adalah pengadaan kegiatan PPKM di beberapa kota di Indonesia yang masuk ke zona
merah atau hitam. Kegiatan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat ini dapat
diterima oleh Sebagian masyarakat, sedangkan Sebagian menolak untuk mengikuti aturan
PPKM dikarenakan factor ekonomi maupun factor lain yang mana setiap individu maupun
kelompok memiliki kepentingan yang berbeda.
3. Third Face of Power
Pada jenis kekuatan politik ini, pemberi kebijakan berfokus pada thought control atau
pengendalian pikiran. Hal tersebut dapat dilihat dari salah satu kebijakan yang ada pada masa
pandemi seperti ini, dimana pemerintah memberikan kebijakan yang dapat berdampak pada
pemikiran masyarakat atau lebih tepatnya membentuk suatu pola pikir di masyarakat.
Contohnya adalah kebijakan pemerintah menerapkan wajib memiliki kartu vaksin untuk
masyarakat yang ingin mengunjungi area publik. Masyarakat berupaya untuk mendapatkan
kartu vaksin yang mana masyarakat harus mengikuti kegiatan vaksin terlebih dahulu. Hal
tersebut dilakukan oleh pemerintah sebagai upaya mencapai kekebalan kelompok di
masyarakat (herd immunity) dan dapat berdampak jangka panjang untuk masyarakat.
Public health issues that need to be regulated by government and the example.

Masalah yang saat ini dapat menjadi salah satu focus masyarakat terlebih pemerintah
adalah adanya aturan pelaksanaan vaksinasi serta protocol ketat untuk anak-anak. Hal
tersebut dapat menjadi concern pemerintah dan masyarakat karena anak beresiko menjadi
silent spreader corona virus. Pada jurnal yang disusun Oleh Ni Made Ayu dan Christiani
(2020) memaparkan bahwa anak dengan covid dan tidak bergejala memiliki viral load yang
tinggi dibandingkan anak yang dirawat di rumah sakit. Artinya, anak tersebut dapat disebut
sebagai surpspreader atau silent spreader.

Angka kematian balita di Indonesia harus menjadi perhatian dimana tingkat kematian
anak karena covid-19 tergolong tinggi di dunia yaitu 2,06%. Pada susunan undang-undang,
anak tidak termasuk kedalam kelompok sasaran vaksin, dan protocol Kesehatan pada anak
kurang menjadi focus utama di masyarakat sehingga edukasi yang kurang berbanding lurus
dengan peningkatan kejadian covid-19 pada anak. Meskipun terdapat anjuran penggunaan
masker oleh WHO dan UNICEF, masyarakat masih lengah dengan aturan lain seperti
menjaga tangan anak tetap bersih dengan penggunaan handsanitizer (alcohol-based) secara
berkala. Di ranah publik, pemerintah dapat lebih gencar lagi dalam mengingatkan masyarakat
bahwa anak juga dapat tertular, sehingga dibutuhkan perhatian ekstra Ketika orang tua
mengijinkan anaknya di ruang public. Hal yang dapat dilakukan untuk pencegahan
tertularnya Covid-19 pada anak adalah membuat sarana mencuci tangan khusus anak,
mengajarkan etik bersin dan batuk pada anak, menggunakan double masker, serta
menggunakan handsanitizer secara berkala.

Upaya tersebut dapat lebih diterapkan dan didisiplinkan kembali seiring berjalannya
peraturan baru dari kementerian Pendidikan bahwa akan dimulai kembali pembelajaran tatap
muka (PTM) terbatas di masa pandemic. Pertimbangan tersebut diambil karena adanya
kesulitan menjalankan pembelajaran jarak jauh (PJJ), dan menurunnya capaian belajar
(learning loss). Pendapat dari Menteri Pendidikan ini didukung adanya fakta bahwa hamper
di 23 negara sudah menggunakan system PTM hamper 85%. Hal tersebut didukung dengan
kebijakan vaksinasi untuk tenaga pendidik dan tenaga kependidikan hingga dosis kedua.
Selain vaksin untuk tenaga pendidik dan kependidikan, pemerintah mulai mengadakan
program vaksin untuk anak usia 12-17 tahun. Hal tersebut dijelaskan pada surat edaran yang
ditujukan kepada Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia. Upaya
tersebut dapat menjadi perhatian pemerintah untuk lebih menekan kembali angka kejadian
covid di Indonesia, terlebih pada usia bayi hingga remaja.

Daftar Pustaka

https://covid19.go.id/p/berita/anak-indonesia-perlu-dilindungi-di-masa-pandemi

https://covid19.hukumonline.com/wp-content/uploads/2020/06/
surat_edaran_direktur_jenderal_kesehatan_masyarakat_nomor_hk_02_02_i_385_2020_tahun
_2020.pdf

https://covid19.go.id/storage/app/media/Regulasi/2021/Juli/vaksinasi-tahap-3-bagi-
masyarakat-rentan-serta-masyarakat-umum-lainnya-dan-pelaksanaan-vaksinasi-covid-19-
bagi-anak-usia-12-17-tahun-4.pdf

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2021.

Surat Edaran Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat. 2020.

Suryaningsih, Ni Made dan Poerwati, Christiani. 2020. Pengenalan Protokol Kesehatan pada
Anak Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. Universitas Dhyana
Pura.

https://www.unicef.org/indonesia/id/coronavirus/covid-19-dan-masker-tips-untuk-keluarga?
gclid=Cj0KCQjwqKuKBhCxARIsACf4XuHWOqmlcAwvXS9Umy-MMGfjYiudm1FogV-
Y0D96PB3atDNgDUdDhiQaAvOlEALw_wcB

Anda mungkin juga menyukai